Anda di halaman 1dari 7

Idea Nursing Journal Vol. VII No.

2 2016
ISSN : 2087-2879

KARAKTERISTIK PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN RIWAYAT REHOSPITALISASI

Characteristic of Schizophrenic Patient with Experience Rehospitalization

Sri Novitayani
Bagian Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
Email: vieta_sny@yahoo.co.id

ABSTRAK
Rehospitalisasi pada pasien skizofrenia cukup tinggi terjadi di beberapa rumah sakit jiwa baik di Indonesia maupun
di negara lain. Di Provinsi Aceh, mayoritas pasien skizofrenia yang dirawat inap merupakan pasien yang dirawat
kembali akibat kekambuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari pasien skizofrenia rawat
jalan yang memiliki riwayat rehospitalisasi di poliklinik Rumah Sakit Jiwa Aceh. Metode yang digunakan adalah
deskriptif dan jumlah sampel 40 orang dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Peneliti menggunakan satu
jenis kuesioner dan menggunakan distribusi frekuensi untuk analisa datanya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar responden memiliki karakteristik usia dewasa (95%), laki-laki (65%), pendidikan SMA (42,5%), memiliki
pekerjaan (62,5%), penghasilan kurang Rp. 500.000 (25%) dan memiliki anggota keluarga yang merawat (67,5%)
sebagai karakteristik demografi. Karakteristik klinikal meliputi lamanya menderita skizofrenia 11 sampai 15 tahun
(45%), merasakan efek samping obat (87,5%), masih ada menggunakan tipikal antipsikotik (27,5%) dan
mengkonsumsi obat sebanyak dua kali sehari (70%). Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada Rumah
Sakit Jiwa Aceh dan Fakultas Keperawatan Unsyiah agar melaksanakan pendidikan kesehatan dan mengadakan
intervensi lainnya yang terkait dengan perubahan perilaku pasien agar memiliki komitmen untuk mengatasi
skizofrenia secara terus menerus untuk mencegah terjadinya rehospitalisasi.

Kata kunci: Skizofrenia, rehospitalisasi, karakteristik demografi dan klinikal

ABSTRACT
Rehospitalization rate of schizophrenic patient is quite high in some psychiatric hospitals bothin Indonesia and in
other countries. In Aceh Province, the mayority of schizophrenic inpatient was having rehospitalization due to
relaps. This study aims to determine the characteristic of schizophrenic outpatient withexperience rehospitalization
who came to policlinic of Aceh Psychiatric Hospital. Using descriptive methode and had 40 respondens with using
purposiv sampling to get the sample. The reasearcher used one questionnaire and frequency statistic for data
analysis. Results showed that most respondents have characteristic of adult (95%), male (65%), Senior High School
(42.5%), have occupation (62.5%), have income per month less than 500,000 IDR and household family members
(67.5%) as the demographic characteristics. Clinical characteristisc include range of lenght os illnes is 11 to 15
years (45%), had experienced side effects from medication (87.5%), still take typical antipsychotic (27.5%) and had
dosage frequency two times per day (70%). Based on the results, the reasearcher suggested to Aceh Psychiatric
Hospital provide health education or other interventions that is related to change patient’s behaviors that make
patients have commitment in managing schizophrenia countinously in order to prevent rehospitalization.

Key Words: Schizophrenia, Rehospitalization, Demographic and Clinical Characteristic.

PENDAHULUAN kasus skizofrenia tinggi dibandingkan dengan


Skizofrenia merupakan gangguan jiwa gangguan jiwa lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
yang umum terjadi dengan karakteristik adanya data BLUD Rumah Sakit Jiwa Aceh (RSJA)
kerusakan dan keanehan pada pikiran, persepsi, (2012) yang menyatakan bahwa 74,83% kasus
emosi, pergerakan dan perilaku. WHO (2012) skizofrenia pada pasien rawat inap dan 90,01%
menyatakan bahwa 24 miliar penduduk di dunia kasus skizofrenia pada pasien rawat jalan.
menderita skizofrenia pada usia antara 15 Mayoritas pasien rawat inap dari 74,83% kasus
sampai dengan 35 tahun. Laki-laki memiliki skizofrenia adalah pasien yang dirawat kembali
tingkat kejadian tinggi dibandingkan wanita atau dikenal dengan istilah rehospitalisasi.
dengan perbandingan 1,4 banding 1 (Messias, Rehospitalisasi adalah dirawat inap
Chen, & Eaton, 2007). Di Provinsi Aceh, jumlah kembali pasien ke rumah sakit (Heslin & Weiss,

