Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SISTEM TRANSFORMASI DAN PROYEKSI PETA

Disusun Oleh :

1. Hilda Salshabila (5016201019)


2. M. Fariz Alkoiri (5016201031)
3. Annisa Nuraini (5016201057)
4. Muhammad Roynop Qoiross (5016201077)
5. Wanda Nurlaily Charea (5016201107)
6. Aulia Pahlevi (5016201114)

Departemen Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2021
A. Pendahuluan
Formula Redfearn digunakan untuk melakukan transformasi atau mengkonversi antara lintang
dan bujur dan easting dan northing, serta zona untuk proyeksi Mercator Transversal, seperti Map
Grid of Australia (MGA). Formula ini diturunkan oleh J.C.B.Redfearn dan dipublikasikan pada
Journal Empire Survey Review No.69 edisi tahun 1948. Formula ini digunakan untuk semua
Ellipsoid Referensi dengan catatan kedua sistem koordinat menggunakan ellipsoid referensi yang
sama. rumus -rumus ini akurat hingga lebih baik dari 1 mm untuk semua zona proyeksi TM di
seluruh bumi termasuk UTM.
Transverse Mercator, deret Redfearn, atau deret Gauss-Krüger dalam garis bujur menjelaskan
salah satu dari dua implementasi yang dikembangkan oleh Louis Kruger pada tahun 1912 yang
dinyatakan sebagai deret pangkat dalam perbedaan bujur dari meridian pusat. Seri ini dihitung
ulang oleh Lee pada tahun 1946, oleh Redfearn pada tahun 1948, dan oleh Thomas pada tahun
1952. Semua seri ini sering disebut sebagai seri Redfearn atau seri Thomas
Gauss-Krüger adalah proyeksi peta konformal. Umumnya tidak mempertahankan arah yang
benar, tetapi sudut dan bentuk dipertahankan pada skala yang sangat kecil. Jarak akurat sepanjang
meridian pusat jika faktor skalanya adalah 1,0. Jika kurang dari 1,0 ada dua kira-kira (bila
menggunakan ellipsoid) garis lurus dengan skala akurat yang berjarak sama dari dan di setiap sisi
dari meridian pusat. Area, jarak, dan distorsi skala tumbuh dengan cepat seiring dengan jarak dari
meridian pusat atau dua garis standar seperti yang ditentukan di atas. Nilai distorsi adalah simetris
melintasi ekuator dan meridian tengah.
Sistem koordinat Gauss-Krüger adalah aplikasi khusus dari Gauss-Krüger proyeksi dan
digunakan di Eurasia, termasuk Rusia dan Cina. Ini membagi dunia menjadi zona enam derajat
lebar. Setiap zona memiliki faktor skala 1,0 dan arah timur palsu 500.000 meter. Meridian pusat
zona 1 adalah 3° BT. Beberapa tempat juga menambahkan jumlah zona dikalikan satu juta dengan
nilai Timur palsu 500.000. Zona Gauss-Krüger 5 bisa memiliki nilai timur palsu 500.000 atau
5.500.000 meter. Ada juga zona Gauss-Krüger tiga derajat. Parameter Gauss-Krüger adalah
sebagai berikut: false easting, false utara, meridian tengah, faktor skala, garis lintang asal.
Istilah ini juga digunakan untuk serangkaian proyeksi Mercator melintang tertentu yang
digunakan dalam zona di Eropa dan Amerika Selatan, setidaknya di Jerman, Turki, Austria,
Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Serbia, Montenegro, Makedonia Utara, Finlandia dan
Argentina. Sistem Gauss-Krüger ini mirip dengan sistem Mercator transversal universal, tetapi
pusatnya meridian zona Gauss-Krüger hanya terpisah 3°, berbeda dengan 6° di UTM.
Persamaan deret-n Krueger dengan koefisien yang merupakan fungsi dari (konstanta geometri
dari ellipsoid referensi yang dikenal sebagai perataan ketiga). Badan Intelijen Geospasial Nasional
telah mengadopsi persamaan seri-n Krueger (ke pangkat 6 n) untuk meningkatkan efisiensi dan
memperluas cakupan ellipsoid. Perangkat lunak yang menggunakan rumus ini biasanya lebih
pendek dan lebih sederhana untuk ditulis, dan, implikasinya, lebih kecil kemungkinannya untuk
memiliki bug daripada metode lain.

