Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH MANUSIA


SARAF DAN INDRA

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Desiyani Nani., S.Kep., Ns., M.Sc

DISUSUN OLEH :
1. Alfian Prasetya Yulianto I1B021051
2. Devinta Rizky I1B021037
3. Diana Agustina I1B021025
4. Ikrimah Novita Nugraheni I1B021085
5. Intan Nuraeni I1B021077
6. Jihan Salma I1B021075
7. Nur Kholifah I1B021067
8. Putri Galuh Permatasari I1B021055
9. Rizki Amalia I1B021059
10. Umi Shalihatun I1B021087
11. Wanda Agsela Durba I1B021013

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2021/2022
PENGESAHAN MAKALAH

1. Judul Makalah : STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH


MANUSIA: SARAF DAN INDRA
2. Penyusun Makalah : 11 orang
3. Mata Kuliah : Ilmu Biomedis Dasar
4. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap dan gelar : Dr. Desiyani Nani., S.Kep., Ns., M.Sc
b. NIP : 197912312003122001

Purwokerto, 13 Septembar 2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Desiyani Nani., S.Kep., Ns., M.Sc

NIP. 197912312003122001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Kewarganegaraan berupa Makalah mengenai Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia
: Saraf dan Indra dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Ibu Desiyani Nani, S.Kep, Ners., M.Sc yang sudah
membimbing dan memberikan tugas ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
penulis pribadi. Dan penulis sadar bahwasannya masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah penulis. Maka dari itu, penulis memohon masukan serta
kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bisa membawa manfaat
untuk semuanya. Penulis memohon maaf yang sebesar - besarnya atas segala
kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak sengaja.

Purwokerto, 13 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
ABSTRAK...............................................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................7
1.3 Tujuan.............................................................................................................7
1.4 Manfaat...........................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
2.1 Sistem Saraf....................................................................................................8
2.1.1 Pengertian Saraf.......................................................................................8
2.1.2 Anatomi dan Bagian Sistem Saraf...........................................................8
2.1.3 Fungsi Sistem Saraf...............................................................................10
2.1.4 Penyakit Sistem Saraf............................................................................12
2.1.5 Cara Mencegah Gangguan Sistem Saraf...............................................13
2.2 Indera............................................................................................................14
2.2.1 Indera Penglihatan.................................................................................14
2.2.2 Indera Pendengaran...............................................................................24
2.2.3 Indera Penciuman..................................................................................28
2.2.4 Indera Pengecapan.................................................................................33
2.2.5 Indra Peraba...........................................................................................37
BAB III..................................................................................................................42
3.1 Kesimpulan...............................................................................................42
3.2 Saran.........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
ABSTRAK

Sistem saraf adalah sistem koordinasi yang bertugas mengendalikan


seluruh aktivitas tubuh.. Sistem saraf menyampaikan informasi secara cepat
melalui sinyal-sinyal listrik yang dialirkan ke organ tubuh lewat jaringan saraf.
Sinyal elektrik inilah yang digunakan untuk mengatur dan mengkoordinasikan
seluruh organ di dalam tubuh. Sistem saraf manusia dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu system saraf sadar dan system saraf tidak sadar. Sistem saraf dibedakan lagi
menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan di


luar tubuh. Di dalam organ indra terdapat ujung saraf yang sangat peka terhadap
rangsangan yang disebut reseptor. Alat indra ini merupakan bagian dari sistem
koordinasi pada manusia yang berfungsi untuk menerima setiap rangsangan dari
luar. Reseptor kemudian meneruskan informasi tersebut ke otak. Alat indera
manusia terdiri dari lima, yakni indera penglihatan (mata), indera pendengar
(telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap (lidah), dan indera peraba
(kulit).

Hubungan antara sistem saraf dan alat indra merupakan kesatuan dari
sistem koordinasi yang saling berhubungan. Sistem saraf berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke seluruh tubuh. Alat indra merupakan
alat pada tubuh yang dapat menangkap rangsangan karena pada alat indra terdapat
ujung saraf sensorik.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh
milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan
(Carlsson dkk, 2000). Sistem saraf terbagi menjadi dua tipe sel, yaitu neuron dan
neuroglia. Neuron merupakan stuktur dasar dan unit fungsional pada sistem saraf
(Fox, 2004). Sel neuroglia merupakan sel penunjang tambahan neuron yang
berfungsi sebagai jaringan ikat dan mampu menjalani mitosis yang mendukung
proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003).Proliferasi diperlukan dalam
kondisi kultur untuk mengetahui metabolisme yang terjadi dalam sel seperti siklus
pertumbuhan, respon sel terhadap antioksidan dan paparan zat toksik yang
menyebabkan kerusakan pada sel. Kondisi kultur pada dasarnya memerlukan
media dengan komponen pertumbuhan yang lengkap untuk mendukung
kelangsungan hidup sel, tetapi komponen tersebut belum mampu untuk menjaga
keseimbangan metabolisme pada sel terutama dari paparan zat toksik, sehingga
diperlukan penyeimbang berupa antioksidan.Vitamin E (α-tokoferol) merupakan
antioksidan yang melindungi membran sel dari proses oksidasi dan mempunyai
kemampuan untuk mengurangi adanya suatu senyawa yang tidak seimbang dalam
sel menjadi metabolit yang seimbang dengan cara memindahkan hidrogen fenolat
yang ada pada atom karbon ke-6 cincin kromanol kepada radikal peroksil dari
asam lemak tak jenuh ganda (Kumala, 1996).Shirpoor et al., (2009) melaporkan
bahwa vitamin E mampu melindungi perkembangan hippocampal dan cerebellum
tikus yang diinduksi etanol.Penelitian lain oleh Then (2009) menunjukkan bahwa
vitamin E dengan konsentrasi 10 µM mampu meningkatkan viabilitas dan
mengurangi apoptosis sebesar 40% pada sel kultur primer neuron tikus setelah
dipapar H2O2 (Hidrogen peroksida) dengan konsentrasi 100 µM.
Panca indera memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Melalui alat inderalah manusia dapat memperoleh pengetahuan
dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia. Salah satu indera yang
paling dominan dalam kehidupan manusia adalah indra penglihatan, karena
sebagian besar informasi diperoleh melalui mata, selain itu mata juga membantu
manusia untuk beraktivitas secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Kesehatan panca indera merupakan syarat penting untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang cerdas, produktif, maju, mandiri dan sejahtera lahir
batin. Hal ini tercantum pula dalam Undang-Undang no.23 tahun 1992 tentang
kesehatan. Disana tertulis bahwa pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan
demikian, terjadinya gangguan pada penglihatan merupakan salah satu masalah
kesehatan yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas seseorang
yang dapat mengurangi kesejahteraan hidupnya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi, struktur, fungsi, klasifikasi system saraf?
2. Apa definisi, struktur, dan fungsi pada masing-masing indera?
3. Adakah hubungan kerja sistem saraf dengan alat indera pada manusia?
4. Bagaimana cara kerja sistem saraf dan indera pada manusia?
5. Gangguan apa saja yang dapat menyerang sistem saraf dan sistem indera
serta bagaimana upaya preventif agar dapat meminimalisir resiko
terjadinya gangguan tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian, penyusun, fungsi, dan klasifikasi sistem saraf.
2. Mengetahui definisi, struktur, dan fungsi pada masing-masing indra.
3. Mengetahui cara kerja sistem saraf dan alat indra pada manusia.
4. Mengetahui hubungan kerja sistem saraf dengan alat indra pada manusia.
5. Mengetahui gangguan yang dapat menyerang sistem saraf dan alat indra
serta upaya pencegahannya.
1.4 Manfaat
1. Sebagai sumber pengetahuan dan acuan kita dalam memahami materi
struktur dan fungsi tubuh manusia sub bab saraf dan indra.
2. Dapat mengetahui informasi menyeluruh terkait cara kerja dan hubungan
sistem saraf dengan alat indra pada tubuh manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Saraf


