Pasal 66 UUAAPS menetapkan persyaratan dalam pen- Asas pilihan hukum juga relevan untuk kontrak penana-
gakuan dan pelaksanaan arbitrase internasional tersebut. man modal internasional pada umumnya, namun dalam kaitan-
persyaratan tersebut meliputi putusan arbitrase internasional nya dengan pengelolaan bersama sumber daya alam minyak dan
tersebut berasal dari negara yang bersama Indonesia terikat gas bumi di Aceh terdapat ketentuan khusus. Ketentuan khusus
dalam suatu perjanjian internasional tentang arbitrase, perkara terdapat dalam Pasal 54 PP Migas Aceh, yang menetapkan bahwa
tersebut termasuk ke dalam bidang hukum dagang menurut hu- hukum yang berlaku terhadap kontrak kerja sama pengelolaan
kum Indonesia, putusan tersebut tidak bertentangan dengan ket- sumber daya alam minyak dan gas bumi di Aceh adalah hukum
ertiban umum, terdapat eksekuatur dari Ketua PN Jakpus, dan Indonesia. Ketentuan ini bersifat memaksa sehingga menutup
khusus untuk kontrak yang melibatkan Indonesia sebagai pihak kemungkinan berlakunya hukum kontrak nasional negara lain
terdapat eksekuatur dari MARI dan dilimpahkan kepada PN Jak- dan juga hukum transnasional/internasional.
pus. Pasal 67 UUAAPS mengatur cara mengajukan permohonan
pelaksanaan yang harus dilakukan melalui panitera PN Jakpus, Sebagaimana telah dijelaskan bahwa untuk kontrak inter-
yang disertai dengan dokumen permohonan. Pasal 68 UUAAPS nasional pada umumnya hukum perdata internasional yang me-
menetapkan bahwa terhadap putusan Ketua PN Jakpus yang nentukan hukum yang berlaku dan forum pengadilan
mengakui dan melaksanakan arbitrase internasional tidak dapat
diajukan banding dan kasasi, sedangkan yang menolak dapat
diajukan kasasi dengan prosedur yang ditetapkan. Dan Pasal 69
UUAAPS menetapkan bahwa setelah perintah eksekusim dilakau-
kan Ketua PN Jakpus, pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan ke-
pada ketua pengadilan negeri yang secara
atau forum arbitrase yang berwenang mengadili sengketa hukum perdata Perancis, yaitu Code Civil. Code Civil Peran-
terkait kontrak internasional. Hal ini berarti setelah hukum per- cis ini dibuat berdasarkan hukum Romawi. Oleh karena itulah,
data internasional menunjuk hukum yang berlaku tersebut, men- seringkali disebutkan bahwa baik Indonesia, Belanda maupun
yangkut substansi asas dan kaidah hukum diserahkan kepada Perancis berada di bawah sistem hukum Romawi tersebut, yang
hukum yang berlaku atau yang ditunjuk tersebut. Dalam hal ini disebut juga sistem hukum Eropah kontinental (civil law). Hal
pada umumnya yang dimaksudkan adalah hukum nasional dari demikian benar karena sekarang pun tradisi hukum tersebut ma-
negara sebagaimana ditunjuk asas hukum perdata internasional. sih berjalan yang setelah kemerdekaan dikuatkan oleh ketentuan
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
Sebagai alternatif, terdapat kemungkinan juga hukum
yang berlaku bukan hukum domestik, tetapi hukum lain yang Meskipun demikian sistem hukum kontrak Indonesia kini
memiliki elemen internasional, seperti hukum transnasional/ juga memiliki karakteristik tersendiri, karena sampai pada ting-
internasional. Dalam hal penunjukan hukum nasional berarti pe- kat tertentu bercampur dengan sistem hukum lain selain civil law
nilaian tentang keabsahan, pelaksanaan, wanprestasi, keadaan tersebut, baik secara internal maupun eksternal. Akibatnya ada
memaksa, dan penyelesaian sengketa ditentukan oleh hukum yang menggolongkan hukum Indonesia ke dalam sistem hukum
domestik tersebut. Di sinilah substansi hukum nasional negara campuran (mixed legal system), atau kalau mau dipertahankan
tertentu, seperti hukum Indonesia, berperan dalam pengaturan sistem hukum civil law karena dominasinya, lebih tepat disebut
kontrak internasional. sistem hukum civil law Indonesia. Penyebutan kata Indonesia
setelah civil law menunjukkan adanya perbedaan tertentu apa-
bila dibandingkan dengan hukum Romawi, sumber asal civil law,
B. Pengaturan dalam Hukum Domestik atau dengan civil law sebagaimana berlaku di negara lain, seperti
Belanda dan Perancis.
Di Indonesia, hukum kontrak merupakan bagian dari hu- KUH Perdata memiliki empat bagian yang disebut buku.
kum perikatan, yang tunduk pada hukum yang lebih luas, yaitu Buku I tentang orang, Buku II tentang Kebendaan, Buku III ten-
hukum perdata. Sumber hukum perdata tersebut terutama teru- tang Perikatan dan Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwar-
tama KUH Perdata. KUH Perdata merupakan terjemahan dari hu- sa. Hukum kontrak diatur di dalam Buku III tentang Perikatan,
kum warisan masa kolonial Belanda, Burgerlijk Wetboek (BW). bersama-sama dengan pengaturan perikatan lain di luar kontrak,
Belanda sendiri sudah tidak menggunakan lagi BW ini karena seperti perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad). Ter-
sudah ada pengganti yang baru, yaitu NBW. Lain halnya dengan dapat dua macam pengaturan kontrak dalam KUH Perdata, yaitu
Indonesia, yang masih menggunakannya, karena pengembangan pengaturan umum untuk semua kontrak dan pengaturan khusus
hukum perdata nasional berjalan perlahan-lahan dan secara par- untuk kontrak tertentu. Pengaturan umum kontrak tersebut
sial, termasuk ketentuan yang mengatur tentang kontrak. berlaku untuk semua kontrak termasuk untuk kontrak khusus,
apabila tidak ada ketentuan khusus yang berbeda. Kontrak khu-
KUH Perdata ini sendiri juga bukan asli produk hukum Be- sus dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu kontrak bernama yang
landa, karena sama halnya dengan untuk Indonesia, ia merupa- namanya disebutkan secara khusus di dalam peraturan
kan terjemahan atas dasar asas konkordansi dari
perundang-undangan dan kontrak tidak bernama yang Persaingan Usaha), dan peraturan perundang-undangan
dapat tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan kebutuhan terkait penanaman modal dan pengelolaan sumber daya alam,
praktik atas dasar asas kebebasan berkontrak dan sistem terbu- termasuk PP Migas Aceh. Di samping itu, sampai pada tingkat ter-
ka hukum kontrak. tentu, pembaruan hukum kontrak Indonesia juga terjadi melalui
yurisprudensi dan doktrin.
Adapun isi lengkap Buku III KUH Perdata, meliputi XIII Bab.