Pengembangan persamaan deret-n Krueger untuk proyeksi transversal Mercator melibatkan tiga
langkah :
1. Pemetaan ellipsoid ke bola konformal (bola jari-jari).
2. Pemetaan bola konformal ke bidang menggunakan Mercator transversal bola persamaan
proyeksi dengan garis lintang bola diganti dengan garis lintang konformal; menghasilkan
koordinat Gauss-Schreiber dengan faktor skala pada meridian pusat, yang tidak konstan.
3. Pemetaan koordinat Gauss-Schreiber (bidang) ke transversal Mercator koordinat (bidang)
dengan faktor skala pada meridian pusat yang konstan.

B. KONVERSI KOORDINAT DENGAN FORMULA REDFEARN DAN KRUEGER N-


SERIES

The parameters of conversion :

Reference Ellipsoid = WGS-84

The ellipsoid semi major axis (a) = 6378137

The ellipsoid semi minor axis (b) = 6356752

Flattening (f) = a-b/b = 0,003352859

Inverse Flattening = 298,257223563

Northern hemisphere (𝑁0 ) = 0 km

Southern hemisphere (𝑆0 ) = 10000 km

𝐸0 = 500 km

𝐾0 = 0,9996

The information of symbol

n = Third flattening

𝜀 = First eccentricity of the reference ellipsoid

𝜌 = The radius of curvature at a point on an ellipsoid with respect to the meridian through
that point.

𝑣 = The radius of curvature at a point on an ellipsoid with respect to the prime vertical
through that point.

𝜑 = Geodetic latitute
λ = Geodetic longitude

𝜆0 = Geodetic longitude of the central meridian

𝜔 = Geodetic longitude difference measured from the central meridian

𝛼 = Azimuth

𝑠 = Ellipsoidal distance

𝐸′ = Easting measured from the false origin

𝐸 = Easting

𝑁 ′ = Northing measured from the false origin

𝑁 = Northing

𝛾 = Grid convergence

𝛽 = Grid bearing

𝛿 = Plane bearing

● Menggunakan Formula Redfearn


A. Konversi Geodetik ke UTM

Point : N.0001

1. Pilih perhitungan koversi koordinat menggunakan metode Redfearn

disp('Program perhitungan koversi koordinat menggunakan metode Redfearn')


disp(' ')
disp ('Pilih program :')
disp('1. Geodetik > UTM')
disp('2. UTM > Geodetik')

menu=input('Masukkan angka untuk memilih= ');

2. Input data
 Input Data Latitude
disp('Input Data Latitude')
Latitudedeg= input('Latitude dalam Degree= ');
Latitudemin= input('Latitude dalam Minutes= ');
Latitudesec= input('Latitude dalam Second= ');
Latitudedms= [Latitudedeg Latitudemin Latitudesec];
Lat=Latitudedeg+Latitudemin/60+Latitudesec/3600;

 Input Data Longitude


disp('Input Data Longitude')
Longitudedeg= input('Longitude dalam Degree= ');
Longitudemin= input('Longitude dalam Minutes= ');
Longitudesec= input('Longitude dalam Second= ');
Longitudedms=[Longitudedeg Longitudemin Longitudesec];
Lon=Longitudedeg+Longitudemin/60+Longitudesec/3600;

3. Pilih Referensi Elipsoid


disp('Referensi Elipsoid : ')
disp(' 1. GRS67; 2. GRS80; 3. WGS84')
ellipsoid = input('Pilih referensi elipsoid dengan input angka tersedia = ');
if ellipsoid==1
a = 6378160;
b = 6356774.5;
f = 298.247167427;
elseif ellipsoid==2
a = 6378137;
b = 6356752;
f = 298.257222101;
elseif ellipsoid==3
a = 6378137;
b = 6356752;
f = 298.257223563;
end

4. Mencari nilai e, p, v, psi, dan w(Geodetic longitude difference)


e = (a^2 - b^2)/a^2;
p = (a*(1 - e))/sqrt((1 - e*sind(Lat)*sind(Lat))^3);
v = a/sqrt(1 - e*sind(Lat)*sind(Lat));
R = sqrt(p*v);

Zone = fix((Lon+180)/6)+1;
Lon0 = 6*Zone-183;
psi = v/p;
w = Lon - Lon0;

5. Transform Degree to Radian


Lat = Lat*(pi/180);
Lon = Lon*(pi/180);

t = tan(Lat);
W = w*(pi/180);

6. The value of m
A0 = 1 - (e/4) - ((3*e^2)/64) - ((5*e^3)/256);
A2 = (3/8)*(e + e^2/4 + (15*e^3)/128);
A4 = (15/256)*(e^2 + (3*e^3)/4);
A6 = (35*e^3)/3072;
m = a*(A0*Lat - A2*sin(2*Lat) + A4*sin(4*Lat) - A6*sin(6*Lat));

