Nama Kelompok :
2022
Sistem proyeksi merupakan proses memindahkan suatu data nilai pengukuran dari
permukaan bumi ke dalam bidang datar (2 dimensi). Sistem proyeksi yang paling baik
digunakan di Indonesia sedniri yakni sistem proyeksi ke dalam bentuk silinder, Dalam proyeksi
peta ini selalu mengandung kesalahan dan dsitorsi. Distorsi sendiri bisa diperkecil dengan
mempertahankan bentuk (conform), jarak (distance), arah (true direction), dan luasan (area).
Persisnyam proyeksimerupakan sekumpulan persamaan matematis yang mengkonversi nomor
(XY terkoodinir) dari satu sistem ke sistem lainnya. Pada tugas 3 ini, sistem koordinat yang
kami gunakan ialah sistem koordinat UTM. Sistem koordinat UTM berdasarkan pada proyeksi
TM (Transverse Mercator).Sistem Koordinat
Untuk menggambarkan suatu titik pada sebuah bidang datar diperlukan sistem koordinat
Cartesius. Sistem ini terdiri dari dua garis yang saling tegak lurus dan setiap garisnya
merupakan garis bilangan. Setiap titik pada bidang datar ditentukan oleh jarak titik itu terhadap
garis-garis tadi dan arahnya. Penggunaan sistem ini akan mempermudah dan menyederhanakan
permasalahan/konsep-konsep dalam aljabar dan geometri. Oleh karena itu, penguasaan materi
sistem koordinat ini merupakan dasar untuk mempelajari materi-materi geometri analitik
berikutnya. Sistem koordinat Kartesius lah yang digunakan untuk menentukan tiap titik dalam
bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x (absis) dan koordinat
y (ordinat) dari titik tersebut.
Jenis koordinat UTM atau Universal Transverse Mercator merupakan salah satu tipe
koordinat yang sering digunakan dalam pemetaan dan pengelolaan data spasial. Jenis koordinat
UTM sudah menjadi standar dalam aplikasi sistem informasi geografis dan juga penginderaan
jauh. Sistem koordinat UTM cukup unik karena menggunaan sistem perhitungan yang sedikit
rumit. tapi jika diperhatikan hal tersebut justru untuk memudahkan penggunanya seperti UTM
menghindari angka negatif dalam koordinatnya, tidak seperti yang biasa digunakan dalam
sistem koordinat Cartesius, yang diadopsi dalam sistem koordinat Geografis atau Latitude
Longitude (latlong).
UTM adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bumi pada dua buah
meridian (Garis Bujur) , 2. Daerah diantar dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6
sehingga bola, bumi dibagi menjadi 60 zone
Sistem koordinat UTM berfungsi memproyeksikan bumi ke dalam bentuk tabung dalam
satuan meter. Proyeksi dilakukan antar garis bujur setiap 60. Setiap daerah yang dibatasi oleh
garis bujur sejauh 60 ini disebut zone UTM. Dengan demikian mengacu pada bentuk bumi bulat
sempurna (3600), terdapat 60 zona UTM di dunia
Dalam hal ini keunggulan sistem proyeksi UTM adalah proyeksi ini sangat cocok untuk
menggambarkan wilayah yang luas atau seluruh dunia, dimana proyeksi ini sumbu simetrinya
tegak lurus dengan sumbu simetri bumi. selain itu bentuk daerah yang ada pada peta sesuai dgn
keadaan aslinya. Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) dipilih karena melihat
kondisi geografi Indonesia yang membujur di sekitar garis lingkar khatulistiwa dari barat
sampai ke timur yang relatif seimbang. Untuk Indonesia yang berada pada posisi kurang lebih
berada pada 900 BT – 1440 BT dan 110LS – 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu zona 46
– 54.