2.1.1 Pengertian Saraf
Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur
dan mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan
Anda untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti berjalan, berbicara,
menelan, bernapas, serta semua aktivitas mental, termasuk berpikir, belajar,
dan mengingat. Ini juga membantu Anda mengontrol bagaimana tubuh
bereaksi dalam keadaan darurat.
Sistem saraf pada manusia terdiri dari otak, sumsum tulang belakang,
organ-organ sensorik (mata, telinga, dan organ lainnya), dan semua saraf
yang menghubungkan organ-organ tersebut dengan seluruh tubuh. Sistem
ini bekerja dengan mengambil informasi melalui bagian tubuh atau indera
tertentu, memproses informasi tersebut, serta memicu reaksi, seperti
membuat otot Anda bergerak, merasakan sakit, atau bernapas.
Dalam menjalankan kerjanya tersebut, sistem saraf terbagi menjadi
dua struktur atau susunan, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan
saraf tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan saraf pusat ke seluruh
tubuh Anda. Adapun saraf tepi terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu
saraf somatik dan otonom.
2.1.2 Anatomi dan Bagian Sistem Saraf
Secara garis besar, terdapat tiga bagian pada sistem saraf pusat manusia.
Ketiga bagian tersebut adalah:
a). Otak
Otak adalah mesin pengendali utama dari segala fungsi tubuh. Seperti
yang disebutkan di atas, organ ini merupakan bagian dalam sistem saraf
pusat manusia. Jika saraf pusat merupakan pusat kontrol tubuh, maka
otak adalah markas besarnya. Otak terbagi ke dalam beberapa bagian
dengan fungsinya masing-masing. Secara umum, bagian otak terdiri dari
otak besar, otak kecil, batang otak, serta bagian-bagian otak lainnya.
Bagian-bagian ini dilindungi oleh tengkorak dan selaput otak (meninges)
dan dikelilingi oleh cairan serebrospinal untuk menghindari terjadinya
cedera otak.
b). Sumsum tulang belakang
Sama dengan otak, sumsum tulang belakang juga merupakan bagian dari
susunan saraf pusat. Sumsum tulang belakang langsung terhubung ke
otak melalui batang otak dan kemudian mengalir sepanjang ruas tulang
belakang. Saraf tulang belakang berperan dalam aktivitas sehari-hari
dengan mengirimkan sinyal dari otak ke bagian lain dari tubuh dan
memerintahkan otot untuk bergerak. Selain itu, sumsum tulang belakang
juga menerima masukan sensorik dari tubuh, memprosesnya, dan
mengirimkan informasi tersebut ke otak.
c). Sel saraf atau neuron
Bagian tang tak kalah penting dari anatomi sistem saraf adalah sel saraf
itu sendiri atau disebut neuron. Fungsi sel saraf atau neuron adalah
menghantarkan implus saraf. Berdasarkan fungsinya, neuron terbagi ke
dalam tiga jenis, yaitu neuron sensorik yang membawa pesan ke saraf
pusat, neuron motorik yang membawa pesan dari saraf pusat, serta
interneuron yang menghantarkan pesan di antara neuron sensorik dan
motorik di saraf pusat. Setiap neuron atau sel saraf tersebut terdiri dari
tiga bagian atau struktur dasar. Anatomi neuron tersebut, yaitu:
1) Badan sel, yang memiliki inti.
2) Dendrit, yang berbentuk seperti cabang dan berfungsi menerima
situmulus dan membawa impuls ke badan sel.
3) Akson, yaitu bagian dari sel saraf yang membawa impuls keluar dari
badan sel. Akson umumnya dikelilingi oleh mielin, yaitu lapisan padat
berlemak yang melindungi saraf dan membantu pesan untuk keluar.
Pada saraf tepi, mielin ini diproduksi oleh sel Schwann.
Sel-sel saraf ini dapat ditemukan di seluruh tubuh dan
berkomunikasi satu sama lain untuk menghasilkan respons dan tindakan
fisik. Dilansir dari National Institues of Health, diperkirakan terdapat
sekitar 100 miliar neuron di otak. Sel saraf ini termasuk dengan 12
pasang saraf kranial, 31 pasang saraf tulang belakang, dan di bagian
lainnya.
2.1.3 Fungsi Sistem Saraf
Secara umum, sistem saraf pada manusia memiliki beberapa fungsi. Fungsi
tersebut adalah:
a) Mengumpulkan informasi dari dalam dan luar tubuh (fungsi sensorik).
b) Mengirimkan informasi ke otak dan sumsum tulang belakang.
c) Memproses informasi di otak dan sumsum tulang belakang (fungsi
integrasi).
d) Mengirimkan informasi ke otot, kelenjar, dan organ sehingga dapat
merespon dengan tepat (fungsi motorik).
Masing-masing struktur sistem saraf, yaitu saraf pusat dan tepi, menjalankan
fungsi yang berbeda. Berikut adalah penjelasanya:
a). Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang,
memiliki fungsi untuk menerima informasi atau rangsangan dari semua
bagian tubuh, kemudian mengontrol dan mengendalikan informasi
tersebut untuk menghasilkan respons tubuh. Informasi atau rangsangan
ini termasuk yang berkaitan dengan gerakan, seperti bicara atau berjalan,
atau gerakan tak sadar, seperti berkedip dan bernapas. Ini juga termasuk
bentuk informasi lainnya, seperti pikiran, persepsi, dan emosi manusia.
b). Sistem saraf tepi
Secara garis besar, fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respon
sistem saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh Anda.
Saraf ini meluas dari saraf pusat ke area terluar tubuh sebagai jalur
penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak. Masing-masing
susunan saraf tepi, yaitu somatik dan otonom, memiliki fungsi yang
berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari bagian-bagian
sistem saraf tepi:
c). Sistem saraf somatik
Sistem saraf somatik bekerja dengan mengontrol semua hal yang Anda
sadari dan secara sadar memengaruhi respon tubuh, seperti
menggerakkan lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini
menyampaikan informasi sensorik dari kulit, organ indera, atau otot ke
sistem saraf pusat. Selain itu, saraf somatik juga membawa respons
keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa gerakan. Sebagai
contoha, saat menyentuh termos panas, saraf sensorik membawa
informasi ke otak bahwa ini adalah sensasi panas. Setelah itu, saraf
motorik membawa informasi dari otak ke tangan untuk segera
menghindar dengan menggerakkan, melepas, atau menarik tangan dari
termos panas tersebut. Keseluruhan proses ini terjadi kurang lebih dalam
waktu satu detik.
d). Sistem saraf otonom
Sebaliknya, sistem saraf otonom mengontrol aktivitas yang Anda lakukan
secara tak sadar atau tanpa perlu memikirkannya. Sistem ini terus
menerus aktif untuk mengatur berbagai aktivitas, seperti bernapas, detak
jantung, dan proses metabolisme tubuh. Ada dua bagian dari saraf ini:
1). Sistem simpatik
Sistem ini mengatur respons perlawanan dari dalam tubuh ketika ada
ancaman pada diri Anda. Sistem ini juga mempersiapkan tubuh untuk
mengeluarkan energi dan menghadapi potensi ancaman di lingkungan.
Misalnya, ketika Anda sedang cemas atau takut, saraf simpatik akan
memicu respons dengan mempercepat detak jantung, meningkatkan
laju pernapasan, meningkatkan aliran darah ke otot, mengaktifkan
kelenjar produksi keringat, dan melebarkan pupil mata. Ini dapat
membuat tubuh merespons dengan cepat dalam situasi gawat darurat.
2). Sistem parasimpatik
Sistem ini gunanya menjaga fungsi tubuh normal setelah ada sesuatu
yang mengancam diri Anda. Setelah ancaman berlalu, sistem ini akan
memperlambat detak jantung, memperlambat pernapasan, mengurangi
aliran darah ke otot, dan menyempitkan pupil mata. Ini
memungkinkan kita untuk mengembalikan tubuh ke kondisi normal.

2.1.4 Penyakit Sistem Saraf


Ada beberapa gangguan atau penyakit yang mungkin terjadi hingga
mengganggu fungsi vital dari sistem saraf pada manusia. Berikut adalah
macam-macam penyakit saraf tersebut:
a) Alzheimer, penyakit yang menyerang sel-sel otak dan neurotransmitter
(bahan kimia yang membawa pesan di antara sel-sel otak). Penyakit ini
memengaruhi fungsi otak, memengaruhi ingatan Anda, dan cara Anda
berperilaku.
b) Parkinson, gangguan yang terjadi ketika sel-sel saraf tidak menghasilkan
cukup dopamin, yaitu bahan kimia yang sangat penting untuk kelancaran
kontrol otot dan gerakan.
c) Multiple sclerosis, penyakit kronis yang memengaruhi saraf pusat.
Kondisi ini ditandai dengan adanya kerusakan pada selubung pelindung
(mielin) yang mengelilingi serabut saraf di otak dan sumsum tulang
belakang.
d) Bell’s palsy, kondisi lemah atau lumpuh tiba-tiba pada satu sisi wajah. Ini
disebabkan karena adanya saraf di wajah Anda yang meradang. Biasanya
kondisi ini hanya sementara dan bisa pulih dalam jangka waktu tertentu.
e) Epilepsi, kondisi yang ditandai dengan kejang yang berulang atau
kambuhan. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya gangguan aktivitas
listrik di otak.
f) Meningitis, merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan
selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang (meninges)
mengalami radang. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus atau
bakteri.
g) Ensefalitis, merupakan penyakit infeksi yang ditandai dengan munculnya
peradangan pada jaringan otak. Sama seperti meningitis, penyakit ini
juga disebabkan oleh infeksi virus.
h) Tumor otak, merupakan gumpalan sel abnormal yang tumbuh di otak.
Gumpalan ini bisa jinak, tetapi bisa juga ganas atau kanker otak. Kondisi
ini bisa merusak otak Anda dan tidak dapat menjalankan fungsi
normalnya.
i) Cedera otak dan tulang belakang, cedera otak adalah cedera terkait otak
yang memengaruhi seseorang secara fisik, emosional, dan sikap. Ada dua
bentuk cedera yang mungkin terjadi, yaitu cedera traumatik dan
nontraumatik. Adapun stroke merupakan salah satu bentuk cedera
nontraumatik yang mungkin terjadi. Serupa dengan cedera otak, cedera
tulang belakang adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang hingga
menyebabkan hilangnya fungsi, perasaan, dan mobilitas tubuh. Cedera
ini paling sering disebabkan oleh trauma.

