Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT

PERLINDUNGAN MIGRAN INDONESIA

Penyusun :
Hafidz Waskito A (5014201101)
M.Fariz Alkoiri (5016201031)
Herni Audiyana (5016201079)
Hana’ Nafisa Oktavia (5016201111)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


2020
Deskirpsi dari UU 18 Tahun 2017
Berdasarkan UU nomor 18 tahun 2017 pada undang undang tersebut menjelaskan
kebijakan akan perlindungan pekerja migran Indonesia. Pada awal dari UU tersebut berniat untuk
mengubah perlindungan pekerja migran Indonesia yang sebelumnya dilindungi pada UU nomor
39 tahun 2004 mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia luar negeri yang
dirasa kurang sesuai untuk sekarang. Kebijakan dari pasal ini bertujuan untuk melindungi para
pekerja Indonesia yang bekerja diluar negeri dari kejahatan akan manusia, seperti : perdagangan
manusia, perbudakan. Perlindungan tersebut juga berlaku disaat sebelum bekerja yakni melindungi
mulai keberangkatan hingga sampai ditempat bekerja, saat melakukan pekerjaan yaitu melindungi
pekerja Indonesia tersebut dari Tindakan yang tidak sesuai dengan HAM, dan setelah bekerja
yakni proses pengembalian pekerja tersebut ke tanah air.
Selain perlindungan untuk tenaga kerja yang bekerja diluar pada kebijakan ini juga
menjelaskan akan melindungi keluarga dari pekerja tersebut apabila ikut berpindah keluar dengan
adanya pendataan dan surat surat yang lengkap seperti visa yang terurus sesuai dengan kebijakan
yang telah ditentukan. Selain itu pada kebijakan ini juga menjelaskan mengenai instansi mana yang
dapat memberikan jaminan perlindungan para pekerja migran Indonesia dan juga bentuk perjanjian
secara tertulis rinci agar mencegah dari Tindakan kecurangan atau penyalahgunaan kebijakan ini.
Selain hal diatas pada kebijakan ini juga menjamin akan kehidupan sosial mereka sehingga
dipastikan mendapatkan upah sesuai dengan kondisi kehidupan.
Pada kebijakan ini juga mencantumkan asas yang dimiliki oleh para migran dan penjelasan
detail mengenai migran agar tidak salah sasaran atau penangkapan maksud yang diberikan. Selain
asas pada kebijakan ini juga menjelaskan kriteria yang harus dipenuhi agar dapat menjadi migran
yang terjamin serta hak dan kewajiban apa yang dimiliki oleh para pekerja migran Indonesia.
Kemudian pada kebijakan ini juga menyinggung terkait hubungan dari Menteri Indonesia, pemberi
pekerjaan pada migran, serta migran itu sendiri. Selain hal itu untuk proses kontrak kerja apabila
sudah habis dan ingin diperpanjang tidak dapat dilakukan secara langsung melalui pemberi kerja
dan para migran namun juga perlu melapor kepada pihak pemerintah seperti yang telah dijelaskan
detail pada kebijakan tersebut. Dan apabila melanggar maka aka nada sanksi yang sudah sesuai
dengan kebijakan tersebut yang paling buruk yakni dicoret atau tidak diizinkan Kembali

Selain hal diatas pada kebijakan ini juga menjelaskan detail peran dari pemerintah dalam
mengawasi migran yang bekerja diluar negeri sehingga dapat diharapkan kebutuhan atau hak dari
para migran tersebut dapat terpenuhi. Dan pada kebijakan ini juga menjelaskan secara detail
penempatan dari para migran tersebut sehingga diharapkan dapat meminimalisir kekacauan atau
kejahatan yang diperoleh migran, apabila hal tersebut tidak dilaksanakan secara sesuai maka ada
tim pembinaan dan pengawasan yang akan memberikan sanski yang sesuai dengan sanksi yang
berada pada kebijakan tersebut dengan ketentuan paling berat adalah pencabutan izin.
Apabila dalam proses bekerja migran mendapat permasalahan maka sudah dijelaskan pada
kebijakan tersebut terkait penyeselaian permasalahan dan penyidikan untuk menyidik terkait
masalah tersebut dan apabila terbukti bermasalah maka mendapat sanksi, sanski pidana yang telah
dituliskan pada kebijakan tersebut. Jadi pada kebijakan ini sudah mencakup semua ketentuan dari
migran, pemberi kerja hingga pemerintah selain itu sanksi penyidikan penyelesaian masalah hak
kewajiban dan wewenang sudah dijelaskan secara detail pada kebijakan ini terkait perlindungan
migran Indonesia yang bekerja diluar negeri.

Hubungan Kebijakan dengan Ideologi Pancasila


Melihat relevansi hubungan yang dimiliki oleh UU nomor 18 tahun 2017 tentang
perlindungan pekerja migran indonesia dengan pancasila, maka uu tersebut memiliki konsep dasar
pancasila sila kedua, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini dapat dilihat sejak
pertimbangan awal pada point a sampai dengan h yang mayoritas memiliki substansi besar dengan
hak asasi setiap manusia, terutama pekerja migran Indonesia, Seperti salah satu contoh dalam poin
a yang tertulis bahwa bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi,
dihormati, dan dijamin penegakannya sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Negara
Republik Indonesia.