Bab I tentang Perikatan pada Umumnya, Bab II tentang Perikatan Sebagaimana dibahas di atas bahwa pada prinsipnya hu-
yang dilahirkan dari Kontrak, bab III tentang Perikatan yang Dila- kum Indonesia baru berlaku terhadap kontrak penanaman mod-
hirkan demi Undang-Undang, Bab IV tentang Hapusnya Perika- al internasional apabila para pihak telah sepakat memilih hukum
tan, Bab V tentang Jual Beli, Bab VI tentang Tukar-Menukar, Bab Indonesia, yang biasanya telah dituangkan dalam klausula isi
VII tentang Sewa-Menyewa, Bab VIIA tentang Perjanjian untuk kontrak. Jadi atas dasar asas pilihan hukum. Atau dalam hal tidak
Melakukan Pekerjaan, VIII tentang Persekutuan, Bab IX tentang ada pilihan hukum atas dasar asas dan kaidah hukum perdata
Perkumpulan, Bab X tentang Hibah, Bab XI tentang Penitipan internasional yang menunjuk hukum yang berlaku adalah hukum
Barang, Bab XII tentang Pinjam Pakai, Bab XIII tentang Pinjam Indonesia. Atau dapat juga karena ditentukan kaidah pemaksa
Meminjam, Bab XIV tentang Bunga Tetap atau Bunga Abadi, dalam hukum publik. Apabila hukum Indonesia tidak dipilih atau
Bab XV tentang Perjanjian Untung-Untungan, Bab XVI tentang bukan merupakan hukum berdasarkan asas dan kaidah hukum
Pemberian Kuasa, Bab VII tentang Penanggungan, dan Bab XVIII perdata internasional atau tidak ditentukan hukum pemaksa,
tentang Perdamaian. berarti hukum yang berlaku bukan hukum Indonesia. Dalam hal
ini yang berlaku adalah hukum negara lain atau hukum transna-
Dalam sistematika isi KUH Perdata belum ada pengaturan sional/internasional.
khusus tentang hukum kontrak internasional, yang Belanda kini
diatur dalam Buku X NBW tentang Hukum Perdata Internasion- Apabila yang berlaku hukum domestik negara lain, hakim
al (International Privaatrecht). Selain itu, dalam NBW Belanda atau arbiter harus memutuskan berdasarkan hukum tersebut.
tersebut juga terdapat pengaturan khusus tentang badan hukum, Dalam hal ini perlu dipahami bagaimana hukum tersebut seh-
yang diatur dalam Buku II dengan judul Badan Hukum (Recht- ingga dapat menerapkan dengan tepat untuk mencapai tujuan
spersonen). hukum tertentu. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
perbandingan hukum, khususnya perbandingan hukum perdata,
Perkembangan hukum kontrak Indonesia kini terbatas termasuk perbandingan hukum kontrak. Di sini lah letak hubun-
pada pembaruan hukum di luar kodifikasi (KUH Perdata dan gan antara hukum perdata internasional dengan perbandingan
KUH Dagang), antara lain, melalui UU AAPS sebagainmana di- hukum perdata. Hukum perdata internasional menunjuk hukum
jelaskan di atas, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang nasional tertentu yang berlaku, setelah itu tugas perbandingan
Perseroan terbatas (UUPT) dan Undang-Undang Nomor 18 Ta- hukum perdata untuk mengetahui isi norma atau kaidah hukum
hun 2009 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan yang ditunjuk tersebut untuk diterapkan dalam penyelesaian
Usaha Tidak Sehat (UU Monopoli dan kasus konkrit.
Perbandingan hukum perdata yang dimaksud di sini adalah Lex mercatoria ini muncul dari praktik bisnis sehari-hari
perbandingan hukum perdata khusus. Jadi, bukan perbandingan diantara para pedagang pada saat permulaan muncul dan
hukum perdata umum. Perbandingan hukum perdata khusus berkembangnya kota di Eropa pada masa itu. Lex mercatoria
berfokus pada penelusuran dan penemuan lembaga hukum muncul karena adanya kebutuhan praktis para pedagang dalam
tertentu saja, misal hukum kontrak. Sedangkan perbandingan menjalankan usaha dagangnya, yang pengaturan formalnya pada
hukum perdata umum berfokus pada penelusuran dan pene- waktu itu belum memadai untuk menyelesaikan masalah yang
muan sistem hukum tertentu secara keseluruhan, misal sistem baru akibat perkembangan perdagangan tersebut. Para peda-
hukum civil law. Dalam hal yang pertama lembaga tertentu terse- gang mematuhi hukum yang tidak formal ini dan apabila ada
but dibandingkan dengan lembaga yang sama pada sistem yang sengketa juga diselesaikan oleh pengadilan sendiri yang juga ti-
lain. Sedangkan dalam hal yang terakhir sistem hukum yang satu dak formal, yang para hakimnya berasal dari kalangan pedagang
dibandingkan dengan sistem hukum yang lain. Kedua perband- sendiri. Hukum tersebut berlaku kepada semua pedagang, tanpa
ingan itu dilakukan dengan cara yang sama, yaitu mempelajari melihat asal negara mereka, sehingga bersifat transnasional/
persamaan dan perbedaanya, sehingga mengetahui lebih dalam internasional.
lembaga atau sistem tertentu tersebut, yang berguna baik dari
sisi teoritis maupun praktis. Hukum dagang masa kini, termasuk di dalamnya hukum
kontrak, berkembang dari lex mercatoria ini. Hal ini karena
lama kelamaan jumlah asas dan kaidah hukum tersebut semakin
bertambah dan untuk menjamin kelangsungan dan kepastian
hukum dirasakan perlu ditulis dalam bentuk yang formal seperti
C. Pengaturan dalam Hukum Transnasional/ hukum perdata yang sudah lebih dahulu ada. Dari sini lah mun-
cul Ordonance de Commerce dan Ordonance de la Marine yang
Internasional kemudian disatukan dalam kodifikasi hukum dagang pertama
di Perancis dengan nama Commercial Code. Commercial Code
Hukum perdata internasional modern tidak hanya dapat ini kemudian diterjemahkan dan diberlakukan di Belanda da-
menunjuk atau mengandung unsur hukum nasional tertentu, lam Wetboek van Koophandel (WvK). Hal yang sama dilakukan
tetapi juga hukum transnasional/internasional. Perkembangan di Hindia Belanda dengan terjemahannya Kitab Undang-Undang
terakhir baik berdasarkan pilihan hukum oleh para pihak mau- Hukum Dagang (KUHD).
pun oleh hakim atau arbiter dalam menyelesaikan sengketa
dapat menerapkan berlakunya asas dan kaidah hukum transna- Meskipun cara pandangnya sama, yang dimaksudkan den-
sional/internasional. Hukum transnasional (lex mercatoria, law gan hukum transnasional baru bukanlah hukum dagang yang
of merchants) muncul dari konsep hukum dagang yang berkem- dimaksudkan di atas, tetapi merupakan hukum kontrak yang
bang di Eropa pada masa lalu. Hukum transnasional tersebut baru yang diciptakan secara informal oleh ahli hukum berbagai
memiliki materi muatan yang berintikan hukum kontrak. negara. Jadi tidak dibentuk secara formal oleh negara atau neg-
ara-negara, sebagaimana lazimnya hukum nasional atau hukum
internasional pada umumnya. Oleh karena cara dan tujuan pem-
bentukannya serupa
dengan lex mercatoria tersebut, banyak ahli menyebutkan- Dalam Bagian Pembukaan UPICC disebutkan 6 (enam) tu-
nya sebagai new lex mercatoria. juan pembentukannya. Pertama, sebagai ketentuan umum untuk
kontrak bisnis internasional. Kedua, sebagai hukum yang berlaku
Para ahli memberikan arti yang beragam tentang istilah lex karena dipilih oleh para pihak. Ketiga, sebagai hukum berlaku
mercatoria tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Draetta, ketika para pihak telah memilih bahwa untuk kontrak berlaku
Lake dan Nanda. Frasa yang digunakan meliputi wujud pening- prinsip-prinsip hukum umum, lex mercatoria atau semacamnya.
katan keseragaman dalam hukum dagang di wilayah hukum yang Keempat, dapat digunakan sebagai jalan keluar terhadap perso-
utama, prinsip-prisip umum dan aturan kebiasaan, aturan yang alan tertentu ketika terbukti sulit dalam menetapkan ketentuan
umum untuk semua atau sebagian besar negara dan jika tidak yang relevan dari hukum yang berlaku. Kelima, untuk digunakan
dapat ditentukan yang paling cocok dan adil, aturan seragam dalam melakukan penapsiran atau memberi tambahan terhadap
yang diterima oleh semua negara, praktik kontrak, pemahaman, instrument hukum internasional yang sudah seragam. Keenam,
peraturan, dan putusan yang merupakan sekumpulan hukum sebagai model untuk pembuat legislasi nasional dan internasion-
kebiasaan yang merupakan dasar tempat legislasi nasional dan al. Perumusan tujuan demikian cukup fleksibel dan akomodatif
internasional telah dan akan terus dibangun, dan sekelompok sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
hukum internasional yang didasarkan pada kesepahaman da- hukum pengguna yang beragam di berbagai negara.
gang dan praktik kontrak.
Menurut R Goode banyak manfaat yang dapat diperoleh
Salah satu contoh adalah asas hukum kontrak yang dihasil- dari harmonisasi hukum yang mengatur transaksi bisnis secara
kan UNIDROIT, sebuah lembaga internasional untuk unifikasi internasional. Manfaat tersebut meliputi pengisian kekosongan
hukum perdata. UNIDROIT telah berhasil merumuskan beber- hukum dalam hal hukum nasional tidak mengatur atau kabur,
apa hasil kerjanya, salah satunya apa yang kini kita kenal den- pengganti ketentuan tertentu dalam memperkaya hukum na-
gan UPICC. UPICC dianggap sebagai new lex mercatoria dalam sional, akses yang lebih mudah dibandingkan hukum nasional
bidang hukum kontrak. UPICC juga dianggap sebagai instrumen karena tersedia dalam beberapa bahasa dan dalam bentuk yang
hukum baru yang berpengaruh karena dalam waktu dekat telah resmi atau tidak resmi, menghemat waktu dan biaya sejalan den-
digunakan di berbagai negara. Penggunaannya mulai dari dalam gan alasan pertama dan kedua di atas, menyediakan hukum yang
penyelesaian kasus-kasus konkrit di pengadilan dan arbitrase netral ketika para pihak enggan memberlakukan hukum dari
sampai dalam pembaruan hukum kontrak nasional negara. negara salah satu pihak, lebih sejalan dengan kebutuhan hukum
dalam transaksi internasional karena mencerminkan pengaruh
dari berbagai sistem hukum, dapat berlaku sebagai bagian dari
hukum nasional negara pengguna, dan mendukung pasar bebas.
Meskipun pada kenyataannya terdapat perbedaan hukum penyelesaian sengketa pada umumnya tunduk pada hukum
kontrak, dalam berbagai sistem hukum besar yang ada di dunia, acara perdata, bukan hukum acara tata usaha negara. Dalam hal
namun UNIDROIT telah berhasil mengaduk dan mempertim- ini negara/daerah bertindak sebagai pemangku kepentingan
bangkan perbedaan tersebut dalam UPICC tersebut. Beberapa privat (civil actor), bukan sebagai pemangku kepentingan publik
asas penting hukum kontrak dagang internasional telah diru- (public actor). Namun, karena termasuk bidang hukum dagang,
muskan dan ditetapkan dalam UPICC. Beberapa diantaranya terbuka kemungkinan penyelesaian sengketa melalui arbitrase
telah ada dalam dan dapat dibandingkan dengan hukum kontrak internasional, yang memiliki ketentuan proseduran tersendi-
nasional yang sekarang ini berlaku di berbagai negara, termasuk ri pada masing-masing arbitrase internasional tersebut, yang
Indonesia. juga terkait dengan hukum nasional tentang itu sebagaimana
diuraikan di atas..
UPICC ini dapat menjadi salah satu bahan masukan dalam
pembaruan hukum kontrak nasional Indonesia ke depan. Apalagi Misal tentang otonomi para pihak dan perikatan kontrak
dalam menghadipi keterbukaan dan liberalisasi perdagangan, dalam hukum Indonesia diatur KUH Perdata. Pasal Pasal 1338
baik di tingkat global maupun dalam menyongsong Masyarakat ayat (1) KUH Perdata menetapkan bahwa “Semua perjanjian
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun 2015 ini. Banyak negara lain yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
yang juga telah menjadikan UPICC dalam pembaharuan hukum mereka yang membuatnya.” Kata “semua” dalam ayat tersebut
kontraknya, sepeti Amerika Serikat, Kanada dan negara bagian bermakna bahwa perjanjian apa pun, baik yang bernama yang
Quebec, Rusia, Jerman dan negara yang selama ini menggunakan namanya ditentukan dalam peraturan perundang-undangan,
hukum kontrak yang lama. maupun yang tidak bernama karena tergantung perkembangan
kebutuhan di dalam praktik. Hal ini menunjukkan bahwa pada
Pada dasarnya terhadap kontrak penanaman modal inter- dasarnya para pihak bebas untuk membuat perjanjian dalam
nasional, sebagai kontrak negara/daerah berlaku hukum privat. bentuk dan isi menurut keinginnanya. Jadi, awal kalimat ayat ini
Artinya, penentuan tentang keabsahan, pelaksanaan, wanpresta- mengakomodasikan asas otonomi para pihak, sebagai asas pokok
si, keadaan memaksa, dan penyelesaian sengketa kontrak pada hukum pokok hukum kontrak. Kemudian disebutkan “yang dib-
prinsipnya diukur dengan standar yang ada di dalam hukum uat secara sah”. Artinya perjanjian yang dibuat haruslah sah, yaitu
perdata. Namun dalam hal tertentu hukum publik juga berlaku memenuhi syarat keabsahan. Jadi, ada perjanjian yang sah kare-
untuk membatasi atau melengkapinya. Pada umumnya hukum na memenuhi syarat, ada pula perjanjian yang tidak sah karena
publik mengatur pada tahapan prakontrak dan kontrak. Sedang- tidak memenuhi syarat keabsahannya.
kan tentang penyelesaian
Dalam hal ini pengaturannya terdapat dalam pasal yang
lain, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata. Pada ujung ayat tersebut
ditentukan “berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Artinya, apabila dibuat secara sah berdasarkan
asas otonomi para pihak, kontrak tersebut
mengikat secara hukum,berdasarkan asas perikatan kon- perjanjian tersebut menjadi dapat dibatalkan. Artinya per-
trak. Mingikat artinya dapat dilaksanakan dan ditegakkan, sep- janjian tersebut belum memiliki kepastian hukum yang tinggi,
erti halnya peraturan perundang-undangan. karena meskipun berlaku, tetapi terdapat kemungkinan untuk
dimintakan pembatalan oleh para pihak di kemudian hari. Hal
Jadi, ada persamaan antara kontrak dan peraturan pe- ini berbeda konsekuensi hukumnya ketika persyaratan ob-
rundang-undangangan, yaitu sama-sama mengikat. Meskipun jektif yang tidak terpenuhi, yang menyebabkan perjanjian itu
demikian terdapat juga perbedaan, yaitu kalau pada kontrak ber- batal demi hukum. Artinya, apabila salah satu syaratnya tidak
laku terbatas pada para pihak yang membuatnya saja, sedangkan terpenuhi perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada. Jadi,
pada peraturan perundang-undangan berlaku umum kepada kembali ke sedia kala, seperti tidak ada perjanjian sama sekali.
publik yang menjadi subjek pengaturan itu siapa saja ia. Ujung Hukum tidak mengakui dan tidak memaksakan pelaksanaannya.
ayat ini mengakomodasikan asas kekuatan mengikat dari perjan- Dengan demikian terhadap kontrak demikian tidak mendapat
jian, sebagai asas pokok lainnya dari hukum perjanjian. perlindungan hukum. Sebaliknya, apabila terpenuhi syaratnya,
perjanjian menjadi sah. Hal ini tentunya apabila syarat yang lain
Pasal 1320 KUH Perdata menetapkan 4 (empat) syarat juga sudah terpenuhi.
untuk keabsahan suatu kontrak. Pemenuhan terhadap pers-
yaratan ini dapat digunakan sebagai standar dalam menilai sah Syarat kesepakatan terpenuhi apabila, para pihak sepakat
tidaknya suatu kontrak. Ke 4 (empat) syarat tersebut dapat dikla- untuk mengakui dan melaksanakan isi kontrak. Jadi, telah ada
sifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok. Pertama, persyaratan komitmen bersama untuk tunduk patuh pada apa yang telah
subjektif karena mengenai para pihak subjek perjanjian. Pers- mereka sepakati bersama, yaitu isi kontrak tersebut. Hukum
yaratan subjektif ini terdiri atas dua syarat, yaitu kesepakatan menggunakan ukuran negatif dalam melalukan penilaiannya.
dan kecakapan. Kedua, persyaratan objektif karena mengenai Syarat kesepakatan dianggap belum terpenuhi, apabila dalam
objek yang diperjanjikan. Persyaratan objektif ini pun terdiri hubungan kontraktual tersebut terdapat unsur tertentu, yaitu
atas dua syarat, yaitu hal tertentu dan sebab yang halal. Ke 4 paksaan atau penipuan atau kekhilafan. Dengan kata lain, pak-
(empat) syarat tersebut bersifat kumulatif, bukan alternatif. Art- saan atau penipuan atau kekhilafan meniadakan kesepakatan.
inya semuanya harus dipenuhi sesuai dengan tingkat pemenuhan Jadi, kesepakatan itu selalu ada, kecuali di dalamnya ada unsur
yang diharapkan, dengan segala konsekuensi hukumnya. lain yang menunjukkan tidak adanya kesepakatan tersebut.
Paksaan dapat dilakukan secara fisik dan/atau psikis, penipuan
Kedua kelompok syarat di atas harus dipenuhi oleh para dalam arti adanya tipu yang sungguh-sungguh, misal sebagaima-
pihak. Pemenuhan persyaratan sebagian saja menimbulkan aki- na diatur dalam hukum pidana, sedangkan kekhilafan adalah
bat hukum tertentu dalam penilaian keabsahan suatu kontrak. kekeliruan dalam pemikiran tentang orang atau produk yang
Konsekuensi hukum yang ditimbulkannya berbeda antara tidak dimaksudkan.
dipenuhinya persyaratan kelompok pertama (persyaratan sub-
jektif) dengan tidak dipenuhinya persyaratan kelompok kedua Syarat kecakapan terpenuhi apabila para pihak subjek
(persyaratan objektif). Ketika syarat subjektif tidak terpenuhi, kontrak adalah mereka yang secara hukum dapat dipertanggu-
ngjawabkan perbuatannya secara penuh. Sama
Sama halnya dengan ukuran di atas, pemenuhan syarat Sebagian persyaratan keabsahan kontrak terkait dengan
kecakapan ini pun menggunakan ukuran negatif. Artinya, pada nilai-nilai moral atau budaya hukum yang beragam tergantung
prinsipnya semua orang itu dianggap memiliki kecakapan untuk pada model masyarakat tertentu. Dalam kaitannya dengan tran-
membuat kontrak. Syarat kecakapan belum terpenuhi, apabila saksi bisnis internasional. terdapat kesulitan di dalam merumus-
perjanjian dibuat oleh para pihak subjek hukum tertentu yang kan secara tegas ketentuan tersebut untuk diberlakukan pada
ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan. Mereka semua jenis kontrak internasional di berbagai negara, yang mun-
ini adalah anak, penyandang penyakit psikis, dan dewasa yang cul karena adanya disparitas tersebut. Oleh karena itu, UPICC
berada di bawah pengampuan. Selain, yang telah ditetapkan menyerahkan persoalan terkait dengan nilai-nilai moral dan bu-
tersebut otomatis dianggap memiliki kecakapan untuk membuat daya hukum yang beragam ini tertentu ditentukan berdasarkan
perjanjian. hukum nasional masing-masing negara. UPICC hanya mengatur
hal-hal yang sifatnya netral sehingga tidak menimbulkan banyak
Syarat hal tertentu terpenuhi apabila objek perjanjian kesulitan dalam penilainya.
tersebut sudah tertentu atau dapat ditentukan. Jadi, objeknya
harus terukur dengan jelas. Semakin jelas objeknya, semakin ter- Dalam hai ini yang diatur UPICC meliputi tentang syarat
penuhi syarat hal tertentu ini, sebaliknya semakin kabur semakin kesepakatan berlandaskan asas otonomi para pihak, kemungk-
dapat dipersoalkan tentang pemenuhannya. Apabila belum ada inan pembatalan kontrak ketika terdapat unsur kesalahan pada
kepastian yang jelas ketika kontrak dibuat, paling kurang ukuran- fakta maupun pada hukumnya, kekeliruan dalam pemberian in-
nya dapat secara rasional ditentukan atau diprediksikan. Untuk formasi, peluang memperbaiki kesalahan sebelum wanprestasi,
itu perlu ada kepastian misalnya tentang jumlah, kualitas atau penipuan, ancaman dan perbedaan yang mencolok. Oleh karena
ciri tertentu dari objek yang diperjanjiakan tersebut. itu, ketentuan selebihnya diatur dalam hukum nasional di tingkat
negara.
Syarat sebab yang dibolehkan terpenuhi apabila objek per-
janjian tersebut merupakan sesuatu yang secara umum dapat Persoalan berikutnya adalah bagaimana dalam hal para
dibenarkan. Dalam hal ini dilihat ada tidaknya norma hukum dan pihak subjek perjanjian merupakan badan hukum. Sebagaimana
norma kemasyarakatan tertentu yang melarangnya. Dalam hal diketahui, bahwa subjek hukum merupakan pemangku hak dan
ini juga digunakan ukuran negatif, dalam arti apabila terdapat kewajiban.
pertentangan dengan hukum, ketertiban umum dan kesusilaan,
dianggap tidak terpenuhi syarat hal tertentu. Jadi, walaupun per- Pada umumnya semua persyaratan di atas berlaku juga
janjian pada prinsipnya bersifat terbuka dalam segala hal atau bagi para pihak sebjek kontrak berupa badan hukum, baik per-
berkenaan dengan objek apa pun, namun terdapat pembatasann- syaratan subjektif maupun persyaratan objektif. Namun ada
ya. Pembatasan tersebut apabila telah bertentangan dengan perbedaan dan kekhususan dalam persyaratan subjektif tentang
nilai-nilai kehidupan di dalam masyarakat madani, yaitu hukum, syarat kecakapan. Dalam hal ini untuk badan hukum privat diatur
kesusilaan dan ketertiban umum. dalam peraturan perundang-undangan khusus yang berkenaan
tentang siapa yang dapat mewakili badan
hukum tersebut di dalam dan di luar pengadilan. Sumber Atas dasar pemahaman di atas berarti apabila suatu kon-
hukum lain yang dapat mengatur tentang kecakapan organ trak negara/daerah dibuat oleh badan atau organ pemerintah
badan hukum ini adalah statuta/anggatan dasar/dokumen yang tidak berwenang dalam hal itu, berarti kontrak tersebut
pendirian badan hukum yang bersangkutan. Untuk itu, perlu di- menjadi batal demi hukum. Artinya hukum menganggap bahwa
lihat bagaimana pengaturannya yang dapat beragam sesuai den- sejak dari awal perjanjian tersebut tidak pernah ada. Dengan
gan kebutuhan khusus masing-masing badan hukum. demikian perjanjian tersebut tidak berlaku atau tidak dapat di-
paksakan pelaksanaannya secara hukum.
Keberadaan kewenangan merupakan prasyarat bagi neg-
ara/daerah yang diwakili oleh organ pemerintahan yang ber- Persoalan tentang ada tidaknya kewenangan organ negara/
wenang untuk dapat melakukan suatu tindakan hukum privat. daerah untuk menandatangani suatu kontrak dalam ilmu hukum
Dalam kaitannya dengan kontrak penanaman modal internasion- terkait dengan konsep intravires dan ultravires. Menurut Nygh
al sebagai kontrak negara/daerah, kewenangan merupakan per- dan Butt intravires merupakan suatu perbuatan yang sah, kare-
syaratan khusus yang diperlukan seperti halnya kecakapan pada na berada di dalam kewenangan seseorang atau suatu lembaga
subjek hukum perseorangan. Hal demikian dapat dihubungkan atau pembuat legislasi. Dalam hukum administrasi terkait suatu
dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata. Di sinilah irisan an- putusan pejabat administrasi negara, yaitu yang berada di bawah
tara hukum privat tentang kontrak dan hukum publik tentang kewenangannya untuk menetapkan putusan tersebut.
administrasi/tata negara beririsan dalam penilaian keabsahan
kontrak. Sebaliknya yang dimaksud dengan ultravires adalah suatu
perbuatan seseorang atau lembaga atau pembuat legislasi adalah
Herlien Budiono menjelaskan perbandingan konsep keti- tidak sah karena berada di luar kewenangan yang membuat. Da-
dakcakapan (handelingonbekwaamheid) dan ketidakwenangan lam hukum administrasi negara secara sempit dipahami sebagai
(handelingonbevoegheid) dalam ilmu hukum. Yang pertama, putusan yang tidak diberikan oleh peraturan perundang-undan-
menentukan secara umum siapa saja yang dilarang membuat gan, yang dapat karena materi muatannya tidak secara langsung
perjanjian untuk memberikan perlindungan kepada pihak itu atau tidak langsung berada di dalam kewenangannya atau karena
sendiri. Yang kedua, menentukan siapa yang dilarang untuk tidak terpenuhinya ketentuan prosedural yang menurut penap-
melakukan perbuatan hukum tertentu untuk memberikan per- siran yang tepat dari peraturan perundang-undangan diharus-
lindungan pihak lain dan/atau terhadap kepentingan publik. kan untuk diikuti supaya perbuatan tersebut menjadi sah.
Di samping perbedaan pengertian dan tujuan tersebut, juga
terdapat perbedaan konsekuensi hukum dari ketiadaan pe-
menuhannya. Yang pertama, perjanjian tersebut menjadi dapat
dibatalkan (vernietigbaar). Sedangkan yang kedua, perjanjian
tersebut batal demi hukum (neitig).
Menurut M. Sornarajah, masalah intravires dan ultravires melakukan berbagai kerja sama untuk mendapatkan
ini merupakan suatu persoalan sisa yang hingga kini belum pendapatan asli daerah.
sepenuhnya terselesaikan. Masalah ini dianggap penting dalam
hukum nasional sehingga perlu mendapatkan perhatian yang Di samping mengatur otonomi para pihak dan perikatan
khusus dari para pihak, supaya suatu kontrak internasional kontrak, Pasal 1338 KUH Perdata juga mengatur tentang itikad
pemerintah terkait penanaman modal yang dibuat itu sah dan baik. Itikad baik ini merupakan standar yang dapat digunakan
dalam hal ada perselisihan putusan yang diambil oleh arbitrasi untuk membatasi kebebasan berkontrak dan keterikatan kon-
dapat dilaksanakan karena tidak dianggap bertentangan dengan trak tersebut. Dengan demikian kebebasan berkontrak dan
kebijakan publik di negara tempat eksekusi atau tidak bertentan- keterikatan kontrak yang penting dalam mencapai tujuan ke-
gan dengan Konvensi New York Tahun 1958. Persoalannya adalah pastian hukum tidak bersifat mutlak, tetapi relatif. Dalam hal ini
meskipun ia dainggap penting dalam hukum nasional suatu neg- peyeimbangnya adalah standar itikad baik yang harus ada dalam
ara, namun tidak selalu mantap di dalam pandangan arbitrase, pelaksanaan kontrak dalam mencapai tujuan keadilan. Dengan
yang dapat memandang masalah tersebut belum menjadi prinsip demikian diharapkan terdapat keseimbangan.
umum hukum karenanya dapat ditolak berdasarkan teori inter-
nasionalisasi kontrak. Artinya kontrak internasional tersebut
oleh arbitrase tidak diadili berdasarkan hukum nasional, tetapi
berdasarkan prinsip hukum internasional atau supranasional.
Demikian juga mengenai ruang lingkup kerja sama, yang Penggunan istilah kuasa penuh menunjukkan bahwa ruang
juga mencampur antara traktat dan kontrak internasional seh- lingkup regulasi dimaksud berada dalam bidang hukum publik,
ingga tidak sejalan dengan pemahaman umum dalam doktrin. yaitu hukum internasional publik, tepatnya hukum traktat. Kon-
Pasal 3 Permendagri Manlak kerja Sama Luar Negeri Daerah sep kuasa penuh tidak digunakan dalam hukum kontrak inter-
tidak konsisten dengan ilmu hukum mencampur materi muatan nasional yang tunduk pada hukum privat, dalam hal ini hukum
traktat dan kontrak internasional sebagai bagian dari rauang kontrak internasional, termasuk hukum kontrak penanaman
lingkup kerja sama yang diatur. Dalam hal ini disebutkan secara modal internasional.
terbuka meliputi juga penyertaan modal dan kerja sama lainnya
sehingga dapat meintasi bidang hukum publik dan privat. Pada- Pasal 1 angka 11 Permendagri Manlak Kerja Sama Luar
hal, masing-masingnya memiliki sifat kepentingan yang berbeda. Negeri Daerah mencampur kedua konsep yang berbeda tersebut,
Yang pertama mengatur kepentingan publik, sedangkan yang kuasa penuh dan surat kuasa menjadi satu. Pasal tersebut secara
terakhir mengatur kepentingan privat. tidak tepat menyamakan konsep kuasa penuh dan surat kuasa
yang berlainan tersebut. Padahal kuasa penuh istilah spesifik, se-
Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri Daerah men- dangkan surat kuasa istilah generik, yang dalam doktrin maupun
gatur hukum traktat tampak ketika menggunakan konsep hukum praktik yang lazim digunakan untuk menjelaskan hal berbeda
traktat. Dalam hal ini konsep kuasa penuh (full powers). Kuasa dalam rejim hukum yang berlainan. Akibatnya definisi yang ada
penuh (full powers) adalah konsep hukum internasional publik tersebut bermakna ganda sehingga tidak efektif sebagai bahasa
yang memiliki pengertian khusus. Kuasa penuh adalah dokumen hukum yang baik.
khusus yang digunakan dalam hubungan diplomatik antarnega-
ra, bukan dalam kegiatan dagang/transaksi bisnis internasional.
Pasal 11 sampai dengan Pasal 14 Permendagri Manlak disampaikan kembali kepada pemerintah pusat, dalam hal
Kerja Sama Luar Negeri Daerah tersebut mengatur prosedur ini, Menteri Dalam Negeri. Pasal 11 Permendagi Kerja Sama Luar
atau tahapan proses kerja sama yang ada diatur sebagai berikut. Negeri Daerah menetapkan isi rencana kerja sama daerah, ter-
Pertama, prakarsa kerja sama disampaikan Pemerintah Daerah diri atas subjek kerja sama, latar belakang; maksud tujuan dan
kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimban- sasaran; objek/ruang lingkup kerja sama, hasil pembiayaan, dan
gan. Dapat juga dari Menteri Dalam Negeri disampaikan kepada jangka waktu pelaksanaan.
Pemerintah daerah beserta pertimbangan. Kedua, Pemerintah
Daerah kemudian menyususun rencana kerja sama. Ketiga, Secara umum regulasi kerja sama luar negeri tersebut te-
rencana kerja sama disampaikan Pemerintah Daerah kepada pat apabila dimaksudkan hanya sebagai pengaturan tindak lanjut
DPRD untuk mendapatkan persetujuan dalam bentuk keputusan hukum traktat, yang melibatkan pemerintah daerah di dalamnya.
DPRD. Keempat, Kepala Daerah menyusun naskah nota kesepa- Namun, memiliki apabila juga dimaksudkan berlaku untuk kon-
haman, Kelima, Kepala daerah mengirimkan dokumen rencana trak internasional memiliki beberapa kelemahan. Dalam hal ini
kerja sama, persetujuan DPRD dan naskah nota kesepahaman memerlukan pengkajian lebih lanjut untuk penyempurnaannya.
kepada Menteri Dalam Negeri. Keenam, Menteri Dalam Negeri Pertama, besarnya campur tangan pemerintah pusat da-
melakukan pembahasan dengan instansi terkait di pusat untuk lam pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini tidak sejalan dengan
mendapatkan pertimbangan. Khusus untuk traktat menteri teori daerah otonom. Pada prinsipnya pemerintah pusat hanya
menyampaikan dokumen dimaksud kepada Menteri Sekretaris memiliki kewenangan absolut dalam urusan politik luar negeri.
Negara untuk mendapatkan persetujuan pemerintah. Ketujuh, Sedangkan urusan luar negeri selain politik luar negeri pada
khusus untuk traktat atas dasar persetujuan pemerintah Menteri prinsipnya merupakan kewenangan daerah otonom. Dalam hal
Dalam Negeri menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri untuk ini daerah otonom dapat mengatur dan mengurusnya sendiri,
mendapatkan kuasa penuh (full powers), sebagai dasar untuk sesuai norma, standar, dan prosedur, serta pembinaan dan pen-
menandatangani nota kesepahaman. gawasan yang dilakukan pemerintah pusat. Kewenangan tetap
pada daerah otonom.
Oleh karena tidak diatur dengan jelas, dapat diprediksi
setelah tahap di atas, adalah tahap kontrak berupa penandatan- Kedua, regulasi tersebut menciptakan jalur birokrasi yang
ganan nota kesepahaman dan/atau traktat dan taha pascatrak- panjang dalam perancangan kontrak internasional. Hal ini dapat
tat, yaitu pelaksanaan, pembiayaan, pembinaan dan pengawasan, mengahambat upaya pemerintah yang sedang dilakukan kini
pelaporan, dan penyelesaian perselisihan. dalam meningkatkan penanaman modal, termasuk penanaman
modal internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pasal 10 ayat (2) Permendagri Kerja Sama Luar Negeri dan penciptaan lapangan kerja. Dengan demikian tidak sejalan
Daerah menetapkan bahwa pertimbangan dari pemerintah pusat baik dengan asas hukum privat pada umumnya, maupun asas
diperlukan sebagai dasar dalam penyusunan rencana kerja sama hukum penanaman modal pada khususnya. Iklim yang kondusif
daerah. Pasal 11 ayat (1) menambahkan bahwa rencana kerja dan kepastian hukum merupakan arah yang dicita-citakan dalam
sama yang telah dibuat daerah atas dasar pertimbangan pemer-
intah pusat tersebut disampaikan
pengembangan hukum perdata dan hukum penanaman Kelemahan tersebut kurang lebih sama dengan apa yang
modal nasional tersebut. diuraikan untuk Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri
Daerah di atas. Mengenai prosedur kerja sama diatur dalam Pasal
Ketiga, tidak adanya pembedaan dalam besaran skala 6 sampai dengan Pasal 13 seperti berikut ini.
dan risiko kerja sama antara yang besar dan yang kecil, yang
semuanya harus mengikuti jalur birokrasi yang ditentukan, yaitu Pertama, Pemerintah Aceh menyusun rencana kerja sama.
mendapatkan persetujuan DPRD dan pertimbangan pemerin- Kedua, Pemerintah Aceh menyampaikan rencana kerja sama
tah pusat, dapat menimbulkan ketidakefisienan dan ketidake- tersebut ke Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk
fektivan kerja sama luar negeri, dalam konteks hukum privat mendapatkan persetujuan. Ketiga, Pemerintah Aceh menyam-
tentang transaksi bisnis internasional dan hukum penanaman paikan rencana kerja sama kepada Menteri Dalam Negeri untuk
modal tersebut. mendapatkan pertimbangan. Keempat, Menteri Dalam Negeri
melakukan koordinasi dengan Pemerintah Aceh dan instansi
Dalam pembaharuan hukum terkait kontrak internasional terkait.