2.1.5 Cara Mencegah Gangguan Sistem Saraf


Beberapa gaya hidup sehat berikut ini bisa mulai diterapkan, untuk
meminimalisir resiko terjadinya gangguan saraf:
a) Olahraga teratur, olahraga tidak hanya mampu menjaga tubuh tetap fit
dan bugar, olahraga yang dilakukan secara teratur juga ternyata dapat
membantu mencegah berbagai gangguan saraf. Satu hal yang perlu
diingat bahwa olahraga yang perlu di lakukan secara teratur bukanlah
olahraga berat, melainkan olahraga ringan sekitar 10-15 menit setiap pagi
dan sore hari.
b) Hindari pekerjaan yang menuntut gerakan berulang, pekerjaan yang
menuntut kita melakukan gerakan berulang, secara perlahan dapat
memicu terjadinya gangguan saraf. Terlebih jika gerakan yang dilakukan
adalah gerakan yang berat, atau membuat tubuh berada dalam posisi yang
tidak nyaman. Jika memiliki pekerjaan yang mengharuskan untuk duduk
dalam waktu lama misalnya, cobalah untuk beristirahat selama beberapa
menit dan lakukan gerakan-gerakan peregangan sederhana.
c) Jaga berat badan ideal, kelebihan berat badan dapat meningkatkan beban
pada kaki, dan memicu berbagai risiko penyakit kardiovaskuler. Orang
dengan berat badan berlebih pun akan memiliki risiko terkena gangguan
saraf lebih tinggi, dibanding mereka yang memiliki berat badan ideal.
Oleh karena itu, cobalah untuk mulai menjaga berat badan tetap ideal,
dengan menerapkan pola makan sehat rendah kalori.
d) Pastikan asupan vitamin B tercukupi, dalam hal menjaga kesehatan saraf,
vitamin B merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan
penting. Terutama bagi mereka yang memiliki riwayat
penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronis, yang sering berujung pada
kerusakan saraf, vitamin B1, B6, dan B12 dapat menjadi penyelamat.
Lebih lanjut, vitamin B1 merupakan anggota keluarga vitamin B
kompleks yang larut dalam air. Vitamin ini mampu mengubah
karbohidrat menjadi glukosa, yang berguna untuk menghasilkan energi
bagi tubuh, termasuk saraf. Para ahli pun mengungkapkan bahwa vitamin
B1, B6, dan B12 saling bersinergi untuk menjaga dan memperbaiki
sistem saraf. Secara umum, vitamin B1 dan B6 berfungsi menutrisi saraf
agar bekerja maksimal. Bedanya, B1 merupakan sumber energi saraf,
sedangkan B6 fokus pada perbaikan transmisi saraf. Sementara itu,
vitamin B12 memiliki peran sebagai bahan baku regenerasi sel-sel saraf.
Ia memulihkan dan menjaga sel saraf dari kerusakan. Asupan semua jenis
vitamin B tersebut dapat dipenuhi dengan mengonsumsi daging merah,
kacang-kacangan, sayur, dan buah.
e) Hindari alkohol, kebiasaan mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan
resiko gangguan saraf. Hal ini dikarenakan alkohol dapat mengganggu
penyerapan vitamin B yang baik untuk saraf, dengan cara mendistraksi
konsentrasi tubuh dalam menyerap vitamin B. Selain itu, mengonsumsi
alkohol juga akan membuat neuropati mengganas, apalagi jika orang
tersebut memiliki riwayat diabetes, penyakit ginjal kronis, dan pola
makan yang tidak sehat.
2.2 Indera
2.2.1 Indera Penglihatan
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia yang secara
konstan menyesuaikan pada jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran
yang kontinu yang dengan segera di hantarkan pada otak.
a) Anatomi
1) Bagian Luar
a. Bulu mata, rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.
b. Alis mata (Supersilium), rambut-rambut halus yang terdapat diatas
mata.
c. Kelopak mata (Palpebra), merupakan 2 buah lipatan atas dan
bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
d. Kelenjar air mata, air mata manusia diproduksi oleh kelenjar yang
disebut dengan lakrimal.
e. Kelenjar meibom, berfungsi sebagai kelenjar sebasea yang berada
pada bagian tarsal kelopak mata.
2) Bagian Dalam
a. Konjungtiva, membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera
(bagian putih mata), kecuali kornea. Konjungtiva mengandung
banyak sekali pembuluh darah.
b. Sklera, merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada
lapisan terluar mata yang berwarna putih.
c. Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea
kita dapat melihat membran pupil dan iris.
d. Koroid, selaput tipis dan lembab merupakan bagian belakang
tunika vaskulosa (lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan).
e. Iris, merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.
f. Pupil, dari kornea cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil
menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang
lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang
gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.
g. Lensa, merupakan organ fokus utama, yang membiaskan berkas-
berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina Lensa berada dalam
sebuah kapsul yang elastic yang dikaitkan pada korpus siliare
khoroid oleh ligamentum suspensorium.
h. Retina, merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan
sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor
(fotoreseptor).
i. Aqueous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.
Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi
kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui
kornea.
j. Vitreus humor (Badan Bening), badan bening ini terletak
dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli
(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat
bola mata membulat.
k. Bintik kuning, merupakan bagian retina yang paling peka terhadap
cahaya karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang
berbentuk kerucut dan batang.
l. Saraf optik, 28 saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam
retina, untuk menuju ke otak.
m. Otot mata, otot-otot yang melekat pada mata antara lain:
a). Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya
mengangkat kelopak mata.
b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata.
c). Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), berfungsi
menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
d). Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata) berfungsi
untuk menggerakkan mata dalam (bola mata).
e). Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke
atas, ke bawah dan ke luar.

b) Fisiologi Penglihatan
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal, fungsi atau pekerjaan dari
tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat tersebut. Fisiologi manusia
berhubungan dengan sifat spesifik dan mekanis tubuh manusia yang
membuat manusia sebagai mahluk hidup yang bias mengindra, merasa,
dan mengerti segala sesuatu selama dalam rangkaian kehidupan.
1) Bagian Luar
a. Bulu mata, berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda
asing.
b. Alis mata, berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari
dahi ke mata.
c. Kelopak mata, berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada
gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).
d. Kelenjar air mata, berfungsi untuk menghasilkan air mata yang
bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab (tidak kekeringan).
2) Bagian Dalam
a. Konjungtiva, berfungsi melindungi kornea dari gesekan,
memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan
pada bola mata.
b. Sklera, berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis
dan menjadi tempat melakatnya otot mata.
c. Kornea, berfungsi sebagai pelindung mata gar tetap bening dan
bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar
air mata.
d. Koroid, memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah
refleksi internal cahaya.
e. Iris, terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pigmen ini
menentukan warna pada mata seseorang. Iris juga mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
f. Pupil, berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya
cahaya yangmasuk kedalam mata. Pupil juga Lubang di dalam Iris
yang dilalui berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya
cahaya menuju retina.
g. Lensa, berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah
bentuk lensa. Lensa berperan penting pada pembiasan cahaya.
h. Retina, berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi
impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik(II).
i. Aqueous humor, berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola
mata.
j. Vitreus humor (Badan Bening), berfungsi menyokong lensa dan
menolong dalam menjaga bentuk bola mata.
k. Bintik kuning, fungsi bintik kuning yang terdapat di retina pada
mata adalah untuk menerima cahaya dan meneruskan ke otak.
l. Saraf optik, memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang
cahaya hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh
saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa
melihat suatu benda.
m. Otot mata
a). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata.
b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata.
c). Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinya
untuk menutup mata.
d). Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya
menggerakkan mata dalam(bola mata).
e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan
bola mata ke bawah dan kedalam.
f). Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke
atas ke bawah dan keluar.