23
Idea Nursing Journal Sri Novitayani

2015) . Rawat inap dibutuhkan ketika pasien dimana mayoritas hanya anggota keluarga yang
mengalami gejala psikosis yang tidak dapat datang untuk mengambil obat. Penelitian ini
dikontrol, sehingga dapat berbahaya bagi pasien dilakukan di BLUD RSJA pada tanggal 12
maupun orang sekitar pasien. Geajala psikosis Februari sampai dengan 18 Maret 2013.
meliputi gejala positif dan negatif dari
skizofrenia. HASIL
Rehospitalisasi pada pasien skizofrenia Karakteristik Demografi Pasien Skizofrenia
dapat terjadi karena pasien tidak patuh obat. dengan Riwayat Rehospitalisasi
Pasien yang patuh obat sebagian mengalami Berdasarkan hasil penelitian,
rehospitalisasi 2,5 kali lebih banyak karakteristik responden skizofrenia dengan
dibandingkan yang patuh obat dan pasien yang riwayat rehospitalisasi paling banyak pada tahap
tidak patuh obat mengalami rehospitalisasi 3 kali dewasa dengan batasan usia 25 – 65 tahun
lebih banyak dibandingkan yang patuh obat (95%). Dilihat dari karakteristik pendidikan,
(Gilmer dkk, 2004). Selain perilaku patuh obat, pekerjaan dan penghasilan, sebagian besar
jenis obat yang dikonsumsi juga bisa menjadi responden berpendidikan SMA (42,5%),
salah satu terjadinya rehospitalisasi. Pasien yang memiliki pekerjaan (62,5%) yang sebagian besar
mengkonsumsi obat jenis tipikal antipsikotik berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000. Dilihat
mengalami tingkat rehospitalisasi yang tinggi dari karakteristik Jenis kelamin dan jumlah care
dibandingkan dengan pasien yang giver, sebagian besar laki-laki (65%) dan
mengkonsumsi obat jens atipikal antipsikotik, memiliki anggota keluarga yang merawat pasien
khususnya Risperidone dan Olazapine selama di rumah (67,5%).
(Rabinowitz, Lichtenberg, Kaplan, Mark, Nahon Tabel 1. Distribusi Data Karakteristik
& Davidson, 2001). Namun jarang ditemukan Demografi Responden Skizofrenia Rawat
pembahasan tentang karakteristik dari pasien Jalan di BLUD RSJA (n=40)
skizofrenia yang mengalami rehospitalisasi di
Karakteristik Demografi n %
Provinsi Aceh. Oleh karena itu, penelitian ini
membahas tentang karakteristisk pasien Umur
skizofrenia yang memiliki riwayat Dewasa Muda (18 – 25 thn) 2 5
rehospitalisasi di poliklinik rumah sakit jiwa. Dewasa (25 – 65 thn) 28 95
Jenis Kelamin
METODE Laki-laki 26 65
Jenis penelitian adalah deskriptif. Perempuan 14 35
Populasi adalah seluruh pasien rawat jalan di Tingkat Pendidikan
poliklinik BLUD RSJA. Pengambilan sampel Tidak Sekolah 1 2,5
dari populasi dengan cara purposive sampling SD 5 12,5
dengan inklusi kriteria yaitu berumur 18 sampai SMP 9 22,5
dengan 60 tahun, didiagnosa skizofrenia oleh SMA 17 42,5
Sarjana 8 20
psikiater di BLUD RSJA, sudah pernah dirawat
inap lebih dari dua kali, skor Brief Psychiatric Pekerjaan
rating Scale (BPRS) kurang dari 41, Tidak ada 15 37,5
berkomunikasi dengan baik, dan bersedia Ada 25 62,5
berpartisipasi dalam penelitian. Jumlah sampel Penghasilan Per-bulan
40 responden. BPRS adalah instrument yang Tidak ada 15 37,5
digunakan untuk mengkaji gejala pada pasien < Rp. 500.000 10 25
gangguan jiwa. BPRS mengukur tingkat Rp. 500.000 – Rp.1.000.000 7 17,5
keparahan gejala gangguan jiwa dimana skor > Rp.1.000.000 8 20
kurang dari 41 dikategorikan gejala tidak parah, Anggota keluarga yang merawat
sehingga dapat dilakukan intervensi (Leucht,
Tidak ada 3 7,5
Kane, Kissling, Hamann, Etschel, & Engel,
Ada 27 67,5
2005). Setiap harinya ada 50 sampai 70 kasus
yang mengunjungi poliklinik BLUD RSJA

