Anda di halaman 1dari 77

A.

Pengaturan dalam Hukum Perdata


Internasional
Hukum kontrak internasional diatur dalam berbagai sum-
ber hukum. Sumber hukum tersebut terutama terdapat dalam
hukum domestik. Di samping itu, hukum kontrak kini, sampai
pada tingkat tertentu, juga bersumber pada hukum transnasion-
al/internasional.

Berbeda dengan hukum kontrak domestik, pengaturan dan


perkembangan hukum kontrak internasional perlu ditelusuri
mulai dari asas dan kaidah hukum perdata internasional. Hukum
perdata internasional itu sendiri sama halnya dengan hukum
kontrak merupakan bagian dari pengertian hukum privat. Dalam
hal ini yang dimaksudkan adalah hukum perdata internasional
konvensional. Kini, hukum kontrak berlaku baik melalui penggu-
naan asas dan kaidah hukum perdata internasional konvensional
tersebut, maupun sebagai hukum kontrak internasional mandiri,
yang melampaui pengertian hukum perdata internasional kon-
vensional tersebut.

Hukum perdata internasional (international private law,


conflict of laws) menurut Van Brakel, sebagaimana diterjemah-
kan Sunaryati Hartono dari bahasa Belanda, adalah “hukum nasi-
onal yang ditulis (diadakan) untuk hubungan-hubungan hukum
internasional” Dengan demikian pada dasarnya hukum perdata
internasional tidak bersumber pada hukum internasional publik,
melainkan pada hukum perdata nasional. Sebutan kata “inter-
nasional” pada hukum perdata internasional tersebut menun-
jukkan pada objek atau materi muatan hukum yang mengatur
hubungan internasional.
Bayu Seto Hardjowahono mendefinisikan hukum perdata Pertama, asas pilihan hukum (choice of law). Dalam hukum
internasional sebagai “seperangkat kaidah-kaidah, asas-asas perdata internasional asas pilihan hukum ini diakui. Artinya para
dan aturan-aturan hukum nasional yang dibuat untuk mengatur pihak dalam suatu kontrak internasional bebas untuk menetap-
peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur kan sendiri dalam isi kontrak yang mereka buat tentang hukum
transnasional (atau unsur-unsur ekstrateritorial). Jadi, hukum yang mengatur transaksi tersebut. Asas pilihan hukum ini posis-
perdata internasional pada prinsipnya merupakan bagian dari inya kuat karena bersandar pada asas pokok yang umum, yaitu
asas dan kaidah hukum domestik, namun berkenaan dengan otonomi para pihak. Berdasarkan asas otonomi para pihak, pada
pengaturan peristiwa lintas negara. prinsipnya para pihak dapat menentukan sendiri baik bentuk,
maupun isi kontrak. Pengecualinanya terdapat pengaturan dalam
Rene van Rooij dan Maurice van Polak menjelaskan lebih kaidah hukum publik. Sama halnya dengan asas otonomi para
jauh bahwa terdapat ciri perpaduan antara unsur domestik pihak, asas pilihan hukum sebagai asas turunannya pun memi-
atau nasional dan unsur internasional dalam hukum perdata liki pengucualian. Dengan demikian, otonomi para pihak dalam
internasional sebagaimana realitas sekarang ini. Jadi, walaupun memilih hukum tersebut tidaklah mutlak, melainkan relatif.
pada prinsipnya hukum perdata internasional adalah hukum do- Artinya dalam hal-hal tertentu, pilihan hukum tersebut dibatasi
mestik, namun sebagian asas dan kaidah yang mengaturnya juga atau tidak berlaku.
terdapat dalam hukum internasional.
Pembatasan terhadap pemberlakuan asas pilihan hukum
Dalam hal ini tidak semua asas dan kaidah hukum perdata dinilai, antara lain, berdasarkan ada tidaknya kaitan antara hu-
internasional relevan untuk dibahas di sini. Oleh karena itu pem- kum yang dipilih dan para pihak atau transaksi bisnis internasi-
bahasannya dibatasi pada asas dan kaidah yang relevan dengan onal. Yang dapat dipilih adalah hukum yang ada kaitan dengan
hukum kontrak internasional saja. Oleh karena Indonesia hingga para pihak dan transaksi bisnis internasional tersebut, dalam
kini belum memiliki hukum khusus yang mengatur tentang hu- hal ini, terutama hukum domestik dari negara-negara para pi-
kum perdata internasional, termasuk berkenaan dengan hukum hak. Misal transaksi dilakukan oleh A, warga negara atau badan
kontrak internasional tersebut, perlu dibahas beberapa asas hu- hukum Indonesia dengan B, warga negara atau badan hukum
kum yang umum berlaku. Oleh karena tidak terdapat kaidah atau Malaysia. Hukum yang dapat dipilih di sini pada dasarnya ada-
norma yang tegas di dalam hukum positif, asas hukum demikian lah hukum Indonesia atau hukum Malaysia saja, dan tidak boleh
memegang posisi kunci, dalam pemahaman dan penerapannya. negara lain misal Inggris. Namun, dalam hal ini pun terdapat
pengecualian bahwa boleh saja dipilih hukum Inggris apabila ada
alasan yang cukup, misal karena merupakan suatu kontrak pen-
gangkutan laut internasional, yang dalam hal ini
hukum Inggris diakui secara internasional memiliki keung- dan arbiter dalam menyelesaikan perkara yang sedang
gulan. ditanganinya. Dan bagi para pihak berarti memberikan adanya
jaminan dan kepastian hukum yang lebih besar. Sebaliknya, apa-
Pembatasan lainnya adalah ketentuan tentang kebijakan bila para pihak tidak memilih hukum berarti dapat lebih membe-
publik (public policy). Menurut Sudargo Gautama, kebijakan bani hakim atau arbiter dalam menyelesaikannya dan para pihak
publik demikian haruslah ditapsirkan terbatas, atau tidak terla- sendiri dapat dirugikan dari aspek ekonomi dan bisnis, karena
lu luas. Dalam hal ini pembatasan tersebut dimaksudkan untuk ketidakpastian hukum merupakan risiko.
menjaga dan melindungi kepentingan umum di negara tuan
rumah saja. Untuk itu, perlu dilihat kasus per kasus oleh hakim Apabila para pihak tidak melakukan pilihan hukum, solusi
atau arbiter yang sedang menyelesaikan permasalahan hukum yang dapat diberikan oleh hakim atau arbiter adalah menggu-
tersebut. nakan pilihan sendiri dengan alternatif yang berkembang dalam
ajaran hukum perdata internasional. Hakim dalam hal ini bebas
Demikian juga terdapat bidang atau materi hukum perdata untuk menetapkan hukum yang paling sesuai menurut pertim-
perdata tertentu, yang sudah mendapatkan pengaturan khusus bangannya. Asas dimaksud meliputi, antara lain, hukum tempat
dari negara sebagai bagian dari campur tangan negara dalam kontrak dibuat (lex loci contractus). Misal kontraknya dibuat di
bidang tersebut, dalam kaitannya dengan kebijakan umum pem- Banda Aceh, maka hukum yang berlaku untuk transaksi bisnis
bangunan sosial ekonomi negara. Misal ada ketentuan tentang internasional tersebut adalah hukum Indonesia, namun apabila
bentuk kontrak formal, yang harus tertulis dan/atau didaftarkan kontrak dibuat di Bangkok, yang berlaku adalah hukum Thailand.
dan/atau mendapatkan pengesahan dan/atau memperoleh per-
izinan dari negara/daerah. Kontrak penanaman modal interna- Alternatif lain adalah hukum tempat kontrak dilaksanakan
sional merupakan salah satu contoh bidang hukum perdata yang (lex loci solutionis). Misal kontrak dibuat di Singapura, tetapi im-
sudah banyak diatur negara/daerah. Dalam hal demikian, keten- plementasi kontrak tersebut berkaitan dengan bidang usaha in-
tuan tersebut tidak boleh dihilangkan misal dengan memilih hu- dustri perkebunan (agro-industry) di Banda Aceh, maka hukum
kum negara lain yang mengatur hal itu secara berbeda. Dengan yang berlaku adalah hukum Indonesia, bukan hukum Singapura,
demikian, pilihan hukum yang bertentangan dengan kaidah hu- demikian juga sebaliknya.
kum publik di negara tuan rumah menjadi tidak berlaku.
Selain hukum tempat kontrak dibuat dan hukum tempat
Pilihan hukum ini penting untuk memperjelas hukum yang kontrak dilaksanakan, kemungkinan lain adalah hukum tempat
berlaku terhadap suatu kontrak penanaman modal internasi- hakim menyelesaikan sengketa (lex fori). Yansen Dermanto Lat-
onal. Apabila para pihak telah memilih hukum tertentu dengan ief menyatakan bahwa penggunaan lex fori ini memiliki kelebi-
menyebutkan secara eksplisit di dalam klausula kontrak mereka, han tertentu dalam hal efisiensi dan efektivitas penyelesaian
berarti telah menfasilitasi hakim sengketa tertentu. Kelebihannya karena memberikan kemuda-
han dalam penggunaan,
kecepatan dalam waktu penyelesaian dan kemurahan dari tersendiri, yang terpisah dari pengertian pilihan hukum.
sisi pengeluaran biaya Apabila para pihak telah memilih hukum tertentu katakanlah
hukum Indonesia dalam kontrak penanaman modal internasi-
Selain itu, terdapat juga asas hukum yang patut berdasar- onal, tidak otomatis berarti forum yang mengadilinya berada di
kan dugaan (the proper law of the contract). Berdasarkan asas Indonesia, karena dapat saja berbeda. Pilihan hukum di Indo-
ini hakim atau arbiter dapat melihat hukum yang diharapkan nesia, tetapi pilihan forum tidak ditentukan atau di negara lain
berlaku oleh para pihak untuk transaksi bisnis internasional (luar negeri). Dari pilihan forum ini timbul dua alternatif asas
mereka. Dengan demikian harus digali dan ditemukan hukum yang lebih khusus, yaitu pilihan pengadilan dan pilihan arbitrase.
apa yang sesungguhnya dikehendaki berlaku oleh para pihak itu
sendiri. Meskipun berhasil dalam menyelesaikan kasus tertentu, Ketiga, asas pilihan pengadilan (choice of court) memberi
namun dalam praktik asas ini tidak selalu menjadi pilihan yang kemungkinan untuk memilih pengadilan yang berwenang dalam
paling logis. mengadili sengketa yang timbul dari kontrak. Jadi, para pihak
dapat memilih pengadilan pengadilan yang mereka kehendaki.
Alternatif terakhir, adalah asas yang kini paling banyak Dengan demikian dapat saja pengadilan yang dipilih berada di
digunakan. Asas ini disebut hukum dari pihak yang memiliki negara lain yang berbeda dengan negara yang hukum nasional-
peran paling khas (the most characteristic connections). Dalam nya dipilih. Oleh karena beberapa alasan pada umumnya pilihan
hal ini perlu dilihat tingkatan keterlibatan masing-masing pihak pengadilan ini kurang disukai sebagai cara penyelesaian sengke-
dalam suatu hubungan kontraktual dan ditentukan mana yang ta dalam transaksi bisnis internasional.
paling besar. Hukum dari negara pihak yang paling berperan
ini menjadi hukum yang berlaku untuk kontrak tersebut. Misal Keempat, asas pilihan arbitrase (choice of arbitration)
dalam transaksi jual beli, dibandingkan dengan pembeli penjual memberikan kemungkinan kepada para pihak untuk tidak memi-
adalah pihak yang melakukan prestasi paling dominan, karena lih pengadilan seperti di atas, tetapi memilih forum penyelesaian
itu hukum yang berlaku dalam jual beli tersebut adalah hukum sengketa di luar pengadilan, yaitu arbitrase. Sama halnya dengan
dari negara penjual, bukan negara pembeli. Demikian tentang pilihan forum pengadilan, pilihan forum arbitrase pun memiliki
asas pilihan hukum. arti yang berbeda sehingga dapat tidak sejalan dengan pilihan
hukum. Lembaga arbitrase internasional sekarang ini tersedia
Kedua, asas pilihan forum (choice of forum). Apabila pada di banyak negara untuk dipilih oleh para pihak, antara lain, yang
pilihan hukum yang dipilih adalah substansi hukumnya, maka diselenggarakan ICSID, ICC, dan SIAC.
pada pilihan forum yang dipilih adalah forum penyelesaian
sengketa. Pilihan forum ini memiliki makna Terkait pilihan arbitrase, Indonesia memiliki suatu un-
dang-undang yang khusus mengatur hal tersebut, yaitu Un-
dang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disingkat relatif berwenang, serta mengatur tentang prosedur peny-
UUAAPS). Pasal 1 angka 9 UUAAPS mendefinisikan putusan itaan barang milik.
arbitrase internasional sebagai “ putusan yang dijatuhkan oleh
lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hu- Dalam kaitannya dengan asas pilihan arbitrase dalam kon-
kum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase trak internasional ini, Indonesia merupakan salah satu negara
atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Repub- anggota yang telah menandatangani traktat tentang itu. Dalam
lik Indonesia dianggap sebagai putusan arbitrase internasional” hal ini adalah Konvensi New York tentang Pengakuan dan Pelak-
Selain itu, UUAAPS ini mengatur tentang arbitrase internasional sanaan Putusan Arbitrase Asing (the New York Convention on
dalam lima pasal, yaitu Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, dan Recognition and Enforcement of Arbitral Awards) tahun 1958.
Pasal 69. Konvensi ini telah diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presi-
den Nomor 34 Tahun 1981. Dengan demikian, tidak ada halangan
Pasal 65 UUAAPS menegaskan bahwa pengakuan dan lagi bagi Indonesia dalam mengakui dan melaksanakan putusan
pelaksanaan putusan arbitrase internasional merupakan ke- arbitrase internasional sehingga dapat melancarkan pembentu-
wenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). kan dan pelaksanaan hukum kontrak internasional.