c) Cara Kerja Indra Penglihatan


Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata
dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini
memiliki fungsi penting dalam proses melihat. Kerusakan salah satu
fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat.
Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat
dibelakangnya terdapat iris, selain memberi warna pada mata iris juga
dapat merubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang
masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika
berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan cahaya
sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan
mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. Ketika cahaya
mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikrimkan ke otak, untuk
memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya.
Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot
disekitar iris harus mengerut.
Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini
adalah lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata
pada lapisan retina di bagian belakang mata. Karena otot-otot disekeliling
lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda
dapat selalu difokuskan ke retina. Semua system yang telah kami
sebutkan tadi berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul dari pada
peralatan mekanik yang dibuat untuk meniru desain mata dengan
menggunakan teknologi terbaru, bahkan system perekaman gambar
buatan paling modern di dunia ternyata masih terlalu sederhana jika
dibandingkan mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran
yang dicurahkan untuk membuat alat perekaman gambar buatan ini kita
akan memahami betapa jauh lebih unggulnya teknologi penciptaan mata.
Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka
kehebatan penciptaan ini semakin terungkap. Anggaplah kita sedang
melihat mangkuk Kristal yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang
datang dari mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan iris
kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi pada
retina, sehingga sel-sel retina dapat merasakan adanya cahaya ketika
partikel cahaya yang disebut foton mengenai sel-sel retina. Ketika itu
mereka menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino yang
tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel retina
adalah sebuah molekul bernama 11-cis retinal. Ketika sebuah foton
mengenainya molekul ini berubah bentuk dan kemudian mendorong
perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin.
Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk yang
memungkinkannya berikatan dengan protein lain yakni transdusin.
Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam sel namun belum dapat
bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan
ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini
dua protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia
bernama GTP telah menyatu tetapi proses sesungguhnya baru saja
dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk
mengikat satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa
ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan
menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi
kimia dalam sel.
Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan
menghasilkan energy listrik energy ini merangsang saraf-saraf yang
terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang
ketika mengenai mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan
perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi
visual objek di luar mata. Agar mata dapat melihat sinyal listrik yang
dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak.
Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah
kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal
listrik ini melanjutkan perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit
terjadi energy listrik diubah menjadi energy kimia tanpa kehilangan
informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan
dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini
yang terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa
informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain.
Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi
menjadi sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya ke tempat titik
sambungan lainnya dengan cara ini sinyal berhasil mencapai pusat
penglihatan pada otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang
ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita
dapat melihat mangkuk yang penuh buah-buahan sebagaimana kita
saksikan sebelumnya karena adanya system sempurna yang terdiri atas
ratusan kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang
menakjubkan ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik. Secara singkat
mekanisme melihat adalah:
1) Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.
2) Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda
yang dimaksud jatuh tepat di retina mata.
3) Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan
benda tersebut ke otak.
4) Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita
dapat melihat benda tersebut.

d) Gangguan/Kelainan pada Sistem Penglihatan


Mata manusia dapat mengalami kelainan. Beberapa kelainan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Mata miopi (rabun dekat)
Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola
mata terlalu panjang. Dengan demikian, objek yang dekat akan
terlihat jelas karena bayangan jatuh pada retina, sedangkan objek
yang jauh akan terlihat kabur karena bayangan didepan retina.
Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan mata jenis cekung.
2) Hipermetropi (rabun jauh)
Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa terlalu pipih atau bola
mata terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena
bayangan jatuh didepan retina, sedangkan objek yang jauh akan
terlihat jelas karena bayangan jatuh di retina. Kelainan mata jenis ini
dikoreksi dengan lensa cembung.
3) Mata astigmatisma
Mata astigmatisma adalah mata dengan lengkungan permukaan
kornea atau lensa yang tidak rata. Misalnya lengkung kornea yang
vertikal kurang melengkung dibandingkan yang horizontal. Bila
seseorang melihat suatu kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis
horizontal terlihat jelas.
4) Mata presbiopi
Mata presbiopi adalah suatu keadaan dimana lensa kehilangan
elastisitasnya karena betambahnya usia. Dengan demikian lensa
mata tidak dapat berakomodasi lagi dengan baik. Umumnya
penderita akan melihat jelas bila objeknya jauh, tetapi perlu
kacamata cembung untuk melihat objek dekat.
5) Hemeralopi (rabun senja)
Hemeralopi adalah gangguan mata yang disebabkan kekurangan
vitamin A. Penderita rabun senja tidak dapat melihat dengan jelas
pada waktu senja hari. Keadaan seperti itu apabila dibiarkan
berlanjut terus mengakibatkan kornea mata bisa rusak dan dapat
menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, pemberian vitamin A yang
cukup sangat perlu dilakukan.
6) Katarak
Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada lensa
mata sehingga penglihatan menjadi kabur dan daya akomodasi
berkurang. Umumnya katarak terjadi pada orang yang telah lanjut
usia.
7) Buta Warna
Buta warna merupakan gangguan penglihatan mata yang bersifat
menurun. Penderita buta warna tidak mampu membedakan warna-
warna tertentu, misalnya warna merah, hijau, atau biru. Buta warna
tidak dapat diperbaiki atau disembuhkan.
8) Konjungtivitas (menular)
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat
infeksi di bagian selaput yang melapisi mata.
9) Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis
yang berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk
serta bisa menular.
10) Keratokonjungtivitas Vernalis (KV)
Penyakit iritasi/peradangan pada bagian kornea (selaput bening)
akibat alergi sehingga menimbulkan rasa sakit.
11) Selulitis Orbitalis (SO)
Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata.
12) Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata
sehingga bola mata bernanah. Kejadian endoftalmitis merupakan
kasus yang sangat jarang, namun mungkin terjadi pada klien
terutama setelah menjalani operasi atau pascatrauma dengan benda
asing intraocular atau pada pengguna prosthesis mata.
13) Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada
tepi kelopak mata (margo palpebra). Biasanya, blefaritis terjadi
ketika kelenjar minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami
gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi
pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan
peradangan kelopak mata. Terdapat dua macam blefaritis, yaitu:
a. Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau
blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus.
b. Blefaritis seboreik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50
tahun), dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan.
14) Glukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan
pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan
aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

2.2.2 Indera Pendengaran


Indera pendengar manusia adalah telinga, selain sebagai indera pendengar
telinga berfungsi sebagai alat keseimbangan.
a) Bagian Telinga
Telinga manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga
bagian tengah, dan telinga bagian dalam.
1) Telinga Luar
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga, saluran telinga luar. Daun
telinga tersusun atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada
ujung paling bawah yaitu cuping telinga tersusun dari lemak. Daun
telinga berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan suara yang
masuk ke dalam telinga. Saluran telinga luar berfungsi menghasilkan
minyak serumen. Saluran telinga luar yang dekat dengan lubang
telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus untuk menjaga agar
benda asing tidak masuk, dan terdapat kelenjar lilin yang berperan
menjaga agar permukaan saluran telinga luar dan gendang telinga
tidak kering. Di bagian akhir saluran telinga luar terdapat membran
tipis yang memisahkan telinga luar dengan telinga tengah disebut
membran timpani (selaput gendang).
2) Telinga Tengah
Telinga pada bagian tengah merupakan suatu ruang di dalam tulang
pelipis, yang dilapisi jaringan mukosa. Pada telinga bagian tengah
terdapat:
a. Tulang-tulang pendengaran, yaitu tulang martil (maleus), tulang
landasan (inkus), dan tulang sanggurdi (stapes). Ketiga tulang
tersebut saling berhubungan melalui sendi dan berfungsi untuk
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju ke rongga
telinga dalam.
b. Saluran eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring, saluran ini berfungsi menjaga
keseimbangkan tekanan udara pada telinga luar dengan telinga
tengah.
3) Telinga Dalam
Telinga bagian dalam terdiri atas tiga bagian, yaitu jendela (tingkap),
labirin, dan organ korti. Tingkap atau jendela pada telinga ada dua
macam yaitu tingkap oval dan tingkap bulat (jorong). Telinga dalam
terdiri dari rongga yang menyerupai saluran-saluran. Rongga-rongga
ini disebut labirin tulang dan rongga yang dilapisi membran disebut
labirin membran. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian yaitu
vestibula, koklea (rumah siput), dan tiga saluran setengah lingkaran.
Koklea merupakan suatu tabung berbentuk melingkar dan bergelung
seperti cangkang keong serta berisi cairan limfa. Koklea terdiri atas
tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani.
Skala vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang disebut
perilimfe. Sedangkan skala media mengandung cairan endolimfe.
Bagian dasar skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi
melalui suatu jendela berselaput yang disebut tingkap oval. Sedangkan
skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap
bundar. Skala media terdapat diantara skala vestibuli dan skala
timpani. Skala media bagian bawah dibatasi oleh membran basilaris.
Diatas membran basilaris terdapat organ korti yang berisi ribuan sel
rambut sebagai reseptor yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Reseptor tersebut berhubungan dengan serabut saraf
yang bergabung membentuk saraf pendengar (saraf auditori) dari saraf
otak VIII.