7. Value of UTM k0 = 0.9996


k0 = input ('Input k0 = ');

8. Point Scale Factor


Term01_p = (W^2*psi*(cos(Lat))^2)/2;
Term02_p = (W^4*(cos(Lat))^4*(4*psi^3*(1 - 6*t^2)+ psi^2*(1 + 24*t^2)-
4*psi*t^2))/24;
Term03_p = (W^6*(cos(Lat))^6*(61 - 148*t^2 + 16*t^4))/720;
k = k0*(1 + Term01_p + Term02_p + Term03_p);

9. Calculate Grid Convergence


Term01_y = -W*sin(Lat);
Term02_y = -(W^3*(2*psi^2 - psi)*sin(Lat)*(cos(Lat))^2)/3;
Term03_y = -(W^5*(psi^4*(11 - 24*t^2) - psi^3*(11 - 36*t^2) + 2*psi^2*(1 - 7*t^2)
+ psi*t^2)*sin(Lat)*(cos(Lat))^4)/15;
Term04_y = -(W^7*(17 - 26*t^2 + 2*t^4)*sin(Lat)*(cos(Lat))^6)/315;
y = Term01_y + Term02_y + Term03_y + Term04_y;
Y = (y*(180/pi));
% YGrid = degrees2dms(Y)

10. The Easting Calculation


FE = input('Input False Easting = ');
Z=v*W*cos(Lat);
Term01_Es = (v*W^3*(cos(Lat))^3*(psi - t^2))/6;
Term02_Es = (v*W^5*(cos(Lat))^5*(4*psi^3*(1 - 6*t^2) + psi^2*(1 + 8*t^2) -
psi*(2*t^2) + t^4))/120;
Term03_Es = (v*W^7*(cos(Lat))^7*(61 - 479*t^2 + 179*t^4 - t^6))/5040;
E1 = k0*(Z + Term01_Es + Term02_Es + Term03_Es);
E = E1 + FE;

11. The Northing Calculation


FN = input('Input False Northing = ');

Term1_No = 0.5*W^2*v*sin(Lat)*cos(Lat);
Term2_No = (1/24)*W^4*v*(4*psi^2 + psi - t^2)*sin(Lat)*(cos(Lat))^3;
Term3_No = (1/720)*W^6*v*(8*psi^4*(11 - 24*t^2) - 28*psi^3*(1 - 6*t^2) +
psi^2*(1 - 32*t^2) - 2*psi*t^2 + t^4)*sin(Lat)*(cos(Lat))^5;
Term4_No = (1/40320)*W^8*v*(1385 - 3111*t^2 + 543*t^4 -
t^6)*sin(Lat)*(cos(Lat))^7;
N1 = k0*(m + Term1_No + Term2_No + Term3_No + Term4_No);
N = N1 + FN;

12. Display Hasil


disp ('Hasil :')
disp ('--------------------------------------------------------------------------')
N = ['Northing = ',num2str(N)];disp(N)
E = ['Easting = ',num2str(E)];disp(E)
k = ['Point Scale = ',num2str(k)];disp(k)
Y = ['Grid Convergence = ',num2str(Y)];disp(Y)
Zone = ['Zone = ',num2str(Zone)];disp(Zone)

B. Konversi UTM ke Geodetik


Untuk point N.0001 saat dikonversi dari UTM ke Geodetik menggunakan metode
Redfearn diperoleh hasil yang sama dengan konversi dari UTM ke Geodetik sebagai
berikut.
Catatan :

Untuk point N.0002 menggunakan cara dan metode yang sama yaitu menggunakan
Formula Redfearn akan didapatkan hasil yang sama, mungkin hanya memiliki
perbedaan koma.

 Menggunakan Kruger n-series

A. Konversi Geodetik ke UTM (Kruger n-series)

Point : N.0001

1. Masukan nilai sesuai dengan konversi yang ingin dilakukan


disp('Masukan nilai sesuai dengan konversi yang ingin dilakukan')
disp('1: Geodetik -> UTM')
disp('2: UTM -> Geodetik')
choose=input('Pilih konversi:');

2. Kroyeksi dan ellipsoid


a=6378137;
f_inf=298.257222101;
k0=0.9996;
E0=500000;
N0=10000000;