24
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016

Karakteristik Klinikal Pasien Skizofrenia Karakteristik klinikal n %


dengan Riwayat Rehospitalisasi
1 kali sehari 5 12,5
Berdasarkan hasil pengumpulan data, ada
2 kali sehari 28 70
empat karakteristik klinikal yang dapat dilihat
3 kali sehari 7 17,5
pada responden. Dilihat dari karakteristik
lamanya menderita skizofrenia, mayoritas
responden menderita skizofrenia dalam rentang PEMBAHASAN
waktu 11 – 15 tahun (45%). Karakteristik Dalam penelitian ini, ada dua tipe
selanjutnya, mayoritas responden mengalami karakteristik yaitu karakteristik demografi dan
efek samping obat yaitu kantuk (52,5%). klinikal. Pada karakteristik demogafi, responden
Karakteristik lainnya, sebagian besar responden skizofrenia rawat jalan di BLUD RSJA dengan
mengkonsumsi atipikal antipsikotik. Namun, riwayat rehospitalisasi memiliki karakeristik usia
mayoritas antipsikotik yang diberikan adalah dewasa, laki-laki, berpendidikan tingkat SMA,
atipikal (90%). Karakteristik terakhir, mayoritas memiliki pekerjaan, penghasilan kurang dari Rp.
responden konsumsi obat dua kali sehari (70%). 500.000 dan memiliki anggota keluarga yang
merawat.
Tabel 2. Distribusi Data Karakteristik Untuk karakteristik usia, 95% responden
Klinikal Responden Skizofrenia Rawat Jalan skizofrenia yang memiliki riwayat
di BLUD RSJA (n=40) rehospitalisasi berusia antara 25 tahun sampai
dengan 65 tahun yang berada pada kategori
Karakteristik klinikal n %
dewasa. Hal ini sesuai dengan pengumpulan data
Lama Penyakit (Tahun) yang dilakukan oleh Heslin dan Weiss (2015)
1–5 3 7,5 menemukan bahwa rehospitalisasi lebih banyak
6 – 10 7 17,5 terjadi pada pasien skizofrenia yang berada pada
11 – 15 18 45 tahap dewasa dari pada yang tahap anak-anak,
16 – 20 6 15
remaja atau lansia. Usia memiliki nilai prediksi
21 – 25 4 10
31 – 35 1 2,5 yang tinggi dalam tingkat kejadian
41 – 45 1 2,5
rehospitalisasi dan memiliki hubungan yang
signifikan (Hoffman, 1994).
Riwayat efek samping obat
Karakteristik selanjutnya yaitu jenis
Tidak ada 5 12,5
kelamin. Sebagian besar responden skizofrenia
Ada 35 87,5
adalah laki-laki. Penelitian sebelumnya
Mati rasa 1 2,5
menunjukkan bahwa pasien skizofrenia yang
Mulut kering 7 17,5 berjenis kelamin perempuan lebih patuh obat
Kekakuan 12 30 dari pada pasien yang laki-laki (Yegenoglu dkk,
Rasa tidak enak 10 25 2003), maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki
Kantuk 21 52,5 pada umumnya tidak patuh obat. Tidak patuh
Hipersomnia 15 37,5 obat merupakan penyebab utama pasien
Kurang tenaga 4 10 skizofrenia mengalami kekambuhan (Moller,
Kurang konsentrasi 1 2,5 2005). Kekambuhan mengakibatkan munculnya
Pusing 7 17,5 gejala positif yang menonjol dan tidak dapat
Berat badan bertambah 2 5 dikendalikan (Stuart & Laraia, 2005), sehingga
Sesak napas 2 5 pasien membutuhkan rehospitalisasi agar gejala
Jantung berdebar-debar 3 7,5 tersebut dapat dikendalikan dan tidak
Palpitasi 3 7,5 membahayakan kondisi pasien dan orang yang
Hipersaliva 1 2,5 berada di sekitar pasien. Hasil penelitian yang
Antipsikotik dilakukan oleh Simanjuntak (2008) di Medan
Tipikal 11 27,5 dan Sandriani (2014) di Yogyakarta menemukan
Atipikal 36 90 bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
Frekuensi konsumsi obat ketidak patuhan minum obat dengan kejadian
kekambuhan.