b) Indera Keseimbangan
Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terdapat di
dalam telinga. Indera keseimbangan letaknya dekat indera pendengaran,
yaitu di bagian belakang labirin dan terdiri dari urtikulus, sakulus, serta
tiga kanalis semi-sirkularis. Kelima struktur ini berperan dalam
pengaturan keseimbangan tubuh kita.
Adapun proses mendengar pada telinga kita adalah: Telinga dapat
mendengar jika ada gelombang suara, gelombang suara akan
dikumpulkan oleh daun telinga, kemudian disalurkan ke saluran telinga
luar. Gelombang suara akan menggetarkan membran timpani dan
diteruskan ke dalam telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran.
Selanjutnya getaran diteruskan ke telinga dalam melalui tingkap oval dan
menggetarkan cairan perilimfe yang terdapat di dalam skala vestibuli.
Getaran cairan itu akan menggetarkan membran Reissner dan cairan
endolimfe dalam skala media, membran basilaris. Saat membran basilaris
bergetar akan menggerakkan sel-sel rambut dan ketika sel-sel rambut
menyentuh membran tektorial maka terjadi impuls yang akan dikirim ke
saraf otak VIII lalu ke korteks otak bagian pendengaran untuk
diinterpretasikan

c) Gangguan pada Telinga


1) Penyumbatan Sinus
Rongga sinus dan liang telinga terhubung di dalam kepala. Akibatnya,
sumbatan pada sinus, yang biasanya disertai juga dengan hidung
tersumbat, dapat memengaruhi tekanan di dalam telinga. Telinga yang
tersumbat akibat sinus bisa diredakan dengan cara:
a. Mengeluarkan udara dari hidung dengan lembut. Caranya, tutup
salah satu lubang hidung dan keluarkan udara melalui hidung.
b. Menyemprotkan larutan bilas hidung dari air garam untuk
membantu mengencerkan lendir, atau meletakkan kain kompres
hangat di wajah beberapa kali sehari.
c. Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol, untuk
meringankan sakit telinga.
d. Mengonsumsi obat dekongestan atau menggunakan obat semprot
hidung, guna membantu meringankan penyumbatan sinus dan
telinga tersumbat.
e. Menjaga kepala agar tetap tegak. Membungkuk dengan posisi
kepala berada di bawah hanya akan memperparah tekanan pada
telinga.
f. Menghindari suhu ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin),
karena dapat memperburuk masalah pada telinga.
2) Mengalami Pilek
Saat pilek, hidung biasanya akan tersumbat karena adanya proses
peradangan pada saluran napas yang berhubungan dengan saluran
telinga. Ketika peradangan akibat pilek mereda, gejala sumbatan pada
telinga dan hidung juga akan reda. Jika telinga masih seperti
tersumbat saat pilek sudah mereda, Anda bisa mengatasinya dengan
beberapa cara berikut:
a. Melegakan telinga yang tersumbat dengan menelan, menguap, atau
mengunyah permen karet bebas gula.
b. Mengambil napas dalam-dalam dan keluarkan udara dari kedua
lubang hidung yang dijepit dengan jari-jari tangan dan mulut
tertutup. Bila terdengar bunyi ‘plop’ dari dalam telinga, maka Anda
berhasil.
c. Mengonsumsi obat telinga tersumbat, seperti dekongestan dan
steroid topikal untuk hidung, atau menggunakan tabung ventilasi.
Anda disarankan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
sebelumnya.
3) Penumpukan Kotoran Telinga
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi telinga seperti
tersumbat akibat penumpukan kotoran. Yang pertama, dokter dapat
memberikan obat tetes telinga untuk membantu melunakkan kotoran
telinga, sehingga lebih mudah keluar dan dibersihkan. Setelah 1-2 hari
sejak meneteskan obat telinga tersebut, semprotkan air hangat
perlahan ke dalam telinga. Lalu, miringkan kepala agar air mengalir
keluar. Terakhir, keringkan liang telinga luar dengan handuk bersih.
Yang kedua, dokter akan melakukan pengangkatan kotoran dengan
menggunakan alat kecil melengkung (kuret), dan alat hisap.
4) Kemasukan Air
Telinga kemasukan air biasanya tidak membutuhkan obat telinga
khusus, dan akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Jika
mengalami kondisi ini, Anda disarankan untuk menjaga telinga tetap
kering dengan tidak berenang atau menyelam, memakai penutup
kepala ketika mandi, tidak menggunakan ear plug ketika
mendengarkan musik atau menonton video, dan mengonsumsi
paracetamol jika telinga terasa sakit.
5) Naik Pesawat atau Berada di Dataran Tinggi
Biasanya, telinga yang terasa seperti tersumbat ketika kita naik
pesawat, akan hilang dengan sendirinya. Namun jika Anda merasa
tidak nyaman, cobalah untuk menguap, mengunyah permen karet,
mengisap gula batu, minum air, atau menutup telinga dengan penutup
khusus. Jika telinga masih terasa seperti tersumbat atau bahkan
menjadi nyeri setelah menerapkan berbagai obat telinga di atas, segera
periksakan diri ke dokter. Mungkin dokter akan merekomendasikan
Anda dokter spesialis THT (telinga, hidung, tenggorokan) jika kondisi
yang Anda alami cukup serius. Dokter akan memberikan penanganan
dan pengobatan yang tepat sesuai gangguan yang Anda alami.
2.2.3 Indera Penciuman
Hidung merupakan alat pembau atau indera penciuman bagi manusia.
Apabila lubang hidung tersumbat oleh lendir atau ingus maka manusia akan
sulit untuk bernafas dan mempengaruhi sistem pernafasan manusia.
a) Struktur Anatomi Hidung
Hidung terdiri atas dua bagian yaitu lubang hidung dan rongga
hidung. Rongga hidung terbentuk oleh tulang hidung dan tengkorak.
Selain itu dalam rongga hidung terdapat selaput lendir atau yang disebut
juga membran mukus serta bulu hidung atau silia.
Bulu hidung dan selaput lendir berguna untuk menyaring udara
yang akan masuk hidung. Sehingga kotoran yang ada dalam udara tidak
terbawa ke dalam hidung. Kotoran tersebut dapat berupa debu, virus,
kuman, dan cairan. Bersin merupakan akibat dari masukan kotoran ke
dalam hidung. Bersin sendiri berfungsi untuk mengeluarkan kotoran
tersebut.
Di rongga hidung bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau ujung-
ujung saraf pembau. Saat sakit flu manusia tidak dapat membau dengan
baik, penyebabnya adalah pembekakan yang terjadi di selaput hidung.
Selain itu lendir juga menyebabkan indera pembau tidak meneria
rangsang dengan baik.

b) Fungsi Hidung
1) Sebagai jalan nafas, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke
atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah
nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya.
2) Alat pengatur kondisi udara, mukus pada hidung berfungsi untuk
mengatur kondisi udara.
3) Penyaring udara, mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan
pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut
hidung, dan silia.
4) Sebagai indra penghidu, fungsi utama hidung adalah sebagai organ
penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius.
5) Untuk resonansi suara, fungsi sinus paranasal antara lain sebagai
pengatur kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu
keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam
perubahan tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya.
6) Turut membantu proses bicara.
7) Reflek nasal.
Apabila ada gangguan pada indera penciuman, maka kita tidak dapat
mengecap dengan baik. Ketika seseorang menderita sakit pilek, maka
makanan terasa hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati bau
dengan baik. Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan pencium
saling bekerja dengan baik. Aroma makanan yang berada di rongga
dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut saraf di situ tertutup
oleh lendir pilek. Kita merasakan bau buah apel berbeda dengan jeruk
dan pepaya karena adanya organ penciuman.
c) Mekanisme Kerja Indera Penciuman
Saat menghirup udara untuk bernafas, bau sekitar juga ikut ke dalam
hidung. Di dalam rongga hidung, bau akan larut di dalam lendir. Setelah
itu rangsangan bau tersebut akan diterima oleh ujung-ujung saraf pembau
serta diteruskan ke pusat penciuman dan saraf pembau. Setelah itu
otaklah yang memproses ingata akan bau tersebut sehingga manusia tau
dan dapat membau aroma tersebut.

d) Gangguan pada Indera Penciuman


Kemampuan penciuman/pembau normal didefinisikan sebagai
normosmia. Gangguan penghidu dapat berupa:
1) Anosmia yaitu hilangnya kemampuan penghidu.
Metode pengobatan anosmia tergantung pada penyebabnya, antara
lain: Pembedahan untuk mengatasi anosmia yang disebabkan oleh
kelainan tulang hidung, tumor hidung, atau polip hidung; Penghentian
konsumsi obat-obatan pada anosmia yang disebabkan oleh efek
samping obat; Pemberian dekongestan untuk anosmia yang
disebabkan oleh hidung tersumbat; Pemberian antibiotik untuk
anosmia yang disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk sinusitis.
Tidak semua kasus anosmia dapat dicegah, terutama yang terjadi
akibat kelainan lahir. Tetapi anosmia yang bukan disebabkan oleh
kelainan lahir bisa dicegah. Caranya adalah dengan menghindari
faktor-faktor yang bisa memicu anosmia, misalnya:
a. Menerapkan kebersihan diri untuk mencegah pilek dan flu.
b. Menghindari paparan alergen, yaitu zat yang bisa memicu alergi
c. Melakukan konsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum
mengonsumsi obat-obatan yang bisa memicu anosmia
d. Menghentikan kebiasaan merokok dan sebisa mungkin
menghindari paparan asap rokok
2) Agnosia yaitu tidak bisa menghidu satu macam odoran. Hingga saat
ini, belum ada cara mengobati agnosia secara khusus. Namun dokter
bisa merekomendasikan sederet penanganan berikut:
a. Menangani penyebab agnosia
Bila penyebab agnosia bisa diketahui, dokter akan menganjurkan
langkah pengobatan khusus. Misalnya, mengatasi dan mencegah
stroke, memberikan antibiotik atau operasi untuk abses otak, dan
mengadakan operasi atau radioterapi untuk tumor otak.
b. Rehabilitasi, terapi wicara, dan terapi okupasi
Terapi-terapi ini berperan penting dalam pengobatan agnosia, dan
bertujuan membantu pasien dalam memanfaatkan indera yang
berfungsi baik untuk mengompensasi kekurangannya.
Pencegahan agnosia dapat dilakukan dengan mengurangi risikonya
apabila penyebabnya terdeteksi. Namun bila pemicunya tidak
diketahui, cara mencegah agnosia juga tidak tersedia.
a) Parsial anosmia yaitu ketidak mampuan menghidu beberapa odoran
tertentu. Pencegahan gangguan ini sama dengan pencegahan
gangguan anosmia.
b) Hiposmia yaitu penurunan kemampuan menghidu baik berupa
sensitifitas ataupun kualitas penghidu.
c) Disosmia yaitu persepsi bau yang salah, termasuk parosmia dan
phantosmia. Parosmia yaitu perubahan kualitas sensasi penciuman,
sedangkan phantosmia yaitu sensasi bau tanpa adanya stimulus
odoran/ halusinasi odoran.
d) Presbiosmia yaitu gangguan penghidu karena umur tua.