Ditilik pula dari isinya sendiri, pada UU nomor 18 tahun 2017 pasal 2 a-k telah tertulis asas
asas apa saja yang melindungi pekerja migran indonesia. Bahkan dalam pasal 2 b dan c tertulis
secara lugas asas persamaan hak dan juga asas pengakuan atas martabat dan hak asasi manusia
secara berurut. Kelugasan tersebut sangat sejalan dengan sila kedua pancasila. Tak diragukan pula
masih pada pasal keduanya di poin f, g, dan juga h asasnya terutama pada realisasi perlindungan
pekerja migran agar secara berurut memiliki asas kesetaraan dan keadilan gender, nondiskriminasi,
serta anti-perdagangan manusia. Dari poin poin yang terdapat dalam pasal kedua ini, tak diragukan
lagi bahwasannya uu nomor 18 tahun 2017 ini memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan sila
kedua pancasila.
Dalam pasalnya yang lain, lebih tepatnya pasal 13 bahkan telah disebutkan dengan sangat
jelas pula oleh pemangku kekuasaan mengenai syarat syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh
para pekerja migran indonesia untuk dapat bekerja di luar negri. Persyaratan persyaratan tersebut
tentu saja berupa dokumen resmi yang memiliki kuasa hukum atas pribadi masing masing pekerja
migran, sehingga secara tidak langsung hak hak atas pribadi pekerja imigran ini masing masing
telah terlindungi secara penuh dan mungkin apabila jika suatu saat terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan, HAM mereka akan terlindungi secara penuh dibawah naungan hukum yang jelas.
Bahkan dalam pasal 62 pun telah terpatri secara jelas mengenai sanksi sanksi apa saja yang akan
mengenai instansi seberang yang menaungi para pekerja imigran ini apabila diketahui melakukan
suatu tindakan yang tentu saja menyalahi aturan Hak Asasi Manusia yang ada.

Ditilik dalam realisasinya di kehidupan sehari hari pun dapat diketahui bahwa penerapan uu
ini memang sangat rawan akan kasus kasus pelanggaran HAM itu sendiri, seperti contohnya yang
telah dilansir oleh BBC, mereka mengatakan bahwa terdapat banyak sekali kasus tindak pelecehan
seksual yang dialami oleh pekerja migran khususnya wanita. Tetapi berkat kejelasan hukum yang
ada tentu saja pelaku mendapat hukuman yang setimpal, dan hal ini sangat berjalan sesuai dengan
sila kedua yang ada.

Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa lagi lagi akan menjadi suatu hal yang sangat
benar adanya bila UU nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
dengan sila kedua pancasila yakni kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki substansi atau
hubungan yang saling mengikat serta sangat kuat antar keduanya. Baik dalam isi dan pasal
pasalnya, kasus kasus nyata yang ada, hingga penanganannya sungguh sangat mencerminkan
kebijakan akan hak asasi manusia itu sendiri.

Solusi dan Rekomendasi:


UU Nomor 18 Tahun 2017 mengatur tentang jaminan pemenuhan serta penegakan HAM
warga negara dan pekerja migran Indonesia dan juga mengatur jaminan perlindungan hukum,
ekonomi, dan sosial pekerja migran tersebut beserta keluarganya. Namun, pada kenyataannya
beberapa pasal dalam UU tersebut masih belum terealisasi dengan baik. Salah satunya yaitu poin
yang terdapat dalam pasal 6 ayat 1 UU No.18 Tahun 2017 mengenai pelayanan yang profesional
dan manusiawi serta perlakuan tanpa diskriminasi pada saat sebelum bekerja selama bekerja, dan
setelah bekerja, serta poin mengenai upah yang sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara
tujuan penempatan atau kesepakatan kedua negara atau perjanjian kerja. Sebagai contoh nyata,
dikutip dari Kompas pada tahun 2017 Wasni, TKI asal Cirebon dianiaya oleh majikannya saat
bekerja di Arab Saudi secara sadis dan juga tidak diberikan gaji selama hampir empat tahun
bekerja, dan beberapa contoh kasus lainnya.

Menurut kami, salah satu penyebab gagalnya UU No.18 Tahun 2017 terimplementasi
dengan baik yaitu bisa jadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dari calon pekerja migran
yang hanya ingin memperbaiki nasib meraka tanpa mengetahui prosedur yang harus dipenuhi dan
memastikan kemampuan mereka. Selain itu, gagalnya pengimplementasian UU No.18 Tahun 2017
juga dapat disebabkan oleh pemerintah yang masih kurang dalam penerapan kebijakan tersebut.

Maka dari itu masih perlu adanya suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
diperlukannya koordinasi yang baik antar instansi yang terkait mulai dari Pemerintah Daerah
sampai dengan Departemen Luar Negeri agar tidak terjadi tumpang tindih wewenang agar
pemerintah bisa memonitor setiap langkah pekerja migran Indonesia agar apabila terjadi suatu
permasalahan bisa langsung ditelusuri. Selain itu, solusi yang dapat kelompok kami berikan
terhadap hal ini agar UU No.18 Tahun 2017 dapat terinplementasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk pekerja migran: agar mengikuti segala aturan dan jalur resmi yang telah diatur dalam
UU Perlindungan Pekerja Migran. Sebagai contoh: mengurus dokumen resmi dan jaminan
kerja, serta mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN)
2. Untuk pemerintah daerah: agar meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja Gugus Tugas
Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang di daerahnya dan bekerja
sama dengan LSM yang bergerak dalam pelayanan pekerja migran.
3. Untuk pemerintah pusat: agar selalu memastikan setiap kedatangan dan perpanjangan kerja
tenaga migran telah memiliki dokumen resmi sesuai dengan standar HAM internasional
yang berlaku, dan juga harus meningkatkan kinerja tempat pengaduan kasus dan permintaan
layanan secara online dan offline yang sesuai dengan standar HAM internasional,
terjangkau, mudah diakses oleh perkerja migran agar pelayanan dan upaya perlindungan
pekerja migran dapat segera dilakukan.
SUMBER REFRENSI

 Web 1: https://disnakertrans.lomboktimurkab.go.id/
 Web 2: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/64508/uu-no-18-tahun-2017

Anda mungkin juga menyukai