25
Idea Nursing Journal Sri Novitayani

Responden skizofrenia dengan riwayat memiliki asuransi kesehatan yang diberikan oleh
rehospitalisasi memiliki karakteristik pendidikan Pemerintah Aceh. Jadi, pelayanan kesehatan dan
SMA, memiliki pekerjaan dengan sebagian besar pengambilan obat di BLUD RSJA tidak
berpenghasilan rendah. Amarita dalam mengutip bayaran. Namun, pasien masih
Lesmanawati (2012) menyatakan bahwa pasien membutuhkan dana untuk transportasi, sehingga
yang memiliki pendidikan rendah cenderung pasien tidak konsul ke rumah sakit apabila
kurang memerhatikan kualitas hidup sehat yang mereka tidak memiliki dana untuk transportasi.
dapat mempengaruhi terapi. Dalam penelitian Karakteristik selanjutnya, mayoritas
ini, tingkat pendidikat dibagi ke dalam lima responden memiliki anggota keluarga yang
kategori yaitu tidak bersekolah (2,5%), lulus SD merawat pasien (67,5%). Hasil penelitian ini
(12,5%), lulus SMP (22,5%), lulus SMA bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya
(42,5%) dan lulus sarjana (20%). Dengan yang dilakukan oleh Glick dkk (2011) yang
demikian, dapat disimpulkan bahwa responden menunjukkan bahwa adanya dukungan keluarga
skizofrenia memiliki tingkat kurang dalam dalam membantu pasien dalam proses
memerhatikan kualitas kesehatan, sehingga pengobatan dapat membuat kondisi pasien
mereka tidak melaksanakan terapi sesuai intruksi menjadi lebih baik dimana gejala psikotik hilang
untuk menangani masalah skizofrenia yang atau terkontrol.
menyebabkan gejala muncul kembali dan parah, Pada penelitian ini, meskipun pasien
sehingga rehospitalisasi terjadi. memiliki anggota keluarga yang merawat, pasien
Dalam penelitian ini, mayoritas respoden masih mengalami rehospitalisasi. Hal ini
memiliki pekerjaan (62,5%). Pada umumnya, mungkin terjadi karena anggota keluarga kurang
responden mengatakan aktivitas pekerjaannya maksimal merawat pasien terutama yang terkait
terganggu karena sering mengantuk dan lebih dengan penanganan terhadap skizofrenia.
banyak tidur semenjak menkonsumsi obat, Dukungan keluarga sebagai asisten yang
sehingga responden mengurangi dosis obat atau berorientasi dalam melengkapi tugas pasien
frekuensi obat yang dikonsumsi agar efek memiliki hubungan yang signifikan dengan
samping obat yang dirasakan berkurang. Dengan kepatuhan pasien terhadap penangan pengobatan
tidaknya patuh obat, gejala skizofrenia akan (Garcia dkk, 2006).
muncul kembali, sehingga membutuhkan Karakteristik klinikal pada pasien
rehospitalisasi bila gejala yang muncul semakin skizofrenia dengan riwayat rehospitalisasi
parah. Hal ini berbeda dengan pernyataan meliputi lama mengidap penyakit 11 – 15 tahun;
Lesmanawati (2012) yang mengatakan bahwa mengalami efek samping obat, jenis antipsikotik
pasien yang memiliki pekerjaan cenderung akan yang diberikan masih ada mix antara tipikal
lebih memperhatikan kualitas kesehatannya dengan atipikal dan frekuensi minum obat dua
dibandingkan pasien yang tidak memiliki kali sehari. Untuk karakteristik lamanya
pekerjaan, sehingga pasien melaksanakan terapi menderita skizofrenia, sebagain besar responden
atau pengobatan yang telah ditentukan oleh tim menderita skizofrenia selama 11 – 15 tahun.
kesehatan. Responden mengatakan bahwa mereka jenuh
Karakteristik selajutnya dapat dilihat minum obat sedangkan penyakit tidak sembuh,
bahwa sebagian besar responden memiliki sehingga pasien berhenti mengkonsumsi obat.
penghasilan paling rendah yaitu kurang dari Rp. Selain itu, pada skilus skizofrenia terdapat
500.000. Hasil yang sama juga ditemukan dari periode kekambuhan yang merupakan periode
data Healthcare Cost and Utilization Project terakhir dari empat periode (Moller, 2005). Ada
(HCUP) Statistical Brief yang menyatakan variasi tahun ke berapa periode relaps dapat
bahwa pasien skizofrenia yang memiliki terjadi. Hal ini tergantung lamanya durasi
penghasilan yang paling rendah memiliki jumlah periode penyakit akut, stabil dan pemeliharaan
rehospitalisasi yang tinggi dibandingkan dengan dan pemulihan dari setiap pasien. Berbeda
pasien skizofrenia yang berpenghasilan tinggi dengan sistematik review yang dilakukan oleh
(Heslin & Weiss, 2015). Hal ini mungkin karena Takeuchi, Suzuki, Uchida Watanabe dan
untuk mempertahankan terapi pengobatan Mimura (2012) yang menemukan data bahwa
diperlukan dana. Pasien di Provinsi Aceh pasien skizofrenia tidak melanjutkan konsumsi

26
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016

obat setelah satu sampai dua tahun dari episode KESIMPULAN


pertama, sehingga menyebabkan kekambuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan data
Emsley, Chiliza, Asmal dan Harvey (2013) bahwa karakteristik pasien skizofrenia rawat
menemukan data dari review literature bahwa jalan di poliklinik BLUD RSJA dengan riwayat
kekambuhan tinggi terjadi akibat tidak rehospitalisasi terdiri dari karakeristik demografi
mengkonsumsi obat setelah periode pertama, dan klinikal. Karakteristik demografi meliputi
namun tidak memicu kekambuhan yang parah usia dewasa, laki-laki, berpendidikan setara
bila obat tidak dikonsumsi setelah melakukan SMA, memiliki pekerjaan, penghasilan kurang
pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Rp. 500.000 dan memiliki anggota keluarga
Karakteristik lain adalah mengalami efek yang merawat pasien. Selanjutnya, karakteristik
samping obat. Berdasarkan hasil data, efek klinikal terdiri dari lamanya menderita
samping yang banyak dialami adalah rasa kantuk skizofrenia, efek samping obat, jenis antipsikotik
(52,5%), hiperinsomnia (37,5%), kekakuan yang dikonsumsi dan frekuensi konsumsi obat.
(30%), mulut kering (17,5%), dan pusing Masing-masing karakteristik memiliki
(17,5%). Antara efek samping obat dengan jenis keterkaitan satu sama lain baik karakteristik
obat yang dikonsumsi saling berkaitan. Dalam antara sesama karakteristik demografi atau
penelitian ini, responden mengkonsumsi obat karakteristik klinikal maupun karakteristik
mix antara atipikal dan tipikal antipsikotik. antara demografi dan klinikal.
Tipikal antipsikotik hanya menangani gejala Peneliti menyarankan kepada BLUD
positif dari skizofrenia, sedangkan atipikal RSJA agar dapat meningkatkan perilaku patuh
menangani gejala positif dan negatif dari obat dan mengikuti terapi lainnya sesuai
skizofrenia serta tidak memiliki efek samping instruksi tim kesehatan kepada pasien
sebanyak yang ditimbulkan oleh tipikal skizofrenia baik pada pasien persiapan pulang
antipsikotik (Shives, 2012). Berdasarkan maupun pasien rawat jalan, sehingga kondisinya
informasi dari responden, efek samping yang terus membaik dan memiliki kualitas hidup yang
dialami responden mengganggu aktivitas sehari- baik. Pihak BLUD RSJA dapat melakukan
hari sehingga mereka mengurangi dosis obat pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
atau frekuensi minum obat, bahkan ada yang skizofrenia dan terapi yang berkaitan dengan
tidak mengkonsumsi obat. Menurut mereka perubahan perilaku untuk mewujudkan hal
dengan melakukan hal tersebut, efek samping tersebut.
yang dirasakan akan berkurang atau hilang, Fakultas Keperawatan Unsyiah
sehingga mereka dapat melakukan aktivitas dan diharapkan dapat mengembangkan intervensi
bekerja dengan baik. yang dapat mengubah perilaku pasien
Karakteristik yang terakhirr adalah skizofrenia yang maladaptif menjadi adaptif.
frekuensi minum obat. Mayoritas responden Dengan demikian, angka rehospitalisasi dapat
memiliki frekuensi minum obat sebanyak dua berkurang dan dapat meningkatkan kualitas
kali sehari. Pasien skizofrenia akan lebih patuh hidup pasien skizofrenia.
obat ketika mereka mengkonsumsi obat satu hari
sekali atau satu kali sebulan (Pyne dkk, 2006). KEPUSTAKAAN
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Diaz BLUD Rumah Sakit Jiwa Aceh (RSJA). (2012).
dkk (2004) menunjukkan bahwa pasien Laporan penyelenggaraan rekam medik
skizofrenia lebih patuh obat jika frekuensi tahun 2011
pemberian obat satu kali sehari daripada dua kali
sehari. Maka dapat disimpulkan bahwa Diaz, E., Neuse, E., Sullivan, M. C., Pearsall, H.
responden pada penelitian ini tidak patuh obat R., & Woods, S. W. (2004). Adherence
yang menyebabkan gejala skizofrenia muncul to conventional and atypical
kembali dan kondisi menjadi parah yang bisa antipsichotic after hospital discharge.
membahayakan responden, sehingga The Journal of Clinical Psychiatric, 65,
memerlukan rehospitalisas agar mendapatkan 354- 360. Diambil dari http://www
perawatan segera untuk mengontrol gejala .psychiatrizt.com/privatepdf/2004/v65n0
tersebut. 3 /v65n0311.pdf

27
Idea Nursing Journal Sri Novitayani

Emsley, R., Chiliza, B., Asmal, L., & Harvey, B. Lesmanawati, D., A., S. (2012). Analisis
H. (2013). The Nature of Relapse in Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi
Schizophrenia. BMC Psychiatric, 13, Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia di
50.http://www.biomedcentral.com/1471- Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
244x/13/50 Grhasia Yogyakarta. Online:
http://grhasia.jogjaprov.go.id/images/grh
Garcia, J. I. R., Chang, C. L., Young, J. S., asia/pdf/shintadr2.pdf
Lopez, S. R., & Jenkins, J. H. (2006).
Family support predicts psychiatric Leucht, S., Kane, J. M., Kissling, W., Hamann,
medication usage among Mexican J., Etschel, E., & Engel, R. (2005).
American individuals with Clinical implication of brief psychiatric
schizophrenia. Social Psychiatry and rating scale score. The British Journal of
Psychiatric Epidemiology, 41, 624-631. Psychiatry, 187, 366-371. Doi:
doi: 10.1007/s00127-006-0069-8 10.1192/bjp.187.4.366

Gilmer, T. P., Dolder, C. R., Lacro, J. P., Messias, E. L., Chen, C. Y., & Eaton, W. W.
Folsom, D. P., Lindamer, L., Garcia, P., (2007). Epidemiology of schizophrenia :
& Jeste, D. V. (2004). Adherence to Review of findings and myths.
treatment with antipsychotic medication Psychiatric Clinics of North America,
and health care coasts among Medicaid 30, 323-338. doi: 10.1016/j.psc.2007
beneficiaries with schizophrenia. The .04.007
American Journal of Psychiatric, 161,
692-99. doi: 10.1176/appi.ajp.161.4.692 Moller, M. D. (2005). Neurobiological responses
and schizophrenia and psychotic
Glick, I. D., Stekoll, A. H., & Hays, S. (2011). disorders. In G. W. Stuart & M. T.
The role of the family and improvement Laraia (Eds.), Principles and practice of
in treatment maintenance, adherence, psychiatric nursing (8th ed.).
and outcome for schizophrenia. Journal Philadelphia, PA: Elsevier Mosby.
of Clinical Psychopharmacology, 31(1),
82-85. Diambil dari Pyne, J. M., Mcsweeney, J., Kane, H. S.,
http://www.psychodyssey .net/wp- Harvey, S., Bragg, L., & Fischer, E.
content/uploads/2012/05/The-Role-of- (2006). Agreement between patients
the Family.pdf with schizophrenia and providers on
factors of antipsychotic medication
Heslin, K. C & Weiss, A. J. (2015). Statistical adherence. Psychiatric Services, 57,
Brief #189; Hospital Readmissions 1170-1178. doi: 10.1176/appi.ps.57.8.
Involving Psychiatric Disorders, 2012. 1170
Agency for Healthcare Research and
Quality.https://www.hcupus.ahrq.gov/re Rabinowitz, J., Lichtenberg, P., Kaplan, Z.,
ports/statbriefs/sb189-Hospital-Read Mark, M., Nahon, D., & Davidson, M.
missions-Psychiatric-Disorders-2012.js (2001). Rehospitalisasi rates of
p chronically ill schizophrenic patients
discharged on a regimen of risperidone,
Hoffman, H. (1994). Age and other factors olanzapine, or conventional
relevant to the rehospitalization of antipsychotics. Am Journal Psychiatry,
schizophrenic outpatients. Acta 158, 266-269
Psychiatrica Scandinavica, 89 (3); 205-
10. Doi: 10.1111/j.16000447. Sandriani, B., S. (2014). Hubungan Kepatuhan
1994.tb08093.x Minum Obat Dengan Tingkat
Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia di
Poloklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia

28
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016

DIY. Program Studi Ilmu Keperawatan; treatment for schizophrenia in the


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiah maintance phase: a systematic review of
Skripsi the guidelines and algorithms. Schizophr
Res, 134, 219-225.
Shives, L. R. (2012). Basic concepts of
psychiatric-mental health nursing (8th World Health Organization (WHO) (2012).
ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer Schizophrenia. Diambil dari http://w
Health and Lippincott Williams & ww.who.int/mental_health/management/
Wilkins. schizophrenia/en/

Simanjuntak, Y., P. (2008). Faktor Risiko Yegenoglu, S., Wertheimer, A. L., & Dubin, W.
Terjadinya Relaps Pada Pasien R. (2003). Demographical factors
Skizofrenia Paranoid. Tesis. Fakultas affecting patient compliance (adherence)
Kedokteran Universitas Sumatera Utara to medications in an outpatient
psychiatric clinic: A preliminary study.
Stuart, G. W & Laraia .(2005). Principles and FABAD Journal of Pharmaceutical
practice of psychiatric nursing, Science, 28, 77-84. Diambil dari
Philadelphia: Elsevier Mosby, Alih http://fabad.org/fabad.
Bahasa Budi Santosa org/pdf/volum28/issue2/FABAD2003j.P
harm.Sci.,28,7784,2003.pdf
Takeuchi, H., Suzuki, T., Uchida, H., Watanabe,
K., & Mimura, M. (2012). Antipsikotik

29

Anda mungkin juga menyukai