2.2.4 Indera Pengecapan


Lidah merupakan indera perasa atau pengecap manusia yang berfungsi
untuk membedakan bermacam-macam rasa. Rasa yang berbeda dapat
dirasakan dibagian lidah yang berbeda-beda pula.
a) Struktur Anatomi Lidah
Bagian-bagian lidah terdiri pangkal lidah ( radiks lingua ). Punggung
lidah ( dorsum lingua ), dan ujung lidah ( apeks lingua). Bila lidah
digulung ke belakang tampak permukaan bawah yang disebut frenulum
lungua, sebuah struktur ligamen yang halus yang mengaitkan bagian
posterior lidah pada dasar mulut. Permukaan atas lidah bludru dan
ditutupi papil-papil yang terdiri atas tiga jenis papil , yaitu :
1) Papila sirkumvalatae, yang terletak pada pangkal lidah atau dasar
lidah.
2) Papapila fungiformis, yang menyebar pada permukaan ujung sisi
lidah dan berbentuk jamur.
3) Papila filiformis, yang menyebar di seluruh permukaan lidah, dan
lebih berfunsi untuk menerima rasa sentuhan daripada rasa
pengecapan yang sebenarnya.
Rasa primer yang kita kenal adalah manis, asin, asam dan pahit. Rasa
manis akan baik dirasakan oleh ujung lidah. Bagian anterolateral sensitif
terhadap rasa asin. Bagian posterolateral untuk rasa asin. Pangkal lidah
sensitif untuk rasa pahit. Saliva membantu pelarutan makanan sebab
hanya makanan yang larut yang dapat dikecap. Sinyal refleks viseral
berintegrasi dengan pusat degistif di medula. Perintah motor para
simpatis dikirim ke kelenjar ludah melalui saraf fasialis dan ke lambung
melalui nervus vagus ke sistem limbik dan hipotalamus untuk reseptor
afektif.
Fungsi saliva adalah :
1) Fungsi mekanis, Yaitu untuk mencampur makanan, agar menjadi
lunak, sehingga mudah untuk ditelan.
2) Fungsi kimia, melalui peran dari beberapa enzim.
3) Membasahi lidah, pipi dan langit-langit yang penting dalam proses
berbicara.
4) Melarutkan makanan yang kering hingga dapat dirasakan, misalnya :
gula dan garam.
5) Mencegah terjadinya karies pada gigi dengan cara mengubah suasana
asam yang ditimbulkan oleh bakteri pembusuk. Saliva ini akan
disekresikan oleh rangsangan nervus olfaktorius dan nervus
glossofaringeus, yakni bila terdapat makanan di dalam mulut atau
indera penciuman membau makanan

b) Fisiologi Pengecapan
Pengecapan merupakan keadaan umum yang sangat berperan pada
persepsi makanan melalui deteksi oleh indera pengecap dalam rongga
mulut dan adanya elemen-elemen dalam makanan yang merangsang
ujung-ujung saraf yang sangat berperan pada pengecapan. Senyawa pahit
dapat dikecap pada dorsum lingua, senyawa asam sepanjang tepi lidah,
senyawa manis pada ujung lidah, dan senyawa asin pada dorsum di
anterior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah tunas
pengecapan hanya berespons terhadap rangsangan pahit, sedangkan
tunas pengecapan lain berespons terhadap rangsangan rasa:
1) Rasa asam, disebabkan oleh asam dan intensitas dari sensasi rasa
hampur sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen
yaitu makin asam.
2) Rasa asin, kualitas rasa berbeda-beda antara garam yang satu dengan
garam yang lain. Garam membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa
asin. Kation dari garam berperan membentuk rasa asin anion.
3) Rasa manis : Tidak dibentuk oleh satu golongan kelas substansi kimia
saja. Ada beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa manis
misalnya gula, glikol, aldehid, keton, amida, dan asam amino.
4) Rasa pahit: Substansi yang membentuk rasa pahit hampir seluruhnya
merupakan substansi organik:
a. Substansi organik rantai panjang yang mengandung nitrogen.
b. Alkaloid meliputi banyak zat yang digunakan dalam obat obatan.
Tanaman yang beracu karena banyak toksin yang mematikan
merupakan alkaloid yang menimbulkan rasa sangat pahit.
Kemampuan manusia dalam membedakan intensitas pengecapan relatif
kasar. Perubahan 30% dalam konsentrasi senyawa yang dikecap
diperlukan sebelum perbedaan intensitas yang dapat dideteksi,
konsentrasi ambang senyawa tempat tunas pengecapan berespons variasi
terhadap senyawa khusus.

c) Mekanisme Kerja Indera Pengecap


Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan
merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Setelah itu rangsangan tersebut
diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Lalu otak menanggapi
rangsang tersebut sehingga manusia dapat merasakan rasa makanan atau
minuman tersebut.

d) Gangguan pada Indera Pengecap


Umumnya, setiap orang memiliki kuncup perasa (taste buds) sebanyak
10.000. Sel-sel ini akan terus berganti setiap dua minggu atau lebih,
menggantikan sel-sel yang lama. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia,
sel itu tak lagi beregenerasi. Kelainan indra pengecap yang sering terjadi
adalah halusinasi rasa. Halusinasi rasa berarti merasakan sesuatu, cita
rasa itu bertahan lama, tetapi tidak ada apa pun di dalam mulut. Berikut
ini adalah beberapa gangguan indra perasa (taste disorder) yang bisa
terjadi, yaitu:
1) Hipogeusia, menurunnya kemampuan mengecap seseorang. Orang
yang mengalami hipogeusia tetap dapat merasakan suatu rasa, tapi
tidak sekuat biasanya. Mengutip British Journal of Clinical
Pharmacology, hipogeusia dapat disebabkan oleh berbagai kondisi,
seperti infeksi virus akut, cedera otak, atau pengobatan tertentu.
2) Ageusia, kondisi saat seseorang tidak mampu mengenali rasa sama
sekali. Artinya, makanan atau minuman yang dikonsumsi tidak terasa
apa-apa. Meski demikian, kondisi ini sebenarnya jarang terjadi.
Seseorang lebih umum mengalami anosmia, yakni kehilangan
kemampuan membaui sama sekali dibandingkan indra perasa. Inilah
yang juga biasanya menjadi ciri khas Covid-19.
3) Disgeusia, gangguan indra pengecapan yang membuat seseorang
mengecap rasa yang tidak enak, seperti busuk, tengik, pahit, atau asin
yang bertahan di mulut. Ciri lain seseorang mengalami disgeusia
adalah merasakan logam di mulut untuk beberapa waktu.
Penyebab gangguan pada indera pengecapan, antara lain:
1) Infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan telinga bagian tengah.
2) Pernah melakukan radioterapi pada bagian leher dan kepala.
3) Terpapar berbagai jenis zat kimia, seperti insektisida yang mungkin
ada di dalam makanan yang tidak bersih, beberapa antibiotik, dan obat
anti alergi.
4) Cedera kepala.
5) Pernah melakukan operasi pada bagian telinga, hidung, tenggorokan,
atau mulut.
6) Kebersihan dan kesehatan mulut tidak terjaga dengan baik.
7) Seseorang yang mengalami AIDS juga dapat mengalami gangguan
indra pengecapnya.
8) Kekurangan zat gizi seperti zinc, copper, dan nikel. Apabila gangguan
itu muncul akibat obat-obatan yang diberikan, maka dokter biasanya
akan menghentikan obat-obatan tersebut dan menggantinya dengan
jenis lainnya.
Selain itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pengecapan yang hilang atau terganggu, yaitu:
1) Menyiapkan makanan dengan warna, rasa, dan tekstur yang
bervariasi.
2) Menggunakan rempah-rempah serta bumbu yang kuat di dalam
masakan Anda untuk meningkatkan cita rasa makanan. Tetapi, hindari
penggunaan gula dan garam terlalu banyak.