ke depan perlu berpedoman, antara lain, pada alasan sebagaima-
na terdapat dalam pertimbangan putusan MKRI Nomor 36/ Kelima, Menteri Luar Negeri, dalam hal dipandang perlu,
PUU-X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Ta- memberikan kuasa penuh kepada Gubernur atau perangkat Pe-
hun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Putusan MKRI tersebut merintahan Aceh yang ditunjuk. Keenam, perundingan atau pem-
pada intinya memberi petunjuk tentang adanya perbedaan pen- bahasan rancangan naskah dengan pihak luar negeri, meskipun
gertian antara traktat dan kontrak internasional sejalan dengan tidak secara tegas diatur demikian. Ketujuh, penandatanganan
maksud yang terkandung dalam ketentuan terkait di dalam UUD naskah naskah kerja sama. Kedelapan, penyampaian naskah ker-
1945. Masing-masing jenis perjanjian tersebut di atas tunduk ja sama kepada Menteri Dalam Negeri. Kedelapan, pelaksanaan
pada rejim hukum yang berbeda. Yang pertama hukum publik, kerja sama, pendanaan, pembinaan, pengawasan dan pelaporan.
dan yang kedua hukum privat.
Permendagri Manlak Kerja Sama Luar Negeri Daerah
Untuk otonomi khusus Aceh berdasarkan UUPA, terdapat dibentuk dalam rangka otonomi daerah secara nasional, se-
ketentuan hukum khusus, yaitu Peraturan Presiden Nomor 11 dangkan Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh dibentuk dalam
Tahun 2010 tentang Kerja Sama Pemerintah Aceh dengan Lem- rangka otonomi khusus Aceh berdasarkan UUPA. Kedua regulasi
baga atau badan di Luar Negeri (Perpres Kerja Sama Luar Negeri tersebut pada prinsipnya muncul dari kewenangan pemerintah
Aceh). Secara umum materi muatan yang ada serupa dengan pusat dalam bidang politik luar negeri. Kewenangan di bidang
ketentuan hukum yang berlaku nasional tersebut. Meskipun politik luar negeri ini diatur baik UUPA maupun UUPD, yang pada
demikina, terdapat bebererapa penyesuaian untuk menampung prinsipnya merupakan kewenangan absolut pemerintah pusat.
otonomi khusus Aceh berdasarkan UUPA. Meskipun demikian, sesuai hukum, kewenangan absolut terse-
but dapat didesentralisasikan seluruhnya atau sebagian kepada
Regulasi ini pun tidak luput dari kelemahan, apabila di- daerah sesuai peraturan perundang-undangan.
maksudkan berlaku juga sebagai prosedur yang berlaku untuk
perancangan kontrak internasional Provinsi Aceh.
Oleh karena itu, pemerintah pusat memiliki keleluasan un- Traktat berada dalam ruang lingkup pengertian politik luar
tuk mengatur lebih lanjut tentang urusan pemerintahan absolut negeri tersebut, karena itu berada dalam kewenangan absolut
di bidang politik luar negeri tersebut, asalkan sesuai dengan asas pemerintah pusat. Sedangkan kontrak internasional, meskipun
dan kaidah hukum yang lebih tinggi, dalam hal ini UUPA, UUPD, mengatur persoalan luar negeri atau lintas negara, tetapi tunduk
dan UUD 1945. Namun, kewenangan demikian tidak berlaku un- pada hukum perdata internasional. Dalam hal ini perbedaan se-
tuk urusan pemerintahan lain yang menjadi kewenangan daerah makin jelas apabila dikaitkan dengan definisi hukum internasi-
otonom dan daerah otonomi khusus. Dalam hal ini urusan luar onal publik, sebagaimana dikemukakan Mochtar Kusumaatmad-
negeri selain politik luar negeri tersebut. ja bahwa “keseluruhan kaidah dan asas hukum yang merngatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan
Urusan pemerintahan luar negeri selain bidang politik internasional) yang bukan bersifat perdata.”
luar negeri, tidak termasuk urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan absolut pemerintah pusat. Misal urusan transak- Urusan transaksi bisnis internasional ini tidak termasuk
si bisnis internasional, yang tidak termasuk dalam pengertian dalam pengertian politik luar negeri yang merupakan kewenan-
politik luar negeri sebagaimana dimaksudklan UUPA, UUPD, gan absolut pemerintah pusat, karena itu sesuai dengan teori
dan UUD 1945. Dalam urusan pemerintahan di bidang dagang/ residu berdasarkan UUD 1945 berada dalam kewenangan daer-
transaksi bisnis internasional tersebut, pemerintah pusat memi- ah otonom. Dalam hal ini daerah otonom sebagai badan hukum.
liki keterbatasan untuk mengaturnya. Pemerintah pusat hanya Sementara kewenangan pusat, khususnya untuk otonomi khusus
dapat menetapkan norma, standar dan prosedur tentang urusan Aceh berdasarkan UUPA, dalam urusan pemerintahan bidang da-
pemerintahan tersebut. Di samping itu, juga pembinaan dan pen- gang/transaksi bisnis internasional ini terbatas pada penetapan
gawasan. Namun, penetapan norma, standar, dan prosedur serta norma, standar, dan prosedur, serta pembinaan dan pengawasan.
pembinaan dan mpengasan tersebut menurut hukum juga tidak Sesuai dengan kewenangan yang ada tersebut, baik pemerintah
boleh mengurangi kewenagan yang telah diberikan kepada daer- pusat maupun pemerintah daerah dapat mengatur dalam regula-
ah. Artinya, kewenangan yang sudah diberikan kepada daerah si tersendiri, yang materi muatannya memisahkan antara traktat
menjadi kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurusnya dan kontrak internasional. Hal ini karena traktat dan kontrak
sendiri. internasional memiliki karakter yang berbeda.
Jelas bahwa pengertian istilah politik luar negeri tempat Idealnya, baik Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh, mau-
kewenangan absolut pemerintah pusat bersandar, tidak sama pun Permendagi Kerja Sama Luar Negeri Daerah membatasi ma-
dengan pengertian luar negeri. Politik luar negeri memiliki arti teri muatan hanya pada pengaturan tindak lanjut prosedur per-
spesifik, yang berada dalam bidang politik sehingga tunduk pada ancangan traktat, yang melibatkan daerah otonom di dalamnya.
hukum publik. Sedangkan pengertian luar negeri merupakan isti- Sedangkan untuk prosedut perancangan kontrak internasional,
lah yang memiliki arti generik, termasuk juga di dalamnya bidang termasuk kontrak penanaman modal internasional, yang meli-
transaksi bisnis internasional. batkan daerah di dalamnya perlu
diatur secara khusus dalam peraturan perundangan
tersendiri.