Pasal 66 UUAAPS menetapkan persyaratan dalam pen- Asas pilihan hukum juga relevan untuk kontrak penana-
gakuan dan pelaksanaan arbitrase internasional tersebut. man modal internasional pada umumnya, namun dalam kaitan-
persyaratan tersebut meliputi putusan arbitrase internasional nya dengan pengelolaan bersama sumber daya alam minyak dan
tersebut berasal dari negara yang bersama Indonesia terikat gas bumi di Aceh terdapat ketentuan khusus. Ketentuan khusus
dalam suatu perjanjian internasional tentang arbitrase, perkara terdapat dalam Pasal 54 PP Migas Aceh, yang menetapkan bahwa
tersebut termasuk ke dalam bidang hukum dagang menurut hu- hukum yang berlaku terhadap kontrak kerja sama pengelolaan
kum Indonesia, putusan tersebut tidak bertentangan dengan ket- sumber daya alam minyak dan gas bumi di Aceh adalah hukum
ertiban umum, terdapat eksekuatur dari Ketua PN Jakpus, dan Indonesia. Ketentuan ini bersifat memaksa sehingga menutup
khusus untuk kontrak yang melibatkan Indonesia sebagai pihak kemungkinan berlakunya hukum kontrak nasional negara lain
terdapat eksekuatur dari MARI dan dilimpahkan kepada PN Jak- dan juga hukum transnasional/internasional.
pus. Pasal 67 UUAAPS mengatur cara mengajukan permohonan
pelaksanaan yang harus dilakukan melalui panitera PN Jakpus, Sebagaimana telah dijelaskan bahwa untuk kontrak inter-
yang disertai dengan dokumen permohonan. Pasal 68 UUAAPS nasional pada umumnya hukum perdata internasional yang me-
menetapkan bahwa terhadap putusan Ketua PN Jakpus yang nentukan hukum yang berlaku dan forum pengadilan
mengakui dan melaksanakan arbitrase internasional tidak dapat
diajukan banding dan kasasi, sedangkan yang menolak dapat
diajukan kasasi dengan prosedur yang ditetapkan. Dan Pasal 69
UUAAPS menetapkan bahwa setelah perintah eksekusim dilakau-
kan Ketua PN Jakpus, pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan ke-
pada ketua pengadilan negeri yang secara
atau forum arbitrase yang berwenang mengadili sengketa hukum perdata Perancis, yaitu Code Civil. Code Civil Peran-
terkait kontrak internasional. Hal ini berarti setelah hukum per- cis ini dibuat berdasarkan hukum Romawi. Oleh karena itulah,
data internasional menunjuk hukum yang berlaku tersebut, men- seringkali disebutkan bahwa baik Indonesia, Belanda maupun
yangkut substansi asas dan kaidah hukum diserahkan kepada Perancis berada di bawah sistem hukum Romawi tersebut, yang
hukum yang berlaku atau yang ditunjuk tersebut. Dalam hal ini disebut juga sistem hukum Eropah kontinental (civil law). Hal
pada umumnya yang dimaksudkan adalah hukum nasional dari demikian benar karena sekarang pun tradisi hukum tersebut ma-
negara sebagaimana ditunjuk asas hukum perdata internasional. sih berjalan yang setelah kemerdekaan dikuatkan oleh ketentuan
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
Sebagai alternatif, terdapat kemungkinan juga hukum
yang berlaku bukan hukum domestik, tetapi hukum lain yang Meskipun demikian sistem hukum kontrak Indonesia kini
memiliki elemen internasional, seperti hukum transnasional/ juga memiliki karakteristik tersendiri, karena sampai pada ting-
internasional. Dalam hal penunjukan hukum nasional berarti pe- kat tertentu bercampur dengan sistem hukum lain selain civil law
nilaian tentang keabsahan, pelaksanaan, wanprestasi, keadaan tersebut, baik secara internal maupun eksternal. Akibatnya ada
memaksa, dan penyelesaian sengketa ditentukan oleh hukum yang menggolongkan hukum Indonesia ke dalam sistem hukum
domestik tersebut. Di sinilah substansi hukum nasional negara campuran (mixed legal system), atau kalau mau dipertahankan
tertentu, seperti hukum Indonesia, berperan dalam pengaturan sistem hukum civil law karena dominasinya, lebih tepat disebut
kontrak internasional. sistem hukum civil law Indonesia. Penyebutan kata Indonesia
setelah civil law menunjukkan adanya perbedaan tertentu apa-
bila dibandingkan dengan hukum Romawi, sumber asal civil law,
B. Pengaturan dalam Hukum Domestik atau dengan civil law sebagaimana berlaku di negara lain, seperti
Belanda dan Perancis.
Di Indonesia, hukum kontrak merupakan bagian dari hu- KUH Perdata memiliki empat bagian yang disebut buku.
kum perikatan, yang tunduk pada hukum yang lebih luas, yaitu Buku I tentang orang, Buku II tentang Kebendaan, Buku III ten-
hukum perdata. Sumber hukum perdata tersebut terutama teru- tang Perikatan dan Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwar-
tama KUH Perdata. KUH Perdata merupakan terjemahan dari hu- sa. Hukum kontrak diatur di dalam Buku III tentang Perikatan,
kum warisan masa kolonial Belanda, Burgerlijk Wetboek (BW). bersama-sama dengan pengaturan perikatan lain di luar kontrak,
Belanda sendiri sudah tidak menggunakan lagi BW ini karena seperti perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad). Ter-
sudah ada pengganti yang baru, yaitu NBW. Lain halnya dengan dapat dua macam pengaturan kontrak dalam KUH Perdata, yaitu
Indonesia, yang masih menggunakannya, karena pengembangan pengaturan umum untuk semua kontrak dan pengaturan khusus
hukum perdata nasional berjalan perlahan-lahan dan secara par- untuk kontrak tertentu. Pengaturan umum kontrak tersebut
sial, termasuk ketentuan yang mengatur tentang kontrak. berlaku untuk semua kontrak termasuk untuk kontrak khusus,
apabila tidak ada ketentuan khusus yang berbeda. Kontrak khu-
KUH Perdata ini sendiri juga bukan asli produk hukum Be- sus dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu kontrak bernama yang
landa, karena sama halnya dengan untuk Indonesia, ia merupa- namanya disebutkan secara khusus di dalam peraturan
kan terjemahan atas dasar asas konkordansi dari
perundang-undangan dan kontrak tidak bernama yang Persaingan Usaha), dan peraturan perundang-undangan
dapat tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan kebutuhan terkait penanaman modal dan pengelolaan sumber daya alam,
praktik atas dasar asas kebebasan berkontrak dan sistem terbu- termasuk PP Migas Aceh. Di samping itu, sampai pada tingkat ter-
ka hukum kontrak. tentu, pembaruan hukum kontrak Indonesia juga terjadi melalui
yurisprudensi dan doktrin.
Adapun isi lengkap Buku III KUH Perdata, meliputi XIII Bab.
Bab I tentang Perikatan pada Umumnya, Bab II tentang Perikatan Sebagaimana dibahas di atas bahwa pada prinsipnya hu-
yang dilahirkan dari Kontrak, bab III tentang Perikatan yang Dila- kum Indonesia baru berlaku terhadap kontrak penanaman mod-
hirkan demi Undang-Undang, Bab IV tentang Hapusnya Perika- al internasional apabila para pihak telah sepakat memilih hukum
tan, Bab V tentang Jual Beli, Bab VI tentang Tukar-Menukar, Bab Indonesia, yang biasanya telah dituangkan dalam klausula isi
VII tentang Sewa-Menyewa, Bab VIIA tentang Perjanjian untuk kontrak. Jadi atas dasar asas pilihan hukum. Atau dalam hal tidak
Melakukan Pekerjaan, VIII tentang Persekutuan, Bab IX tentang ada pilihan hukum atas dasar asas dan kaidah hukum perdata
Perkumpulan, Bab X tentang Hibah, Bab XI tentang Penitipan internasional yang menunjuk hukum yang berlaku adalah hukum
Barang, Bab XII tentang Pinjam Pakai, Bab XIII tentang Pinjam Indonesia. Atau dapat juga karena ditentukan kaidah pemaksa
Meminjam, Bab XIV tentang Bunga Tetap atau Bunga Abadi, dalam hukum publik. Apabila hukum Indonesia tidak dipilih atau
Bab XV tentang Perjanjian Untung-Untungan, Bab XVI tentang bukan merupakan hukum berdasarkan asas dan kaidah hukum
Pemberian Kuasa, Bab VII tentang Penanggungan, dan Bab XVIII perdata internasional atau tidak ditentukan hukum pemaksa,
tentang Perdamaian. berarti hukum yang berlaku bukan hukum Indonesia. Dalam hal
ini yang berlaku adalah hukum negara lain atau hukum transna-
Dalam sistematika isi KUH Perdata belum ada pengaturan sional/internasional.
khusus tentang hukum kontrak internasional, yang Belanda kini
diatur dalam Buku X NBW tentang Hukum Perdata Internasion- Apabila yang berlaku hukum domestik negara lain, hakim
al (International Privaatrecht). Selain itu, dalam NBW Belanda atau arbiter harus memutuskan berdasarkan hukum tersebut.
tersebut juga terdapat pengaturan khusus tentang badan hukum, Dalam hal ini perlu dipahami bagaimana hukum tersebut seh-
yang diatur dalam Buku II dengan judul Badan Hukum (Recht- ingga dapat menerapkan dengan tepat untuk mencapai tujuan
spersonen). hukum tertentu. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
perbandingan hukum, khususnya perbandingan hukum perdata,
Perkembangan hukum kontrak Indonesia kini terbatas termasuk perbandingan hukum kontrak. Di sini lah letak hubun-
pada pembaruan hukum di luar kodifikasi (KUH Perdata dan gan antara hukum perdata internasional dengan perbandingan
KUH Dagang), antara lain, melalui UU AAPS sebagainmana di- hukum perdata. Hukum perdata internasional menunjuk hukum
jelaskan di atas, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang nasional tertentu yang berlaku, setelah itu tugas perbandingan
Perseroan terbatas (UUPT) dan Undang-Undang Nomor 18 Ta- hukum perdata untuk mengetahui isi norma atau kaidah hukum
hun 2009 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan yang ditunjuk tersebut untuk diterapkan dalam penyelesaian
Usaha Tidak Sehat (UU Monopoli dan kasus konkrit.
Perbandingan hukum perdata yang dimaksud di sini adalah Lex mercatoria ini muncul dari praktik bisnis sehari-hari
perbandingan hukum perdata khusus. Jadi, bukan perbandingan diantara para pedagang pada saat permulaan muncul dan
hukum perdata umum. Perbandingan hukum perdata khusus berkembangnya kota di Eropa pada masa itu. Lex mercatoria
berfokus pada penelusuran dan penemuan lembaga hukum muncul karena adanya kebutuhan praktis para pedagang dalam
tertentu saja, misal hukum kontrak. Sedangkan perbandingan menjalankan usaha dagangnya, yang pengaturan formalnya pada
hukum perdata umum berfokus pada penelusuran dan pene- waktu itu belum memadai untuk menyelesaikan masalah yang
muan sistem hukum tertentu secara keseluruhan, misal sistem baru akibat perkembangan perdagangan tersebut. Para peda-
hukum civil law. Dalam hal yang pertama lembaga tertentu terse- gang mematuhi hukum yang tidak formal ini dan apabila ada
but dibandingkan dengan lembaga yang sama pada sistem yang sengketa juga diselesaikan oleh pengadilan sendiri yang juga ti-
lain. Sedangkan dalam hal yang terakhir sistem hukum yang satu dak formal, yang para hakimnya berasal dari kalangan pedagang
dibandingkan dengan sistem hukum yang lain. Kedua perband- sendiri. Hukum tersebut berlaku kepada semua pedagang, tanpa
ingan itu dilakukan dengan cara yang sama, yaitu mempelajari melihat asal negara mereka, sehingga bersifat transnasional/
persamaan dan perbedaanya, sehingga mengetahui lebih dalam internasional.
lembaga atau sistem tertentu tersebut, yang berguna baik dari
sisi teoritis maupun praktis. Hukum dagang masa kini, termasuk di dalamnya hukum
kontrak, berkembang dari lex mercatoria ini. Hal ini karena
lama kelamaan jumlah asas dan kaidah hukum tersebut semakin
bertambah dan untuk menjamin kelangsungan dan kepastian
hukum dirasakan perlu ditulis dalam bentuk yang formal seperti
C. Pengaturan dalam Hukum Transnasional/ hukum perdata yang sudah lebih dahulu ada. Dari sini lah mun-
cul Ordonance de Commerce dan Ordonance de la Marine yang
Internasional kemudian disatukan dalam kodifikasi hukum dagang pertama
di Perancis dengan nama Commercial Code. Commercial Code
Hukum perdata internasional modern tidak hanya dapat ini kemudian diterjemahkan dan diberlakukan di Belanda da-
menunjuk atau mengandung unsur hukum nasional tertentu, lam Wetboek van Koophandel (WvK). Hal yang sama dilakukan
tetapi juga hukum transnasional/internasional. Perkembangan di Hindia Belanda dengan terjemahannya Kitab Undang-Undang
terakhir baik berdasarkan pilihan hukum oleh para pihak mau- Hukum Dagang (KUHD).
pun oleh hakim atau arbiter dalam menyelesaikan sengketa
dapat menerapkan berlakunya asas dan kaidah hukum transna- Meskipun cara pandangnya sama, yang dimaksudkan den-
sional/internasional. Hukum transnasional (lex mercatoria, law gan hukum transnasional baru bukanlah hukum dagang yang
of merchants) muncul dari konsep hukum dagang yang berkem- dimaksudkan di atas, tetapi merupakan hukum kontrak yang
bang di Eropa pada masa lalu. Hukum transnasional tersebut baru yang diciptakan secara informal oleh ahli hukum berbagai
memiliki materi muatan yang berintikan hukum kontrak. negara. Jadi tidak dibentuk secara formal oleh negara atau neg-
ara-negara, sebagaimana lazimnya hukum nasional atau hukum
internasional pada umumnya. Oleh karena cara dan tujuan pem-
bentukannya serupa
dengan lex mercatoria tersebut, banyak ahli menyebutkan- Dalam Bagian Pembukaan UPICC disebutkan 6 (enam) tu-
nya sebagai new lex mercatoria. juan pembentukannya. Pertama, sebagai ketentuan umum untuk
kontrak bisnis internasional. Kedua, sebagai hukum yang berlaku
Para ahli memberikan arti yang beragam tentang istilah lex karena dipilih oleh para pihak. Ketiga, sebagai hukum berlaku
mercatoria tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Draetta, ketika para pihak telah memilih bahwa untuk kontrak berlaku
Lake dan Nanda. Frasa yang digunakan meliputi wujud pening- prinsip-prinsip hukum umum, lex mercatoria atau semacamnya.
katan keseragaman dalam hukum dagang di wilayah hukum yang Keempat, dapat digunakan sebagai jalan keluar terhadap perso-
utama, prinsip-prisip umum dan aturan kebiasaan, aturan yang alan tertentu ketika terbukti sulit dalam menetapkan ketentuan
umum untuk semua atau sebagian besar negara dan jika tidak yang relevan dari hukum yang berlaku. Kelima, untuk digunakan
dapat ditentukan yang paling cocok dan adil, aturan seragam dalam melakukan penapsiran atau memberi tambahan terhadap
yang diterima oleh semua negara, praktik kontrak, pemahaman, instrument hukum internasional yang sudah seragam. Keenam,
peraturan, dan putusan yang merupakan sekumpulan hukum sebagai model untuk pembuat legislasi nasional dan internasion-
kebiasaan yang merupakan dasar tempat legislasi nasional dan al. Perumusan tujuan demikian cukup fleksibel dan akomodatif
internasional telah dan akan terus dibangun, dan sekelompok sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
hukum internasional yang didasarkan pada kesepahaman da- hukum pengguna yang beragam di berbagai negara.
gang dan praktik kontrak.
Menurut R Goode banyak manfaat yang dapat diperoleh
Salah satu contoh adalah asas hukum kontrak yang dihasil- dari harmonisasi hukum yang mengatur transaksi bisnis secara
kan UNIDROIT, sebuah lembaga internasional untuk unifikasi internasional. Manfaat tersebut meliputi pengisian kekosongan
hukum perdata. UNIDROIT telah berhasil merumuskan beber- hukum dalam hal hukum nasional tidak mengatur atau kabur,
apa hasil kerjanya, salah satunya apa yang kini kita kenal den- pengganti ketentuan tertentu dalam memperkaya hukum na-
gan UPICC. UPICC dianggap sebagai new lex mercatoria dalam sional, akses yang lebih mudah dibandingkan hukum nasional
bidang hukum kontrak. UPICC juga dianggap sebagai instrumen karena tersedia dalam beberapa bahasa dan dalam bentuk yang
hukum baru yang berpengaruh karena dalam waktu dekat telah resmi atau tidak resmi, menghemat waktu dan biaya sejalan den-
digunakan di berbagai negara. Penggunaannya mulai dari dalam gan alasan pertama dan kedua di atas, menyediakan hukum yang
penyelesaian kasus-kasus konkrit di pengadilan dan arbitrase netral ketika para pihak enggan memberlakukan hukum dari
sampai dalam pembaruan hukum kontrak nasional negara. negara salah satu pihak, lebih sejalan dengan kebutuhan hukum
dalam transaksi internasional karena mencerminkan pengaruh
dari berbagai sistem hukum, dapat berlaku sebagai bagian dari
hukum nasional negara pengguna, dan mendukung pasar bebas.
Meskipun pada kenyataannya terdapat perbedaan hukum penyelesaian sengketa pada umumnya tunduk pada hukum
kontrak, dalam berbagai sistem hukum besar yang ada di dunia, acara perdata, bukan hukum acara tata usaha negara. Dalam hal
namun UNIDROIT telah berhasil mengaduk dan mempertim- ini negara/daerah bertindak sebagai pemangku kepentingan
bangkan perbedaan tersebut dalam UPICC tersebut. Beberapa privat (civil actor), bukan sebagai pemangku kepentingan publik
asas penting hukum kontrak dagang internasional telah diru- (public actor). Namun, karena termasuk bidang hukum dagang,
muskan dan ditetapkan dalam UPICC. Beberapa diantaranya terbuka kemungkinan penyelesaian sengketa melalui arbitrase
telah ada dalam dan dapat dibandingkan dengan hukum kontrak internasional, yang memiliki ketentuan proseduran tersendi-
nasional yang sekarang ini berlaku di berbagai negara, termasuk ri pada masing-masing arbitrase internasional tersebut, yang
Indonesia. juga terkait dengan hukum nasional tentang itu sebagaimana
diuraikan di atas..
UPICC ini dapat menjadi salah satu bahan masukan dalam
pembaruan hukum kontrak nasional Indonesia ke depan. Apalagi Misal tentang otonomi para pihak dan perikatan kontrak
dalam menghadipi keterbukaan dan liberalisasi perdagangan, dalam hukum Indonesia diatur KUH Perdata. Pasal Pasal 1338
baik di tingkat global maupun dalam menyongsong Masyarakat ayat (1) KUH Perdata menetapkan bahwa “Semua perjanjian
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun 2015 ini. Banyak negara lain yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
yang juga telah menjadikan UPICC dalam pembaharuan hukum mereka yang membuatnya.” Kata “semua” dalam ayat tersebut
kontraknya, sepeti Amerika Serikat, Kanada dan negara bagian bermakna bahwa perjanjian apa pun, baik yang bernama yang
Quebec, Rusia, Jerman dan negara yang selama ini menggunakan namanya ditentukan dalam peraturan perundang-undangan,
hukum kontrak yang lama. maupun yang tidak bernama karena tergantung perkembangan
kebutuhan di dalam praktik. Hal ini menunjukkan bahwa pada
Pada dasarnya terhadap kontrak penanaman modal inter- dasarnya para pihak bebas untuk membuat perjanjian dalam
nasional, sebagai kontrak negara/daerah berlaku hukum privat. bentuk dan isi menurut keinginnanya. Jadi, awal kalimat ayat ini
Artinya, penentuan tentang keabsahan, pelaksanaan, wanpresta- mengakomodasikan asas otonomi para pihak, sebagai asas pokok
si, keadaan memaksa, dan penyelesaian sengketa kontrak pada hukum pokok hukum kontrak. Kemudian disebutkan “yang dib-
prinsipnya diukur dengan standar yang ada di dalam hukum uat secara sah”. Artinya perjanjian yang dibuat haruslah sah, yaitu
perdata. Namun dalam hal tertentu hukum publik juga berlaku memenuhi syarat keabsahan. Jadi, ada perjanjian yang sah kare-
untuk membatasi atau melengkapinya. Pada umumnya hukum na memenuhi syarat, ada pula perjanjian yang tidak sah karena
publik mengatur pada tahapan prakontrak dan kontrak. Sedang- tidak memenuhi syarat keabsahannya.
kan tentang penyelesaian
Dalam hal ini pengaturannya terdapat dalam pasal yang
lain, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata. Pada ujung ayat tersebut
ditentukan “berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Artinya, apabila dibuat secara sah berdasarkan
asas otonomi para pihak, kontrak tersebut
mengikat secara hukum,berdasarkan asas perikatan kon- perjanjian tersebut menjadi dapat dibatalkan. Artinya per-
trak. Mingikat artinya dapat dilaksanakan dan ditegakkan, sep- janjian tersebut belum memiliki kepastian hukum yang tinggi,
erti halnya peraturan perundang-undangan. karena meskipun berlaku, tetapi terdapat kemungkinan untuk
dimintakan pembatalan oleh para pihak di kemudian hari. Hal
Jadi, ada persamaan antara kontrak dan peraturan pe- ini berbeda konsekuensi hukumnya ketika persyaratan ob-
rundang-undangangan, yaitu sama-sama mengikat. Meskipun jektif yang tidak terpenuhi, yang menyebabkan perjanjian itu
demikian terdapat juga perbedaan, yaitu kalau pada kontrak ber- batal demi hukum. Artinya, apabila salah satu syaratnya tidak
laku terbatas pada para pihak yang membuatnya saja, sedangkan terpenuhi perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada. Jadi,
pada peraturan perundang-undangan berlaku umum kepada kembali ke sedia kala, seperti tidak ada perjanjian sama sekali.
publik yang menjadi subjek pengaturan itu siapa saja ia. Ujung Hukum tidak mengakui dan tidak memaksakan pelaksanaannya.
ayat ini mengakomodasikan asas kekuatan mengikat dari perjan- Dengan demikian terhadap kontrak demikian tidak mendapat
jian, sebagai asas pokok lainnya dari hukum perjanjian. perlindungan hukum. Sebaliknya, apabila terpenuhi syaratnya,
perjanjian menjadi sah. Hal ini tentunya apabila syarat yang lain
Pasal 1320 KUH Perdata menetapkan 4 (empat) syarat juga sudah terpenuhi.
untuk keabsahan suatu kontrak. Pemenuhan terhadap pers-
yaratan ini dapat digunakan sebagai standar dalam menilai sah Syarat kesepakatan terpenuhi apabila, para pihak sepakat
tidaknya suatu kontrak. Ke 4 (empat) syarat tersebut dapat dikla- untuk mengakui dan melaksanakan isi kontrak. Jadi, telah ada
sifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok. Pertama, persyaratan komitmen bersama untuk tunduk patuh pada apa yang telah
subjektif karena mengenai para pihak subjek perjanjian. Pers- mereka sepakati bersama, yaitu isi kontrak tersebut. Hukum
yaratan subjektif ini terdiri atas dua syarat, yaitu kesepakatan menggunakan ukuran negatif dalam melalukan penilaiannya.
dan kecakapan. Kedua, persyaratan objektif karena mengenai Syarat kesepakatan dianggap belum terpenuhi, apabila dalam
objek yang diperjanjikan. Persyaratan objektif ini pun terdiri hubungan kontraktual tersebut terdapat unsur tertentu, yaitu
atas dua syarat, yaitu hal tertentu dan sebab yang halal. Ke 4 paksaan atau penipuan atau kekhilafan. Dengan kata lain, pak-
(empat) syarat tersebut bersifat kumulatif, bukan alternatif. Art- saan atau penipuan atau kekhilafan meniadakan kesepakatan.
inya semuanya harus dipenuhi sesuai dengan tingkat pemenuhan Jadi, kesepakatan itu selalu ada, kecuali di dalamnya ada unsur
yang diharapkan, dengan segala konsekuensi hukumnya. lain yang menunjukkan tidak adanya kesepakatan tersebut.
Paksaan dapat dilakukan secara fisik dan/atau psikis, penipuan
Kedua kelompok syarat di atas harus dipenuhi oleh para dalam arti adanya tipu yang sungguh-sungguh, misal sebagaima-
pihak. Pemenuhan persyaratan sebagian saja menimbulkan aki- na diatur dalam hukum pidana, sedangkan kekhilafan adalah
bat hukum tertentu dalam penilaian keabsahan suatu kontrak. kekeliruan dalam pemikiran tentang orang atau produk yang
Konsekuensi hukum yang ditimbulkannya berbeda antara tidak dimaksudkan.
dipenuhinya persyaratan kelompok pertama (persyaratan sub-
jektif) dengan tidak dipenuhinya persyaratan kelompok kedua Syarat kecakapan terpenuhi apabila para pihak subjek
(persyaratan objektif). Ketika syarat subjektif tidak terpenuhi, kontrak adalah mereka yang secara hukum dapat dipertanggu-
ngjawabkan perbuatannya secara penuh. Sama
Sama halnya dengan ukuran di atas, pemenuhan syarat Sebagian persyaratan keabsahan kontrak terkait dengan
kecakapan ini pun menggunakan ukuran negatif. Artinya, pada nilai-nilai moral atau budaya hukum yang beragam tergantung
prinsipnya semua orang itu dianggap memiliki kecakapan untuk pada model masyarakat tertentu. Dalam kaitannya dengan tran-
membuat kontrak. Syarat kecakapan belum terpenuhi, apabila saksi bisnis internasional. terdapat kesulitan di dalam merumus-
perjanjian dibuat oleh para pihak subjek hukum tertentu yang kan secara tegas ketentuan tersebut untuk diberlakukan pada
ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan. Mereka semua jenis kontrak internasional di berbagai negara, yang mun-
ini adalah anak, penyandang penyakit psikis, dan dewasa yang cul karena adanya disparitas tersebut. Oleh karena itu, UPICC
berada di bawah pengampuan. Selain, yang telah ditetapkan menyerahkan persoalan terkait dengan nilai-nilai moral dan bu-
tersebut otomatis dianggap memiliki kecakapan untuk membuat daya hukum yang beragam ini tertentu ditentukan berdasarkan
perjanjian. hukum nasional masing-masing negara. UPICC hanya mengatur
hal-hal yang sifatnya netral sehingga tidak menimbulkan banyak
Syarat hal tertentu terpenuhi apabila objek perjanjian kesulitan dalam penilainya.
tersebut sudah tertentu atau dapat ditentukan. Jadi, objeknya
harus terukur dengan jelas. Semakin jelas objeknya, semakin ter- Dalam hai ini yang diatur UPICC meliputi tentang syarat
penuhi syarat hal tertentu ini, sebaliknya semakin kabur semakin kesepakatan berlandaskan asas otonomi para pihak, kemungk-
dapat dipersoalkan tentang pemenuhannya. Apabila belum ada inan pembatalan kontrak ketika terdapat unsur kesalahan pada
kepastian yang jelas ketika kontrak dibuat, paling kurang ukuran- fakta maupun pada hukumnya, kekeliruan dalam pemberian in-
nya dapat secara rasional ditentukan atau diprediksikan. Untuk formasi, peluang memperbaiki kesalahan sebelum wanprestasi,
itu perlu ada kepastian misalnya tentang jumlah, kualitas atau penipuan, ancaman dan perbedaan yang mencolok. Oleh karena
ciri tertentu dari objek yang diperjanjiakan tersebut. itu, ketentuan selebihnya diatur dalam hukum nasional di tingkat
negara.
Syarat sebab yang dibolehkan terpenuhi apabila objek per-
janjian tersebut merupakan sesuatu yang secara umum dapat Persoalan berikutnya adalah bagaimana dalam hal para
dibenarkan. Dalam hal ini dilihat ada tidaknya norma hukum dan pihak subjek perjanjian merupakan badan hukum. Sebagaimana
norma kemasyarakatan tertentu yang melarangnya. Dalam hal diketahui, bahwa subjek hukum merupakan pemangku hak dan
ini juga digunakan ukuran negatif, dalam arti apabila terdapat kewajiban.
pertentangan dengan hukum, ketertiban umum dan kesusilaan,
dianggap tidak terpenuhi syarat hal tertentu. Jadi, walaupun per- Pada umumnya semua persyaratan di atas berlaku juga
janjian pada prinsipnya bersifat terbuka dalam segala hal atau bagi para pihak sebjek kontrak berupa badan hukum, baik per-
berkenaan dengan objek apa pun, namun terdapat pembatasann- syaratan subjektif maupun persyaratan objektif. Namun ada
ya. Pembatasan tersebut apabila telah bertentangan dengan perbedaan dan kekhususan dalam persyaratan subjektif tentang
nilai-nilai kehidupan di dalam masyarakat madani, yaitu hukum, syarat kecakapan. Dalam hal ini untuk badan hukum privat diatur
kesusilaan dan ketertiban umum. dalam peraturan perundang-undangan khusus yang berkenaan
tentang siapa yang dapat mewakili badan
hukum tersebut di dalam dan di luar pengadilan. Sumber Atas dasar pemahaman di atas berarti apabila suatu kon-
hukum lain yang dapat mengatur tentang kecakapan organ trak negara/daerah dibuat oleh badan atau organ pemerintah
badan hukum ini adalah statuta/anggatan dasar/dokumen yang tidak berwenang dalam hal itu, berarti kontrak tersebut
pendirian badan hukum yang bersangkutan. Untuk itu, perlu di- menjadi batal demi hukum. Artinya hukum menganggap bahwa
lihat bagaimana pengaturannya yang dapat beragam sesuai den- sejak dari awal perjanjian tersebut tidak pernah ada. Dengan
gan kebutuhan khusus masing-masing badan hukum. demikian perjanjian tersebut tidak berlaku atau tidak dapat di-
paksakan pelaksanaannya secara hukum.
Keberadaan kewenangan merupakan prasyarat bagi neg-
ara/daerah yang diwakili oleh organ pemerintahan yang ber- Persoalan tentang ada tidaknya kewenangan organ negara/
wenang untuk dapat melakukan suatu tindakan hukum privat. daerah untuk menandatangani suatu kontrak dalam ilmu hukum
Dalam kaitannya dengan kontrak penanaman modal internasion- terkait dengan konsep intravires dan ultravires. Menurut Nygh
al sebagai kontrak negara/daerah, kewenangan merupakan per- dan Butt intravires merupakan suatu perbuatan yang sah, kare-
syaratan khusus yang diperlukan seperti halnya kecakapan pada na berada di dalam kewenangan seseorang atau suatu lembaga
subjek hukum perseorangan. Hal demikian dapat dihubungkan atau pembuat legislasi. Dalam hukum administrasi terkait suatu
dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata. Di sinilah irisan an- putusan pejabat administrasi negara, yaitu yang berada di bawah
tara hukum privat tentang kontrak dan hukum publik tentang kewenangannya untuk menetapkan putusan tersebut.
administrasi/tata negara beririsan dalam penilaian keabsahan
kontrak. Sebaliknya yang dimaksud dengan ultravires adalah suatu
perbuatan seseorang atau lembaga atau pembuat legislasi adalah
Herlien Budiono menjelaskan perbandingan konsep keti- tidak sah karena berada di luar kewenangan yang membuat. Da-
dakcakapan (handelingonbekwaamheid) dan ketidakwenangan lam hukum administrasi negara secara sempit dipahami sebagai
(handelingonbevoegheid) dalam ilmu hukum. Yang pertama, putusan yang tidak diberikan oleh peraturan perundang-undan-
menentukan secara umum siapa saja yang dilarang membuat gan, yang dapat karena materi muatannya tidak secara langsung
perjanjian untuk memberikan perlindungan kepada pihak itu atau tidak langsung berada di dalam kewenangannya atau karena
sendiri. Yang kedua, menentukan siapa yang dilarang untuk tidak terpenuhinya ketentuan prosedural yang menurut penap-
melakukan perbuatan hukum tertentu untuk memberikan per- siran yang tepat dari peraturan perundang-undangan diharus-
lindungan pihak lain dan/atau terhadap kepentingan publik. kan untuk diikuti supaya perbuatan tersebut menjadi sah.
Di samping perbedaan pengertian dan tujuan tersebut, juga
terdapat perbedaan konsekuensi hukum dari ketiadaan pe-
menuhannya. Yang pertama, perjanjian tersebut menjadi dapat
dibatalkan (vernietigbaar). Sedangkan yang kedua, perjanjian
tersebut batal demi hukum (neitig).
Menurut M. Sornarajah, masalah intravires dan ultravires melakukan berbagai kerja sama untuk mendapatkan
ini merupakan suatu persoalan sisa yang hingga kini belum pendapatan asli daerah.
sepenuhnya terselesaikan. Masalah ini dianggap penting dalam
hukum nasional sehingga perlu mendapatkan perhatian yang Di samping mengatur otonomi para pihak dan perikatan
khusus dari para pihak, supaya suatu kontrak internasional kontrak, Pasal 1338 KUH Perdata juga mengatur tentang itikad
pemerintah terkait penanaman modal yang dibuat itu sah dan baik. Itikad baik ini merupakan standar yang dapat digunakan
dalam hal ada perselisihan putusan yang diambil oleh arbitrasi untuk membatasi kebebasan berkontrak dan keterikatan kon-
dapat dilaksanakan karena tidak dianggap bertentangan dengan trak tersebut. Dengan demikian kebebasan berkontrak dan
kebijakan publik di negara tempat eksekusi atau tidak bertentan- keterikatan kontrak yang penting dalam mencapai tujuan ke-
gan dengan Konvensi New York Tahun 1958. Persoalannya adalah pastian hukum tidak bersifat mutlak, tetapi relatif. Dalam hal ini
meskipun ia dainggap penting dalam hukum nasional suatu neg- peyeimbangnya adalah standar itikad baik yang harus ada dalam
ara, namun tidak selalu mantap di dalam pandangan arbitrase, pelaksanaan kontrak dalam mencapai tujuan keadilan. Dengan
yang dapat memandang masalah tersebut belum menjadi prinsip demikian diharapkan terdapat keseimbangan.
umum hukum karenanya dapat ditolak berdasarkan teori inter-
nasionalisasi kontrak. Artinya kontrak internasional tersebut
oleh arbitrase tidak diadili berdasarkan hukum nasional, tetapi
berdasarkan prinsip hukum internasional atau supranasional.

Dalam hukum Indonesia, pemerintahan daerah memiliki


kedudukan rangkap. Pertama, sebagai bagian dari pemerintah
pusat. Kedua, sebagai daerah otonom yang memiliki kewenangan
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam hal
yang terakhir, daerah otonom merupakan badan hukum publik
yang mandiri, sehingga dapat bertindak sendiri sebagai subjek
hukum privat, termasuk dalam mengelola sumber daya di daer-
ah dan
Hukum nasional yang dimaksudkan di sini terbatas pen-
gertiannya pada hukum penanaman modal internasional, pe-
rusahaan, dan prosedur perancangan kontrak negara/daerah,
temasuk kontrak penanaman modal internasional. Dengan de-
mikian tidak mencakup hukum privat tentang kontrak, yang juga
terutama diatur dalam hukum nasional sebagaimana diuraikan
pada sub B di atas.

A. Hukum Penanaman Modal


Internasional

Hukum nasional tentang penanaman modal yang kini ber-


laku di Indonesia secara nasional adalah UUPM. Untuk otonomi
khusus Aceh berdasarkan UUPA terdapat hukum penanaman
modal daerah, yang secara umum memiliki standar isi yang
setara dengan ketentuan UUPM tersebut. Hukum penanaman
modal daerah tersebut yang kini berlaku adalah Qanun Aceh
Penanaman Modal.

UUPM dan Qanun Aceh Penanaman Modal di samping men-


gatur penanaman modal dalam negeri (PMDN) juga mengatur
penanaman modal internasional. Menurut UUPM dan Qanun
Aceh Penanaman Modal penanaman modal internasional terse-
but dapat merupakan penanaman modal penuh atau patungan
antara modal internasional dan modal domestik. Dalam hal
penanaman modal internasional merupakan patungan, dalam
proses pelaksanaannya memerlukan instrumen hukum, berupa
kontrak patungan internasional atau kontrak penanaman modal
internasional.

Tidak semua bidang usaha penanaman modal terbuka se-


cara penuh kepada penanam modal internasional. Dalam hal ini
terdapat pengaturan tentang bidang usaha yang
tertutup dan bidang usaha terbuka dengan persyaratan. seluruh atau sebagai besar oleh penanam modal interna-
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini, antara lain, sional.
meliputi persyaratan persentase kepemilikan internasional. Yang
terakhir berarti hanya dimungkinkan dalam bentuk patungan, Qanun Aceh Penanaman Modal juga mengatur tentang
melalui instrumen kontrak patungan internasional atau kontrak kewajiban berkantor di Provinsi Aceh bagi perusahaan pena-
penanaman modal internasional tersebut. naman modal internasional tersebut tersebut. Di samping itu,
Qanun Aceh Penanaman Modal juga mengatur bahwa untuk
Dalam kaitannya dengan penanaman modal internasional dapat melakukan kegiatan usaha di Provinsi Aceh perusahaan
UUPM dan Qanun Aceh Penanaman Modal mendasarkan keten- penanaman modal internasional harus terlebih dahulu mem-
tuannya pada beberapa asas. Diantara asas penanaman modal peroleh izin penanaman modal internasional atau izin PMA dari
tersebut terdapat asas kepastian hukum dan perlakuan yang pemerintah daerah di Aceh. Dengan demikian dalam tahapan
sama dan tidak membedakan asal negara. Termasuk ke dalam awal penanaman modal internasional menurut UUPM dan Qanun
pengertian kepastian hukum adalah kepastian kontrak, dalam Aceh Penanaman Modal paling kurang perlu ada dokumen beru-
hal ini kepastian kontrak penanaman modal internasional. Dan pa kontrak penanaman modal internasional, akta pendirian PT
asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan negara serupa PMA, dan izin PMA.
dengan asas perlakuan nasional atau national treatment) (NT)
dan asas most-favour nation (MFN) untuk mencegah diskrinasi B. Hukum Perusahaan
dalam kegiatan penanaman modal dalam hukum perdagangan
internasional, sebagaimana diatur dalam General Agreement on
Tariff and Trade/World Trade Organization (GATT/WTO). Pendirian PT PMA dilakukan berdasarkan UUPT. Dalam
konsiderans UUPT dipaparkan alasan perubahan UUPT untuk
UUPM dan Qanun Aceh Penanaman Modal menetapkan dapat mengakomodasi kebutuhan perkembangan ekonomi dan
bahwa penanaman modal internasional harus dilaksanakan tuntutan globalisasi untuk penyediaan landasan yang kokoh bagi
oleh perusahaan berdasarkan hukum Indonesia dalam bentuk perkembangan dunia usaha di Indonesia. Pasal 7 UUPT menga-
Perseroan Terbatas (PT). Artinya, penanam modal internasional tur tentang pendirian PT, yang harus dilakukan oleh 2 (orang)
dalam proses penanaman modal di Indonesia dan juga Provinsi atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indo-
Aceh harus mendirikan PT, sebagaimana diatur dalam UUPT. Da- nesia, dan setiap pendiri tersebut diharuskan menjadi pemegang
lam praktik jenis PT demikian sering disebut PT PMA. Saham PT saham pada PT tersebut.
PMA tersebut dapat dimiliki
badan usaha milik daerah (BUMD). Di Provinsi Aceh BUMD
disebut dengan singkatan BUMA. Dalam kerangka penanaman
modal, di samping mendirikan BUMA, Pemerintah Aceh dapat
juga menjadi pemegang saham pada suatu PT yang dimiliki/
dikuasai swasta, termasuk PT PMA. Dalam hal ini tunduk pada
peraturan perundangan tentang penyertaan modal daerah.