2.2.5 Indra Peraba


Indra peraba adalah satu dari lima panca indra manusia yang membuat kita
bisa merasakan sesuatu yang kasar, halus, panas dan juga dingin dari
permukaan benda melalui bagian tubuh manusia yaitu kulit. Kulit manusia
sendiri bisa merasakan segala jenis ragam tekanan, tekstur, rasa sakit dan
juga gerakan.
a) Struktur Bagian Indra Peraba
Struktur bagian dari indra peraba terdiri dari beberapa bagian yakni
epidermis, dermis dan juga hypodermis.
1). Epidermis
Epidermis merupakan beberapa macam lapisan kulit manusia terluar
yang dinamakan kulit ari yakni lapisan kulit yang tahan terhadap air
dengan ketebalan berbeda beda disesuaikan dengan fungsinya. Untuk
bagian kulit yang tebal ada di bagian telapak tangan dan juga telapak
kaki. Sementara untuk kulit yang tipis ada di bagian tubuh lain selain
kulit telapak tangan dan juga kaki. Ada beberapa fungsi dari lapisan
epidermis, yakni sebagai penghalang untuk melindungi tubuh terhadap
patogen atau mikroba yang berbahaya untuk tubuh, untuk memberikan
ketahanan mekanis tubuh, untuk memberikan warna kulit, dan untuk
melindungi tubuh dari risiko paparan berlebih sinar ultraviolet atau
UV. Lapisan epidermis sendiri terdiri dari 4 lapisan, yakni lapisan
tanduk, lapisan malphigi, lapisan spinosum dan juga lapisan basal.
1) Lapisan tanduk (stratum korneum): Lapisan kulit terluar yang
mengalami deskuamasi yakni pengelupasan lapisan paling luar
yang terjadi terus menerus. Lapisan ini tidak dilapisi pembuluh
darah sehingga pengelupasan tidak menimbulkan rasa sakit dan
tidak mengeluarkan darah yang berguna untuk mencegah
masuknya bakteri dan mengurangi penguapan cairan.
2) Lapisan malphigi (stratum granulosum): Lapisan kulit yang
tersusun dari sel hidup dan memperoleh nutrisi dari pembuluh
kapiler di lapisan dermis. Lapisan malphigi ini berguna untuk
memberikan warna pada kulit manusia.
3) Lapisan Spinosum (stratum germinativum): Lapisan kulit yang
tersusun dari sel dengan bentuk tak beraturan yang bisa membelah
diri berguna untuk menjaga kekuatan serta kelenturan kulit.
4) Lapisan basal (stratum germinativum): Lapisan kulit yang terus
membelah diri untuk memperbarui epidermis yang sudah rusak. Ini
adalah lapisan terbawah epidermis yang akan membentuk kulit
baru.
2). Dermis
Dermis merupakan lapisan kulit yang ada pada bagian bawah lapisan
epidermis. Lapisan ini lebih tebal dibandingkan lapisan epidermis
yakni sekitar 2.5 mm yang terdiri dari 3 bagian, yakni:
1) Fibrolas: Sel di dermis dengan fungsi untuk mensintesis matriks
ekstraseluler dan juga kolagen.
2) Makrofag: Sel yang berfungsi di jaringan yang berasal dari sel
darah putih atau leukosit.
3) Adiposit: Sel di dermis yang berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan lemak. Sel tersebut merupakan penyusun dari jaringan
adipose dan juga jaringan penghantar areolar.
3). Hipodermis
Hipodermis merupakan bagian kulit yang ada di bawah lapisan dermis
yakni lapisan yang paling banyak mengandung lemak yang berguna
sebagai cadangan makanan, membantu memberikan perlindungan
tubuh dari benturan dan fungsi lain yakni untuk menahan di bagian
tubuh. Hipodermis ini merupakan lapisan paling dalam dari kulit yang
memiliki pembuluh darah, limfa dan juga sistem saraf yang letaknya
sejajar dengan permukaan kulit. Beberapa fungsi dari hipodermis
tersebut diantaranya adalah : membantu menyangga tubuh bagian
dalam terhadap benturan, memberikan bentuk tubuh, menyediakan
makanan karena merupakan tempat lemak berkumpul, dan membantu
untuk mempertahankan suhu tubuh.

b) Fungsi Indra Peraba


Sebagai lapisan terluar dari tubuh, tentunya ada cukup banyak fungsi dari
indra peraba yang akan kami jelaskan beberapa diantaranya berikut ini:
1). Pelindung Tubuh
Dengan adanya indra peraba yakni kulit sebagai bagian paling luar
dari tubuh, maka tubuh akan terlindung dari segala ancaman seperti
sinar matahari, mikroorganisme berbahaya, mengurangi kerusakan
karena benturan dan juga melindungi tubuh dari kontak langsung
bahan bahan kimia.
2). Indra Peraba
Kulit memiliki begitu banyak ujung persarafan sehingga pada saat
menerima rangsangan akan langsung dirasakan tubuh. Contohnya
adalah panas, dingin, sentuhan, nyeri dan masih banyak lagi.
3). Alat Pembuangan
Indra peraba yakni kulit adalah tempat keluarnya keringat yakni sisa
dari metabolisme yang terdiri dari banyak unsur yang sudah tidak
diperlukan tubuh. Kulit manusia akan mengeluarkan keringat setiap
hari lewat pori pori yakni rongga kecil yang ada di permukaan kulit.
4). Mengatur Suhu Tubuh
Indra peraba yakni kulit juga akan menjaga supaya suhu tubuh tidak
terpengaruh dengan suhu disekitarnya. Ini mengartikan jika kulit akan
mengusahakan supaya suhu tubuh tidak berubah meski sedang terjadi
perubahan suhu di lingkukngan sekitar. Proses tersebut terjadi dengan
cara menyeimbangkan pengeluaran serta pemasukan panas tubuh dari
kulit. Dalam kondisi normal, suhu tubuh manusia adalah antara 36.6
hingga 37.2 derajat celcius, sedangkan suhu kulit sedikit lebih rendah
dari suhu tubuh.
5). Untuk Tempat Menyimpan Lemak
Pada bagian bawah lapisan dermis kulit berguna untuk menyimpan
lemak berbentuk tetesan lemak yang akan dipakai jika sedang
dibutuhkan seperti ketika membutuhkan energi lebih banyak karena
memang berfungsi sebagai cadangan energi.
6). Tempat Membuat Vitamin D
Kulit juga memiliki pro vitamin D yang diperoleh dari makanan
dengan bantuan sinar ultraviolet sinar matahari. Pro vitamin D ini
nantinya akan diubah menjadi vitamin D yang kemudian digunakan
untuk kebutuhan tubuh.

c) Cara Kerja Indra Peraba


Indra peraba yakni kulit akan menerima begitu banyak rangsangan
dari luar. Rangsangan yang dapat diterima oleh kulit adalah sentuhan
dingin, panas, tekanan serta rasa nyeri. Ketika kulit merasakan panas,
maka rangsangan akan diterima sel sel reseptor. Di sel reseptor,
rangsangan akan dibawa ke otak lewat urat saraf yang akhirnya akan
diolah otak dan akhirnya kita bisa merasakan sebuah rangsangan. Setelah
tubuh menerima rangsangan, maka otak akan memerintahkan tubuh
untuk memberi tanggapan terhadap rangsangan yang sudah diterima
tubuh.

d) Gangguan pada Indera Peraba


1) Kudis, disebabkan oleh tungau yang dikenal dengan nama Sarcoptes
scabiei. Penderita akan merasa gatal yang luar biasa. Penyakit ini
seringkali dijumpai pada anak-anak. Kudis biasanya ditemukan pada
selah-selah jari tangan, pergelangan tangan, dan pinggang batas
celana.
2) Eksim, ditandai dengan badan yang meradang dan iritasi. Eksim
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya setelah memegang sabun
ternyata tangan terasa gatal. Gejala yang timbul pada kulit bervariasi,
ada yang terasa gatal ringan dan ada juga yang merasaan panas.
3) Jerawat, merupakan penyakit yang biasanya muncul di wajah, leher,
punggung, bahu, dada, bahkan di lengan atas. Jerawat disebabkan oleh
tersumbatnya pori-pori kulit oleh kotoran.
4) Panu, disebabkan oleh jamur dan menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal
akan semakin terasa jika terkena keringat.
5) Dermatitis, penyakit peradangan pada kulit dan ditandai dengan kulit
yang membengkak, memererah, dan gatal-gatal.