3. Konten ellipsoid
f=1/f_inf;
e_kuadrat=f*(2-f);
n=f/(2-f);
n_2=n*n;
n_3=n_2*n;
n_4=n_3*n;
n_5=n_4*n;
n_6=n_5*n;
n_7=n_6*n;
n_8=n_7*n;
4. Koefisien alpha
alph_2=(1/2)*n-(2/3)*n_2+(5/16)*n_3+(41/180)*n_4-
(127/288)*n_5+(7891/37800)*n_6+(72161/387072)*n_7-
(18975107/50803200)*n_8;
alph_4=(13/48)*n_2-(3/5)*n_3+(557/1440)*n_4+(281/630)*n_5-
(1983433/1935360)*n_6+(13769/28800)*n_7+(148003883/174182400)*n_8;
alph_6=(61/240)*n_3-(103/140)*n_4+(15061/26880)*n_5+(167603/181440)*n_6-
(67102379/29030400)*n_7+(79682431/79833600)*n_8;
alph_8=(49561/161280)*n_4-
(179/168)*n_5+(6601661/7257600)*n_6+(97445/49896)*n_7-
(40176129013/7664025600)*n_8;
alph_10=34729/80640*n_5-
3418889/1995840*n_6+14644087/9123840*n_7+2605413599/622702080*n_8;
alph_12=212378941/319334400*n_6-
30705481/10378368*n_7+175214326799/58118860800*n_8;
alph_14=1522256789/1383782400*n_7-16759934899/3113510400*n_8;
alph_16=(1424729850961/743921418240)*n_8;

5. Jari-jari A
A=(a/(1+n))*(1+(1/4)*n_2+(1/64)*n_4+(1/256)*n_6+(25/16384)*n_8);

6. Input data latitude dan longitudnya


disp('Silahkan masukan data latitude dan longitud nya')
disp(' ')
disp('Ketik -1 jika koordinat latitude/longitude-nya negatif atau selatan/barat')
disp('Ketik 1 jika koordinat latitude/longitude-nya positif atau utara/timur')
k_v=input('LATITUDE(negatif/positif):');
k_l=input('LONGITUDE(negatif/positif):');
disp(' ')
disp('Masukan LATITUDE dengan format matriks [derajat menit detik]')
disp('contoh: [15 21 19.253725]')
varp_inp=input('latitude =');
varp=k_v*varp_inp;
disp(' ')
disp('Masukan LONGITUDE dengan format matriks [derajat menit detik]')
disp('contoh: [111 24 17.264386]')
lambd_inp=input('longitude =');
lamd=k_l*lambd_inp;

7. Input proccesing
o=[1;1/60;1/3600];
varpD=varp*o;
varpR=deg2rad(varpD);
lamdD=lamd*o;
lamdR=deg2rad(lamdD);

Z=floor((lamdD+180)/6)+1
lamd0=6*Z-183

8. Lat conformal varphi aksen


e=sqrt(e_kuadrat);
t=tan(varpR);
sig=sinh(e*atanh(e*t/sqrt(1+(t^2))));
t_=t*sqrt(1+sig^2)-sig*sqrt(1+t^2);
varpR_=atan(t_);
varpD_=rad2deg(varpR_);

9. Delta lamda
delt_lamR=lamdR-deg2rad(lamd0);

10. Koordinat gauss-schreiber


u=a*atan(t_/cos(delt_lamR));
v=a*asinh(sin(delt_lamR)/sqrt(t_^2+(cos(delt_lamR))^2));

11. Perbandingan gauss-schreiber


xi_=u/a;
eta_=v/a;

12. Perhitungan nilai eta


koef=[1 1 1 1 1 1 1 1];

eta__(1,1)=alph_2*cos(2*xi_)*sinh(2*eta_);
eta__(2,1)=alph_4*cos(4*xi_)*sinh(4*eta_);
eta__(3,1)=alph_6*cos(6*xi_)*sinh(6*eta_);
eta__(4,1)=alph_8*cos(8*xi_)*sinh(8*eta_);
eta__(5,1)=alph_10*cos(10*xi_)*sinh(10*eta_);
eta__(6,1)=alph_12*cos(12*xi_)*sinh(12*eta_);
eta__(7,1)=alph_14*cos(14*xi_)*sinh(14*eta_);
eta__(8,1)=alph_16*cos(16*xi_)*sinh(16*eta_);
eta=eta_+koef*eta__;
13. Perhitungan nilai xi
xi__(1,1)=alph_2*sin(2*xi_)*cosh(2*eta_);
xi__(2,1)=alph_4*sin(4*xi_)*cosh(4*eta_);
xi__(3,1)=alph_6*sin(6*xi_)*cosh(6*eta_);
xi__(4,1)=alph_8*sin(8*xi_)*cosh(8*eta_);
xi__(5,1)=alph_10*sin(10*xi_)*cosh(10*eta_);
xi__(6,1)=alph_12*sin(12*xi_)*cosh(12*eta_);
xi__(7,1)=alph_14*sin(14*xi_)*cosh(14*eta_);
xi__(8,1)=alph_16*sin(16*xi_)*cosh(16*eta_);
xi=xi_+koef*xi__;

14. Perhitungan nilai p dan q


q_(1,1)=2*alph_2*sin(2*xi_)*sinh(2*eta_);
q_(2,1)=4*alph_4*sin(4*xi_)*sinh(4*eta_);
q_(3,1)=6*alph_6*sin(6*xi_)*sinh(6*eta_);
q_(4,1)=8*alph_8*sin(8*xi_)*sinh(8*eta_);
q_(5,1)=10*alph_10*sin(10*xi_)*sinh(10*eta_);
q_(6,1)=12*alph_12*sin(12*xi_)*sinh(12*eta_);
q_(7,1)=14*alph_14*sin(14*xi_)*sinh(14*eta_);
q_(8,1)=16*alph_16*sin(16*xi_)*sinh(16*eta_);
q=0-koef*q_;

p_(1,1)=2*alph_2*cos(2*xi_)*cosh(2*eta_);
p_(2,1)=4*alph_4*cos(4*xi_)*cosh(4*eta_);
p_(3,1)=6*alph_6*cos(6*xi_)*cosh(6*eta_);
p_(4,1)=8*alph_8*cos(8*xi_)*cosh(8*eta_);
p_(5,1)=10*alph_10*cos(10*xi_)*cosh(10*eta_);
p_(6,1)=12*alph_12*cos(12*xi_)*cosh(12*eta_);
p_(7,1)=14*alph_14*cos(14*xi_)*cosh(14*eta_);
p_(8,1)=16*alph_16*cos(16*xi_)*cosh(16*eta_);
p=1+koef*p_;

15. Perhitungan koordinat TM


X=A*eta;
Y=A*xi;

E=(k0*X)+E0;
N=(k0*Y)+N0;
16. Menghitung faktor skala titik
k=k0*A/a*sqrt(p^2+q^2)*(sqrt(1+t^2)*sqrt(1-
e_kuadrat*sin(varpR)^2)/sqrt(t_^2+cos(delt_lamR)^2));

17. Menghitung konvergensi grid


if lamdD-lamd0>0;
Mer=1;
else
Mer=-1;
end

if varpD<0;
Eq=-1;
else
Eq=1;
end

Mult=-Mer*Eq;

gammaR=atan(abs(q/p))+atan(abs(t_*tan(delt_lamR))/sqrt(1+t_^2));
gammaD=Mult*rad2deg(gammaR);
Z=(lamd0+183)/6;

18. Hasil
disp(['E = ' num2str(E)])
disp(['N = ' num2str(N)])
disp(['Zona = ' num2str(Z)])
disp(['Faktor skala = ' num2str(k)])
if gammaD<0;
k_g=-1;
else
k_g=1;
end
gam_derajat= k_g*floor(abs(gammaD));
if gammaD<0;
k_g2=-1;
else
k_g2=1;
end
gam_menit= k_g2*floor(abs(abs(gammaD)-abs(gam_derajat))*60);
gam_detik= (abs(gammaD)-abs(gam_derajat)-(abs(gam_menit)/60))*3600;
disp(['Konvergensi grid = ' num2str(gam_derajat) ' derajat ' num2str(gam_menit) '
menit ' num2str(gam_detik) ' detik'])

B. Konversi Geodetik ke UTM (Kruger n-series)


Untuk point N.0001 saat dikonversi dari Geodetik ke UTM menggunakan metode
Kruger n-series diperoleh hasil yang sama dengan konversi dari UTM ke Geodetik
sebagai berikut.

Catatan :

Untuk point N.0002 menggunakan cara dan metode yang sama yaitu
menggunakan (Kruger n-series) akan didapatkan hasil yang sama, atau mungkin hanya
memiliki perbedaan koma.
KESIMPULAN

Jadi, untuk menentukan konversi koorndinat geodetik dari UTM maupun ke UTM itu dapat
menggunakan formula Redfearn atau menggunakan Formula Krueger N Series yang hasilnya nanti
akan serupa atau hampir sama, namun hanya berbeda pada letak komanya saja.

Anda mungkin juga menyukai