Tanpa mendirikan BUMN, BUMD, atau BUMA negara/


daerah sebagai badan hukum publik dapat melalukan tindakan
perdata sebagaimana subjek hukum lain pada umumnya. Jadi,
kerja sama internasional dapat dilakukan negra/daerah secara
langsung, tanpa harus melalui atau mengalihkan kepada BUMN,
BUMD, atau BUMA tersebut. Dalam hal ini negara/daerah memi-
liki alternatif untuk melibatkan atau tidak melibatkan perusa-
haan negara/daerah tersebut. Apabila negara/daerah memilih
BUMN, BUMD, atau BUMA biasanya karena adanya

pertimbangan tertentu, misal untuk membatasi tanggung


gugat, karena perusahaan negara/daerah tersebut juga sebagai
badan hukum yang mandiri. Dengan demikian tanggung gugat
negara/daerah menjadi terbatas. Dengan kata lain, pada prin-
sipnya terdapat pemisahan keuangan negara/daerah dengan
keuangan perusahaan negara/daerah tersebut. Masing-masing-
nya sebagai badan hukum yang mempunyai kemandirian dalam
tanggung gugat dengan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Di samping dalam hukum penanaman modal, hukum peru- C. Tata Cara Perancangan Kontrak
sahaan, dan hukum terkait di atas, pengaturan tentang kontrak
penanaman modal juga terdapat dalam hukum sumber daya
Penanaman Modal Internasional
alam. Salah satu yang utama bagi Provinsi Aceh adalah PP Migas
Pada prinsipnya tahapan perancangan kontrak interna-
Aceh. PP Migas Aceh dibentuk berdasarkan Pasal 160 ayat (5)
sional pada umumnya juga berlaku untuk kontrak penanaman
UUPA. Pasal 160 UUPA menetapkan bahwa pengelolaan minyak
modal internasional. Oleh karena itu, semua tahapan yang telah
dan gas bumi di Aceh merupakan kewenangan bersama pemer-
dibahas di belakang, yaitu prakontrak, kontrak dan pascakontrak
intah pusat dan Pemerintah Aceh, yang dapat membentuk badan
juga berlaku untuk kontrak negara/daerah, seperti kontrak pena-
pelaksana bersama.
naman modal internasional.
PP Migas Aceh mengatur tentang kontrak kerja sama da-
Walaupun demikian terdapat juga perbedaannya karena
lam Pasal 41 sampai dengan Pasal 66. Khusus tentang klausula
adanya campur tangan negara/daerah sebagai regulator melalui
kontrak kerja sama ditetapkan dalam Pasal 43 PP Migas Aceh.
peraturan perundang-undangan khusus yang bersifat hukum
Pasal 43 ayat (2) PP Migas Aceh menetapkan standar minimum
publik. Akibatnya, subtahapan tertentu sebagai bagian dari ke 3
ketentuan pokok kontrak kerja sama. Disebutkan bahwa kontrak
(tiga) tahapan di atas menjadi bertambah untuk memberi ruang
kerja sama tersebut paling sedikit berisi tentang penerimaan
pengaturan kepada negara/daerah sebagai regulator dalam up-
negara, wilayah kerja dan pengembaliannya, kewajiban pengelu-
aya mewujudkan tujuan kepentingan umum. Dengan demikian,
aran dana, perpindahan kepemilikan hasil produksi atas minyak
jalur perancangan yang harus dilalui para pihak pun menjadi
dan gas bumi, jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak,
lebih panjang daripada jalur biasa pada penyusunan kontrak
penyelesaian perselisihan, kewajiban pemasokan minyak bumi
internasional pada umumnya. Sebagai kontrak negara/daerah,
dan/atau gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, berakhirnya
tahapan perancangan kontrak penanaman modal internasional
kontrak, kewajiban pascaeksplorasi dan eksploitasi, keselamatan
melewati jalur birokrasi pemerintahan, yang melibatkan beber-
dan kesehatan kerja, pengelolaan lingkungan hidup, pengalihan
apa lembaga negara/daerah terkait.
hak dan kewajiban, pelaporan yang diperlukan, rencana pengem-
bangan lapangan, pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa
Pasal 1 angka 2 PP Tata Cara Kerja Sama Daerah mendefi-
dalam negeri, pengembangan masyarakat, dan pengutamaan
nisikan kerja sama daerah sebagai “kesepakatan antara gubernur
pengunaan tenaga kerja Indonesia.
dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/wali kota atau
antara bupati/wali kota dengan bupati/wali kota lain, dan atau
gubernur, bupati, wali kota denag pihak ketiga, yang dibuat se-
cara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.” Definisi
pihak ketiga ditegaskan dalam angka 3, yaitu “Departemen/Lem-
baga Pemerintah Non Departemen atau sebutan lain, perusahaan
swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga sama daerah dengan badan hukum. Sebagaimana dijelas-
di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum.” kan bahwa pada prinsipnya tahapan tersebut dapat dikemba-
likan pada 3 (tiga) tahapan perancangan kontrak internasional
Berdasarkan definisi Pasal 1 PP Tata Cara Kerja Sama pada umumnya di atas. Apabila inisiasi datangnya dari daerah
Daerah tersebut jelas bahwa yang dimaksud hanya kontrak ker- beraku tahapan berikut. Pada tahapan prakontrak dimulai den-
ja sama daerah yang bersifat domestik. Dengan demikian tidak gan persiapan dan penawaran. Pada tahapan kontrak dimulai
mencakup kontrak internasional. Oleh karena itu, ketentuan dengan penyusunan naskah, persetujuan DPRD (dimana yang
tersebut pada prinsipnya tidak berlaku terhadap kontrak pena- perlu), pembahasan bersama dengan pihak ketiga, dan penan-
naman modal internasional. Walaupun demikian, ada bebarapa datanganan. Pada tahapan pascakontrak dimulai dengan pelak-
hal yang perlu dikaji untuk menemukan asas hukum, berhubung sanaan samapai dengan pengakhiran. Inisiasi dapat juga datang
regulasi yang khusus mengatur kerja sama luar negeri daerah dari pihak badan hukum dengan tahapan yang hampir sama,
belum baik dan lengkap. Di samping itu, hingga kini belum ada dengan sedikit penyesuaian.
peraturan perundang-undangan yang secara khusus dan ideal
mengatur tentang prosedur perancangan kontrak internasional, Khusus untuk kerja sama luar negeri pengaturannya ter-
termasuk kontrak penanaman modal internasional. dapat dalam yang Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri
Daerah. Konsiderans mengingat regulasi ini bersumber ,an-
Beberapa ketentuan penting meliputi objek kerja sama, tara lain, pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang
yang menurut Pasal 4 PP Tata Cara Kerja Sama Daerah meliputi Hubungan Luar Negeri (UU HLN), UUPI, dan UUPD. Namun, tidak
seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan ada rujukan sumber pada KUH Perdata. Dengan demikian materi
daerah otonom, yaitu berdasarkan asas desentralisasi. PP Tata muatan Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri Daerah
Cara Kerja Sama Daerah juga mengatur tentang standar min- tersebut, sebelum seluruh isinya dibaca, dapat mengasumsikan
imum isi kontrak kerja sama, mekanisme persetujuan DPRD, bahwa termasuk dalam bidang hukum publik, bukan hukum
hasil kerja sama, penyelesaian perselisihan, perubahan kerja privat.
sama daerah, berakhirnya kerja sama daerah, pembinaan dan Apabila dibaca keseluruhan isinya ternyata tidak demikian.
pengawasan, dan badan kerja sama. Pasal 8 huruf e PP Tata Cara Hal ini karena pembuat peraturan perundang-undangan tidak
Kerja Sama Daerah menambahkan bahwa tindak lanjut mnegenai konsisten dengan pertimbangan tersebut dalam pengaturan
petunjuk teknis diatur dengan peraturan menteri. Dalam hal ini materi muatannya. Materi muatan Permendagri Manlak Kerja
Permendagri Juknis Kerja Sama Daerah sebagaimana disebutkan Sama Luar Negeri Daerah ternyata mencampur hukum traktat
di atas. dan hukum kontrak internasional, yang sesungguhnya memiliki
karakter berbeda tersebut.
Pemendagri Juknis Kerja Sama Daerah memiliki lampiran
panjang yang mengatur prosedur untuk keseluruhan tahapan Misal dalam Pasal 1 angka 8 Permendagri Manlak Kerja
perancangan, antara lain, tentang kerja Sama Luar Negeri Daerah mendefinisikan pihak luar negeri
sebagai “Pemerintah Negara Bagian atau Pemerintah Daer-
ah di Luar Negeri, Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk
badan-badannya dan Organisasi/Lembaga Internasional
lainnya, Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat luar neg- Pengertian kuasa penuh berbeda dengan konsep serupa
eri serta badan Usaha Milik Pemerintah Negara/Negara Bagian/ yang umum digunakan dalam hukum perdata/dagang, yaitu su-
Daerah di Luar Negeri dan swasta di luar negeri.” Penambahan rat kuasa. Surat kuasa (power of attorney) adalah suatu dokumen
kata “swasta di luar negeri” tersebut menimbulkan pertanyaan dalam pemberian kuasa yang mengatur hubungan hukum antara
tentang ketepatan materi muatan regulasi ini untuk mengatur pemberi kuasa dan penerima kuasa. Dalam hal ini yang penerima
juga tentang kontrak internasional yang berada dalam hukum kuasa melakukan tindakan hukum tertentu untuk kepentingan
privat. pemberi kuasa.

Demikian juga mengenai ruang lingkup kerja sama, yang Penggunan istilah kuasa penuh menunjukkan bahwa ruang
juga mencampur antara traktat dan kontrak internasional seh- lingkup regulasi dimaksud berada dalam bidang hukum publik,
ingga tidak sejalan dengan pemahaman umum dalam doktrin. yaitu hukum internasional publik, tepatnya hukum traktat. Kon-
Pasal 3 Permendagri Manlak kerja Sama Luar Negeri Daerah sep kuasa penuh tidak digunakan dalam hukum kontrak inter-
tidak konsisten dengan ilmu hukum mencampur materi muatan nasional yang tunduk pada hukum privat, dalam hal ini hukum
traktat dan kontrak internasional sebagai bagian dari rauang kontrak internasional, termasuk hukum kontrak penanaman
lingkup kerja sama yang diatur. Dalam hal ini disebutkan secara modal internasional.
terbuka meliputi juga penyertaan modal dan kerja sama lainnya
sehingga dapat meintasi bidang hukum publik dan privat. Pada- Pasal 1 angka 11 Permendagri Manlak Kerja Sama Luar
hal, masing-masingnya memiliki sifat kepentingan yang berbeda. Negeri Daerah mencampur kedua konsep yang berbeda tersebut,
Yang pertama mengatur kepentingan publik, sedangkan yang kuasa penuh dan surat kuasa menjadi satu. Pasal tersebut secara
terakhir mengatur kepentingan privat. tidak tepat menyamakan konsep kuasa penuh dan surat kuasa
yang berlainan tersebut. Padahal kuasa penuh istilah spesifik, se-
Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri Daerah men- dangkan surat kuasa istilah generik, yang dalam doktrin maupun
gatur hukum traktat tampak ketika menggunakan konsep hukum praktik yang lazim digunakan untuk menjelaskan hal berbeda
traktat. Dalam hal ini konsep kuasa penuh (full powers). Kuasa dalam rejim hukum yang berlainan. Akibatnya definisi yang ada
penuh (full powers) adalah konsep hukum internasional publik tersebut bermakna ganda sehingga tidak efektif sebagai bahasa
yang memiliki pengertian khusus. Kuasa penuh adalah dokumen hukum yang baik.
khusus yang digunakan dalam hubungan diplomatik antarnega-
ra, bukan dalam kegiatan dagang/transaksi bisnis internasional.
Pasal 11 sampai dengan Pasal 14 Permendagri Manlak disampaikan kembali kepada pemerintah pusat, dalam hal
Kerja Sama Luar Negeri Daerah tersebut mengatur prosedur ini, Menteri Dalam Negeri. Pasal 11 Permendagi Kerja Sama Luar
atau tahapan proses kerja sama yang ada diatur sebagai berikut. Negeri Daerah menetapkan isi rencana kerja sama daerah, ter-
Pertama, prakarsa kerja sama disampaikan Pemerintah Daerah diri atas subjek kerja sama, latar belakang; maksud tujuan dan
kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimban- sasaran; objek/ruang lingkup kerja sama, hasil pembiayaan, dan
gan. Dapat juga dari Menteri Dalam Negeri disampaikan kepada jangka waktu pelaksanaan.
Pemerintah daerah beserta pertimbangan. Kedua, Pemerintah
Daerah kemudian menyususun rencana kerja sama. Ketiga, Secara umum regulasi kerja sama luar negeri tersebut te-
rencana kerja sama disampaikan Pemerintah Daerah kepada pat apabila dimaksudkan hanya sebagai pengaturan tindak lanjut
DPRD untuk mendapatkan persetujuan dalam bentuk keputusan hukum traktat, yang melibatkan pemerintah daerah di dalamnya.
DPRD. Keempat, Kepala Daerah menyusun naskah nota kesepa- Namun, memiliki apabila juga dimaksudkan berlaku untuk kon-
haman, Kelima, Kepala daerah mengirimkan dokumen rencana trak internasional memiliki beberapa kelemahan. Dalam hal ini
kerja sama, persetujuan DPRD dan naskah nota kesepahaman memerlukan pengkajian lebih lanjut untuk penyempurnaannya.
kepada Menteri Dalam Negeri. Keenam, Menteri Dalam Negeri Pertama, besarnya campur tangan pemerintah pusat da-
melakukan pembahasan dengan instansi terkait di pusat untuk lam pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini tidak sejalan dengan
mendapatkan pertimbangan. Khusus untuk traktat menteri teori daerah otonom. Pada prinsipnya pemerintah pusat hanya
menyampaikan dokumen dimaksud kepada Menteri Sekretaris memiliki kewenangan absolut dalam urusan politik luar negeri.
Negara untuk mendapatkan persetujuan pemerintah. Ketujuh, Sedangkan urusan luar negeri selain politik luar negeri pada
khusus untuk traktat atas dasar persetujuan pemerintah Menteri prinsipnya merupakan kewenangan daerah otonom. Dalam hal
Dalam Negeri menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri untuk ini daerah otonom dapat mengatur dan mengurusnya sendiri,
mendapatkan kuasa penuh (full powers), sebagai dasar untuk sesuai norma, standar, dan prosedur, serta pembinaan dan pen-
menandatangani nota kesepahaman. gawasan yang dilakukan pemerintah pusat. Kewenangan tetap
pada daerah otonom.
Oleh karena tidak diatur dengan jelas, dapat diprediksi
setelah tahap di atas, adalah tahap kontrak berupa penandatan- Kedua, regulasi tersebut menciptakan jalur birokrasi yang
ganan nota kesepahaman dan/atau traktat dan taha pascatrak- panjang dalam perancangan kontrak internasional. Hal ini dapat
tat, yaitu pelaksanaan, pembiayaan, pembinaan dan pengawasan, mengahambat upaya pemerintah yang sedang dilakukan kini
pelaporan, dan penyelesaian perselisihan. dalam meningkatkan penanaman modal, termasuk penanaman
modal internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pasal 10 ayat (2) Permendagri Kerja Sama Luar Negeri dan penciptaan lapangan kerja. Dengan demikian tidak sejalan
Daerah menetapkan bahwa pertimbangan dari pemerintah pusat baik dengan asas hukum privat pada umumnya, maupun asas
diperlukan sebagai dasar dalam penyusunan rencana kerja sama hukum penanaman modal pada khususnya. Iklim yang kondusif
daerah. Pasal 11 ayat (1) menambahkan bahwa rencana kerja dan kepastian hukum merupakan arah yang dicita-citakan dalam
sama yang telah dibuat daerah atas dasar pertimbangan pemer-
intah pusat tersebut disampaikan
pengembangan hukum perdata dan hukum penanaman Kelemahan tersebut kurang lebih sama dengan apa yang
modal nasional tersebut. diuraikan untuk Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri
Daerah di atas. Mengenai prosedur kerja sama diatur dalam Pasal
Ketiga, tidak adanya pembedaan dalam besaran skala 6 sampai dengan Pasal 13 seperti berikut ini.
dan risiko kerja sama antara yang besar dan yang kecil, yang
semuanya harus mengikuti jalur birokrasi yang ditentukan, yaitu Pertama, Pemerintah Aceh menyusun rencana kerja sama.
mendapatkan persetujuan DPRD dan pertimbangan pemerin- Kedua, Pemerintah Aceh menyampaikan rencana kerja sama
tah pusat, dapat menimbulkan ketidakefisienan dan ketidake- tersebut ke Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk
fektivan kerja sama luar negeri, dalam konteks hukum privat mendapatkan persetujuan. Ketiga, Pemerintah Aceh menyam-
tentang transaksi bisnis internasional dan hukum penanaman paikan rencana kerja sama kepada Menteri Dalam Negeri untuk
modal tersebut. mendapatkan pertimbangan. Keempat, Menteri Dalam Negeri
melakukan koordinasi dengan Pemerintah Aceh dan instansi
Dalam pembaharuan hukum terkait kontrak internasional terkait.
ke depan perlu berpedoman, antara lain, pada alasan sebagaima-
na terdapat dalam pertimbangan putusan MKRI Nomor 36/ Kelima, Menteri Luar Negeri, dalam hal dipandang perlu,
PUU-X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Ta- memberikan kuasa penuh kepada Gubernur atau perangkat Pe-
hun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Putusan MKRI tersebut merintahan Aceh yang ditunjuk. Keenam, perundingan atau pem-
pada intinya memberi petunjuk tentang adanya perbedaan pen- bahasan rancangan naskah dengan pihak luar negeri, meskipun
gertian antara traktat dan kontrak internasional sejalan dengan tidak secara tegas diatur demikian. Ketujuh, penandatanganan
maksud yang terkandung dalam ketentuan terkait di dalam UUD naskah naskah kerja sama. Kedelapan, penyampaian naskah ker-
1945. Masing-masing jenis perjanjian tersebut di atas tunduk ja sama kepada Menteri Dalam Negeri. Kedelapan, pelaksanaan
pada rejim hukum yang berbeda. Yang pertama hukum publik, kerja sama, pendanaan, pembinaan, pengawasan dan pelaporan.
dan yang kedua hukum privat.
Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri Daerah
Untuk otonomi khusus Aceh berdasarkan UUPA, terdapat dibentuk dalam rangka otonomi daerah secara nasional, se-
ketentuan hukum khusus, yaitu Peraturan Presiden Nomor 11 dangkan Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh dibentuk dalam
Tahun 2010 tentang Kerja Sama Pemerintah Aceh dengan Lem- rangka otonomi khusus Aceh berdasarkan UUPA. Kedua regulasi
baga atau badan di Luar Negeri (Perpres Kerja Sama Luar Negeri tersebut pada prinsipnya muncul dari kewenangan pemerintah
Aceh). Secara umum materi muatan yang ada serupa dengan pusat dalam bidang politik luar negeri. Kewenangan di bidang
ketentuan hukum yang berlaku nasional tersebut. Meskipun politik luar negeri ini diatur baik UUPA maupun UUPD, yang pada
demikina, terdapat bebererapa penyesuaian untuk menampung prinsipnya merupakan kewenangan absolut pemerintah pusat.
otonomi khusus Aceh berdasarkan UUPA. Meskipun demikian, sesuai hukum, kewenangan absolut terse-
but dapat didesentralisasikan seluruhnya atau sebagian kepada
Regulasi ini pun tidak luput dari kelemahan, apabila di- daerah sesuai peraturan perundang-undangan.
maksudkan berlaku juga sebagai prosedur yang berlaku untuk
perancangan kontrak internasional Provinsi Aceh.
Oleh karena itu, pemerintah pusat memiliki keleluasan un- Traktat berada dalam ruang lingkup pengertian politik luar
tuk mengatur lebih lanjut tentang urusan pemerintahan absolut negeri tersebut, karena itu berada dalam kewenangan absolut
di bidang politik luar negeri tersebut, asalkan sesuai dengan asas pemerintah pusat. Sedangkan kontrak internasional, meskipun
dan kaidah hukum yang lebih tinggi, dalam hal ini UUPA, UUPD, mengatur persoalan luar negeri atau lintas negara, tetapi tunduk
dan UUD 1945. Namun, kewenangan demikian tidak berlaku un- pada hukum perdata internasional. Dalam hal ini perbedaan se-
tuk urusan pemerintahan lain yang menjadi kewenangan daerah makin jelas apabila dikaitkan dengan definisi hukum internasi-
otonom dan daerah otonomi khusus. Dalam hal ini urusan luar onal publik, sebagaimana dikemukakan Mochtar Kusumaatmad-
negeri selain politik luar negeri tersebut. ja bahwa “keseluruhan kaidah dan asas hukum yang merngatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan
Urusan pemerintahan luar negeri selain bidang politik internasional) yang bukan bersifat perdata.”
luar negeri, tidak termasuk urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan absolut pemerintah pusat. Misal urusan transak- Urusan transaksi bisnis internasional ini tidak termasuk
si bisnis internasional, yang tidak termasuk dalam pengertian dalam pengertian politik luar negeri yang merupakan kewenan-
politik luar negeri sebagaimana dimaksudklan UUPA, UUPD, gan absolut pemerintah pusat, karena itu sesuai dengan teori
dan UUD 1945. Dalam urusan pemerintahan di bidang dagang/ residu berdasarkan UUD 1945 berada dalam kewenangan daer-
transaksi bisnis internasional tersebut, pemerintah pusat memi- ah otonom. Dalam hal ini daerah otonom sebagai badan hukum.
liki keterbatasan untuk mengaturnya. Pemerintah pusat hanya Sementara kewenangan pusat, khususnya untuk otonomi khusus
dapat menetapkan norma, standar dan prosedur tentang urusan Aceh berdasarkan UUPA, dalam urusan pemerintahan bidang da-
pemerintahan tersebut. Di samping itu, juga pembinaan dan pen- gang/transaksi bisnis internasional ini terbatas pada penetapan
gawasan. Namun, penetapan norma, standar, dan prosedur serta norma, standar, dan prosedur, serta pembinaan dan pengawasan.
pembinaan dan mpengasan tersebut menurut hukum juga tidak Sesuai dengan kewenangan yang ada tersebut, baik pemerintah
boleh mengurangi kewenagan yang telah diberikan kepada daer- pusat maupun pemerintah daerah dapat mengatur dalam regula-
ah. Artinya, kewenangan yang sudah diberikan kepada daerah si tersendiri, yang materi muatannya memisahkan antara traktat
menjadi kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurusnya dan kontrak internasional. Hal ini karena traktat dan kontrak
sendiri. internasional memiliki karakter yang berbeda.

Jelas bahwa pengertian istilah politik luar negeri tempat Idealnya, baik Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh, mau-
kewenangan absolut pemerintah pusat bersandar, tidak sama pun Permendagi Kerja Sama Luar Negeri Daerah membatasi ma-
dengan pengertian luar negeri. Politik luar negeri memiliki arti teri muatan hanya pada pengaturan tindak lanjut prosedur per-
spesifik, yang berada dalam bidang politik sehingga tunduk pada ancangan traktat, yang melibatkan daerah otonom di dalamnya.
hukum publik. Sedangkan pengertian luar negeri merupakan isti- Sedangkan untuk prosedut perancangan kontrak internasional,
lah yang memiliki arti generik, termasuk juga di dalamnya bidang termasuk kontrak penanaman modal internasional, yang meli-
transaksi bisnis internasional. batkan daerah di dalamnya perlu
diatur secara khusus dalam peraturan perundangan
tersendiri.

Pengaturan khusus urusan pemerintahan di bidang da-


gang/transaksi bisnis internasional dalam konteks hukum privat
merujuk pada sumber hukum perdata, juga hukum penanaman
modal yang kedudukannya lebih tinggi daripada regulasi yang
dibahas di atas. Dalam hal ini KUH Perdata, UUPM, dan ketentuan
UUPA tentang penanaman modal.

KUH Perdata, UUPM dan ketentuan UUPA tentang pena-


naman modal memiliki landasan filosofi yang khusus, berbeda
dengan filosofi dalam hukum publik tentang politik luar negeri.
Peraturan perundang-undangan tersebut memiliki karakter khu-
sus, yang tidak berada dalam ruang lingkup pengaturan UUPI dan
ketentuan UUPD tentang kewenangan absolut pemerintah pusat.
A. Tahapan , walaupun pada umumnya dianggap bahwa suatu nota kes-
epahaman itu belum memiliki ikatan hukum tertentu, namun da-
lam proses negosiasi tersebut, sudah terdapat kewajiban-kewa-
Perancangan kontrak internasional (international contract
jiban hukum tertentu, misal untuk melakukan negosiasi dengan
drafting), seringkali melewati suatu proses yang panjang melipu-
itikad baik, sebagaimana dimaksudkan dalam asas-asas hukum
ti beberapa tahap. Hal ini juga berlaku untuk kontrak patungan
kontrak internasional.
internasional dan bahkan lebih penting secara khusus untuk
Kewajiban-kewajiban demikian, disebut tanggung gugat
kontrak penanaman modal internasional. Penyebabnya, antara
prakontrak (pre-contractual liability) yang perlu dipahamai dan
lain, adalah karena berkaitan dengan materi muatan yang rumit
dilaksanakan oleh pihak terkait, untuk menghindari kemungk-
diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan terkait,
inan gugatan hukum di kemudian hari. Di samping pemahaman
besarnya nilai transaksi yang mengandung risiko bisnis tertentu
tentang hukum administrasi/tata negara dan hukum perikatan.
di dalamnya, dan masa kontrak kerja yang lama.
Pada tahap ini pejabat atau staf pemerintahan daerah terkait
Secara umum perancangan kontrak internasional meli-
perlu menguasai keterampilan bernegosiasi(negotiation skills)
puti tiga tahap, sebagaimana dikemukakan Van Dunne, sebagai
bisnis secara internasional.
berikut.
(1) Prakontrak;
Tahap kedua, kontrak. Tahap kontrak ini merupakan inti
(2) Kontrak;
terkait dengan penjabaran asas dan kaidah hukum kontrak
(3) Pascakontrak.
internasional, karena pada tahapan ini lah suatu dokumen kon-
trak itu mulai ditulis. Tahap ini dimulai dengan penulisan nas-
Tahap pertama, prakontrak, meliputi berbagai kegiatan
kah pertama, kemudian setelah mempelajari dan mendapatkan
awal, terkait perencanaan atau persiapan memasuki suatu
masukan melakukan perbaikan seperlunya, sebelum diadakan
hubungan kontraktual tertentu. Pada tahapan ini terdapat ak-
penandatanganan. Pada tahap kontrak ini hukum kontrak di-
tivitas negosiasi, pembuatan nota kesepahama), uji tuntas dan
aplikasikan di dalam substansi isi kontrak internasional. Di sini
pemberian pendapat huku dan/atau studi kelayakan, dan nego-
pejabat atau staf pemerintahan daerah dituntut, di samping men-
siasi lanjutan serta negosiasi akhir sampai dipandang cukup.
guasai hukum kontrak internasional, juga keterampilan menulis
Tidak ada keharusan untuk melalui semua subtahapan proses
naskah kontrak (writing skills). Seorang perancang kontrak
demikian di dalam hukum kontrak internasional, namun sema-
yang baik akan dapat mengantisipasi dan memberikan solusi
kin penting kedudukan kontrak seperti diuraikan di atas, sema-
pengamanan yang tepat kepada para pihak dalam menghadapi
kin penting pula untuk melakukan semua atau sebagaian besar
risiko bisnis yang terkandung di balik kontrak tersebut. Ia dapat
tahapan dimaksud.
merumuskan atau menelaah klausula kontrak yang diperlukan
sesuai dengan sifat risiko yang ada dan mengantisipasi klausula
Sebagai kontrak negara/daerah, sejak tahapan ini sudah
yang merugikan.
mulai muncul aktivitas pemerintahan, yang sebagaian dikuasai
Tahap ketiga, pascakontrak. Dalam tahap pascakontrak ini
oleh hukum administrasi/tata negara, antara lain tentang ke-
isi kontrak yang telah ditandatangani diimplentasikan. Khusus
wenangan dalam melakukan negosiasi dan kegiatan lainnya da-
untuk kontrak penanaman modal internasional yang berbentuk
lam tahap ini. Dari sisi hukum kontrak,
usaha patungan ekuitas, sebelum kontrak tersebut
berjalan efektif, masih ada lanjutan kegiatan kontekstual Pada tahap pascakontrak ini, sesuai dengan hukum dan isi
hukum kontrak internasional yang perlu dilaksanakan. Ketentu- kontrak, masih terbuka kemungkinan untuk melakukan penap-
an dimaksud adalah untuk memenuhi persyaratan sebagaimana siran terhadap isi kontrak yang kurang jelas untuk mengetahui
diatur di dalam hukum penanaman modal dan hukum perusa- maksudnya dan menjadikan sebagai pedoman kerja di lapangan.
haan. Dari aspek hukum penanaman modal diperlukan pemer- Di samping itu, dalam hal ada sengketa dapat ditempuh penyele-
osesan perizinan penanaman modal internasional untuk mem- saian sebagaimana telah diatur dalam isi kontrak atau ketentuan
peroleh izin penanaman modal asing. Izin penanaman modal hukum yang berlaku atau atas dasar kesepakatan bersama. Bi-
asing ini di Provinsi Aceh berdasarkan UUPA dan Qanun Aceh asanya klausula kontrak internasional sudah mengatur secara
Penanaman Modal diberikan oleh Badan Pelayanan Perizinan khusus cara penyelesaian sengketa. Yang dalam konteks bisnis
Terpadu (BP2T) Provinsi Aceh. Hal lain yang terkait adalah dapat memilih antara penyelesaian di pengadilan (in court, lit-
pendirian PT PMA, dalam hal ini PT usaha patungan. igation) atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan (out of
court, nonlitigation). Untuk yang di luar pengadilan ini tercakup
Untuk itu, perlu dibuat akta pendirian PT usaha patungan ke dalam pengertian penyelesaian sengketa secara arbitrase dan
oleh notaris sesuai UUPT. Dalam pembuatan akta pendirian PT pililihan penyelesaian sengketa lain. Dalam hal ini dinamakan
ini, notaris menggunakan acuan materi berdasarkan kontrak alternative dispute resolution (ADR), yang dapat dilakukan an-
usaha patungan internasional yang dimaksudkan pada tahap tara lain melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Dalam konteks
kontrak di atas. Apabila dibandingkan dengan isi kontrak usa- bisnis internasional, yang tercermin dari kontrak-kontrak yang
ha patungan internasional, isi akta pendirian PT lebih terbatas ada, termasuk di Provinsi Aceh, untuk memilih arbitrase interna-
mengikuti formalitas UUPT. Secara hukum menurut David Kair- sional sebagai media penyelesaian sengketa.
upan, baik kontrak usaha patungan internasional maupun akta
pendirian PT secara hukum mengikat. Artinya keduanya memili- Pada tahap pascakontrak usaha patungan juga masih ter-
ki kekuatan hukum, yang pertama berdasarkan hukum kontrak, dapat kelanjutan proses pembuatan kontrak-kontrak terkait
dalam hal ini KUH Perdata, dan yang kedua berdasarkan hukum lainnya. Kontrak-kontrak terkait ini merupakan kontrak turunan
perusahaan, dalam hal ini UUPT. atau tambahan dari kontrak usaha patungan internasional, yang
berfungsi sebagai kontrak induk. Untuk itu, mengikuti proses
Berikutnya, akta pendirian PT tersebut diharuskan yang sama dengan yang diuraikan di atas, yaitu dimulai dengan
mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi tahapan prakontrak, kontrak dan pasca kontrak kembali secara
Manusia sesuai UUPT dan peraturan pelaksanan terkait. Selan- lengkap, kecuali tahapan proses yang tidak diperlukan.
jutnya, di samping izin penanaman modal asing di atas, masih
diperlukan pengurusan berbagai perizinan bisnis khusus lain, Secara umum, kontrak-kontrak turunan atau tambahan
baik di pusat maupun di daerah sehingga PT usaha patungan in- yang terkait dengan suatu kontrak usaha patungan dapat melipu-
ternasional tersebut dapat dioperasionalisasikan. ti berbagai jenis dan nama. Perjanjian tersebut adalah perjanjian
pemegang saham (shareholders agreement), perjanjian jual beli
(sale and purchase agreement), perjanjian pengalihan investasi
(investment agreement), dan perjanjian
peminjaman uang (loan agreement), dan perjanjian kon- 1. Identifikasi para pihak
sorsium (consortium agreement). Keberadaan kontrak-kontrak 2. Tujuan usaha patungan
turunan atau tambahan ini tergantung pada kebutuhan selan- 3.Sifat usaha yang akan dibentuk
jutnya dan/atau ada tidaknya klausula yang menunjuk perlunya 4. Persentase kepemilikan setiap pemilik
pengaturan lebih lanjut dalam bentuk kontrak di dalam kontrak 5. Pengalihan saham
patungan. 6. Struktur saham
7. Hak suara
Di samping itu, ada kontrak-kontrak sederhana lain sebagai 8. Hak kuorum
tambahan, baik yang langsung bersumber pada kontrak patun- 9. Kebijakan dividen
gan atau bersumber pada kontrak turunan dimaksud. Yang ter- 10. Suara minimum untuk masalah kunci
akhir misal dikaitkan dengan peminjaman uang, yang kemudian 11. Direksi
diikuti dengan perjanjian penitipan uang (escrow agreement), 12. Pengelolaan
perjanjian penjualan keuntungan PT (assignment of dividend 13. Keterbukaan, jaminan, perubahan keadaan,
agreement), perjanjian untuk menciptakan gadai saham (agree- dan surat pendapat
ment to create share pledge), perjanjian gadai saham (share 14. Nonkompetisi
pledge agreement), surat kuasa untuk memberikan hak suara 15. Kesempatan yang sama
(power of attorney to vote shares), surat kuasa untuk menjual 16. Keberlanjutan usaha patungan
saham (power of attorney to sell shares), perjanjian gadai saham 17. Arbitrase atau pengadilan
pemegang saham (share holder share pledge agreement), dan 18. Hukum yang berlaku.
perjanjian pengalihan hak dan kewajiban (novation agreement).
Namun, sebagaimana telah diuraikan tidak semua kontrak pa- Demikian pula dalam suatu perjanjian pemegang saham
tungan memiliki jumlah kontrak turunan atau tambahan yang dapat berisi beberapa klausula khusus di dalamnya, seperti
banyak, dan demikian juga kontrak-kontrak lain yang lahir dari pemasukan modal, penjaminan saham, pembelian saham opsi,
kontrak turunan atau tambahan. penentuan nilai saham, manajemen dan supervisi, pembagian
dividen, pembiayaan perusahaan, persyaratan untuk kontrak
Menurut Fox dalam suatu kontrak usaha patungan interna- konsumen, perlindungan kekayaan intelektual dan rahasia
sional, biasanya klausula yang dinegosiasikan dan dimasukkan dagang.
adalah berkenaan dengan jangka waktu belakunya perjanjian, Sama halnya juga dalam suatu kontrak pengalihan in-
pembiayaan, pemutusan perjanjian, pengendalian usaha, pemba- vestasi, klausula khusus dapat meliputi, antara lain pengalihan
gian laba dan penyebaran risiko, pengelolaan usaha sehari-hari, status ke PMA, kedudukan saham pemegang lama, nama baru
perusakan objek kerja sama usaha, pengeluaran dan pengalihan perusahaan, modal (dasar, dikeluarkan dan disetor), pengalihan
para pihak. Sedangkan Wolf merinci daftar klausula dalam suatu saham, pembiayaan perusahaan, pengelolaan, direksi dan ko-
kontrak usaha patungan sebagai berikut. misaris, neraca, pembagian
deviden, dana keluar. Demikian seterusnya untuk perjan- internasional. Pengecualiannya hanya untuk kontrak ter-
jian yang lain. tentu dan kontrak sederhana, yang tidak perlu harus dilengkapi
dengan semua komponen dan subkomponen (klausula) yang
Suatu hal yang penting diperhatikan dalam perancangan membentuk keseluruhan kerangka kontrak yang umum tersebut.
kontrak internasional adalah tentang perlunya analisis dan pe- Kontrak tertentu tersebut, misalnya kontrak pemberian kuasa,
nilaian dari para pihak dan pemangku kepentingan, termasuk nota kesepahaman, dan surat maksud (letter of intent). Sedang-
perancang kontrak, terhadap setiap klausula yang ada. Dalam kan kontrak kontrak sederhana misal kontak jual beli biasa dan
hal ini untuk menilai sejauhmana klausula-klausula tersebut kontrak terimplikasi, seperti tiket penumpang kenderaan umum.
telah menampung kepentingan para pihak secara seimbang dari Kontrak yang masuk pengecualian tersebut, memiliki komponen
semua pihak terkait dalam mengurangi risiko dan memperoleh dan subkomponen yang tidak lengkap, namun diterima sebagai
keuntungan bisnis, sehingga dapat mewujudkan kepastian hu- suatu kontrak yang mengikat.
kum dan keadilan. Seringkali naskah pertama kontrak bahkan Kerangka kontrak tersebut secara umum meliputi bebera-
yang sudah ditandatangani sekali pun masih belum cukup ako- pa komponen sebagai berikut.
modatif atau seimbang karena pengaturan klausula yang berat 1) Judul
sebelah atau belum cukup mengatur apa yang seyogianya perlu 2) Paragraf Pembuka
dimasukkan. 3) Para Pihak
Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah tentang adanya 4) Latar Belakang/Pertimbangan/Alasan
perkembangan dalam kebutuhan bisnis jangka panjang untuk (Recitals)
melakukan renegosiasi dalam suatu kontrak jangka panjang. 5) Bagian Operatif
Untuk itu, perlu dipertimbangkan memasukkan klausula tentang 6) Paragraf Penutup
kemungkinan para pihak melakukan renegosiasi kontrak secara 7) Kolom Tanda Tangan
bertahap. 8) Lampiran (Kalau Ada)