e) Cara Mencegah Terjadinya Gangguan pada Indera Peraba


1) Mandi, mandi dua kali sehari diperlukan untuk membersihkan kulit
dari minyak, keringat, dan kotoran-kotoran yang menempel. Akan
tetapi, jangan mandi dengan air yang terlalu panas dan terlalu lama
mandi karena dapat menghilangkan minyak alami pada kulit.
Akibatnya, kulit Anda bisa menjadi sangat kering. Gunakan sabun
mandi dengan kandungan yang ringan untuk menjaga kadar minyak
alami pada kulit. Setelah mandi, tepuk-tepuk kulit tubuh Anda dengan
handuk lembut agar lembap. 
2) Oleskan pelembap, sesaat setelah mandi dan cuci muka, Anda perlu
mengoleskan pelembap untuk menjaga fungsi lapisan kulit (skin
barrier) sekaligus melembapkan kulit. Jika memiliki kulit yang
kering, hindari pelembap berbahan dasar alkohol. Sedangkan, bagi
pemilik kulit berminyak, hindari pelembap berbahan dasar
minyak. Tak ada salahnya untuk menggunakan pelembap yang
mengandung SPF untuk sekaligus memberikan perlindungan dari
paparan sinar matahari. 
3) Lindungi kulit dari paparan sinar matahari, melindungi kulit dari
paparan sinar matahari juga menjadi cara menjaga kesehatan
kulit. Pasalnya, paparan sinar matahari berlebih bisa memunculkan
keriput, bercak-bercak, bahkan meningkatkan risiko kanker
kulit. Anda bisa menggunakan sunscreen atau tabir surya saat
beraktivitas di luar ruangan. Oleskan tabir surya dengan kandungan
SPF minimal 30, lalu ulangi pemakaiannya setiap 2 jam sekali, atau
lebih sering jika Anda berkeringat atau berenang. Selain pada
permukaan kulit wajah, oleskan pada area kulit tubuh yang terbuka
dan terpapar sinar matahari. Kenakan pula pakaian berlengan panjang,
topi, atau payung, sebagai pelindung tambahan saat beraktivitas di
luar ruangan. 
4) Jangan merokok, cara menjaga kesehatan kulit juga perlu didukung
dengan menjauhi kebiasaan yang dapat mempercepat proses penuaan
kulit, seperti merokok. Sebab, kebiasaan merokok bisa membuat
keriput muncul lebih cepat muncul sehingga kulit tampak kusam dan
tidak sehat. Mengisap rokok juga membuat pembuluh darah halus di
kulit bagian luar mengalami penyempitan. Kondisi ini menyebabkan
aliran darah berkurang dan kulit akan tampak pucat. Kebiasaan
merokok akan merusak kolagen dan elastin pada kulit sehingga kulit
kehilangan elastisitasnya. Risiko kanker kulit sel skuamosa juga akan
meningkat akibat kebiasaan merokok.
5) Pola makan sehat, perbanyak makan sayuran dan buah-buahan, serta
minum air putih yang cukup dapat menjaga agar kulit tetap terhidrasi.
Konsumsi pula makanan yang kaya kandungan omega-3, dan kurangi
konsumsi lemak maupun makanan olahan supaya memberi dampak
positif terhadap kesehatan kulit Anda.
6) Kendalikan stress, stres yang tidak terkendali bisa membuat kulit
lebih sensitif, bahkan memicu timbulnya jerawat, maupun masalah
kulit yang lain. Oleh sebab itu, cara merawat kulit perlu didukung
dengan cara mengendalikan stres agar pikiran jadi tenang. Anda bisa
menonton film komedi, meluangkan waktu untuk bersenang-senang,
melakukan apa yang Anda sukai, atau bercerita pada orang terdekat
sebagai cara mengurangi stres.
7) Tidur yang cukup, tidur yang cukup dapat menghilangkan lingkaran
hitam di area mata, serta meningkatkan warna kulit agar tampak lebih
cerah. Sebaliknya, jika Anda kurang tidur, dapat berdampak secara
signifikan pada fungsi kulit sehingga muncul-muncul tanda
penuaan. Maka dari itu, orang dewasa disarankan untuk tidur selama
7-9 jam setiap harinya. Selama tidur nyenyak, tubuh akan
meregenerasi kulit, otot, dan sel darah. Tubuh juga akan memproduksi
kolagen baru yang dapat mencegah pengenduran kulit

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf merupakan sistem pengolah dan komunikasi tubuh


yang berfungsi menerima rangsangan terdiri atas otak, sumsum tulang belakang,
organ – organ sensorik ( mata, telinga dan organ lainnya ) dan semua saraf yang
menghubungkan organ – organ tersebut dengan seluruh tubuh yang berfungsi
sebagai penghantar rangsangan keseluruh bagian tubuh dan memberikan respons
terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh
alat indra serta pengolahan rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian
meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang di lakukan oleh sistem
saraf dan alat indra gangguan yang terjadi pada system saraf yaitu Alzheimer,
Parkinson, Multiple sclerosis, Bell`s palsy, Epilepsi, Meningitis, Ensefalitis,
Tumor otak, Cedera otak dan tulang belakang adapun cara pencegahannya yaitu
dengan cara olahraga teratur, hindari pekerjaan yang menuntut gerakan berulang,
jaga berat badan ideal, asupan vitamin B tercukupi dan hindari alkohol.

Sistem indra merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indra. Sistem saraf dan indera selalu berkaitan tidak bisa berdiri
sendiri. Bagian alat – alat indra sendiri merupakan bagian tubuh yang berfungsi
mengetahui keadaan luar. Alat indera manusia sering disebut panca indra yang
terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat ( mata ), indra pendengar ( telinga ),
indra pembau / mencium ( hidung ), indra pengecap ( lidah ), dan indra peraba
( kulit ). Gangguan pada indra penglihatan yaitu mata miopi, Hipermiopi,
Hemeteropi, Katarak dll. Gangguan pada indra pendengaran yaitu penyumbatan
sinus, penumpukan kotoran telinga dll. Gangguan pada indra penciuman yaitu
Anosmia, Agnosia. Gangguan pada indera pengecap yaitu Hipogeusia, Ageusia,
Disgeudia. Gangguan pada indra peraba yaitu kudis, jerawat, panu dan lain-lain.

3.2 Saran

Sebaiknya alat indra yang terdapat dalam tubuh kita harus dijaga dan
dirawat agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik dan kita harus mulai
menyadari bahwa menjaga sistem indra itu sangat penting untuk keberlangsungan
kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA

 Rujukan Artikel web


Pengertian Indra Peraba : Struktur Bagian, Fungsi dan Cara Kerja. (2020).
Diakses pada 10 September 2021, dari https://jagad.id/pengertian-indra-
peraba/
Tips Simpel Mencegah Gangguan Saraf Sejak Dini. (2019). Diakses pada 10
September 2021, dari https://www.halodoc.com/artikel/tips-simpel-
mencegah-gangguan-saraf-sejak-dini
Rahardini, Armita 2019, 7 Fungsi Kulit Manusia dan Cara Menjaga
Kesehatannya agar Tetap Sehat dan Awet Muda, Sehatq, diakses pada
10 September 2021, dari https://www.sehatq.com/artikel/fungsi-kulit-
dan-cara-merawat
Puji, Aprinda 2021, “Demensia”, diakses pada 10 September 2021, dari
https://hellosehat.com/saraf/alzheimer/demensia/?amp=1
4 Penyakit pada Indera Peraba Kulit. 2019. Diakses pada 10 September 2021,
dari https://www.coursehero.com/file/pc4g508/4-Penyakit-pada-Indera-
Peraba-Kulit-a-Kudis-Kudis-disebabkan-oleh-tungau-yang/
Telinga seperti Tersumbat, Coba Obat Telinga ini. 2018. Diakses pada 10
September 2021, dari https://www.alodokter.com/telinga-seperti-
tersumbat-coba-obat-telinga-ini
Cara Kerja Telinga dan Fungsi Lain yang dimiliki. 2019. Diakses pada 10
September 2021, dari https://www.alodokter.com/cara-kerja-telinga-dan-
fungsi-lain-yang-dimiliki
BAB II Gambaran Umum Sistem Penglihatan (Mata). Diakses pada 10
September 2021, dari http://repo.iain-tulungagung .ac.id /3071/3. BAB%
20ll.pdf
Rena, Widyawinata. 2021. Diakses pada 10 September 2021, dari
https://www.sehatq.com/artikel/gangguan-indra-pengecap

Nimas, Mita Etika M. 2021. Jangan Anggap Remeh Gangguan Pengecap. Di


akses pada 10 September 2021. https://hellosehat.com/gigi-mulut/gusi-
mulut/apa-itu-gangguan-indra-pengecap/?amp=1

 Rujukan dari Jurnal


Nugroho, Puguh Setyo dan HMS Wiyadi. 2019. “Anatomi dan Fisiologi
Pendengaran Perifer” dalam Jurnal THT-KL.Vol.2,No.2 (hlm 76 - 85).
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan
Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Reni, Puspita DewiDewi. 2019. "Sistem Simulasi Alat Indra Manusia Untuk
Mendukung Proses Pembelanaran Ilmu Pengetahuan Alam". Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Effy, Huriyati, Tuti Nelvia. 2014. "Gangguan Fungsi Penghidu dan


Pemeriksaannya". Jurnal Kesehatan Andalas; 3(1). PadangPadang:
Universitas Andalas.

 Rujukan dari Buku

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan & Kebidanan (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai