NamaPembimbing :
Nama mahasiswi:
LOKAL 1A
Tahun 2021
1
Kata pengantar
2
DAFTAR ISI
Judul...........................................................................................................................................1
Kata pengantar...........................................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHUALUAN.......................................................................................................4
1.1 Latar belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................5
2.1 Pengertian transparansi.....................................................................................................5
2.2 akuntabilitas dan dan transparansi publik.........................................................................5
2.3 Penting nya transparansi dan pencegahan Korupsi..........................................................6
2.4 upaya pemberantasan korupsi melalui penegak hukum...................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................8
Kesimpulan.............................................................................................................................8
Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
7. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme
serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dari ketujuh kewajiban tersebut kewajiban Nomor 2, 3, 4, 6 dan 7 adalah
yang paling menekankan mengenai pentingnya akuntabilitas dan transparansi bagi
seorang penyelenggara negara yang mana wajib untuk dijalankan demi terciptanya
pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Akan
tetapi sekarang ini pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme tersebut nampaknya semakin jauh dari harapan dengan semakin
banyaknya kasus oknum pejabat dan penyelenggara negara yang melakukan
korupsi. Maka dari itu dalam tulisan ini akan dibahas mengenai mekanisme yang
dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi penyelanggara negara terhadap
masyarakat, guna mencegah dan mengurangi korupsi yang sedang menrajalela di
Negeri ini.
2.3 Pentingnya Transparansi dalam mencegah korupsi
betapa pentingnya peran transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan
untuk menekan, mengurangi dan mencegah tindak pidana korupsi diIndonesia.
Korupsi di Indonesia telah menyebar secara luas dan sistemik. Kejahatan ini telah
meracuni dan menggrogoti kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya
pemberantasan yang selama ini dilakukan hanya bersifat parsial dan tidak
komprehensif, yang mana hasilnya kurang efektif untuk mengurangi korupsi di
Indonesia. maka dari itu diperlukan cara baru yang dapat secara efektif untuk
memberantas korupsi di Indonesia.Transparansi memiliki peranan yang penting
dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
Dengantransparansidiharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab pejabat
publik kepada rakyat.selain itu rakyat juga dapat berperan aktif dalam upaya
pencegahan danpemberantasan tindak pidana korupsi. Dengan begitu diharapkan
dapat mengurangi, mencegah dan memberantas korupsi dari Indonesia. Dalam
sistem akuntabilitas kinerja, transparansi menjadi prinsip yang wajib ditegakkan
sesuai cara standar yang telah ditentukan.Hal ini ditegaskan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2004 tentang Petunjuk
Teknis Transparansi dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik, telah
menegaskan:transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya
diwujudkan pada aspek-aspek pembiayaan, waktu, persyaratan, prosedur,
informasi, pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab, mekanisme
pengaduan masyarakat, standar, dan lokasi pelayanan.
6
merupakan salah satu bentuk e-government dalam pengadaan barang dan jasa. E-
government dapat membantu pencegahan korupsi dengan menyediakan open
government dan transparansi.
Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan metode aksiomatis
dalam ilmu sosial untuk menjelaskan bagaimana transparansi melalui opentender
dalam upaya pencegahan korupsi. Robert K. Yin menyatakan bahwa penelitian
kualitatif, terjadi karena dorongan keinginan untuk menjelaskan peristiwa yang
ada pada kehidupan sehari-hari tersebut, melalui konsep yang ada. Menurut Sarah
Wylie metode aksiomatis adalah suatu cara untuk membuktikan kebenaran suatu
pernyataan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, dan studi dokumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif
untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai obyek penelitian. Untuk
mengecek keabsahan data, peneliti melakukan triangulasi sumber dan triangulasi
pengumpulan data. Hasil Penilitian ini menunjukan bahwa transparansi melalui
opentender oleh ICW (Indonesia Corruption Watch) masih belum dapat dikatakan
membantu sepenuhnya upaya pencegahan korupsi. Opentender masih belum
menghasilkan empowerment. Hal tersebut ditunjukan dengan opentender masih
belum dapat mengajak dan memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan data
pengadaan barang dan jasa pemerintahan pada opentender, serta menggunakan
opentender sebagai alat monitoring e-procurement. Opentender mampu
melakukan fungsi prevention dengan cara menyajikan data yang disertai dengan
nilai potensi korupsi
Upaya pencegahan korupsi terkait penegakan hukum memiliki tantangan berupa
belum optimalnya koordinasi Aparat Penegak Hukum (APH) dalam penanganan
perkara, khususnya pertukaran informasi dan data lintas APH. Sejak KPK berdiri
pada tahun 2004 hingga juni 2020, Tim Penindakan KPK telah menindak 22
orang hakim, 10 orang jaksa, 2 orang polisi, serta 12 orang pengacara, dengan
demikian paling tidak 46 orang Aparat Penegak Hukum (APH) teridentifikasi
terjerat kasus korupsi, hal ini menyebabkan berkurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap penegakkan hukum di Indonesia.
7
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa indosesia
sebenarnya sudah memiliki Mekanisme Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) yang sudah ada di Indonesia selama ini sebenarnya sudah
merupakan mekanisme yang baik untuk mencegah terjadinya tindak pidana
korupsi. Sebagaimana yang dilakukan oleh Negara Jepang yang juga menerapkan
mekanisme tersebut. Akan tetapi agar lebih efektif dan efisien dalam mencegah
dan menanggulangi tindak pidana korupsi, maka akses publik terhadap LHKPN
tersebut harus dibuka secara luas. Agar masyarakat dapat mengetahui secara detail
perihal LHKPN tersebut dan juga turut mengawasi dan mengaudit harta kekayaan
dari penyelenggara negara. Dan juga dibuka layanan pengaduan oleh masyarakat
jika ditemukan kejanggalan dan keganjilan dalam LHKPN tersebut, agar dapat
segera diproses oleh KPK. Sehingga mekanisme ini dapat menjadi deteksi dini
terhadap terjadinya tindak pidana korupsi dan juga dapat mencegah niat-niat dari
penyelenggara negara untuk melakukan korupsi. Dengan meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara kepada masyarakat.
B. Saran
Perubahan Undang-undang anti korupsi dan Undang-undang
penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi serta nepotisme dan
juga undang-undang keterbukaan dan informasi publik agar memberikan
kewajiban kepada penyelanggara negara untuk melaporkan harta kekayaannya
melalui mekanisme LHKPN, dan juga memberikan sanksi bagi penyelenggara
yang tidak patuh dan atau melaporkan data yang tidak benar. Dengan perubahan
Undang-undang yang disebutkan diatas, maka setiap penyelenggara Negara akan
memiliki kewajiban untuk melaporkan harta kekayaannya dan juga dapat
diberikan sanksi baik itu administratif ataupun pidana jika penyelenggara terkait
tidak patuh atau melaporkan harta kekayaannya secara tidak benar.
Selain itu perubahan Undang-undang tentang Komisi pemberantasan
korupsi juga sangat diperlukan, yang mana KPK harus diberikan kewenangan
untuk mengumumkan harta kekayaan pejabat negara kepada publik, dan juga
memerintahkan instansi lain untuk mengumumkan laporan tersebut. Dengan
begitu maka akses publik terhadap LHKPN dapat terbuka sacara luas. Dan KPK
memiliki dasar hukum dan legalisasi terhadap pengumuman dan publikasi
LHKPN tersebut.
8
Daftar Pustaka