MATLAB (Matrix Laboratory) adalah sebuah bahasa pemrograman tingkat tinggi yang secara
khusus digunakan untuk komputasi numerik, pemrograman, dan visualisasi. Perusahaan yang
bertanggung-jawab atas produk hasil pengembangan dari MATLAB ialah MathWorks. Fungsi
utama dari MATLAB ialah untuk melakukan analisis data, mengembangkan algoritme, serta
membuat model dan aplikasi. Kinerja MATLAB lebih tinggi dibandingkan dengan lembatang
sebar atau bahasa pemrograman konvensional. Standar variabel elemen pada MATLAB
menggunakan konsep larik yang tidak memerlukan proses deklarasi. MATLAB juga dapat
mengadakan integrasi dengan bahasa pemrograman dan aplikasi lain, seperti C, Java, .NET
Framework, dan Microsoft Excel.
• Clear
clc
% Latihan 1
disp('Nama : dwi prastio 121230052 ')
disp(' herrizan borkat s harahap 12130042 ')
disp(' fadl alvin syahrul 121230131 ')
disp('Kelas : RB')
disp('ellipsoid referensi WGS 84')
disp('==========================')
a = 6378137;
b = 6356752.3142;
e = 0.0818198;
e2 = 0.00669448;
y = fq/N + ((sigmaB^2)/2)sin(L)*cos(L) +
((sigmaB^4)/24)*sin(L)(cos(L)^3)(5-t2+9*n2+4(n2^2)) +
((sigmaB^6)/720)sin(L)(cos(L)^5)(61-58*t2+(t^4)+270*n2-
330*t2*n2+445(n2^2)+324*(n2^3)-
680*(n2^2)t2+88(n2^4)-600*(n2^3)t2-192(n2^4)*t2);
YTM = y * N;
disp('Koordinat TM3')
disp('Koordinat UTM')
• clear
clc
Pt = 48.2;
Pb = 48.1;
X0 = -166975.424;
Y0 = 55300.700;
deltaB = 0.02617994;
e = 0.0818198;
X = -170099.819;
Y = 31801.077;
• clear
clc
%latihan 3
disp('Nama : Dwi prastio 121230052')
disp(' herrizan borkat s harahap 121230042')
disp(' fadl alvin syahrul 121230131')
disp('Kelas : Rb')
disp('poligon ')
disp('jumlahsudut - jumlah');
selisih = 900 - jumlah;
disp('selisih : selisih');
koreksi = selisih/7;
azimuth1 + st2>=180;
azimuth2 = azimuth1 + st2-180;
azimuth3 + st4>=180;
azimuth4 = azimuth3 + st4-180;
azimuth4 + st5>=180;
azimuth5 = azimuth4 + st5-180;
azimuth5 + st6>=180;
azimuth6 = azimuth5 + st6-180;
azimuth4 + st5>=180;
azimuth7 = azimuth6 + st7-180;
jarak1 = 84.00;
jarak2 = 66.80;
jarak3 = 49.48;
jarak4 = 52.22;
jarak5 = 45.26;
jarak6 = 91.48;
jarak7 = 88.70;
radians = 3.14/180;
disp ('absis');
absis1 = (sin(azimuth1*radians))*jarak1;
absis2 = (sin(azimuth2*radians))*jarak2;
absis3 = (sin(azimuth3*radians))*jarak3;
absis4 = (sin(azimuth4*radians))*jarak4;
absis5 = (sin(azimuth5*radians))*jarak5;
absis6 = (sin(azimuth6*radians))*jarak6;
absis7 = (sin(azimuth7*radians))*jarak7;
disp('koordinat');
disp ('ordinat');
ordinat1 = (cos(azimuth1*radians))*jarak1;
ordinat2 = (cos(azimuth2*radians))*jarak2;
ordinat3 = (cos(azimuth3*radians))*jarak3;
ordinat4 = (cos(azimuth4*radians))*jarak4;
ordinat5 = (cos(azimuth5*radians))*jarak5;
ordinat6 = (cos(azimuth6*radians))*jarak6;
ordinat7 = (cos(azimuth7*radians))*jarak7;
disp ('y');
y1f = 0;
y2f = ordinat1 - 0.010;
y3f = ordinat2 - 0.008;
y4f = ordinat3 - 0.006;
y5f = ordinat4 - 0.006;
y6f = ordinat5 - 0.006;
y7f = ordinat6 - 0.011;
yaf = ordinat7 - 0.011;
disp('koordinat');
1. Pengukuran polygon dilakukan diatas bumi fisis, maka hasil ukuran yang diperoleh
harus direduksi terlebih dahulu ke bidang ellipsoid. Reduksi ini meliputi:
a. Reduksi azimuth, yaitu koreksi kappa (K), koreksi jurusan geodetic (δ), dan
koreksi defleksi vertical/pengaruh gaya berat (Δ);
b. Reduksi jarak, yaitu reduksi dari bumi fisis ke geoid dan reduksi dari geoid di
ellipsoid.
2. Lakukan proses transformasi koordinat geodetic titik awal (φ,λ) ke koordinat peta
UTM (X,Y).
3. Hitung konvergensi meridian yang telah (γ) di titik awal.
4. Koreksi konvergensi meridian yang telah di peroleh pada azimuth geodetic
(azimuth di bidang ellipsoid) titik awal sehingga di peroleh azimuth sementara pada
bidang proyeksi dengan rumus:
tawal = αawal + γ1
Hitung azimuth sementara sisi - sisi polygon yang lain:
t₁₂ = tawal + θ₁ ; θ₁ = sudut hasil ukuran
t₂₃ = t₁₂ + θ₂ - 180° ; θ₂ = sudut hasil ukuran dst
5. Hitung koordinat sementara titik-titik polygon yang lain pada bidang proyeksi
dengan rumus:
X₂ = X₁ + S₁₂ sin t₁₂
Y₂ = Y₁ + S₁₂ cos t₁₂
S₁₂ adalah jarak diatas ellipsoid
6. Hitung factor skala (k) tiap-tiap sisi polygon dengan menggunakan pertolongan
koordinat sementara. Lalu hitung jarak sisi polygon diatas bidang proyeksi (D)
dengan rumus:
D₁₂ = S₁₂ x k
7. Hitung koreksi sudut jurusan horizontal (t-T)
8. Hitung sudut tiap titik polygon diatas bidang proyeksi (θ) dengan rumus:
𝜃̅₁ = θ₁ - (t-T)₁₂
𝜃̅₂ = θ₂ - (t-T)₂₁ - (t-T)₂₃
𝜃̅₃ = θ₃ + (t-T)₃₂ - (t-T)₃₄ … dst
𝜃̅n = θn + (t-T) n(n-1) – (t-T) n(n+1)
9. Hitung semua azimuth sisi-sisi polygon diatas bidang proyeksi (T) dengan
rumus:T₁₂ = 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙+ 𝜃̅₁
T₂₃ = T₁₂ + 𝜃̅₂ - 180̊ dst
10. Hitung Kembali koordinat titik-titik polygon pada bidang proyeksi dengan
menggunakan rumus azimuth, jarak, dan sudut pada bidang proyeksi:
X₂ = X₁ + D₁₂ sin
T₁₂ Y₂ = Y₁ + D₁₂
cos T₁₂
11. Hitung kembali koreksi (t-T) pada langkah 7. Ulang Langkah 8 sampai 10.
Dengan
kata lain, untuk mendapatkan koordinat definitive polygon, proses hitungan
dilakukan secara berulang (iterasi). Iterasi dihentikan jika telah dipenuhi kondisi
koreksi (t-T) yang konstan sebagai berikut:
(𝑡 − 𝑇)𝑛 = (𝑡 − 𝑇)𝑛+1
(𝑡 − 𝑇)𝑛 = koreksi (t-T) pada hitungan / iterasi ke n
(𝑡 − 𝑇)𝑛+1 = koreksi (t-T) pada hitungan / iterasi ke n+1
http://lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2012/03/Minggu-5-Proyeksi-and-Datum.pdf
https://lintasbumi.com/2018/08/13/sekilas-tentang-koordinat-utm-dan-perhitungannya/
https://archysig.wordpress.com/2019/03/14/universal-transverse-mercator-utm/