Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Agribisnis A
Golongan S2
FAKULTAS PERTANIAN
JAWA TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Padi merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 254 juta penduduk
Indonesia. Pada tahun 2016, produksi padi nasional mencapai 79,2 juta ton yang
melibatkan lebih dari 14,1 juta petani padi dengan kepemilikan lahan sawah rata-rata
0,3 ha per petani (Badan Pusat Statistik 2016). Oleh karena itu, padi menjadi
komoditas strategis dan sumber pendapatan utama bagi sebagian besar rumah tangga
petani di perdesaan. Namun petani padi selalu dibayang-bayangi oleh kegagalan
panen akibat serangan hama dan penyakit tanaman. Tikus sawah merupakan salah
satu hama utama tanaman padi yang hampir di setiap musim tanam selalu
menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil panen. Pusdatin Pertanian (2018)
mencatat bahwa tikus sawah adalah hama utama tanaman padi dengan tingkat
serangan puso tertinggi. Luas serangan tikus sawah di Indonesia mencapai 66,087
ha/th dengan 1,852 ha diantaranya mengalami puso. Hama tikus di Indonesia
menempati urutan pertama pada pertanaman padi, kemudian diikuti oleh penggerek
batang, wereng coklat, dan walang sangit (Ivakdalam, 2013).
Serangan tikus sawah terhadap tanaman padi terjadi pada stadia awal
generatif. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah tangkapan dan tingginya tingkat
kerusakan tanaman padi yang terjadi pada stadia awal generatif dibandingkan pada
stadia vegetatif dan akhir generatif yang cenderung relatif lebih rendah. Kehadiran
tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak
kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/feses, lubang aktif, dan gejala
serangan. Tikus sawah juga menularkan berbagai penyakit yang berbahaya bagi
manusia dan ternak, di antaranya leptospirosis. Penyebab leptospirosis adalah urin
hewan terinfeksi Leptospira yang mencemari lingkungan. Gejala klinis penyakit ini
sangat bervariasi perlu dikendalikan dengan saksama agar tidak menimbulkan
kerugian, baik pada pertanaman padi maupun kesehatan manusia dan ternak.
5.1 Kesimpulan
1. Tikus sawah merupakan salah satu hama utama tanaman padi yang hampir
di setiap musim tanam selalu menyebabkan kerusakan dan kehilangan
hasil panen.
2. Tikus sawah digolongkan dalam kelas Vertebrata (bertulang belakang),
ordo Rodentia (hewan pengerat), famili Muridae, dan genus Rattus.
3. Gejala kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus sawah dapat dikenali
dengan mudah, yaitu adanya pola kerusakan tanaman yang dimulai dari
tengah petakan sawah dan terus meluas ke pinggir petakan.
4. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan
memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way),
kotoran/feses, lubang aktif, dan gejala serangan.
5. Ada beberapa cara pengendalian yakni cara mekanik dengan menggunakan
alat berupa senapan angin, cara fisik bisa dilakukan dengan perburuan
langsung dengan tangan misal gropyokan, cara kimiawi dengan
menggunakan bahan kimia berupa serbuk belerang dengan teknik
pengemposan.
DAFTAR PUSTAKA
Feriadi. (2015). Pengendalian Hama Pada Tanaman Padi yang Ramah Lingkungan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, 28(3), 157–160.
Rahmad, R., Kadir, M. & Taslim, T. (2017). Survei teknik pengendalian hama penggerek
buah kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) dI Desa Gattareng Kecamatan
Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan
Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan, 6(2), 34-39.
Siregar, H. M., Priyambodo, S., & Hindayana, D. (2020). Preferensi Serangan Tikus Sawah
(Rattus argentiventer) Terhadap Tanaman Padi. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi,
13(1), 16–21. https://doi.org/10.21107/agrovigor.v13i1.6249