B. Kerangka Kontrak Untuk kontrak internasional kelengkapan komponen terse-


but perlu mengikuti kelaziman dalam transaksi bisnis interna-
sional. Dalam hal ini terdapat beberapa subkomponen di dalam
Kerangka kontrak tidak diatur sebagai suatu kaidah atau komponen isi dan istilah yang digunakan secara internasional,
norma hukum, tetapi memiliki bentuk umum, yang lazim digu- meskipun tidak begitu sering digunakan dalam kontrak domes-
nakan pada hampir semua kontrak, termasuk kontrak tik, seperti di Indonesia. Subkomponen isi yang khas tersebut
seyogianya ada dalam sumua kontrak internasionalyang baik,
karena dapat lebih menguatkan kedudukan parapihak dan tran-
saksi bisnsis internasional yang diatur.
Khusus untuk kontrak penanaman modal internasional
di samping mengikuti kerangka umum yang lazim dalam suatu
kontrak internasional tersebut, juga memiliki beberapa subkom-
ponen atau klausula yang khusus. Subkomponen atau
klausula yang khusus tersebut muncul karena adanya ke- Klausula definisi dibatasi hanya untuk kepentingan opera-
butuhan khusus, baik untuk melindungi kepentingan penanam sional dalam implementasi kontrak internasional tersebut. Art-
modal internasional maupun untuk melindungi kepentingan inya pembatasan pengertian hanya untuk kata atau istilah yang
negara/daerah dalam penguasaan sumber daya alam. Subkom- digunakan dalam isi kontrak tersebut dan tidak dimaksudkan
ponen atau klausula khusus ini dapat menjadi bagian yang lebih berlaku umum atau untuk kepentingan lain yang tidak terkait
kecil dari salah satu komponen dalam kerangka umum kontrak langsung dengan kontrak tersebut. Dalam hal ini para pihak
internasional tersebut atau disisipkan sebagai tambahan di se- sendiri yang menyepakati pembatasan ruang lingkup pengertian
la-sela komponen tersebut. kata dan istilah yang digunakan tersebut. Dengan demikian dapat
saja ruang lingkup pengertian kata dan istilah tersebut tidak per-
C. Bagian Operatif Kontrak sis sama dengan yang secara hukum atau popular digunakan
dalam hal lain.
Bagian operatif kontrak merupakan inti dari sebuah kon- Dengan adanya klausula definisi demikian dapat dipertah-
trak. Kalusula pada bagian operatif mengatur hak dan kewajiban ankan konsistensi arti dari suatu kata atau istilah yang digunakan
dalam arti yang luas dan bersifat menimbulkan perikatan kepada pada tempat yang berbeda dalam keseluruhan isi kontrak terse-
para pihak. Lazimnya kontrak internasional, termasuk kontrak but. Di samping itu, juga diperoleh efisiensi dan efektivitas dalam
penanaman modal internasional memiliki beberapa klausula, penggunaan kata, dalam arti, cukup sekali didefinisikan pada
sebagai berikut. bagian awal kontrak, seterusnya kata tersebut mengacu pada arti
yang sama sebagaimana telah didefinisikan tersebut.
1. Klausula Definisi
Keberadaan klausula definisi memiliki makna yang khusus
dalam kontrak internasional karena sifatnya yang lebih terbuka
Klausula definisi merupakan subkomponen atau klausula
terhadap hukum dan budaya lain, memungkinkan pengunaan
yang lazimnya ada dalam setiap kontrak internasional. Pada
berbagai kata atau istilah hukum yang berasal dari lebih dari satu
umumnya klausula definisi ditempatkan pada bagian paling awal
hukum domestik atau sistem hukum. Hal ini membuka peluang
dari kerangka kontrak setelah pertimbangan, meskipun demiki-
untuk terjadinya kesalahan dalam memberikan arti kata atau
an dapat juga ditempatkan pada bagian akhir sebelum kata pe-
istilah hukum tersebut, berbeda dengan kontrak domestik, yang
nutup dan tanda tangan.
hanya mengacu pada satu hukum nasional atau sistem hukum
Definisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam memahami
saja. Biasanya para pihak tidak menguasai perbendaharaan kata
ruang lingkup arti suatu kata atau istilah, baik kata atau istilah
atau istilah hukum yang berasal dari hukum domestik negara
khusus hukum, maupun istilah umum yang digunakan dalam
lain atau sistem hukum lain. Dalam hal ini klausula definisi dapat
kontrak tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga konsisten-
memberikan solusinya.
si dan mencegah kesalahpahaman tentang arti kata atau istilah
tersebut sehingga dapat membantu membantu para pihak atau
Klausula definisi ini sering juga disatukan atau dilengkapi
kuasanya ketika menghadapi persoalan hukum tertentu atau
dengan klausula intepretasi. Dalam hal ini dijelaskan tentang
penyelesaian sengkata terkait kata atau istilah tersebut.
tingkat keterkaitan antarkomponen,
subkomponen, kata, istilah, rujukan, lampiran, dan atau isi demikian isinya menambah dan menjelaskan lebih terper-
kontrak dengan hal lain, yang diperlukan dalam interpretasi dan inci klausula pokok tersebut. Isinya dapat beragam tergantung
implementasi kontrak tersebut. pada jenis atau ragam kerja sama patungan atau bidang usaha
tertentu dari kontrak penanaman modal tersebut.
2. Klausula Pokok /Hak dan Kewajiban
Apabila dalam suatu kontrak penanaman modal interna-
Klausula pokok merupakan klausula esensialia, yang me- sional tidak secara khusus terdapat klausula dengan nama atau
nentukan keberadaan kontrak itu sendiri. Tanpa klausula pokok subjudul hak dan kewajiban demikian, kemungkinan hak dan
suatu kontrak menjadi tidak jelas, karena itu tidak memenuhi kewajiban tersebut diatur dalam klausula dengan nama atau
persyaratan keabsahan tentang hal tertentu. Dengan demikian judul lain. Namun, tetap isinya tentang hak dan kewajiban se-
kontrak demikian tidak sah, dalam arti batal demi hukum, karena bagai pengaturan lebih terperinci dari klusula pokok tersebut.
isi klausula pokok tersebut mernyangkut syarat objektif, yaitu Dalam hal ini pengaturan hak dan kewajiban dimaksud telah
syarat tentang objek kontrak. Apabila syarat objektif ini tidak diakomodasikan atau diintegrasikan dalam klausula lain, yang
dipenuhi kontrak tersebut kehilangan perikatan. ada di dalam isi kerangka kontrak tersebut. klausula lain terse-
but terutama klausula syarat tangguh, klausula pernyataan dan
Dengan adanya klausula pokok suatu kontrak menjadi jaminan, klausula melakukan dan tidak melakukan dan klausula
spesifik, sehingga dapat diberikan nama atau judul tertentu yang umum yang standar.
mengindikasikan berlakunya ketentuan khusus tertentu terha-
dap kontrak tersebut. Suatu kontrak di samping berlaku keten- Dalam beberapa kerangka kontrak kontrak penanaman
tuan umum untuk semua kontrak, dan juga berlaku ketentuan modal internasional, yang dirancang oleh atau melibatkan Indo-
khusus untuk kontrak tertentu tersebut. nesia/Provinsi Aceh sebagai pihak, klausula hak kewajiban ini
diatur secara khusus dengan nama sendiri, yang lebih mencer-
Klausula pokok ini berisi hak dan kewajiban inti yang khas minkan isi kerangka kontrak biasa di negara dengan sistem hu-
dalam kontrak tersebut. Misal dalam kontrak penanaman modal kum civil law. Isi pengaturannya dapat menjangkau bebagai hak
internasional, klausula pokok ini meliputi pengaturan tentang dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam kerangka kontrak
bidang usaha penanaman modal dan besaran kontribusi modal demikian, biasanya pengaturan tentang syarat tangguh, per-
atau bentuk keterlibatan para pihak serta pembagian keuntun- nyataan dan jaminan, klausula melakukan dan tidak melakukan,
gan/bagi hasil. Apabila klausula tersebut tidak ada berarti ter- dan klausula tetap dan standar tersebut tidak secara eksplisit
dapat ketidakjelasan dan ketidaklengkapan isi kontrak yang es- diberi nama atau judul seperti itu, namun sebagian telah ter-
ensial dengan ancaman ketiadaan kekuatan hukum sebagai suatu cakup dalam klausula hak dan kewajiban tersebut. Oleh karena
kontrak yang sah dan mengikat.Oleh karena mengatur tentang itu, klausula hak dan kewajiban demikian memiliki makna yang
transaksi bisnis internasional itu sendiri, klausula pokok terma- sempit.
suk ke dalam apa yang disebut dengan klausula transaksional. Hal demikian berbeda dengan pada kontrak yang diran-
Klausula hak dan kewajiban (rights and obligations) ini cang pihak asing, biasanya dari negara dengan sistem hukum
berisi pengaturan tindak lanjut klausula pokok. Dengan common law, khususnya untuk transaksi bisnis internasional
yang bernilai relatif besar, pengaturan hak dan
dan kewajiban tersebut jarang diatur lengkap dalam suatu kontrak penanaman modal internasional. Klausula syarat
klausula hak dan kewajiban tersendiri, tetapi pengaturannya tangguh ini mengatur kewajiban salah satu pihak atau para pi-
tersebar dalam berbagai klausula lain, termasuk syarat tangguh, hak yang harus dilakukan sebelum kontrak yang ditandatangani
pernyataan dan jaminan, melakukan dan tidak melakukan dan berlaku efektif.
klausula umum yang standar. Suatu kontrak yang telah ditandatangani belum tentu serta
Oleh karena salah satu fungsi kontrak sebagai media alo- merta berlaku bagi para pihak, dalam arti hak dan kewajibannya
kasi dan pengalihan risiko diantara para pihak, terlihat bahwa memiliki kekuatan untuk dipaksakan pelaksanaannya secara
pengaturan klausula hak dan kewajiban, baik yang tersendiri hukum. Dalam hal ini terdapat kemungkinan ada pengaturan
maupun yang terintegrasikan dengan klausula nama atau judul tanggal efektif dan/atau klausula syarat tangguh, sehingga
lain, lebih mengutamakan aspek kewajiban daripada hak. Artin- kontrak tersebut berlaku terhitung mulai tanggal efektif
ya, sebagai besar perumusan pasal dan ayat yang ada berorien- tersebut. Jadi, pemberlakuan kontrak tersebut ditunda sampai
tasi menegaskan kewajiban atau tanggung gugat para pihak atau dengan tanggal efektif, sebagaimana dimaksud dalam salah
salah satu pihak, sesuai dengan kedudukannya masing-masing satu pasal/ayat atau subkomponen isi kontrak dan/atau setelah
dalam kontrak tersebut. dipenuhinya persyaratan sebagaimana diatur dalam klausula
Sebagai contoh, dalam suatu kontrak penanaman modal syarat tangguh. Tanggal efektif dapat ditentukan dalam kontrak
internasional, yang melibatkan pendirian suatu perusahaan misal ketika atau beberapa hari setelah syarat tangguh dipenuhi
patungan internasional (international equity joint venture), oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak yang memiliki
pengaturan hak dan kewajiaban tersebut menyesuaikan juga kewajiban tertentu tersebut.
dengan pengaturan kepentingan para pihak dalam pendirian pe- Syarat tangguh ini lazimnya ada pada setiap pihak, namun
rusahaan tersebut. Dalam hal ini isi klausula hak dan kewajiban dapat juga hanya pada pihak tertentu saja. Oleh karena isi
dapat dirinci lebih lanjut ke dalam beberapa klausula tersendiri klausula syarat tangguh ini membebankan kewajiban pada para
yang lebih khusus, misal persentase kepemilikan oleh setiap pi- pihak atau pada salah satu pihak. Pengaturan syarat tangguh
hak, pengalihan saham, struktur saham, hak suara, hak kuorum, ini dapat juga menjadi alat ukur dalam menilai keseimbangan
kebijakan pembagian keuntungan, direksi, dan komisaris perusa- kontrak. Dalam hal ini terdapat kemungkinan salah satu pihak
haan. Untuk ini di Indonesia perlu berpedoman pada ketentuan membebankan kewajiban yang tidak proporsional untuk lebih
minimal tentang isi anggaran dasar PT sebagaima diatur dalam melindungi dirinya secara berlebihan sehingga dapat merugikan
UUPT. Untuk kontrak lain, isi klausula hak dan kewajiban terse- pihak.
but dapat menyesuaikan dengan kebutuhan khusus pada mas- Dalam kontrak penanaman modal internasional, para
ing-masing kontrak. pihak biasanya menuntut pihak yang lain melakukan kewajiban
tertentu terlebih dahulu kepada pihak lain sebelum kontrak
3. Klausula Syarat Tangguh berlaku. Apabila kewajiban tersebut belum dipenuhi, pihak yang
lain juga belum terikat untuk melalukan kewajibannya. Jadi, ada
masa bebas atau masa tunggu yang diberikan kepada para pihak
Klausula syarat tangguh (conditions precedents) seringkali ada atau salah satu pihak sebagai upaya untuk lebih mempersiapkan
dalam suatu kontrak internasional, termasuk diri sehingga lebih
lebih matang dan yakin dalam memasuki masa kontrak memberikan pernyataan dan jaminan sehingga dapat lebih
tersebut. Dengan syarat tangguh ini akan dapat memberikan meyakinkan pihak lain atau saling meyakinkan satu sama lain-
perlindungan yang lebih besar kepada pihak yang lain atau satu nya. Meskipun sering disatukan antara pernyataan dan jaminan
sama lainnya. tersebut, dapat juga dipisahkan karena walaupun memiliki mak-
Dalam kontrak penanaman modal internasional syarat sud yang sama memiliki penekanan arti yang berbeda. Istilah
tangguh pihak penanam modal internasional misal menyetor pernyataan lebih tertuju pada pemberian fakta atau informasi
sejumlah modal tertentu ke dalam perusahaan yang didirikan yang diperlukan pihak lain secara benar. Sedangkan istilah jam-
atau ke dalam perusahaan anak yang terafiliasi pada perusahaan inan lebih tertuju pada penjagaan kualitas sesuai standar yang
penanaman modal internasional, mengalihkan sebagian saham ada.
perusahaan penanaman modal internasional ke dalam perusa- Klausula pernyataan dan jaminan ini dimaksudkan untuk
haan yang didirikan, dan menyelesaikan resolusi perusahaan menegaskan dan menjamin kedudukan para pihak sebagaimana
yang dilakukan oleh direksi. telah disebutkan dalam komponen para pihak dan komponen
Sebaliknya syarat tangguh negara/daerah dapat misal recitals. Apabila dalam kedua komponen tersebut fakta dan
membentuk dan menyesuaikan hukum atau kebijakan tertentu kualitas tidak dirumuskan teperinci, di sini dimuat terperici seh-
oleh negara/daerah, mendirikan atau semua atau suatu badan ingga lebih jelas untuk menegaskan kebenaran fakta dan jaminan
usaha atau instansi tertentu oleh negara/daerah, memperoleh kualitas tersebut demi kepastian hukum yang lebih besar kepada
perizinan tertentu atau semua perizinan yang diperlukan dari kedua belah pihak atau kepada salah satu pihak.
negara/daerah, menandatangani kontrak tambahan atau kon-
trak terkait sebagai tindaklanjut pengaturan kontrak induk Isi klausula pernyataan dan jaminan ini dapat berkisar
penanaman modal internasional, dan mendapatkan persetujuan tentang kebaradaan dan kedudukan para pihak sebagai subjek
kontrak dari lembaga perwakilan rakyat. hukum, kapasitasnya dalam mengadakan kontrak, dan kapa-
Klausula syarat tangguh dapat diatur lebih detil, meliputi sitas lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan kerja sama
juga tentang kewajiban pemberitahuan secara tertulis apabila pada umumnya. Di samping itu, klausula ini dapat juga meliputi
sudah dipenuhinya syarat tangguh tersebut. Hal lain yang juga hal lainnya seperti menegaskan bahwa data dan informasi yang
dapat diatur misal tentang masa pelaksanaan syarat tangguh diberikan dalam kerja sama merupakan data adan informasi
oleh salah satu atau kedua belah pihak, kegagalan dalam pe- yang benar, dan tidak memiliki perkara pengadilan atau arbitrase
menuhan syarat tangguh, dan kemungkinan perpanjangan jang- yang sedang berjalan yang melibatkan para pihak yang dapat
ka waktu pemenuhan syarat tangguh. melemahkan atau mempengaruhi kemampuan para pihak dalam
melaksanakan kontrak dimaksud.
4. Klausula Pernyataan dan Jaminan Dalam klausula ini para pihak dapat menegaskan kedudu-
kannya sebagai organisasi atau perusahaan yang berdiri secara
sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ten-
Klausula pernyataan dan jaminan (representations and tang pendiriannya, menegaskan
warranties) merupakan klausula yang mewajibkan kepada salah
satu atau kedua belah pihak untuk memberikan
bahwa memiliki kapasitas untuk menandatangani kontrak 5. Klausula Melakukan atau Tidak Melakukan
atau melaksanakan perbuatan hukum tertentu, menegaskan bah-
wa kontrak yang ditandatangani adalah sah, mengikat dan dapat
Klausula melakukan atau tidak melakukan (covenants),
dilaksanakan, mengaskan bahwa transaksi bisnis internasional
terdari dari klausula melakukan (affirmative covenant) dan klau-
yang ditandatangani tidak bertentangan dengan hukum, dan me-
sula tidak melakukan (negative covenants). Yang pertama men-
negaskan kecukupan akses sumber daya, termasuk pembiayaan
egaskan bahwa salah satu pihak atau kedua pihak selama masa
yang memungkinkan pelaksanaan kerja sama.
pelasanaan kontrak wajib melakukan sesuatu, sedangkan yang
Penanam modal internasional dalam kontrak penanaman
kedua sebaliknya, yaitu menegaskan bahwa salah satu pihak atau
modal internasional dapat menegaskan dalam klausula per-
kedua belah pihak dilarang melakukan kegiatan tertentu. Sama
nyataan dan jaminan bahwa memiliki cukup waktu dan tenaga
dengan klausula syarat tangguh dan klausula pernyataan dan
ahli untuk melaksanakan kegiatan kerja sama, memiliki akses
jaminan, klausula melakukan atau tidak melakukan sesuatu ini
terhadap ilmu pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan
pun bertujuan untuk menegaskan berlakunya perikatan kontrak
dalam menjalankan kegiatan, memegang dan memelihara semua
dalam rangka memberikan kepastian hukum yang lebih besar ke-
izin yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan kerja sama, dan
pada salah satu pihak atau kedua belah pihak satu sama lainnya.
memelihara pembukuan dengan baik.
Contoh klausula melakukan bahwa negara/daerah wajib
Negara/daerah dalam kontrak penanaman modal inter-
melakukan kegiatan yang diperlukan untuk memastikan bah-
nasional dapat menegaskan dan menjamin untuk mengambil
wa semua perizinan yang dilekeluarkan negara/daerah adalah
langkah-langkah yang diperlukan dalam membantu masyarakat
sepenuhnya dapat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-un-
sekitar, pemberian izin di wilayah kegiatan kerja sama tidak
dangan, wajib melaksanakan semua ketentuan dalam kontrak
berkonflik dengan izin yang telah atau akan diberikan kepada
sepanjang sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-un-
pihak ketiga, mampu melaksanakan kegiatan pendukung ter-
dangan, dan wajib memberikan fasilitas penanaman modal ke-
tentu yang menjadi kewajibannya, dan tidak akan mengadakan
pada penanam modal sesuai peraturan perundang-undangan.
hubungan yang sama di wilayah kerja sama selama masa kontrak
Contoh klausula tidak melakukan sesuatu bahwa negara/
dengan pihak ketiga.
daerah tidak boleh mengadakan transaksi bisnis yang sama pada
wilayah kerja sama yang sama dengan pihak ketiga dan tidak
boleh mengeluarkan izin yang sama pada wilayah kerja sama
yang sama kepada pihak ketiga.
6. Klausula Kegagalan, Wanprestasi, Somasi, sepihak. Dengan demikian para pihak dari awal sudah
dapat memperkirakan secara relatif tepat risiko kontrak apa
Pemulihan dan Pemutusan Kontrak saja yang tercakup dalam kegagalan kontrak dan cara penyele-
saiannya.
Klausula kegagalan, wanprestasi, pemulihan dan pemutu-
Daftar peristiwa atau keadaan yang dapat dimasukkan ke
san kontrak merupakan klausula kontrak yang saling berkaitan
dalam pengertian kegagalan kontrak dapat berupa pelanggaran
sehingga dapat dikumpulkan dalam suatu klausula besar, yang
besar terhadap isi kontrak tertentu, pelanggaran klausula per-
di dalamnya berisikan perincian ke dalam subklausula atau
nyataan dan jaminan, atau hal lainn tergantung pada jenis dan
pasal dan ayat yang lebih spesifik. Dapat juga klausula tersebut
karakter kontrak internasional tertentu. Jadi, isinya dapat berag-
diatur terpisah satu sama lain, meskipun sering ditempatkan
am sesuai dengan kebutuhan khusus pada kontrak tertentu. Den-
berdekatan, yang masing-masing membentuk klausula tersendi-
gan demikian ketika salah satu pihak misal melakukan peleng-
ri, yaitu kegagalan, wanprestasi, pemberitahuan, pemulihan,
garan besar berarti telah termasuk ke dalam kategori kegagalan
dan pemutusan kontrak. Dapat juga beberapa klausula tersebut
kontrak atau memberikan pernyataan dan jaminan yang ternyata
digabungkan.
kemudian tidak benar, berarti juga telah ada indikasi kegagalan
Klausula kegagalan kontrak (event of default) men-
kontrak tersebut.
gatur terutama tentang daftar peristiwa atau keadaan yang
Apabila disatukan, klausula kegagalan kontrak dapat berisi
menyebabkan kontrak tidak berjalan sebagaimana mestinya.
pengaturan daftar peristiwa atau keadaan yang dapat digolong-
Peristiwa tersebut dapat berbentuk wanprestasi, likuidasi, ke-
kan sebagai kegagalan kontrak. Salah satu bentuk yang paling
pailitan, merger, akuisisi dan konsolidasi perusahaan. Klausula
penting adalah wanprestasi. Setelah itu dapat berisi tentang
wanprestasi (breach of contract, nonperformance) mengatur
kewajiban pemberian somasi (notice) dari pihak yang dirugikan
terutama kegagalan pelaksanaan kontrak karena ingkar janji.
kepada kepada pihak lain bahwa telah terjadi peristiwa atau
Klausula pemberitahuan (notice) mengatur tentang kewajiban
keadaan yang tergolong ke dalam kegagalan kontrak tersebut.
pihak yang dirugikan untuk memberitahukan, misal ketika ada
Dalam somasi tersebut dapat disebutkan jumlah kerugian ter-
wanprestasi sebagai prasyarat formal untuk adanya kegagalan
tentu yang dialami oleh pihak yang dirugikan. Somasi dapat
kontrak dengan segala akibat hukum yang menyertainya. Klausu-
merupakan prasyarat untuk adanya kegagalan kontrak tertentu.
la pemulihan (remedies) mengatur konsekuensi hukum sebagai
Hal lain dapat berisi tentang macam atau jenis sanksi se-
sanksi terhadap pihak yang bertanggunggugat ketika kegagalan
bagai tindakan pemulihan. Macam atau jenis sanksi. Sanksi di
kontrak terjadi. Sedangkan klausula pemutusan perjanjian (ter-
sini merupakan sanksi keperdataan, seperti ganti rugi, pelaksa-
mination) mengatur pemutusan perjanjian secara sepihak, yang
naan kontrak, dan pemutusan perjanjian secara sepihak. Sanksi
terkait dengan kegagalan kontrak tersebut, sebagai salah satu
tersebut dapat terpisah secara terbatas, atau dapat mengabung-
bentuk pemulihan.
kan beberapa secara kumulatif. Khusus tentang pemutusan
Keberadaan klausula demikian dapat memberikan kepas-
perjanjian secara sepihak dapat berisi ketentuan prasyarat yang
tian tentang peristiwa dan keadaan apa saja yang temasuk ke da-
yang harus dilalui untuk dapat menggunakan hak memutuskan
lam pengertian kegagalan kontrak, wanprestasi dan sanksi yang
perjanjian sepihak tersebut. Misal pihak yang dirugikan ketika
dapat diberikan kepada pihak yang bertanggung gugat, termasuk
terjadi peristiwa dan
pemutusan kontrak secara
keadaan tersebut dapat memutuskan perjanjian secara 7. Klausula Keadaan Memaksa, Keadaan Sulit
sepihak setelah terlebih dahulu diberikan somasi. Klausula ini
dapat juga berisi penegasan bahwa ketika terjadi pemutusan per-
dan Perubahan Keadaan
janjian secara sepihak demikian pihak yang dirugikan tetap ber-
Sesuai dengan asas perikatan kontrak, para pihak
hak terhadap pemenuhan kewajban yang belum diperolehnya.
sepenuhnya terikat dengan semua klausula kontrak, namun
Sebagai perbandingan, terkait pemulihan dalam bentuk
hukum kontrak memberikan pengecualian terhadap tanggung
pemutusan kontrak tersebut, UPICC menegaskan bahwa para
gugat para pihak tersebut, yaitu ketika terdapat keadaan memak-
pihak baru dapat meminta pemutusan kontrak secara sepihak
sa. Dalam hal ini, apabila para pihak dapat membuktikan adanya
tersebut ketika terjadi kegagalan pada pihak lain untuk melak-
keaadan memaksa tersebut tanggung gugat ditiadakan. Artinya,
sanakan kewajiban, yang termasuk ke dalam wanprestasi yang
pihak yang mengalami keadaan memaksa tersebut dimaafkan,
besar. Selanjutnya UPICC menambahkan bahwa hak suatu pi-
sehingga tidak dikenakan sanksi karena wanprestasi. Dengan
hak untuk memutuskan kontrak dilakukan setelah melakukan
demikian meskipun wanprestasi, para pihak dibebaskan dari
somasi.
tanggung gugat tersebut.
Mengenai ganti rugi UPICC mengatur bahwa pihak yang
Terdapat perbedaan pengertian antara keadaan memaksa
melakukan wanprestasi memberikan ganti rugi kepada pihak
(force majeure) dan keadaan sulit (hardship). Keadaan memaksa
yang dirugikan, baik secara tersendiri maupun secara bersa-
semula dipahami secara terbatas, hanya pada keadaan yang ter-
ma-sama dengan bentuk pemulihan yang lain, kecuali dalam hal
masuk ke dalam tindakan penguasa alam semesta (acts of god).
wanprestasi dimaafkan berdasarkan prinsip UPICC. Wanprestasi
Dalam hal ini pengertian keadaan memaksa dibatasi pada ben-
dimaafkan misal ketika adanya keadaan memaksa/keadaan su-
cana alam saja, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran,
lit. Berikut ini diuraikan tentan klausula keadaan memaksa dan
dan musibah lain semacam itu. Keadaan memaksa demikian ser-
keadaan sulit tersebut.
ing disebut keadaan memaksa dalam arti mutlak atau objektif.
Hal ini karena para pihak sama sekali tidak mampu mengatasi
peristiwa tersebut. Dalam hal ini terdapat suatu ketidakmungk-
inan (impossibility) pada pihak yang mengalaminya.
Dalam perkembangannya, konsep keadaan dipahami se-
cara luas, sehingga daftar peristiwa yang termasuk ke dalam
keadaan memaksa pun menjadi bertambah. Dalam hal ini yang
dimaksudkan keadaan memaksa tidak hanya tindakan tuhan,
namun juga sebab lain, seperti tindakan pemerintah, perubahan
hukum dan kebijakan, dan yang semacamnya. Keadaan memak-
sa dalam arti luas ini sering disebut sebagai keadaan memaksa
relatif atau subjektif. Hal ini karena, dalam hal karena para pihak
masih mungkin untuk mengatasi peristiwa tersebut, namun den-
gan pengorbanan
yang besar. Dalam hal ini terdapat kesulitan (difficulties) , terbuka kemungkinan bagi para pihak untuk melakukan
bagi pihak yang mengalaminya. renegosiasi dan adaptasi kontrak menyesuaikan dengan keadaan
Para pihak dalam kontrak internasional, termasuk kontrak yang telah berubah tersebut. Konsep perubahan keadaan demiki-
penanaman modal internasional, dapat menyepakati konsep an dikenal juga dalam hukum internasional publik, yaitu rebus
keadaan memaksa yang dipilih, dalam arti sempit seperti konsep sic statibus.
asalnya, atau dalam arti luas sesuai dengan perkembangan kini. Dengan demikian pengertian kesucian kontrak berdasar-
Apabila dipilih yang pertama, daftar peristiwa yang tergolong ke kan asas perikatan kontrak menjadi tidak lagi mutlak, tetapi
dalam keadaan memaksa tersebut menjadi pendek. Sebaliknya, relatif. Artinya, ketika perubahan keadaan itu ada terbuka ke-
apabila dipilih yang kedua, daftar peristiwa tersebut menjadi mungkinan kepada para pihak untuk melakukan renegosiasi
lebih panjang. Tentang mana yang sebaiknya dipilih tergantung dan adaptasi isi kontrak tersebut. Jadi, dalam hal demikian asas
pada kebutuhan dan tunduk pada kekuatan tawar menawar para perikatan kontrak dibatasi dengan klausula perubahan keadaan
pihak. tersebut.
Keadaan memaksa dalam arti relatif, subjektif, atau luas Keberadaan konsep perubahan keadaan tersebut sejalan
tersebut dinamakan keadaan sulit. Kedaan sulit ini sama dengan dengan asas yang mengacu pada keseimbangan, antara lain itikad
keadaan memaksa yang relatif atau subjektif di atas. Dalam hal baik. Dalam hal ini kepentingan para pihak disesuaikan dengan
ini bagi para pihak yang mengalami masih mungkin untuk meng- perubahan keadaan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan
hadapi atau menanggulanginya, namun dalam keadaan sulit, karena adanya perubahan keadaan demikian. Di sini pihak yang
antara lain, kemungkinan kehilangan keuntungan atau kerugian satu di samping memperhatikan kepentingan sendiri, juga se-
atau mendapatkan akibat hukum tertentu bagi pihak yang men- cara proporsional memperhatikan kepentingan pihak yang lain,
galaminya. Apabila para pihak sepakat dengan klausula keadaan sehingga kerja sama dapat berlanjut dan saling menguntungkan
memaksa dalam arti yang luas, berarti dapat meliputi pula tanpa harus mengalami hambatan.
keadaan sulit tersebut. Jika keadaan sulit sudah tertampung da- Dengan adanya konsep perubahan keadaan ini kemungk-
lam klausula keadaan memaksa/keadaan sulit, para pihak dapat inan kepada para pihak mengatur klausula keadaan memaksa
mengatur lebih lanjut konsekuensi hukum dari keadaan sulit secara lebih luas, meliputi keadaan memaksa dalam ari sempit
tersebut, dapat lebih ringan daripada dalam keadaan memaksa dan keadaan memaksa dalam arti luas, termasuk di dalamnya
dalam arti sempit di atas, yaitu dimaafkan untuk mengganti ker- keadaan sulit atau perubahan keadaan. Namun, masing-masing
ugian. Misal renegosiasi kontrak. konsep tersebut seperti juga klausula yang lain dapat juga diatur
Khusus dalam kontrak jangka panjang, seperti kontrak secara terpisah dalam suatu kontrak penanaman modal interna-
penanaman modal internasional terdapat konsep lain yang sional. Dalam hal ini disesuaikan dengan kebutuhan para pihak
memiliki sifat dan konsekuensi hukum hampir sama dengan dan jenis risiko dalam transaksi bisnis internasional yang men-
pada keadaan sulit tersebut. Konsep tersebut adalah perubahan jadi objek pengaturannya.
keadaan (changes in circumstances). Dengan adanya klausula
perubahan keadaan, ketika terdapat peristiwa tertentu yang
disebut perubahan keadaan tersebut,
8. Klausula Penyelesaian Sengketa Dibandingkan dengan transaksi bisnis domestik, secara
umum potensi sengketa pada kontrak internasional, terma-
suk kontrak penanaman modal internasional, lebih besar. Hal
Sengketa bukanlah sesuatu yang menjadi tujuan atau ses-
ini karena terdapat perbedaan yang lebih besar diantara para
uatu yang diinginkan oleh para pihak ketika berkehendak untuk
pihak karena adanya perbedaan kewarganegaraan, tempat
mengadakan suatu transaksi bisnis internasional. Sebaliknya,
kedudukan perusahaan, dan tempat pelaksanaan kegiatan. Per-
yang sering diinginkan para pihak adalah kerja sama yang dilan-
bedaan tersebut memunculkan perbedaan hukum dan sistem
daskan pada itikad baik. Akibatnya mengenai sengketa bukanlah
hukum yang berlaku. Perbedaan hukum dan sistem hukum ini
hal yang menarik bagi para pihak untuk membicarakannya ketika
terkait atau berakar pada perbedaan budaya, termasuk sistem
merancang suatu kontrak penanaman modal internasional. Yang
sosial ekonomi. Oleh karena itu, pengaturan tentang klausula
menjadi fokus dalam negosiasi biasanya adalah pada pengaturan
penyelesaian sengketa pada kontrak internasional pun menjadi
klausula pokok/hak dan kewajiban, sebagai klausula transak-
keberadaannya juga lebih penting dibandingkan dengan dalam
sional.
kontrak domestik.
Sengketa bertentangan dengan sifat kerja sama bisnis itu
Sama halnya dengan klausula kegagalan, wanprestasi, so-
sendiri, karena itu keberadaannya tidaklah diharapkan dan per-
masi dan pemutusan kontrak, klausula penyelesaian sengketa
lu dicegah atau dihindari. Apabila dari awal para pihak sudah
tergolong ke dalam apa yang dinamakan klausula yang bersifat
berfokus pikirannya pada sengketa, hal demikian justeru dapat
antisipatif, yang memprediksi keadaan yang dapat setelah kon-
menimbulkan hambatan psikologis bagi kelanjutan proses nego-
trak ditandatangani.
siasi dan pelaksanaan transaksi bisnis tersebut. Yang dipentink-
Suatu klausula penyelesaian sengketa (dispute settlement)
an pada tahapan awal proses negosiasi justeru membangun
dapat berisi tentang tentang tahapan yang diperlukan dalam
kepercayaan dan memperkuat keyakinan tentang kemampuan
penyelesaian sengketa yang timbul. Tahapan ini dapat dimulai
para pihak dalam melaksanakan kewajibannya dalam transaksi
dengan upaya pencegahan terjadinya sengketa berdasarkan
bisnis tersebut. Hal demikian merupakan sisi ideal dari setiap
itikad baik. Dengan demikian para pihak berkewajiban untuk
kerja sama.
melakukan berbagai upaya dalam rangka pencegahan timbulnya
Namun sebaliknya, sejarah dan realitas menunjukkan
sengketa. Upaya pencegahan demikian hendaknya tidak hanya
bahwa potensi sengketa dalam setiap kerja sama apa pun tetap
merupakan kewajiban salah satu pihak saja, melainkan kedua
ada. Dan ketika sengketa tersebut terjadi, apabila para pihak ti-
belah pihak, sesuai dengan kedudukannya masing-masing untuk
dak mengaturnya secara baik akan menimbulkan kesulitan dan
melakukan upaya berdasarkan itikad baik.
hambatan dalam menyelesaikan sebagaimana dikehendaki para
Apabila upaya pencegahan ini ternyata tidak membawa ha-
pihak. Ketidakjalasan dan ketidakpastian hukum demikian dalam
sil yang efektif para pihak dapat meneruskan dengan proses yang
konteks transaksi bisnis merupakan suatu biaya tambahan yang
lain. Dalam hukum kontrak internasional, sengketa yang timbul
menjadi beban para pihak dalam kerangka kerja sama tersebut.
dalam transaksi bisnis internasional terbuka untuk diselesaikan
Oleh karena itu, dari aspek hukum klausula penyelesaian sengke-
melalui berbagai cara mulai dari yang paling sederhana sampai
ta dalam kontrak internasional menjadi penting untuk diatur dan
kepada yang paling rumit. Para
disepakati oleh para pihak.
Para pihak bebas untuk menentukan sendiri dalam isi kon- . Perbedaan tersebutlah yang antara lain menyebabkan
trak tahapan dan cara penyelesaian mana saja yang dipilih. Da- adanya keunggulan tertentu dari arbitrase internasional diband-
lam hal ini isi kontrak dapat menentukan bahwa para pihak harus ingkan dengan pengadilan. Kelebihan tersebut karena sifat
terlebih dahulu menggunakan metode ADR. Apabila metode ADR keluwesannya sehingga lebih sesuai dengan karakter pengusaha
ternyata tidak menghasilkan putusan yang memuaskan para pencari keadilan dan transaksi bisnis internasional, karena itu
pihak, isi kontrak dapat menentukan pilihan arbitrase interna- pada umumnya lebih disukai. Melalui keluwesan tersebut, antara
sional atau pengadilan untuk menyelesaikan sengketa tersebut. lain, dapat mempersingkat proses, mempercepat penyelesaian,
Dengan demikian terdapat kemungkinan penyelesaian sengketa menghemat biaya yang diperlukan, menjaga kerahasiaan para pi-
di luar pengadilan (out of courts) atau melalui pengadilan (in hak dan putusan, menyediakan para arbiter, prosedur dan hukum
courts) atau sampai batas tertentu mencampur kedua metode yang dapat dipilih para pihak.
tersebut. Pada umumnya ditentukan bahwa apabila para pihak sudah
Misal dapat ditentukan bahwa ketika sengketa ada, para memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional,
pihak menyelesaikan terlebih dahulu melalui negosiasi internal berarti pengadilan tidak lagi berwenang menyelesaikan sengketa
diantara pihak sendiri, tanpa campur tangan pihak ketiga. Dalam tersebut. Putusan arbitrase besifat final dan mengikat para pihak.
hal ini dapat ditentukan masa paling lama yang dapat digunakan Namun, sebagai mekanisme terakhir, apabila para pihak tidak
untuk menyelesaikan proses negosiasi penyelesaian sengketa memilih arbitrase internasional, isi kontrak dapat menetapkan
tersebut. Setelah jangka waktu tersebut lampau dan ternyata penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Dalam hal ini berlaku
tidak membawa hasil yang memuaskan kedua belah pihak. Para hukum acara perdata pada pengadilan tersebut sebagaimana
pihak dapat melalukan penyelesaian melalui cara pelibatan pihak halnya hukum acara perdata yang berlaku umum dalam penyele-
ketiga yang netral untuk membantu penyelesaian sengketa mere- saian sengketa perdata biasa, dengan segala keterbatasan akibat
ka, yaitu mediasi dan/atau konsiliasi, atau nama lain. Perbedaan sifatnya yang formal tersebut. Dengan demikian pengaturan
antara mediasi dan konsiliasi terletak pada tingkat keterlibatan klausula penyelesaian sengketa ini berkaitan erat dengan be-
mediator/konsiliator dalam proses penyelesaian sengketa. Pada berapa klausula/subklausula lain yaitu pilihan arbitrase, pilihan
mediasi mediator lebih bersifat fasilitator yang berfokus pada pengadilan, dan pilihan hukum. Klausula/subklausula tersebut
penyediaan sumber daya yang diperlukan para pihak, sedang- dibahas dalam klausula umum yang standar di bawah ini.
kan pada konsiliasi, konsiliator lebih aktif dalam proses dengan
memberikan pilihan alternatif putusan kepada para pihak untuk
disepakati bersama.
Apabila mekanisme mediasi dan konsiliasi tidak terdapat
dalam isi kontrak atau tidak berhasil dalam memberikan putusan
yang diterima para pihak dalam masa yang dietntukan, terdapat
mekanisme lain yang lebih formal mirip pengadilan, yaitu arbi-
trase internasional. Meskipun mirip karena memiliki persamaan
dengan pengadilan, terdapat perbedaan penting diantara kedua
cara tersebut.
9. Klausula Umum Standar (no partnership), kerahasiaan (confidentialty), dan pem-
beritahuan (notice).
Pilihan hukum pada intinya berisi kesepakatan para pihak
Klausula umum standar (boiler plate) merupakan him-
tentang hukum yang berlaku (governing law) terhadap kontrak
punan subklausula yang menggunakan perumusan bahasa yang
tersebut. Dan Pilihan forum pada intinya berisi kesepakatan
umum digunakan dalam dokumen dan memiliki makna yang
para pihak tentang yurisdiksi (choice of jurisdiction), yang
tetap dalam konteks yang sama, tanpa adanya keragaman; digu-
dapat pengadilan atau arbitrase internasional tertentu ketika
nakan untuk menjelaskan bahasa standar dalam suatu dokumen
terjadi sengketa. Sedangkan pilihan bahasa pada intinya berisi
hukum yang serupa dengan dalam dokumen yang memiliki sifat
kesepakatan para pihak tentang bahasa yang berlaku (governing
yang sama. Apabila klausula definisi biasanya ditemukan pada
language) terhadap kontrak, dan dalam hal lebih dari satu versi
bagian paling awal setelah latar belakang/pertimbangan/alasan,
bahasa, yang mana digunakan ketika terjadi perbedaan dalam
klausula umum standar biasanya ditemukan pada bagian akhir
penapsiran.
sebelum kata penutup dan tanda tangan.
Pengalihan pada intinya berisi kesepakatan para pihak
tentang pengalihan kontrak kepada pihak ketiga, yang dapat dila-
Klausula umum standar ini kadangkala dinamakan atau
rang kecuali sebagaimana diatur dalam kontrak. Dan kekebalan
tercakup dalam klausula umum (general) atau klausula lain (mis-
pada intinya berisi kesepakatan para pihak bahwa terhadap kon-
cellaneuos), atau pada tempat lain tersebar di seluruh bagian isi
trak tidak tunduk pada ketentuan hukum publik terkait kekebal-
kontrak internasional, dengan menggunakan judul khususnya
an negara berdaulat dari gugatan perdata, melainkan sepenuhn-
masing-masing. Dengan demikian terdapat keragaman dalam isi
ya tunduk pada hukum dagang. Sementara pelepasan tanggung
klausula umum yang standar ini. Misal satu atau beberapa klau-
gugat pada intinya berisi kesepakatan para pihak bahwa dalam
sula tertentu yang dianggap perlu diatur tersendiri secara khusus
pelaksanaan kontrak pihak tertentu dilepaskan dari tanggung
sesuai dengan karakter kontrak tertentu dapat saja ditempatkan
gugat pihak lain terhadap gugatan pihak ketiga. Sedangkan jam-
sebagai klausula tersendiri, berada di luar nama judul klausula
inan dapat berisi berisi kesepakatan para pihak tentang jaminan
umum atau klausula lain tersebut. Dengan demikian isi klausu-
berupa tanggung gugat tertentu yang diberikan oleh pihak ketiga
la umum dan klausula lain tersebut dapat beragam antara satu
sebagai jaminan bagi satu pihak ketika terdapat kegagalan kon-
kontrak internasional dengan kontrak internasional yang lain.
trak disebabkan oleh pihak lain.
Keterpisahan pada intinya berisi kesepakatan para pihak
Biasanya dalam suatu kontrak internasional klausula
bahwa jika kemudian ternyata bagian tertentu dari kontrak men-
umum standar tersebut dapat berisi berbagai subklausula yang
jadi tidak sah atau bertentangan dengan hukum, sisa bagian yang
lebih kecil. Misal pilihan hukum (choice of law), pilihan forum
lain tidak terpengaruh karena tetap berlaku dan mengikat para
(choice of forum), pilihan bahasa (choice of language), pengali-
pihak sebagaimana dimaksudkan semula. Dan keseluruhan kon-
han (assignment), kekebalan (immunity), pelepasan tanggung
trak pada intinya berisi kesepakatan para pihak bahwa kontrak
gugat (indemnity), jaminan (guarantee), keterpisahan (sever-
merupakan himpunan dari keseluran kontrak terkait yang per-
ability), keseluruhan kontrak (entire agreement), perubahan
nah ada, dan meniadakan segala kontrak lain sebelumnya baik
(amendment), ketiadaan persekutuan
lisan maupun tertulis,
, yang isinya bertentangan dengan kontrak yang ditan-
datangani. Perubahan pada intinya berisi tentang kesepakatan
para pihak bahwa perubahan kontrak hanya dapat dilakukan
atas dasar persetujuan tertulis para pihak. Sedangkan ketiadaan
persekutuan pada intinya berisi kesepakatan para pihak bahwa
kontrak ini tidak bermaksud untuk menyatakan adanya hubun-
gan persekutuan secara internal di dalam perusahaan mas-
ing-masing subjek kontrak.
Kerahasian pada intinya berisi kesepakatan para pihak
bahwa seluruh atau sebagian data, informasi, ilmu pengetahuan,
dan teknologi yang dipertukarkan dalam kerangka transaksi in-
ternasional yang diatur kontrak bersifat rahasia, yang mewajib-
kan pihak lain menjaga kerahasiaannya sepanjang sesuai dengan
ketentuan hukum yang bersifat memaksa. Dalam hal ini dapat
juga ditambahkan pengaturan tentang data, informasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat dikomunikasikan (disclo-
sure) oleh pihak yang satu dengan atau tanpa persetujuan pihak
yang lain. Khusus untuk kontrak penanaman modal internasi-
onal dalam hal ini terdapat pengaturan dalam peraturan perun-
dang-undangan tentang keterbukaan informasi publik. Peratur-
an perundang-undangan tersebut pada umumnya menegaskan
bahwa pada prinsipnya semua informasi terbuka untuk umum
sesuai asas transparansi, kecuali yang tergolong ke dalam raha-
sia pribadi, rahasia dagang, dan rahasia negara. Sedangkan pem-
beritahuan pada intinya berisi kesepakatan para pihak tentang
alamat korespondensi resmi para pihak. Dalam hal ini biasanya
terdapat juga pengaturan tentang bahasa, bentuk komunikasi,
media yang digunakan, masa pengiriman, dan juga kewajiban
pemberitahuan ketika ada perubahan alamat resmi tersebut.
A. Prarancangan dan bernuansa, sebagaimana manusia itu sendiri.” Penger-
tian negosiasi tersebut berlaku juga pada negosiasi transaksional
1. Negosiasi Awal kontrak penanaman modal internasional.
Pembahasan tentang negosiasi tersebut dapat dikaitkan
Peran Provinsi Aceh dalam perancangan kontrak pena- dengan sistem hukum yang diperluas. Dalam hal ini, yang leb-
naman modal internasional sudah terjadi mulai tahap praran- ih berperan bukan komponen substansi hukum dan struktur
cangan, sejak negosiasi awal. Sebelum membahas lebih lanjut hukum, tetapi budaya hukum. Budaya hukum tersebut menjadi
tentang peran tersebut terlebih dahulu dijelaskan secara ringkas faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam suatu negosiasi
pengertian negosiasi. transaksional untuk dapat membantu dalam mencapai keber-
hasilan. Dalam hal ini meskipun transaksi bisnis sering disebut
Sama halnya dengan transaksi bisnis internasional pada sebagai kegiatan yang bersifat netral, namun apabila terjadi
umumnya, penanaman modal internasional merupakan kegiatan lintas negara dan budaya, tidak dapat dipisahklan dari adanya
yang melibatkan para pihak yang berkepentingan untuk men- perbedaan atau keragaman nilai-nilai yang melatarbelakanginya.
capai kesepakatan dalam kerja sama penanaman modal inter- Dalam hal ini pemahaman lintas budaya berperan penting terha-
nasional yang saling menguntungkan. Dalam kaitannya dengan dap keberhasilan suatu negosiasi..
kontrak penanaman modal internasional, negosiasi dapat dibe- Meskipun pada prinsipnya berdasarkan hukum kontrak
dakan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu negosiasi transaksional dan para pihak dalam masa negosiasi belum terikat, namun tidak
negosiasi penyelesaian sengketa. menutup kemungkinan untuk diperkarakan. Dalam hal ini ter-
dapat perkembangan dalam hukum kontrak penanaman modal
Negosiasi transaksional membicarakan tentang pertu- internasional, bahwa sampai batas tertentu, para pihak terikat
karan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh para pihak untuk dalam masa negosiasi berdasarkan asas itikad baik. Dalam hal ini
mencapai keuntungan bersama. Sedangkan negosiasi penyelesa- terdapat kewajiban bagi para pihak untuk melakukan negosiasi
ian sengketa dilakukan untuk secara khusus membicarakan ten- dengan itikad baik. Artinya, apabila dapat dibuktikan salah satu
tang penyelesaian sengketa yang timbul dalam pelaksanaan kerja pihak tidak beritikat baik dalam masa negosiasi, terbuka peluang
sama patungan penanaman modal tersebut. Negosiasi penyele- bagi pihak lain yang dirugikan untuk menggugat secara perdata.
saian sengketa merupan salah satu metode dalam alternatif Tanggung gugat dalam masa negosiasi tesebut merupakan tang-
penyelesaian sengketa (APS). Selanjutnya dalam pembahasan ini gung gugat prakontrak.
berfokus pada negosiasi transaksional saja. Negosiasi dapat dilakukan lebih dari satu kali tergantung
kebutuhan. Bahkan dapat terus berjalan memasuki masa penu-
Menurut Goodpaster secara umum negosiasi memiliki lisan naskah kontrak dan pembahasan antarlembaga daerah,
pengertian sebagai“suatu proses upaya pencapaian kesepakatan sampai dengan penandatanganan kontrak. Jadi, tidak harus ber-
dengan pihak lain, suatu proses interaksi dari komunikasi yang henti pada masa prakontrak,
dinamis dan beraneka ragam, dapat lembut
, tergantung pada kasus per kasus. Dengan demikian dapat dengan ketentuan hasil perubahan berdasarkan kesepaka-
ada negosiasi awal, negosiasi lanjutan, dan negosiasi akhir sepan- tan dalam renegosiasi tersebut.
jang masa prakontrak dan kontrak. Apabila terdapat klausula renegosiasi dan salah satu pihak
Negosiasi dianggap selesai dengan penandatanganan kon- kerkeinginan untuk menggunkannya setelah memenuhi pers-
trak. Menurut teori kontrak klasik, para pihak dalam kontrak yaratan sebagaimana ditetapkan dalam klausula tersebut, dan
sepenuhnya terikat dengan isi kontrak yang telah ditandatangani ternyata pihak lain tidak bersedia melakukannya, pihak yang
berdasarkan asas perikatan kontrak. Namun, kini berdasarkan berkepentingan terhadap renegosiasi tersebut dapat mengaju-
teori kontrak modern terdapat kemungkinan untuk walaupun kan gugatan ke forum penyelesaian sengketa kontrak penana-
kontraknya sudah ditandatangani melakukan renegosiasi. Re- man modal internasional. Kemudian, hakim atau arbiter yang
negosiasi demikian diperlukan misal ketika ada perubahan mengadili perkara tersebut memutuskan tentang perlu tidaknya
keadaan yang mendasar sehingga mempengaruhi keseimban- renegosiasi tersebut dilakukan, dengan atau tanpa ganti rugi.
gan hak dan kewajiban para pihak. Supaya renegosiasi dapat Di Provinsi Aceh, prakarsa negosiasi penanaman modal
dilakukan dalam isi kontrak perlu dimuat klausula renegosiasi. internasional tersebut dapat berasal dari kedua belah pihak.
Atau apabila klausula demikian tidak ada renegosiasi dapat juga Artinya, dapat dimulai oleh Provinsi Aceh atau penanam modal
dilakukan berdasarkan kaidah hukum publik dalam peraturan internasional. Tidak menjadi persoalan siapa yang memulainya,
perundang-undangan nasional. yang penting para pihak memiliki sumber daya ekonomi tertentu
Walaupun demikian, renegosiasi tersebut tidak berarti untuk dipertukarkan dalam kegiatan penanaman modal interna-
bahwa para pihak harus mencapai kesepakatan terhadap hasil sional tersebut. Jadi, prakarsa dapat datang dari salah satu pihak.
renegosiasi. Dapat saja renegosiasi tidak membawa hasil, dan Provinsi Aceh sebagai bagian dari kegiatan promosi
karena itu para pihak tetap terikat dengan ketentuan isi kontrak pengembangan penanaman modal dalam hal ini telah memiliki
yang ada. Artinya, klausula renegosiasi hanya memberikan hak rencana pengembangan penanaman modal. Atas dasar rencana
kepada salah satu pihak yang memerlukan untuk mengajukan umum penanaman modal ini, organ pemerintahan daerah ter-
renegosiasi pada pihak lainnya. Dan kalau sudah dimasukkan kait, melakukan kegiatan promosi penanaman modal sampai ke
dalam isi kontrak para pihak terikat dengan ketentuan yang ada luar negeri. Melalui kegiatan promosi, termasuk kunjungan kerja
dalam klausula renegosiasi tersebut. Ada tidaknya hasil yang di- pemerintah daerah ke luar negeri, beberapa penanan modal in-
peroleh dari renegosiasi akhirnya tergantung pada kesepakatan ternasional potensial dapat terjaring untuk menanamkan modal
para pihak itu sendiri. di Provinsi Aceh. Biasanya negosiasi ini tidak hanya dilakukan
Apabila tidak ada kesepakatan tentang hasilnya, para pihak oleh gubernur sebagai organ Provinsi Aceh, tetapi juga dengan
tentu saja dapat menggunakan gugatan penyelesaian sengketa melibatkan
melalui forum yang dipilih. Dengan demikian yang mengikat
adalah hak dan kewajiban untuk melakukan renegosiasi, bukan
untuk mencapai kesepakatan tentang hal yang dinegosiasikan.
Namun, apabila kesepakatan terjadi, para pihak dapat melaku-
kan adaptasi kontrak dan terikat
perangkat daerah pada sekretariat daerah yang ditunjuk pemangkasan birokrasi pemerintahan yang panjang, peng-
untuk mewakili gubernur dalam memulai dan/atau menindak- hilangan hambatan penanaman modal, pengurangan biaya untuk
lanjuti suatu negosiasi. atau efisiensi dan penguatan daya saing.

Pada tahap awal inisiasi ini, sebagaimana dalam praktik di Kedua macam perjanjian, traktat dan kontrak internasi-
Provinsi Aceh, pada umumnya dilaksanakan sendiri berdasar- onal, memiliki asas dan kaidah hukum yang diatur dalam rejim
kan kewenangan daerah otonom dan menganggap belum perlu hukum yang berbeda, karena itu tidak perlu disatukan pengatur-
melaporkan kepada instansi pemerintahan pusat. Dalam hal ini annya dalam satu regulasi. Hukum traktat berakar pada urusan
praktik di Provinsi Aceh telah membedakan antara traktat dan politik luar negeri yang berada di bawah rejim hukum publik,
kontrak. Salah satu cara membedakannya adalah dengan melihat sebagaimana antara lain, diatur dalam UUPI dan UUPD. Sedang-
pada subjek kerja samanya. Jadi, tergantung pada subjeknya. kan hukum kontrak internasional berakar pada urusan transaksi
Apabila para pihak adalah Provinsi Aceh dan negara/daerah di bisnis internasional, yang berada di bawah rejim hukum privat,
luar negeri, berarti tergolong traktat. Dalam hal ini tunduk pada sebagaimana, antara lain, diatur dalam hukum perdata internasi-
hukum publik tentang traktat yang mewajibkan daerah untuk onal, KUH Perdata, dan hukum penanaman modal. Masing-mas-
memberitahukan prakarsa rencana kerja sama tersebut kepada ing rejim hukum tersebut memiliki filosofi dan tujuannya yang
pemerintah pusat. khas, berbeda dengan yang lain.

Berbeda dengan traktat tersebut, untuk kontrak penana- Hal demikian perlu ditekankan karena konsiderans meng-
man modal internasional tidak perlu berpedoman pada Pasal 6 ingat PP Kerja Sama Luar Negeri Aceh hanya merujuk UUPI dan
Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh, yang mewajibkan daer- UUPD, tanpa merujuk pada hukum perdata internasional, KUH
ah untuk menyusun rencana kerja sama dan menyampaikan Perdata, dan UUPM. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi terse-
kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapat pertimbangan but merupakan bagian dari hukum publik, bukan hukum privat.
sebagaimana dijelaskan di atas. Pasal 6 Perpres Kerja Sama Namun, ketika membaca definisi lembaga atau badan di luar
Luar Negeri Daerah tepat untuk diterapkan pada traktat kare- negeri, yang mencakup swasta menimbulkan kesan bahwa reg-
na berada dalam ruang lingkup urusan politik luar negeri, yang ulasi tersebut dipaksakan berlaku melampaui traktat. Di sinilah
kewenangannya ada pada pemerintah pusat. Urusan pemerin- muncul sumber
tahan di bidang politik pada umumnya dan politik luar negeri
pada khususnya memang memerlukan kontrol yang relatif ketat
dari pemerintah pusat sebagai upaya dalam menjaga keutuhan
negara. Hal ini berbeda dengan urusan pemerintahan di bidang
transaksi bisnis internasional yang memiliki karakter penciptaan
iklim yang kondusif terhadap kegiatan ekonomi. Untuk itu diper-
lukan fasilitasi, antara lain, melalui
ketidakjelasan dan inkonsistensi hukum karena ketentuan hukum ekonomi, seperti pada hukum perusahaan dapat
regulasi tersebut tidak sinkron dan harmonis dengan doktrin menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, dis-
yang umum berlaku tentang itu. arankannya bahwa campur tangan pemerintah demikian tidak
perlu diatur dalam hukum perusahaan, tetapi dalam hukum ter-
Dalam hal ini dapat dipedomani doktrin pembagian batas kait yang lain, seperti hukum perburuhan dan ketenagakerjaan,
wilayah atau bidang berlakunya hukum sebagaimana dikemu- hukum persaingan usaha, dan hukum lingkungan. Pendapat de-
kakan Hans Kelsen. Setiap hukum mimiliki batas wilayah atau mikian dapat dianalogikan juga pada hukum penanaman mod-
bidangnya sendiri, yang menentukan batas-batas keberlakuan- al internasional. Hal ini menunjukkan bahwa hukum tertentu
nya. Terdapat empat patokan wilayah atau bidang yang men- memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan hukum lain,
jadi batas berlakunya hukum tertentu, yaitu waktu (temporal karena itu tidak selalu dapat disatukan pengaturannya dalam
sphere, tijdsgebied), tempat (territorial sphere, ruimtegebied), satu macam produk hukum saja. Masing-masing hukum mengi-
subjek (personal sphere, personengebied), dan objek atau ma- kuti sistem hukum tertentu yang pada akhirnya berakar pada
teri muatan (material sphere, zakengebied). Dalam hal ini yang asas hukum yang berbeda. Oleh karena itu, hal ini perlu diatur
relevan dalam pembedaan antara kontrak dengan traktat adalah secara terpisah mengikuti asas hukumnya masing-masing.
pembatasan wilayah atau bidang berlakunya hukum adalah ber-
dasarkan objek atau materi muatan. Objek atau materi muatan Apabila tidak diatur terpisah seperti halnya ketentuan hu-
kontrak adalah transaksi bisnis internasional, sedangkan objek kum yang kini berlaku, dapat menimbulkan kebingungan karena
atau materi muatan traktat adalah politik luar negeri. Oleh kare- ketidakjelasan, baik terhadap ketentuan hukum materiil maupun
na itu, perlu dipisahkan pengaturan dengan menempatkan dalam terhadap ketentuan hukum prosedural. Ketentuan khusus yang
regulasi masing-masing. tidak sesuai tersebut perlu diperbaiki untuk memberikan ke-
pastian hukum dalam penanaman modal internasional. Dengan
Pemuatan kata swasta mengindikasikan adanya maksud demikian harapan hukum dapat menunjang kegiatan ekonomi
untuk memperluas cakupan berlakunya regulasi traktat tersebut dapat diwujudkan.
juga untuk kontrak penanaman modal internasional. Pencampu- Apabila para pihak subjeknya adalah Provinsi Aceh dan
ran demikian dalam konteks hukum ekonomi pada umumnya swasta, dalam hal ini sebagai badan hukum langsung menerus-
dan hukum kontrak penanaman modal internasional pada khu- kan negosiasi dan menindaklanjutinya sampai dengan pen-
susnya dapat membuka pintu bagi campur tangan pemerintah andatanganan kontrak. Provinsi Aceh sebagai daerah otonom
pusat yang berlebihan. Hal demikian dapat menimbulkan pen- memiliki kewenangan untuk mengatur dan melaksanakan sendi-
ciptaan birokrasi yang panjang, peningkatan biaya yang dapat ri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat yang men-
melemahkan daya saing ekonomi negara/daerah, dan penciptaan jadi kewenangannya. Pemberitahuan kepada pemerintah pusat
hambatan terhadap penanaman modal internasional yang meru- baru dilakukan setelah kontrak
gikan daerah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan penguatan daya saing.

Dalam hal ini Theodore Parnall menyatakan bahwa campur


tangan pemerintah yang berlebihan dalam bidang
ditandatangani. Pemberitahuan demikian merupakan dapat menghambat adalah karena kurangnya pemahaman
bagian dari kewenangan pemerintah pusat untuk melakukan pihak lokal, dalam hal ini Provinsi Aceh, tentang objek atau
pembinaan dan pengawasan kepada daerah otonom, meskipun bidang usaha penanaman modal internasional yang sedang di-
dengan tingkat keperluan yang berbeda dengan pada pembua- negosiasikan. Hal ini benar terutama untuk bidang usaha baru
tan traktat. yang sebelumnya tidak berkembang, misal perdagangan karbon
hutan. Dalam hal ini sejak negosiasi awal pihak penanam modal
Di samping prakarsa Pemerintah Aceh tersebut, penanam internasional harus melakukan berbagai upaya untuk menjelas-
modal internasional atas inisiasi sendiri dapat juga melakukan kan tentang objek atau bidang usaha penanaman modal inter-
prakarsa kerja sama dengan mencari informasi dari berbagai nasional baru tersebut berikut filosofi perlindungan lingkungan
sumber untuk menemukan peluang bisnis penanaman modal yang ada di balik transaksi bisnis internasional tersebut.
yang potensial. Dalam hal ini terdapat pepatah “dimana ada gula Ketika para pihak memiliki keinginan untuk melanjutkan
di situ ada semut.” Artinya, tanpa harus melalui kegiatan pro- kerja sama penanaman modal internasional, negosiasi awal
mosi penanaman modal oleh pemerintah daerah pun, penanam ditindaklanjuti. Dan dalam masa ini karena para negosiator
modal internasional yang mengetahui potensi penanaman modal kontrak berasal dari negara yang berbeda, seringkali dilanjut-
internasional dapat memulai penjajakan kerja sama dan berko- kan dengan undangan kunjungan kerja dan kunjungan balasan
munikasi dengan Pemerintah Aceh. Sama halnya dengan Provinsi sebagai bagian dari proses negosiasi tersebut. Cara lain yang
Aceh, pihak penanam modal biasanya tidak hanya melibatkan dilakukan pihak lokal untuk dapat menarik minat penanam
pimpinan atas perusahan tersebut, tetapi juga dengan menunjuk modal internasional adalah dengan menghadiri acara pameran
jajaran pimpinan pada level yang lebih rendah untuk memulai dagang dan penanaman modal internasional di dalam dan di luar
dan/atau menindaklanjuti negosiasi tersebut. negeri dan memberikan berbagai kemudahan di bidang perizin-
an penanaman modal internasional.
Sering juga terjadi negosiasi dilakukan oleh negosiator Apabila telah terdapat kesepakatan tentang hal-hal yang
penghubung yang ditunjuk oleh penanam modal internasional. pokok, supaya tercatat dengan baik para pihak menuangkan hasil
Negosiasi tidak selalu berjalan mudah, kadang kala mengahadapi negosiasi tersebut dalam suatu nota kesepahaman.
hambatan, karena itu tepat apabila ditunjuk negosiator peng-
hubung lokal yang mengetahui banyak tentang aspek budaya 2. Nota Kesepahaman
hukum setempat. Untuk dapat berhasil dalam suatu negosiasi Setelah negosiasi awal, peran Provinsi Aceh berikutnya
penanaman modal internasional hal yang penting untuk dilaku- adalah dalam pembahasan nota kesepahaman. Naskah nota
kan pertamakali adalah membangun kepercayaan. Artinya salah
satu pihak harus percaya terhadap kemampuan pihak yang lain.
Apabila diantara para pihak sudah saling percaya, biasanya nego-
siasi dapat berjalan lebih lancar, karena tidak ada lagi kecurigaan
sebagaimana sebelumnya. Hal lain yang juga dapat
kesepahaman dapat disiapkan oleh salah satu pihak ses- Selesai dibahas bersama tersebut, apabila sudah disepa-
uai kesepakatan para pihak dalam negosiasi. Dalam praktik di kati, nota kesepahaman ditandatangani gubernur atau yang
Provinsi Aceh pada umumnya disiapkan oleh penanam modal mewakilinya dan penanam modal internasional. Dalam struk-
internasional. Dalam hal ini penananam modal internasional tur organisasi perusahaan penanam modal internasional, yang
biasanya menggunakan perancang kontrak dari kantor hukum berwenang menandatangani nata kesepahaman dapat berbeda
terkenal di luar negeri. Hanya sebagian kecil yang dirancang oleh dengan yang berwenang menandatangani kontrak. Yang menan-
perancang kontrak dari kantor hukum di dalam negeri. datangani nota kesepahaman dapat bukan pimpinan tertinggi
seperti halnya pada kontrak, tetapi pimpinan perusahan pada
Pada umunya naskah pertama nota kesepahaman ini dibuat level lebih ke bawah. Penandatangan nota kesepahaman terse-
dalam Bahasa Inggris, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa but dapat terjadi di Indonesia, misal Banda Aceh atau Jakarta,
Indonesia untuk digunakan sebagai dasar bagi Provinsi Aceh da- dan dapat juga dilakukan di luar negeri, seperti Singapura atau
lam menelaah dan melakukan pembahasan antarlembaga daerah Kuala Lumpur.
dengan penanam modal internasional tersebut. Dalam memain-
kan peran ini kendala yang sering ditemukan adalah tingkat Nota kesepahaman merupakan dokumen prakontrak se-
kemampuan berbahasa Inggris, lisan dan tulisan, sebagian yang bagai instrumen untuk mencatat hasil negosiasi. Nota kesepaha-
mewakili lembaga daerah terkait masih rendah. man diperlukan untuk memudahkan para pihak dalam mempe-
domani dan mendokumentasikan hasil negosiasi yang sudah ada.
Kendala bahasa sudah ada sejak negosiasi awal dimulai, Dari segi bentuknya, nota kesepahaman meniru model kontrak.
kemudian dalam pembahasan naskah nota kesepahaman, dan Jadi, dilihat sekilas sama saja dengan kontrak. Dengan demikian
dalam pembahasan kontrak karena menggunakan bahasa Inggris teknik perancangan nota kesepahaman pun relatif sama dengan
sebagai dasar. Sering dijumpai istilah teknis hukum asing, yang pada perancangan kontrak.
padanan kata yang tepat untuk itu belum ditemukan sehingga
menyulitkan dalam memahami dan menapsirkannya. Sementa- Dalam hal ini yang membedakan antara nota kesepahaman
ra naskah terjemahan biasanya dilakukan oleh ahli bahasa yang dan kontrak adalah isinya. Pada umumnya isi nota kesepahaman
bukan ahli hukum sehingga hasil terjemahan terhadap kata asing terbatas pada hal-hal yang diperlukan untuk menjadi pegangan
tersebut kadangkala tidak tepat atau tidak efektif. Dalam hal ini sementara para pihak dalam melanjutkan negosiasi sampai den-
memerlukan pejelasan lebih lanjut dari wakil penanam modal gan pembuatan kontrak. Sambil menunggu kontrak siap, para
internasional. pihak menjadikan isi nota kesepahaman tersebut sebagai pegan-
gan. Nota kesepahaman diperlukan untuk memberikan jaminan
sekedarnya bahwa para pihak bermaksud untuk melanjutkan
negosiasi dan mengambil langkah-langkah persiapan yang diper-
lukan sebelum siap untuk merancang kontrak yang permanen.
Sabaruddin, Kabag. Bantuan Hukum dan Kerja Sama, dan Zulkifli, KaSubBag. Naskah Kerja Sama pada Biro
Hukum Sekretariat Daerah Aceh,Wawancara, 16 Desember 2015.
Bambang Antariksa, mantan Staf Pimpinan pada Badan Pengelolaan Kawasan Ekonsistem Leuser (BPKEL),
kini setelah dibubarkan tugas pokok dan fungsinya melebur ke Dinas Kehutanan Aceh, Wawancara, 10
Isi kontrak perlu lengkap karena dimaksudkan menam-
Desember 2015. pung semua hak dan kewajiban para pihak. Dalam hal
hal ini risiko dan peluang perolehan laba para pihak diatur untuk kontrak dan tidak untuk nota kesepahaman. Hal ini
secara berimbang sesuai asas dan kaidah hukum kontrak. Ber- seperti diatur dalam PP Migas Aceh.
beda dengan nota kesepahaman, isi kontrak dibuat selengkap Oleh karena masih berada pada tahap prakontrak dan isin-
mungkin, kecuali ada alasan tertentu dibiarkan tidak lengkap. ya belum cukup menampung pengaturan hak dan kewajiban para
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendekatan antara sistem pihak, dalam transaksi bisnis internasional nota kesepahaman
hukum civil law dan sistem hukum common law. Dalam sistem pada prinsipnya tidak mengikat, sebagaimana halnya kontrak.
hukum civil law, lazimnya kontrak dibuat relatif tipis, karena Dengan demikian, para pihak belum memiliki cukup dasar untuk
perancang kontrak beranggapan bahwa meskipun tidak secara menggugat atau digugat di pengadilan apabila salah satu pihak
lengkap mengatur semua aspek dari hak dan kewajiban para melakukan pelanggaran ketentuan nota kesepahaman tersebut.
pihak tidak mengapa, karena terdapat kaidah hukum pelengkap Hal ini karena nota kesepahaman belum menimbulkan perikatan
dalam KUH Perdata. Kaidah pelengkap yang disebut juga klau- hukum yang dapat dijadikan dasar dalam mengajukan gugatan
sula naturalia tersebut otomatis berlaku terhadap kontrak yang perdata. Perikatan yang ada masih bersifat moral yang umum
dibuat ketika para pihak tidak mengaturnya sendiri. Dalam hal atau abstrak tersebut. Dengan demikian belum dapat digunakan
ini sistem hukum telah menyediakan instrumen cadangan, yang untuk tujuan kepastian hukum sebagaimana halnya pada suatu
secara otomatis berlaku ketika para pihak diam. Sebaliknya, da- kontrak.
lam sistem hukum common law, karena pada umumnya tidak Meskipun begitu, untuk menilai kekuatan hukum suatu
tersedia instrumen cadangan demikian, para pihak perlu menga- nota kesepahaman tidak cukup dengan melihat judul atau jumlah
tur sedetil mungkin sehingga menghasilkan kontrak yang tebal halamanya saja. Yang lebih penting adalah isinya. Artinya, meski-
atau lengkap. pun nama atau judulnya nota kesepahaman, belum tentu isinya
Dalam kontrak penanaman modal internasional kedua mencerminkan sebagai suatu ikatan sementara yang bersifat
sistem hukum tersebut dapat bertemu, yang menyebabkan ter- moral diantara para pihak. Sering terdapat juga nota kesepa-
jadinya konvergensi, baik mengenai bentuk maupun mengenai haman yang isinya sudah lengkap seperti halnya suatu kontrak.
is kontrak. Akibatnya, dalam praktik timbul disparitas mengenai Misal dalam nota kesepahaman tersebut telah mengatur tentang
bentuk dan isi kontrak penanaman modal internasional. Ada wanptrestasi yang memberikan hak kepada pihak lain untuk
yang cenderung pada salah satu model dari sistem hukum terse- menggugat, keadaan memaksa, kedaan sulit, dan perubahan
but, ada pula yang mengabungkan kedua model tersebut. Jadi, keadaan atau tentang pilihan hukum, pilihan forum dan penyele-
belum terdapat keseragaman, baik mengenai bentuk maupun saian sengketa yang detil.
mengenai isi. Dengan isi yang lengkap dan menyeluruh demikian
Walaupun demikian, khusus untuk kontrak penanaman mengindikasikan bahwa meskipun nama atau judulnya nota
modal internasional tertentu, misal minyak dan gas bumi, beber- kesepahaman, tetapi isinya sudah merupakan kontrak. Dalam
apa negara telah mengatur isi minimum kontrak tersebut. Pen- hal demikian nota kesepahaman demikian haruslah dipandang
gaturan demikian bersifat memaksa sehingga para pihak harus sebagai kontrak, bukan lagi sebagai nota kesepahaman. Artinya
tunduk padanya. Pada umumnya ketentuan minimum tentang isi secara hukum telah menimbulkan perikatan.
tersebut berlaku hanya untuk
Untuk memberikan kejelasan dan pegangan kepada para kesepahaman ditentukan ruang lingkup bidang yang
pihak tentang status nota kesepahaman tersebut, sebaiknya ada dilakukan uji tuntas.
klausula khusus dalam nota kesepahaman tentang status nota Uji tuntas merupakan kegiatan intelektual dan sekaligus
kesepahaman tersebut. Dalam hal ini perlu diatur secara eksplisit kegiatan profesional, yang dilakukan oleh ahli di bidangnya. Mis-
dengan menyebutkan bahwa nota kesapahaman tersebut secara al untuk bidang hukum uji tuntas hukum (legal due diligence/
hukum tidak mengikat. Hal lain yang juga perlu diatur karena LDD) dilakukan oleh ahli dan/atau praktisi hukum dalam bidang
dapat merugikan negara/daerah adalah pembatasan masa ber- hukum yang diperlukan. Demikian juga untuk uji tuntas di bidang
lakunya nota kesepahaman. keuangan (financial due diligence/FDD) dilakukan oleh ahli dan/
Secara umum nota kesepahaman hanya mengatur hak dan atau praktisi keuangan dalam bidang yang diperlukan. Ahli dan/
kewajiban pokok para pihak dalam masa prakontrak sesuai den- atau praktisi tersebut memberikan pendapat berdasarkan keah-
gan kesepakatan pada tahapan negosiasi awal. Salah satu klau- lian akademik dan/atau profesional yang dimilikinya dalam
sula khas dalam nota kesepahaman tersebut, yang memerlukan bidang tersebut.
tindaklanjut sebelum naskah kontrak dirancang adalah klausula LDD dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) jenis. Perta-
uji tuntas/studi kelayakan. Kelanjutan kerja sama berdasarkan ma, LDD penuh (full legal due diligence), yang melaksanakan uji
nota kesepahaman tersebut tergantung pada temuan dalam uji tuntas terhadap semua aspek pada suatu organisasi atau peru-
tuntas/studi kelayakan tersebut. sahaan. Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian dan penulisan
hukum dengan menganalisis berbagai bahan hukum terkait or-
3. Uji Tuntas/Studi Kelayakan ganisasi atau perusahaan tersebut secara lengkap.
Untuk organisasi perusahaan bahan hukum dan nonhukum
Provinsi Aceh berperan dalam kegiatan uji tuntas/studi yang diperlukan dalam penelitian dan penulisan hukum LDD
kelayakan terhadap perusahaan dan/atau transaksi bisnis penuh ini meliputi, terutama anggaran dasar dan perubahann-
internasional yang menjadi objek atau bidang usaha penanaman ya, permodalan dan struktur saham, organ (RUPS, direksi, dan
modal internasional. Uji tuntas merupakan kegiatan penelitian komisaris), perizinan, kekayaan yang dimiliki, pertanggungan,
atau pemeriksaan yang mendetil terhadap suatu organisasi atau perburuhan dan ketenagakerjaan, kontrak yang ditandatangani
transaksi bisnis berikut dokumen yang menyertainya, antara dan rancangan kontrak yang dalam proses, dan kasus hukum ter-
lain, dari aspek hukum. kait. Dalam kaitannya dengan uji tuntas penuh terhadap BUMA
Uji tuntas (due digence) lazimnya dilakukan untuk di Provinsi Aceh diperlukan dokumen meliputi akta pendiirian
mengimplementasikan klausula tentang itu dalam isi nota BUMA beserta perubahannya, dokumen hukum DPRA tentang
kesepahaman. Dalam nota kesepahaman ditentukan siapa yang pendirian, penyertaan modal, dan penyetoran modal, perizinan
berkewajiban melaksanakan dan menanggung biaya pelaksa- terkait yang dimiliki, status kepemilikan kekayaan BUMA, teruta-
naan uji tuntas tersebut. Demikian juga dalam nota ma benda tetap seperti tanah dan gedung (HGB, HGU, hak pakai

ST Laksanto Utomo, Pemeriksaan dari Segi Hukum atau Due Diligence, Bandung, PT Alumni, 2008,
hlm. 11 dan 12.
“A close examination, particularly in legal sense, of a transaction and its related documents” Peter E. Nygh
and Peter Butt, Op. Cit., hlm. 139.
dan sebagainya), kontrak yang dibuat, gugatan dan tuntut- dihadapi oleh penanam modal internasional apabila PT
an hukum, serta pembukaan BUMA tersebut. patungan didirikan dalam bentuk PT NonPMA-PMDN (PT non-
Kedua, LDD terbatas (limited legal due diligence), yang fasilitas), pertimbangan hukum apa saja yang diperlukan da-
melaksanakan uji tuntas terbatas hanya pada aspek tertentu saja lam pengalihan saham PT patungan kepada BUMA, bagaimana
dari suatu organisasi perusahaan/pemerintahan. LDD terbatas kedudukan pemegang saham minoritas dalam hukum perusa-
menjawab satu atau beberapa pertanyaan tertentu tentang suatu haan di Indonesia, dan bagaimana kewenangan Provinsi Aceh
kegiatan tertentu dari organisasi perusahaan/pemerintahan. dalam pengelolaan sumber daya alam hutan di KEL.
Misal dalam rangka kontrak penanaman modal interna- Dalam praktik di Provinsi Aceh LDD biasanya dilakukan
sional perdagangan karbon hutan Kawasan Ekosistem Leuser oleh petugas atau tim internal pada Biro Hukum. Hasil dari LDD,
(KEL) terdapat beberapa memorandum hukum/pendapat hu- tergantung skala dan tingkat kompleksitas kontrak penanaman
kum dalam yang dihasilkan dalam bentuk LDD terbatas tersebut. modal internasional, dapat berupa hasil telaahan staf tentang
Beberapa pertanyaan yang diberikan jawaban melalui penelitian naskah nota kesepahaman yang telah diperbaiki sesuai dengan
dan penulisan hukum tersebut meliputi bagaimana implikasi peraturan perundang-undangan dan bahasa hukum. Selain itu,
ketentuan hukum tentang larangan paraktik monopoli dan per- dapat juga berupa hasil telaahan staf yang berisi penjelasan ten-
saingan usaha tidak sehat terhadap rencana kerja sama penana- tang pokok-pokok permasalahan hukum yang ada sebagaimana
man modal internasional pada KEL. diuraikan sebelumnya.
Pertanyaan dalam LDD terbatas yang lain apakah bidang Melihat isinya telaahan staf tersebut memiliki pokok-pokok
usaha BUMA memungkinkan diperluas sehingga memenuhi isi yang mirip karena itu secara materiel termasuk dalam pen-
persyaratan untuk menjadi pemegang saham pada perusahaan gertian memorandum hukum/pendapat hukum (legal memo-
patungan yang dirikan, BUMA manakah yang paling layak men- randum/legal opinion) tersebut. Istilah legal memorandum (LM)
jadi pemegang saham pada perusahaan patungan yang didi- digunakan sebagai instrumen komunikasi internal kantor, se-
rikan, bagaimana komposisi modal awal dan pembagian laba dangkan istilah legal opinion (LO) digunakan sebagai instrumen
masing-masing BUMA, dalam perbandingannya satu sama lain, komunikasi eksternal dengan pihak luar kantor.
bagaimana prosedur penggantian direksi BUMA, apakah angga- Pelaksanaan uji tuntas membutuhkan biaya. Untuk itu,
ran dasar PT usaha patungan yang didirikan berkaitan dengan dalam nota kesepahaman perlu diatur siapa yang menanggung
pengambilan putusan bertentangan dengan isi perjanjian kerja biaya tersebut. Biaya tersebut dapat dibebankan kepada kedua
sama antara Provinsi Aceh dan penanam modal internasional. belah pihak secara proporsional atau dibebankan kepada salah
Pertanyaan lain terkait ketentuan hukum penanaman mod- satu pihak sesuai kesepakatan. Sering juga dalam nota kesepa-
al dan hukum perusahaan meliputi apa saja fasilitas penanaman haman diatur bahwa masing-masing pihak menanggung biaya
modal yang tidak dapat diperoleh apabila PT patungan yang di- uji tuntas yang dilakukannya. Dalam hal ini kedua belah pihak
dirikan dalam bentuk PT NonPMA-PMDN (PT nonfasilitas), apa ikut dalam uji
saja risiko hukum yang mungkin

Sabaruddin dan Zulkifli, Loc. Cit.


Ibid.
tuntas tersebut dan pihak yang satu tidak membayar pihak Dalam rangka pengembangan industri peternakan sapi
yang lain karena merupakan kewajibannya sendiri. terjawab lokasi mana yang lebih cocok untuk penanaman rum-
Hal demikian dapat terjadi misal dalam suatu kontrak put, pembibitan, penggemukan, dan sebagainya. Demikian juga
penanaman modal internasional lazimnya dibutuhkan uji tuntas, terjawab pertanyaan tentang berapa luas lahan yang diperlukan
baik yang dilakukan pihak ahli berstandar internasional maupun pada setiap bagian wilayah tersebut, status lahan dengan mas-
yang dilakukan oleh ahli setempat yang menguasai hukum nasi- ing-masing peruntukannya, jumlah ternak sapi yang diperlukan
onal/daerah tersebut. Masing-masing melakukan sendiri-sendiri untuk pembibitan dan penggemukan, perkiraan persentase laba
dengan biaya sendiri dan hasilnya dapat digunakan untuk meli- (return of investment/RoI) yang diperoleh, dan jangka waktu
hat perbandingan dalam rangka pengambilan putusan yang lebih pengembalian modalnya.
tepat. Hasil uji tuntas/studi kelayakan diperlukan para pihak
Uji tuntas yang dilakukan tidak terbatas dalam bentuk LDD dalam pengambilan putusan tentang kelanjutan kegiatan kerja
dan FDD tersebut. Namun, sesuai kebutuhan dapat juga meliputi sama yang direncanakan. Atas dasar laporan hasil uji tuntas/
bidang sosial ekonomi yang lebih luas dengan melibatkan ahli di studi kelayakan ini pimpinan masing-masing pihak mengambil
bidangnya masing-masing, bahkan terdapat kajian interdisiplin- putusan bisnis tentang perlu tidaknya melakukan langkah-lang-
er/multidisipliner yang melibatkan ahli dari berbagai bidang ter- kah lebih lanjut. Namun, hasil uji tuntas/studi kelayakan bukan
kait. Uji tuntas demikian secara umum tergolong ke dalam istilah merupakan satu-satunya instrumen yang dipakai dalam pengam-
generik studi kelayakan (feasibility study). bilan putusan. Seringkali ada faktor lain, yang dalam praktik juga
Sesuai namanya studi kelayakan diperlukan untuk menilai menentukan. Meskipun faktor tersebut bersifat informal karena
tingkat kelayakan suatu kegiatan penanaman modal internasion- itu tidak tercatat atau tidak terlaporkan secara resmi. Dalam hal
al dari berbagai aspek yang dibutuhkan tersebut. Studi kelayakan ini termasuk faktor psikologis yang ikut memberikan kontribusi
ini sesuai kebutuhan dapat juga dilakukan dalam bidang teknik, terhadap keyakinan pengambil putusan.
misal untuk menghasilkan desain rekayasa mendetil (detail engi- Hal tersirat ini misal berkaitan dengan situasi politik dan
neering desain/DED). Bentuk lain studi kelayakan adalah anal- keamanan di Provinsi Aceh, yang sering dipandang kurang, bah-
isisdampak lingkungan (ANDAL), yang bermaksud mengukur kan tidak kondusif dibandingkan dengan kebanyakan daerah lain
pengaruh suatu kegiatan/usaha tertentu terhadap lingkungan, di Indonesia dan juga dengan beberapa negara tetangga.
baik fisik maupun sosial. Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi pengam-
Dengan studi kelayakan diharapkan dapat menjawab be- bilan putusan penanaman modal internasional oleh para pena-
barapa pertanyaan yang diperlukan para pihak. Misal sebuah nam modal internasional. Salah satu yang penting untuk Provinsi
studi kelayakan yang dilakukan BAINPROM Aceh untuk Proyek Aceh adalah apa yang disebut risiko negara/daerah (country
Pengembangan Industri Peternakan Aceh Besar menghasilkan risks). Menurut Ida Bagus Rahmadi Supancana, risiko negara/
laporan studi kelayakan yang berisi lokasi yang tepat untuk ba- daerah ini adalah terkait stabilitas politik dan keamanan di lokasi
gian kegiatan tertentu kegiatan industri perikanan tersebut da- kegiatan penanaman modal internasional tersebut. Faktor stabil-
lam suatu wilayah dan kegiatan yang lebih besar. itas politik dan keamanan

BAINPROM Aceh, Op. Cit., hlm. 110-111.


ini meliputi hal-hal yang sulit diprediksi kepastiannya, internasional di Provinsi Aceh, pada semua level, masih
seperti pemberontakan, perlawanan kelompok tertentu terha- kurang.
dap pemerintah yang berkuasa, hubungan yang tidak harmonis Selain itu, juga terkesan tidak adanya keberlanjutan yang
antara pusat dan daerah atau internal daerah itu sendiri, dan sinergis dalam suksesi pemerintahan Provinsi Aceh dari masa ke
berbagai ganguan keamanan lain pada umumnya. masa. Dalam hal ini pimpinan yang membawa program pemer-
Banyak calon penanam modal internasional karena mera- intahan baru cenderung mengabaikan kelanjutan pelaksanaan
sa tidak aman dan nyaman untuk menanamkan modalnya di program dari pemimpin sebelumnya, apalagi pemimpin baru
Provinsi Aceh memutuskan untuk tidak melanjutkan atau pindah memiliki haluan politik yang berbeda dengan pendahulunya.
ke lokasi lain di luar Provinsi Aceh, pascapenandatanganan nota Akibatnya beberapa nota kesepahaman dan kontrak penanaman
kesepahaman/kontrak. Dalam hal ini, tampaknya penanam mod- modal internasional yang secara bisnis dipandang layak, namun
al internasional belum sepenuhnya dapat berpegang pada pada tidak dapat diteruskan sehingga menjadi sia-sia. Kecenderungan
hasil uji/studi yang telah dilakukan. demikian perlu diminimalisasikan untuk mencegah timbulnya
Demikian juga tidak sepenuhnya percaya pada ungkapan kesan negatif tentang iklim penanaman modal di Provinsi Aceh
klise pihak yang bertanggungjawab dalam bidang keamanan, yang tidak kondusif dan mencagah kerugian waktu, tenaga, dan
yang menyatakan bahwa kondisi dan situasi keamanan di Aceh biaya yang sebelumnya telah banyak dihabiskan.
kini berstatus aman dan terkendali. Dengan demikian faktor Kesan umum penanam modal internasional tentang situ-
stabilitas politik dan keamanan merupakan salah satu elemen asi kondisi daerah juga penting dalam pengambilan putusan.
penting dalam pengertian risiko negara/daerah, yang mengham- Penanam modal internasional dalam hal ini dapat memperoleh
bat penanaman modal internasional di Provinsi Aceh. informasi dari penanam modal internasional lain yang telah lebih
Hal lain yang juga penting adalah lemahnya jiwa dan se- dahulu menanamkan modalnya di Provinsi Aceh. Sebagaimana
mangat kewirausahaan pada para pimpinan instansi terkait pada dijelaskan meskipun hasil uji tuntas/studi kelayakan baik, na-
Pemerintahan Aceh. Tingkat keseriusan pimpinan instansi ter- mun penanam modal internasional melihat situasi kondisi Aceh
kait dalam pengembangan penanaman modal kini terkait penanaman modal internasional terasa kurang kon-
dusif. Hal ini dapat dilihat, antara lain dari adanya permasalahan
yang dihadapi beberapa perusahaan penanam modal intrenasi-
onal yang sedang aktif beroperasi. Permasalahan tersebut ban-
yak yang terkait birokrasi pemerintahan di bidang perizinan dan
ketidakpastian hukum tentang tanah/lahan.
Selain risiko negara/daerah, faktor lain yang mempengaruhi adalah birokrasi pemerintahan yang panjang,
kepastian hukum, hambatan dalam pengalihan teknologi, perlindungan penanaman modal, perburuhan dan
ketenagakerjaan, ketersediaan infrastruktur, dukungan sumber daya alam, kemudahan pemasaran, kemu-
dahan perpajakan, dan efektivitas dalam penyelesaian sengketa, Ida Bagus Rahmadi Supancana, Kerangka
Hukum dan Kebijakan Investasi di Indonesia, Cet. Ke-1, Bogor, Ghalia Indonesia, 2006, hlm. 4-9.
Syamsidar, Kepala Bagian Pembinaan Kerja Sama, dan Azwari, KaSubbag Investasi Biro Perekonomian, Sek- T. Said Mustafa, mantan Asisten II Bidang Keistimewaan Aceh, Pembangunan dan Ekonomi dan Nasruddin
retariat Daerah Aceh, Wawancara, 4 Desember 2015. Daud, mantan Direktur Utama PDPA, Wawancara, 9 Desember 2015.
T. Said Mustafa dan Nasruddin Daud, Ibid.
Contoh yang terjadi adalah masa perolehan izin yang ber- 4. Negosiasi Lanjutan/Akhir
larut-larut karena ketidakjelasan dalam kewenangan perizinan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan penyelesa-
Hasil uji tuntas/studi kelayakan menjadi bahan penting
ian konflik lahan antara perusahaan penanaman modal interna-
dalam pengambilan putusan internal masing-masing pihak dan
sional dan masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman modal
digunakan dalam proses negosiasi lanjutan sampai dengan nego-
tersebut, yang hingga kini belum tuntas.
siasi akhir, sebelum naskah kontrak permanen dirancang dan
Hal tersebut, antara lain, dialami 2(dua) PMA agribisnis
ditandatangani. Dalam masa ini terbuka kemungkinan untuk
kehutanan di Kabupaten Aceh Utara, yaitu PT Mandum Payah
membicarakan lebih lanjut tentang kelanjutan dan persyaratan
Tamita dan PT Rencong Pulp and Paper Industry. Kedua peru-
yang diperlukan dalam kegiatan penanaman modal internasi-
sahaan penanaman modal internasional ini mengalami berbagai
onal berdasarkan temuan atau hasil uji tuntas/studi kelayakan
hambatan terkait perizinan dan penguasaan lahan dalam rangka
tersebut.
penanaman modal internasional di Provinsi Aceh.
Pada langkah ini pun sama hanya dengan sebelumnya,
Walaupun demikian, penyebab kegagalan atau ketidak-
para pihak dapat membicarakan kembali keseluruhan rencana
berlanjuatan kerja sama penanaman modal internasional dapat
kerja sama tersebut. Pembicaraan dapat dimulai secara internal
juga karena kelemahan pada penanam modal itu sendiri. Hal ini
masing-masing, yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
karena ada beberapa penanam modal yang bernegosiasi, bahkan
antarlembaga daerah atau sebaliknya. Tergantung kebutuhan,
telah menandatangani nota kesepahaman atau kontrak pena-
sebagaimana di Provinsi Aceh, meskipun jarang kadangkala pada
naman modal internasional ternyata tidak dapat meneruskan
masa negosiasi lanjutan ini melibatkan juga DPRA.
karena ketidaktersediaan dana yang cukup untuk melakukan ke-
Apabila dilibatkan pada masa ini, hasil uji tuntas/studi
giatan penanaman modal tersebut. Ada perusahaan yang hanya
kelayakan dipresentasikan kepada pimpinan dan/atau anggota
sebagai broker dan sebagian lagi ada yang mengantungkan pem-
DPRA untuk menerima masukan awal sebelum mendapatkan
biayaan kegiatan tersebut pada perkembangan situasi penjualan
persetujuan. Oleh karena belum adanya regulasi khusus yang
saham perusahan tertentu di pasar modal internasional. Dalam
mengatur tentang kontrak penanaman modal internasional,
hal ini Provinsi Aceh perlu lebih teliti dalam menilai itikad baik,
tentang perlunya keterlibatan DPRA ini belum begitu jelas dalam
bonafiditas dan referensi subjek, yaitu perusahaan penanam
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, dalam praktik
modal internasional yang berencana menanamkan modalnya di
sering tidak dilibatkan, kecuali untuk traktat. Hal demikian se-
Provinsi Aceh. Atas dasar hasil uji tuntas/studi kelayakan para
jalan dengan rasio dalam putusan MK yang menegaskan kembali
pihak dapat mengadakan negosiasi lanjutan sebelum pembua-
bahwa terdapat perbedaan pengertian antara traktat dan kon-
tan kontrak.
trak penanaman modal internasional, dan untuk perancangan
kontrak penanaman modal internasional, pemerintah pusat ti-
dak memerlukan persetujuan DPR RI.
Husaini Syamaun, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Aceh, Wawancara, 15 Desember 2015.
Muslim A. Djalil, Loc. Cit. Putusan MKRI Nomor 36/PUU-X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi.
Sebagai perbandingan PP Kerja Sama Luar Negeri Aceh Jadi, asas keseimbangan berlaku sejak masa prakontrak
mensyaratkan adanya persetujuan DPRA sebelum Provinsi dan seterusnya. Demikian juga asas itikad baik. Walaupun dalam
Aceh menyampaikan rencana kerja sama kepada menteri untuk KUH Perdata disebutkan bahwa asas itikad baik berlaku dalam
mendapatkan pertimbangan. Kemungkinan karena dimaksud- masa pelaksanaan kontrak, tetapi perlu ditapsirkan luas meliputi
kan hanya berlaku untuk traktat, sebagai bagian dari urusan poli- juga masa prakontrak sesuai dengan perkembangan hukum di
tik luar negeri, yang memerlukan kontrol lebih besar, pembuat berbagai negara, sebagaimana juga diatur UPICC. UPICC di samp-
Perpres tersebut tidak mengatur secara jelas tentang skala kerja ing mengatur asas itikad baik dan kepatutan, juga secara khusus
sama. Dengan demikian semua traktat, tanpa menilai besaran mengatur asas larangan negosiasi dengan itikad buruk.
skalanya harus mengikuti prosedur yang sama. Demikian juga asas ketidakadilan yang berkembang dalam
Pengaturan yang jelas tentang besaran skala atau nilai sistem hukum common law, di samping mengenal ketidakadilan
transaksi penting dalam pengaturan kontrak penanaman modal substantif juga mengenal ketidakadilan prosedural. Apabila
internasional. Meskipun kontroversial dalam pandangan ahli, ketidakadilan substantif berkaitan dengan pengaturan hak dan
regulasi yang mengatur tentang skala besaran nilai transaksi kewajiban para pihak dalam kontrak, ketidakadilan prosedur-
terdapat dalam Pasal 9 PP Tata Cara Kerja Sama Daerah, yang al berkaitan dengan proses terbentuknya kontrak, yaitu pada
tidak berlaku lintas negara, menetapkan bahwa rencana kerja masa prakontrak. Hal yang sama juga berlaku dalam asas pro-
sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus porsionalitas. Dalam hal ini, yang dipentingkan justeru keadilan
mendapatkan persetujuan DPRD. Kelemahan komponen sub- prosedural, yang menilai proses pembentukan kontrak yang ha-
stansi hukum ini perlu diperbaiki. rus proporsional, daripada pembagian hasil yang proporsional.
Dalam kaitannya dengan asas yang mengarah pada Apabila terjadi pelanggaran asas yang mengarah pada
keadilan sebagaimana dibahas pada Bab II sebelumnya, suatu keadilan pada masa prakontrak dapat menimbulkan tanggung
hal yang penting diketahui bahwa pada tahap prakontrak ini pun gugat hukum. Tanggung gugat hukum demikian dinamakan tang-
asas tersebut sudah belaku. Asas yang mengarah pada keadilan gung gugat prakontrak (precontractual liability). Misal salah satu
tidak hanya belaku pada masa kontrak dan pascakontrak, tetapi pihak tidak memberikan informasi yang diperlukan pihak lain se-
juga pada masa prakontrak. Dengan demikian para pihak sudah cara benar dan cukup, atau tetap melanjutkan negosiasi padahal
harus menjabarkan atau menerapkan asas tersebut dalam masa sudah tidak berkeinginan untuk bekerja sama karena sudah ada
prakontrak ini, mulai dari negosiasi awal, perancangan nota kes- mitra pengganti, atau ada pihak yang sudah mengeluarkan biaya
epahaman, uji tuntas, sampai dengan negosiasi akhir. ketika memasuki tahap negosiasi akhir. Dalam hal demikian, pi-
hak yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan ganti rugi
prakontrak, meskipun kontrak penanaman modal internasional
tersebut belum ditandatangani para pihak tersebut.
Pasal 6 ayat (2) Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh.
Setelah negosiasi berakhir dan para pihak berkeinginan
Sayid Fadhil, Op. Cit., hlm. 21-22. untuk menindaklanjuti kegiatan penanaman modal internasion-
Penjelasan Pasal 9 PP Tata Cara Kerja Sama Daerah menegaskan bahwa”Yang dimaksud dengan “membe-
bani daerah” adalah biaya kerja sama berasal dari” APBD. Sedangkan yang dimaksud dengan membebani al, mereka harus memasuki tahap
masyarakat adalah “akibat dilakukan kerja sama, masyarakat dikenai kewajiban untuk membayar sejumlah
uang atau dalam bentuk lain.”
tahap rancangan. Dalam hal ini perlu adanya penegasan internasional tersebut. Jadi, informasi yang diperlukan
tentang siapa pelaksana perancangan kontrak dan siapa yang tidak hanya bersifat tekstual hukum, tetapi juga kontekstual
membayar segala biaya yang diperlukan untuk itu. Dalam hal ini bidang usaha penanaman modal tersebut. Bahan tekstual terse-
sering disepakati bahwa masing-masing pihak mengeluarkan bi- but dapat diperoleh dari perpustakaan, jaringan informasi In-
aya untuk kegiatan masing-masing dalam penyiapan rancangan ternet dan dokumen prakontrak. Sedangkan bahan kontekstual
kontrak tersebut. artinya ditanggung kedua belah pihak secara dapat meliputi pengetahuan tentang objek transaksi tersebut,
internal untuk kegiatan masing-masing sehingga pihak yang satu seperti bisnisagro, energi dan infra struktur, pariwisata, teknolo-
tidak dapat menuntut pada pihak yang lain pemenuhan pemba- gi multimedia, dan sebagainya, tergantung bidang usaha penana-
yaran biaya yang timbul dalam penyiapan rancangan kontrak man modal tertentu.
tersebut. Biaya dimaksud termasuk pembayaran honorarium Wawancara dengan klien untuk mengetahui fakta dan ke-
atau fee untuk perancang kontrak. hendak serta kebutuhan para pihak yang sesungguhnya harus
sudah dimulai sebelum melakukan penelitian hukum dan objek
bisnis tersebut. Informasi yang diperlukan dapat juga diperoleh
B. Rancangan melalui keikutsertaan perancang kontrak dalam tahapan praran-
cangan, yaitu negosiasi, pembahasan nota kesepahaman, dan uji
1. Naskah Awal Kontrak tuntas/studi kelayakan sebagaimana diuraikan di atas.
Setelah itu, perancang pertamakali membuat kerangka
Langkah pertama pada tahap rancangan kontrak ini adalah kontrak. Dalam hal ini selain catatan dan daftar identifikasi
mencari dan menemukan segala informasi yang diperlukan un- masalah hasil wawancara dan penelitian hukum, juga dapat
tuk merancang kontrak tersebut. Informasi tersebut dapat beru- dipedomani buku tentang bentuk kontrak (forms books), atau
pa bahan hukum dan bahan nonhukum. contoh/model kontrak yang ada. Untuk bidang kontrak tertentu,
Dengan demikian perancang kontrak harus menguasai seperti minyak dan gas kadangkala terdapat kaidah hukum pub-
baik fakta maupun hukum. Informasi mengenai fakta dan hu- lik tentang syarat minimum isi kontrak yang harus dipenuhi.
kum tersebut dapat dipeoleh melalui wawancara dan penelitian Dalah hal ini, perancang kontrak perlu berpedoman pada daftar
hukum. Jadi, idealnya sebelum mulai menyiapkan naskah awal klausula minimum tersebut.
kontrak, perancang terlebih dahulu melakukan wawancara den- Atas dasar kerangka tersebut, kemudian perancang kon-
gan klien dan penelitian hukum, sebagai bagian dari pekerjaan trak menulis naskah awal kontrak. Dalam penulisan naskah awal
profesional seaorang ahli hukum yang bertindak selaku peran- ini faktor penguasaan bahasa hukum menjadi penting untuk ke-
cang kontrak. berhasilannya. Sebagai pedoman Scott J. Burnman merekomen-
Dalam penelitian hukum tersebut perancang kontrak dasikan beberapa langkahuntuk dapat menghasilkan suatu kon-
sama halnya dengan pada uji tuntas/studi kelayakan tidak ha- trak dengan bahasa lugas.
nya melakukan pengumpulan data kepustakaan hukum untuk Pertama, mengetahui hukum berdasarkan perubahan
mencari dan menemukan bahan hukum primer, sekunder, dan terakhir. Kedua, mengidentifikasikan masalah dengan membuat-
tersier, tetapi juga pengumpulan bahan nonhukum berupa data check list. Ketiga, membuat kerangka yang logis dan sistematis.
kepustakaan ilmu lain, terkait langsung dengan objek pengatur- Keempat, membaca kembali untuk menilai
an kontrak penanaman modal internasional atau bidang usaha
transaksi bisnis
kebaikan dan kebenaran bahasakontrak. Kelima, memper- pihak penanam modal internasional menaggung risiko
baiki desain keseluruhan dokumen (style). Keenam, membuat penanaman modal yang lebih besar daripada daerah. Oleh kare-
kontrak tersebut terlihat baik dengan sistematika yang logis. na itu, apabila diukur berdasarkan asas itikat baik atau asas pro-
Dalam praktik di Provinsi Aceh pada umumnya penulisan porsionalitas sudah sesuai. Dengan kata lain, hal demikian adalah
naskah awal dilakukan penanam modal internasional. Dalam hal wajar dan patut atau proporsional.
ini penanamam modal internasional menfaatkan jasa kantor hu- Secara umum kontrak internasional, termasuk kontrak
kum (law firms) internasional, termasuk yang ada di Indonesia. penanaman modal internasional memiliki kerangka yang sama,
Misal dalam rangka pengelolaan minyak dan gas bumi di Wilayah meliputi judul, kata pembuka, para pihak, pertimbangan (recit-
Pase, yang membutuhkan naskah perjanjian usaha patungan als), isi, kata penutup dan tanda tangan. Namun, variasi terdapat
dengan para pihak PDPA dan Triangle Energy (Global) Limited, pada bagian isi.
Australia, pihak yang menyiapkan naskah awal kontrak bukan Terdapat perbedaan kecenderungan antara perancang
PDPA, tetapi penanam modal internasional tersebut. kontrak luar negeri yang berasal dari negara dengan sistem
Dalam hal ini meskipun, para pihak sudah sama-sama hukum common law dan perancang kontrak dalam negeri Indo-
memiliki tenaga ahli hukum dan/atau perancang kontrak, yang nesia dengan sistem hukum civil law dalam merancang bagian
sudah dilibatkan dari tahapan prakontrak, namun disepakati isi kerangka kontrak tersebut. Pada bagian isi inilah komponen
yang bertugas menulis naskah awal adalah pihak penanam modal budaya hukum berperan. Perbedaan dalam perumusan bagian isi
internasional tersebut. Dalam hal ini penanam modal internasi- kerangka kontrak tersebut dilatarbelakangi perbedaan sejarah
onal menggunakan jasa sebuah kantor hukum besar di Jakarta. hukum, kebiasaan, dan pengalaman masing-masing perancang
Perjanjian usaha patungan tersebut dilakukan sehubungan den- kontrak tersebut.
gan adanya perubahan hukum lama ke hukum baru berdasarkan Perancang kontrak luar negeri cenderung memasukkan
UUPA tentang kewenangan pengelolaan minyak dan gas Aceh, klausula yang umum di negara-negara common law tersebut,
yang memberikan Aceh hak pengelolaan bersama dengan pusat. yang menginginkan isi kontrak dimuat selengkap mungkin, un-
Apabila dinilai berdasarkan asas keseimbangan dalam arti tuk memaksimalkan perlindungan kepentingan penanam modal
sempit, penyerahan tugas kepada pihak penanam modal interna- internasional terhadap pengembalian modal dan perolehan laba
sional dapat bertentangan. Hal ini karena pihak yang merancang yang wajar. Sedangkan perancang kontrak dalam negeri mengi-
cenderung untuk lebih besar menampung kepentingannya dari- kuti tradisi di negara dengan sistem hukum civil law bahwa,
pada kepentingan pihak lain. Namun, hal demikizn lazim terjadi karena telah ada kaidah mengatur isi kontrak relatif tidak terlalu
dalam praktek, dengan alasan pihak lengkap, bahkan banyak yang tipis. Namun yang penting apabila
terdapat kaidah hukum publik yang memaksa, hal tersebut harus
ditampung supaya kontrak formal tersebut sah dalam pandangan
hukum.
Scott J. Burnham, Drafting Contract, Charlottesville, Virginia, The Michie Company Law Publishers,
1987, hlm. 205.
Perancang kontrak luar negeri melengkapi bagian isi
M. Nur Rasyid, Ahli hukum yang mewakili Provinsi Aceh/PDPA dalam perancangan kontrak usaha patun- kerangka kontrak sedemikian rupa sehingga menjadi relatif
gan internasional pengelolaan minyak dan gas bumi wilayak kerja blok Pase, Wawancara, 16 Juni 2015.
lengkap dan tebal. Bagian isi tersebut meliputi klausula definisi,
klausula pokok, klausula syarat tangguh, kalusula
pernyatan dan jaminan, klausula melakukan dan tidak pengembangan masyarakat, dan pengutamaan pengunaan
melakukan, klausula kegagalan, wanprestasi, keadaan memaksa, tenaga kerja Indonesia.
keadaan sulit, dan perubahan keadaan, klausula penyelesaian Pada bagian isi kontrak penanaman modal internasional
sengketa, dan klausula umum yang standar. Klausula umum yang inilah perbedaan antara kontrak internasional pada umumnya
standar sendiri, memasukkan ke dalamnya beberapa klausula dan kontrak kontrak penanaman modal internasional pada khu-
yang umum digunakan hampir pada semua kontrak internasi- susnya dapat terlihat lebih jelas. Selain itu, tentu saja perbedaan
onal, meliputi subklausula pilihan hukum, pilihan forum, pilihan dapat dilihat pada para pihak subjek kontrak. Subjek kontrak in-
bahasa, pengalihan, kekebalan, pelepasan tanggung gugat, jam- ternasional pada umunya antara swasta dan swasta lintas negara,
inan, keterpisahan, keseluruhan kontrak, perubahan, ketiadaan sedangkan subjek kontrak penanaman modal internasional an-
persekutuan, kerahasiaan dan pemberitahuan. tara negara/daerah dan swasta lintas negara. Negara/daerah da-
Sebagai perbandingan perancang kontrak dalam negeri lam hal ini, sering juga mengalihkan perannya sebagai pihak ke-
memuat sebagian dari klausula yang diperlukan di atas. Misal pada BUMD/BUMA. Apabila itu terjadi seperti pada pengelolaan
kerangka kontrak tersebut hanya memuat klausula yang meliputi minyak dan gas bumi Aceh wilayah blok Pase, yang menjadi pihak
ketentuan umum, maksud dan tujuan, objek kontrak, pelaksa- adalah PDPA dan Triangle Energy (Global) Limited, Australia.
naan kerja sama, kewajiban dan hak pihak pertama, kewajiban Melihat contoh standar minimum isi kontrak migas ber-
dan hak pihak kedua, lokasi dan wilayah, jangka waktu, peneri- dasarkan PP Migas Aceh di atas, dapat diketahui klausula khas
maan bagi hasil, pengakhiran kontrak, keadaankahar, penyelesa- untuk kontrak penanaman modal internasional. Klausula khas
ian sengketa, addendum, dan penutup. tersebut pada umumnya dimaksudkan untuk memaksimalkan
Untuk kontrak kerja sama pengelolaan bersama minyak perlindungan kepeda negara/daerah dalam penguasaan sumber
dan gas bumi Aceh terdapat format khusus kerangka kontrak, daya alam dan perolehan manfaat darinya. Klausula tersebut, an-
paling kurang berisi klausula yang disyaratkan Pasal 43 PP Mi- tara lain, meliputi penerimaan negara, kewajiban pascaeksplora-
gas Aceh. Kalusula minimum tersebut terdiri atas penerimaan si dan eksploitasi, kesehatan dan keselamatan kerja, pengelolaan
negara, wilayah kerja dan pengembaliannya, kewajiban pengelu- lingkungan hidup, pelaporan yang diperlukan, rencana pengem-
aran dana, perpindahan kepemilikan hasil produksi atas minyak bangan lapangan, pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa
dan gas bumi, jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak, dalam negeri, pengembangan masyarakat, dan pengutamaan
penyelesaian perselisihan, kewajiban pemasokan minyak dan penggunaan tenaga kerja Indonesia. Selanjutnya naskah awal
gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, berakhirnya kontrak, kontrak perlu ditelaah untuk perbaikannya.
kewajiban pascaeksplorasi dan eksploitasi, kesehatan dan kes-
elamatan kerja, pengelolaan lingkungan hidup, pengalihan hak
dan kewajiban, pelaporan yang diperlukan, rencana pengem-
bangan lapangan, pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa 2. Penelaahan
dalam negeri, Perangkat daerah Aceh yang memiliki tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) dalam bidang ini adalah Biro Hukum Sekretariat
Joint Venture Agreement antara Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh dan Utopia In Network Co. Ltd., Daerah Aceh. Biro Hukum memiliki 4 (empat) bagian. Satu dian-
South Korea, 2013.
taranya adalah Bagian Bantuan Hukum dan
Kerja Sama. Pada bagian ini terdapat 3 (tiga) Subbagian. pada aspek kejelasan arti, kepaduan pikiran, kelugasan
Satu diantaranya adalah Subbagian Naskah Kerja Sama. komposisi, dan keresmian pengunaan.
Pada umumnya sebagaimana dijelaskan sebelumnya, nas- Meskipun demikian, dalam praktik tidak selalu Biro Hu-
kah kontrak disiapkan penanam modal internasional. Dalam kum dilibatkan dalam penelaahan kontrak penanaman modal
hal ini Biro Hukum tidak merancang naskah kontrak baru atau internasional. Hal ini tergantung pada ada tidaknya kebutuhan
naskah kontrak tandingan, tetapi melakukan penelaahan kontrak khusus dari setiap transaksi bisnis internasional yang melibat-
(contract review). Naskah kontrak yang ada tersebut diperiksa kan Provinsi Aceh sebagai pihak. Dalam ada kebutuhan khusus
kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan di Indo- Provinsi Aceh membentuk tim khusus untuk melaksanakan tugas
nesia dan Provinsi Aceh. Dalam hal ini Biro Hukum beserta tena- tertentu di bidang hukum, termasuk dalam penelaahan kontrak.
ga ahli yang diperbantukan terlebih dahulu melakukan penelitian Misal dalam rangka pengelolaan minyak gas Aceh pasca
hukum tentang permasalahan hukum terkait, sebelum menulis UUPA, Provinsi Aceh telah beberapa kali membentuk tim khu-
laporan hasil penelaaahan atau telaah staf. sus. Misal pada 2006 dan 2007 dibentuk Tim Advokasi Migas,
Biro Hukum dalam hal ini di samping menilai kesesuaian pada 2012 Tim Perumus Kelanjutan Pengelolaan Migas Blok
antara kontrak dan peraturan perundang-undangan, juga Pase Aceh, pada pada 2013 tim Energi dan Sumber Daya Min-
melakukan perbaikan bahasa hukum. Dalam menilai kese- eral Provinsi Aceh, dan pada 2014 Tim Bersama Perpanjangan
suaian tersebut Biro Hukum berpedoman pada peraturan pe- Wilayah Kerja Pase. Tim tersebut memiliki masa kerja selama 1
rundang-undangan, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. (satu) tahun dan dapat diperpanjang apabila masih dibutuhkan.
Dalam hal ini petugas atau tim yang ditunjuk Biro Hukum, ter- Terkait pilihan bahasa terdapat ketentuan dalam Pasal 31
gantung skala dan tingkat kerumitan kontrak, terlebih dahulu Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
mengadakan penelitian hukum doktrinal. Dalam hal tertentu dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (UU B2LNLK), yang
sebagai tambahan dilakukan juga penelitian hukum emperik menetapkan bahwa naskah kontrak penanaman modal interna-
dengan mewawancarai pihak terkait. sional tersebut harus berbahasa Indonesia dan menggunakan
Dalam memperbaiki bahasa hukum, Biro Hukum memiliki bahasa asing negara asal penanam modal internasional atau
tenaga ahli hukum yang menguasai bahasa Inggris hukum. Da- bahasa Inggris.
lam hal ini berpedoman pada penggunaan bahasa Inggris hukum Ketentuan kewajiban penggunaan bahasa Indonesia ber-
yang baik dan benar, khususnya bahasa Inggris kontrak. Bahasa dasarkan UU B2LNLK tersebut pernah diuji sampai ke Mahka-
Inggris hukum, sama halnya dengan bahasa Indonesia hukum mah Agung Republik Indonesia (MARI) dalam kasus
atau bahasa hukum memiliki karakter khusus. Dengan demikian,
di samping tunduk pada kaidah bahasa yang umum juga mem-
beri penekanan pada pada hal-hal yang khusus. Dalam hal ini
penekanan diberikan pada Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiati, Bahasa Indonesia Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1998,
hlm. 2-5.
Pasal 31 UUB2LNLK bahwa “(1) bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanji-
an yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah RI, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan
warga negara Indonesia. (2) nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksudkan ayat (1) yang
Sabaruddin, Kabag. Bantuan Hukum dan Kerja Sama, dan Zulkifli, KaSubBag. Naskah Kerja Sama pada Biro melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris.”
Hukum Sekretariat Daerah Aceh, Wawancara, 16 Agustus 2015.
kasus Nine AM Ltd. melawan PT Bangun Karya Pratama PDPA dan Triangle Energy (Global), Australia, dari awal di-
(BKP). Putusan MARI ini menguatkan putusan PN Jakbar dan siapkan dari awal dalam lembaran yang didesain ke dalam dua
PT DKI Jakarta tentang hal tersebut. Kasus ini bermula ketika kolom, masing-masing berisi teks bahasa Indonesia dan bahasa
adanya kontrak pinjam meminjam uang internasional (interna- Inggris dalam setiap lembaran tersebut.
tional loan agrement) dengan jaminan fidusia, antara peminjam Naskah kontrak yang dibuat dalam bahasa Inggris pun
(BKP) dan yang meminjamkan uang (Nine AM Ltd.). Kontrak seringkali tidak sempurna, karena itu selalu terbuka kesempatan
internasional dengan klausula pilihan hukum Indonesia ini untuk memperbaiki sehingga lebih berkualitas dan lebih sesuai
semula berjalan baik, karena peminjam secara teratur melaku- dengan kebutuhan khusus transaksi tertentu dan hukum yang
kan penyetoran pembayaran secara periodik sesuai ketentuan berlaku di Indonesia dan Provinsi Aceh. Dalam hal ini aspek ba-
kontrak. Namun, kemudian berubah karena peminjam tidak hasa Inggris hukum atau bahasa Inggris kontrak menjadi penting
meneruskan penyetoran sisi hutang tersebut, dan menggugat ke untuk diperhatikan.
PN Jakbar karena kontrak tidak memenuhi persyaratan bahasa Secara umum terdapat beberapa prinsip perlu diperhati-
sebagaimana ditentukan Pasal 31 UU B2LNLK tersebut, yang kan dalam perbaikan bahasa kontrak sebagaimana dikemukakan
tidak dirancang dalam bahasa Indonesia, tetapi hanya dalam ba- Paul Rylance. Pertama, akurasi (accurancy). Kedua, kelengkapan
hasa Inggris. PN Jakbar, yang dikuatkan PT DKI Jakarta dan MARI (complateness). Ketiga, ketepatan (precision). Keempat, kejela-
menyatakan kontrak tersebut batal demi hukum dan peminjam san/kejernihan (clearrness). Kelima, kekinian (contemporary).
wajib mengembalikan sisa uang yang telah diterima. Dan keenam kelugasan/kesederhanaan (plainly).
Dengan demikian dalam praktik paling kurang ada 2(dua) Akurasi diperlukan untuk menghindari kesalahan atau
versi bahasa kontrak, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing ketidakefektifan dalam penuangan maksud para pihak. Kelengka-
atau bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Pada um- pan diperlukan supaya bahasa kontrak dapat menampung pen-
umnya naskah awal karena dirancang oleh perancang kontrak gaturan segala hak ada kewajiban yang diperlukan sehingga tidak
bertaraf internasional menggunakan bahasa Inggris. Naskah asli ada yang ketinggalan. Ketepatan diperlukan agar bahasa kontrak
berbahasa Inggris ini kemudian diterjemahkan oleh ahli bahasa dapat menghindari makna lain, selain yang dimaksudkan. Kejela-
ke dalam bahasa Indonesia, yang kualitasnya kadang-kadang ku- san/kejernihan diperlukan supaya bahasa kontrak memberikan
rang sehingga Biro Hukum perlu memperbaiki untuk meningkat- makna yang jelas dan konsisten. Kekinian diperlukan supaya ba-
kan kualitas penerjemahan tersebut. hasa kontrtak mencerminkan realitas bahasa masa kini dengan
Namun, ada juga naskah yang dari awal disiapkan dwi ba- penggunaan bahasa kuno yang manfaatnya tidak jelas. Sedang-
hasa Indonesia dan Inggris. Misal kontrak usaha patungan inter- kan kelugasan/kesederhanaan diperlukan supaya dapat memu-
nasional minyak dan gas bumi wilayah Pase antara PDPA dahkan pembaca memahaminya, dengan mengunakan kalimat
yang pendek dan desain yang baik.

Putusan MARI Nomor 601K/PDT/2015.


Hukum Online, “ MA Tolak Kasasi Perkara Gugatan Kontrak Berbahasa Inggris, Rabu, 16 September
2015, www.hukumonline.com/berita/baca/IT55f90b8cabd/ma-tolak-kasasi-perkara-gugatan- kon- Paul Relance, Legal Practice Handbook: Legal Writing and Drafting, Anthony G. King (Editor), London,
trak-berbahasa-inggris Blackstone Press Limited, 1994, hlm. 97.
Dalam kaitannya dengan bahasa Inggris kontrak, beberapa Dalam pembahasan antar lembaga daerah Provinsi Aceh
rekomendasi Scott Burnham di bawah ini membantu perancang lazimnya diundang pejabat dinas dan lembaga teknis daerah
dalam perbaikan naskah kontrak yang ada. Pertama, rancang terkait penanaman modal pada umumnya. Ke dalam kategori ini
dalam kalimat bentuk sekarang (present tense). Kedua, rancang termasuk dinas pendapatan dan kekayaan Aceh, dinas keuan-
dalam kalimat aktif. Ketiga, hilangkan kata/bahasa yang tidak gan, badan perencanaan pembangunan daerah (BAPPEDA),
perlu. Keempat, gunakan kata shall untuk pelaksanaan suatu ke- BAINPROM, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
wajiban, yang berarti berkewajiban atau memiliki tugas, Kelima, (BAPEDALDA), dan badan pelayanan perizinan terpadu (BPPT).
gunakan kata may untuk pelaksanaan suatu hak atau wewenang, Di samping itu, apabila terkait misal karena direncanakan
yang berarti berhak atau berwenang. Keenam, gunakan must untuk selanjutnya dialihkan kepada BUMA, juga diundang direk-
untuk syarat tangguh. Ketujuh, pertimbangkan apakah sudah si BUMA tersebut. Salah satu BUMA terkait penanaman modal
dipilih kata yang tepat dalam hal diperlukan arti spesifik sehing- internasional yang masih aktif adalah PDPA. PDPA memiliki be-
ga tidak timbul multitapsir. Kedelapan, pertanyakan terus me- berapa anak perusahaan, diantaranya terafiliasi di bawahnya.
nerus bagaimana kalau, untuk menghadapi ketidakpastian yang Salah satu perusahaan yang terafiliasi dengan PDPA tersebut
penting. Kesembilan, siapkan sanksi kepada pihak yang berke- adalah Aceh Pase Global Energy PTE. LTD. (APGE) yang didiri-
wajiban, sebagai pemulihan kepada pihak yang berhak, ketika kan pada 2013. APGE adalah sebuah perusahaan patungan yang
suatu kewajiban dalam ketentuan kontrak tidak dilaksanakan. didirikan berdasarkan hukum Singapura. APGE ini merupakan
Selanjutnya naskah kontrak siap untuk dibahas dalam forum perusahaan patungan internasional yang lahir sebagai amanat
antar lembaga daerah. dari kontrak usaha patungan antara PDPA dan Triangle Energy
(Global) Limited. Perkembangan terakhir pada 2015, atas per-
setujuan Provinsi Aceh/PDPA saham Triangle Energy (Global)
3. Pembahasan Antar Lembaga Daerah Limited telah dialihkan seluruhnya (100%) kepada pihak ketiga,
yaitu PT Enso Asia Inc.
Selesai penelaahan pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Pembahasan antar lembaga daerah dilakukan dalam suatu
Aceh dilakukan pembahasan antar lembaga daerah terkait yang rapat yang biasanya dipimpin pejabat setingkat asisten sekretar-
berada di bawah jajaran Pemerintah Aceh. Biasanya rapat dip- is daerah provinsi, dengan memberikan kesempatan
impin Asisten II Bidang Keistimewaan Aceh, Pembangunan dan
Ekonomi yang dihadiri oleh pejabat mewakili lembaga daerah
Provinsi Aceh terkait. Pejabat yang diundang rapat terutama
dinas yang memiliki tupoksi dalam bidang usaha penanaman
modal tersebut (leading sector officer). Misal dinas kehutanan,
pekebunan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi,
pekerjaan umum, perindustrian dan perdagangan, kesehatan he-
wan dan peternakan, dan kebudayaan dan pariwisata.
Scott J. Burnhan, Op. Cit., hlm. 198.
Nasruddin Daud, mantan Direktur Utama PDPA, Wawancara, 16 Juni 2016.
kesempatan kepada penanam modal internasional terlebih dilakukan setelah kontrak penanaman modal ditandatan-
dahulu mempresentasikan naskah kontrak yang telah diperbai- gani gubernur atau yang mewakilinya.
ki atas dasar telaahan staf atau memorandum hukum hasil uji Langkah yang diambil oleh Provinsi Aceh tersebut sejalan
tuntas Biro Hukum dan masukan dari lembaga daerah terkait. dengan doktrin yang membedakan definisi dan kewenangan pe-
Presentasi dilakukan dengan menggunakan power point yang merintah antara traktat dan kontrak internasional. Dari sisi defi-
dibawakan oleh penanam modal internasional itu sendiri atau nisi meskipun memiliki persamaan karena kedua produk hukum
wakil/kuasanya. tersebut bersifat lintas negara, namun terdapat perbedaan pada
Setelah presentasi dilakukan tanya jawab yang dipimpin rejim hukum yang mengaturnya. Dalam hal ini traktat tunduk
pejabat Provinsi Aceh tersebut, yang lazimnya dengan melaku- pada rejim hukum publik, sedangkan kontrak internasional tun-
kan penyisiran keseluruhan isi kontrak, pasal demi pasal. Na- duk pada rejim hukum privat. Dari sisi kewenangan pemerintah
mun, pembahasan lebih alot ketika memasuki klausula yang traktat merupakan bagian dari urusan politik luar negeri yang
memiliki implikasi keuangan kepada para pihak. Di samping diatur hukum publik, sedangkan kontrak internasional bagian
klausula transaksional yang memiliki implikasi keuangan terse- dari urusan transaksi bisnis internasional yang secara konven-
but, pembahasan yang serius juga terjadi ketika membahas klau- sional diatur hukum perdata internasional.
sula tentang penguasaan sumber daya alam dan pemanfaatann- Perbedaan tersebut berimplikasi dalam pengaturan ten-
ya untuk kepentingan daerah. Klausula lain yang juga memakan tang tingkat kontrol DPRA dan pemerintahan pusat terhadap
waktu yang lebih lama adalah ketika membahas tentang persen- traktat dan kontrak internasional. Untuk traktat, sebagai bagian
tase jumlah kontribusi saham masing-masing pihak dan klau- dari urusan politik luar negeri dan diatur hukum publik memer-
sula pengelolaan perusahaan patunganyang dibentuk. Kalusula lukan kendali yang relatif lebih ketat dari DPRA dan pemerintah-
lain yang sering menjdi perhatian daerah adalah klausula khas an pusat. Ketentuan regulasi yang dibentuk perlu sejalan dengan
kontrak penanaman modal internasional sebagai suatu kontrak tujuan tersebut. Kontrol DPRA dan BINAWAS pemerintahan pu-
negara/daerah yang memuat kepentingan publik. sat tersebut kemungkinan dapat dilakukan secara berlapis sejak
dari penjajakan, negosiasi, penandatanganan, sampai dengan
pengakhiran.
Berbeda halnya untuk kontrak internasional, sebagai ba-
4. Persetujuan DPRA/BINAWAS Pusat gian dari urusan transaksi bisnis internasional dan diatur hukum
privat sebaliknya memerlukan kebebasan dan keterbukaan yang
lebih lebar sebagai upaya untuk mendukung kegiatan ekonomi
Dalam praktik di Provinsi Aceh sebagaimana dijelaskan yang diperlukan untuk mewujudkan pemerataan kesejahteraan.
di atas bahwa pada dasarnya persetujuan DPRA dan pember- Dengan demikian tidak memerlukan campur tangan yang banyak
itahuan kepada pemerintah pusat dalam rangka pembinaan dari DPRA dan pemerintahan pusat karena dapat menciptakan
dan pengawasan (BINAWAS) hanya dilakukan terhadap traktat, birokrasi yang panjang, inefisiensi, dan melemahkan daya saing
yang melibatkan Provinsi Aceh sebagai pihak. Sedangkan untuk ekonomi negara/daerah. Ketentuan regulasi yang dibentuk perlu
kontrak penanaman modal internasional pada umumnya tidak sejalan dengan tujuan tersebut. Kontrol DPRA dan
melewati proses persetujuan DPRA dan pemberitahuan kepada
pemerintah pusat dalam rangka BINAWAS tersebut. Pemberita-
huan hanya
BINAWAS pemerintahan pusat ditekan pada tingkat yang atas nama gubernur. Dalam hal ini perlaku ketentuan ten-
paling efisien. tang kontrak pemeberian kuasa, sebagaimana diatur dalam KUH
Variasi lain secara khusus dalam bidang pengelolaan Perdata.
migas, sejak sebelum PP Migas Aceh terbentuk, Provinsi Aceh Dalam hal kegiatan penanaman modal internasional
melalui beberapa tim khusus yang dibentuk pascaUUPA, sering- tersebut tidak dilaksanakan langsung oleh Provinsi Aceh, dan
kali melakukan pembahasan di Jakarta dengan bersama dengan kegiatannya dialihkan kepada BUMA untuk melaksanakannya,
pusat. Dalam hal ini terutama pejabat mewakili Kementerian penandatangan dilakukan oleh direksi BUMA. Pengaturannya
Energi dan Sumber Daya Mineral beserta jajarannya. Hal ini terdapat dalam hukum perusahaan yang mengatur tentang
terjadi karena khusus dalam pengelolaan minyak dan gas ini BUMA tersebut. Dalam hal ini pada prinsipnya BUMA merupakan
dari sisi objek atau urusan pemerintahan, kewenagannya tidak badan hukum mandiri yang memiliki tanggung gugat terpisah
sepenuhnya pada daerah, tetapi kewenagan bersama antara dengan Provinsi Aceh sebagai badan hukum yang lain. Di sini per-
daerah dan pusat. lu juga dipedomani apa yang diatur secara internasional dalam
ILC Articles bahwa tingkat keterlibatan gubernur dalam proses,
5. Penandatanganan meskipun tidak menandatanganinya, dapat memberikan indikasi
bahwa yang pejabat yang bersangkutan juga ikut bertanggunggu-
gat terhadap transaksi bisnsis penanaman modal internasional
Terakhir, setelah melewati proses pembahasan antarlerm- tersebut.
baga daerah, kontrak penanaman modal internasional siap untuk Berkenaan dengan siapa yang menadatangani kontrak
diproses penandatanganannya. Dalam hal ini yang berwenang penananaman modal ini terdapat keragaman. Misal dalam hal
melakukan penandatanganan adalah pejabat daerah setingkat BUMA sebagai pihak, yang menandatangani adalah direktur uta-
organ. Untuk Provinsi Aceh adalah Gubernur. ma BUMA tersebut, namun, sering juga dalam praktek untuk leb-
Meskipun demikian dalam hal Gubernur tidak dapat ih yakin, penanam modal sering juga meminta tanda tangan Gu-
menandatanganinya, instrumen hukum khusus tentang admin- bernur pada kolom tambahan mengetahui dan/atau menyetujui.
istrasi/tata negara, maupun instrumen hukum umum tentang Di sini BUMA setelah menandatangani sendiri sebagai badan hu-
perdata telah menyediakan sistem pengaturan yang dapat men- kum, masih harus berperan dalam birokrasi pemerintahan Aceh.
gatasinya. Dalam hal ini Gubernur dapat memberikan mandat Pada umumnya kontrak berlaku mulai penandatangan, ke-
kepada pejabat lain dari perangkat daerah yang berada di bawah cuali ada klausula khusus tentang tanggal efektif, yang berbeda
pimpinannya untuk mewakilinya. Dalam hal ini meskipun tidak dengan tanggal penandatanganan. Jika ada, kontrak berlaku mu-
menandatangani sendiri secara langsung, gubernur tetap ber- lai tanggal efektif tersebut. Di samping itu, dalam kontrak pena-
tanggungjawab atas pelaksanaan mandat tersebut. Alternatifnya, naman modal internasional seringkali terdapat klausula syarat
gubernur berdasarkan hukum perdata dapat juga memberikan tangguh yang menunda pelaksanaan kontrak
kuasa dengan surat kuasa kepada penerima kuasa untuk ber-
tindak

Nasruddin Daud, mantan Direktur Utama PDPA dan M. Nur Rasyid, ahli hukum mewakili Provinsi Aceh/ Zulkarnain Yusuf, mantan Direktur Utama PDPA dan Direktur Utama PT Petrogas Aceh, anak perusahaan
PDPA, Wawancara, 16 Juni 2016. yang berafiliasi dengan PDPA, Wawancara, 11-12 Desember 2015.
hingga syarat tangguh tersebut dipenuhi oleh salah satu
atau kedua belah pihak.
Untuk dapat melaksanakan kontrak penanaman modal
internasional yang telah ditandatangani juga masih tergantung
pada aspek struktur hukum. Dalam hal ini kesiapan para pihak
untuk memulainya. Dari sisi peran Provinsi Aceh, kelemahan di
sini, antara lain, adalah pada kesiapan instansi pelaksana, ter-
masuk BUMA yang belum kondusif. BUMA yang kini ada masih
menyimpan banyak permasalahan internal yang perlu dibenahi
lebih dahulu memasuki era akselerasi dan peningkatan penana-
man modal internasional di Provinsi Aceh.

Anda mungkin juga menyukai