Pada tahap awal inisiasi ini, sebagaimana dalam praktik di Kedua macam perjanjian, traktat dan kontrak internasi-
Provinsi Aceh, pada umumnya dilaksanakan sendiri berdasar- onal, memiliki asas dan kaidah hukum yang diatur dalam rejim
kan kewenangan daerah otonom dan menganggap belum perlu hukum yang berbeda, karena itu tidak perlu disatukan pengatur-
melaporkan kepada instansi pemerintahan pusat. Dalam hal ini annya dalam satu regulasi. Hukum traktat berakar pada urusan
praktik di Provinsi Aceh telah membedakan antara traktat dan politik luar negeri yang berada di bawah rejim hukum publik,
kontrak. Salah satu cara membedakannya adalah dengan melihat sebagaimana antara lain, diatur dalam UUPI dan UUPD. Sedang-
pada subjek kerja samanya. Jadi, tergantung pada subjeknya. kan hukum kontrak internasional berakar pada urusan transaksi
Apabila para pihak adalah Provinsi Aceh dan negara/daerah di bisnis internasional, yang berada di bawah rejim hukum privat,
luar negeri, berarti tergolong traktat. Dalam hal ini tunduk pada sebagaimana, antara lain, diatur dalam hukum perdata internasi-
hukum publik tentang traktat yang mewajibkan daerah untuk onal, KUH Perdata, dan hukum penanaman modal. Masing-mas-
memberitahukan prakarsa rencana kerja sama tersebut kepada ing rejim hukum tersebut memiliki filosofi dan tujuannya yang
pemerintah pusat. khas, berbeda dengan yang lain.
Berbeda dengan traktat tersebut, untuk kontrak penana- Hal demikian perlu ditekankan karena konsiderans meng-
man modal internasional tidak perlu berpedoman pada Pasal 6 ingat PP Kerja Sama Luar Negeri Aceh hanya merujuk UUPI dan
Perpres Kerja Sama Luar Negeri Aceh, yang mewajibkan daer- UUPD, tanpa merujuk pada hukum perdata internasional, KUH
ah untuk menyusun rencana kerja sama dan menyampaikan Perdata, dan UUPM. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi terse-
kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapat pertimbangan but merupakan bagian dari hukum publik, bukan hukum privat.
sebagaimana dijelaskan di atas. Pasal 6 Perpres Kerja Sama Namun, ketika membaca definisi lembaga atau badan di luar
Luar Negeri Daerah tepat untuk diterapkan pada traktat kare- negeri, yang mencakup swasta menimbulkan kesan bahwa reg-
na berada dalam ruang lingkup urusan politik luar negeri, yang ulasi tersebut dipaksakan berlaku melampaui traktat. Di sinilah
kewenangannya ada pada pemerintah pusat. Urusan pemerin- muncul sumber
tahan di bidang politik pada umumnya dan politik luar negeri
pada khususnya memang memerlukan kontrol yang relatif ketat
dari pemerintah pusat sebagai upaya dalam menjaga keutuhan
negara. Hal ini berbeda dengan urusan pemerintahan di bidang
transaksi bisnis internasional yang memiliki karakter penciptaan
iklim yang kondusif terhadap kegiatan ekonomi. Untuk itu diper-
lukan fasilitasi, antara lain, melalui
ketidakjelasan dan inkonsistensi hukum karena ketentuan hukum ekonomi, seperti pada hukum perusahaan dapat
regulasi tersebut tidak sinkron dan harmonis dengan doktrin menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, dis-
yang umum berlaku tentang itu. arankannya bahwa campur tangan pemerintah demikian tidak
perlu diatur dalam hukum perusahaan, tetapi dalam hukum ter-
Dalam hal ini dapat dipedomani doktrin pembagian batas kait yang lain, seperti hukum perburuhan dan ketenagakerjaan,
wilayah atau bidang berlakunya hukum sebagaimana dikemu- hukum persaingan usaha, dan hukum lingkungan. Pendapat de-
kakan Hans Kelsen. Setiap hukum mimiliki batas wilayah atau mikian dapat dianalogikan juga pada hukum penanaman mod-
bidangnya sendiri, yang menentukan batas-batas keberlakuan- al internasional. Hal ini menunjukkan bahwa hukum tertentu
nya. Terdapat empat patokan wilayah atau bidang yang men- memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan hukum lain,
jadi batas berlakunya hukum tertentu, yaitu waktu (temporal karena itu tidak selalu dapat disatukan pengaturannya dalam
sphere, tijdsgebied), tempat (territorial sphere, ruimtegebied), satu macam produk hukum saja. Masing-masing hukum mengi-
subjek (personal sphere, personengebied), dan objek atau ma- kuti sistem hukum tertentu yang pada akhirnya berakar pada
teri muatan (material sphere, zakengebied). Dalam hal ini yang asas hukum yang berbeda. Oleh karena itu, hal ini perlu diatur
relevan dalam pembedaan antara kontrak dengan traktat adalah secara terpisah mengikuti asas hukumnya masing-masing.
pembatasan wilayah atau bidang berlakunya hukum adalah ber-
dasarkan objek atau materi muatan. Objek atau materi muatan Apabila tidak diatur terpisah seperti halnya ketentuan hu-
kontrak adalah transaksi bisnis internasional, sedangkan objek kum yang kini berlaku, dapat menimbulkan kebingungan karena
atau materi muatan traktat adalah politik luar negeri. Oleh kare- ketidakjelasan, baik terhadap ketentuan hukum materiil maupun
na itu, perlu dipisahkan pengaturan dengan menempatkan dalam terhadap ketentuan hukum prosedural. Ketentuan khusus yang
regulasi masing-masing. tidak sesuai tersebut perlu diperbaiki untuk memberikan ke-
pastian hukum dalam penanaman modal internasional. Dengan
Pemuatan kata swasta mengindikasikan adanya maksud demikian harapan hukum dapat menunjang kegiatan ekonomi
untuk memperluas cakupan berlakunya regulasi traktat tersebut dapat diwujudkan.
juga untuk kontrak penanaman modal internasional. Pencampu- Apabila para pihak subjeknya adalah Provinsi Aceh dan
ran demikian dalam konteks hukum ekonomi pada umumnya swasta, dalam hal ini sebagai badan hukum langsung menerus-
dan hukum kontrak penanaman modal internasional pada khu- kan negosiasi dan menindaklanjutinya sampai dengan pen-
susnya dapat membuka pintu bagi campur tangan pemerintah andatanganan kontrak. Provinsi Aceh sebagai daerah otonom
pusat yang berlebihan. Hal demikian dapat menimbulkan pen- memiliki kewenangan untuk mengatur dan melaksanakan sendi-
ciptaan birokrasi yang panjang, peningkatan biaya yang dapat ri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat yang men-
melemahkan daya saing ekonomi negara/daerah, dan penciptaan jadi kewenangannya. Pemberitahuan kepada pemerintah pusat
hambatan terhadap penanaman modal internasional yang meru- baru dilakukan setelah kontrak
gikan daerah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan penguatan daya saing.
ST Laksanto Utomo, Pemeriksaan dari Segi Hukum atau Due Diligence, Bandung, PT Alumni, 2008,
hlm. 11 dan 12.
“A close examination, particularly in legal sense, of a transaction and its related documents” Peter E. Nygh
and Peter Butt, Op. Cit., hlm. 139.
dan sebagainya), kontrak yang dibuat, gugatan dan tuntut- dihadapi oleh penanam modal internasional apabila PT
an hukum, serta pembukaan BUMA tersebut. patungan didirikan dalam bentuk PT NonPMA-PMDN (PT non-
Kedua, LDD terbatas (limited legal due diligence), yang fasilitas), pertimbangan hukum apa saja yang diperlukan da-
melaksanakan uji tuntas terbatas hanya pada aspek tertentu saja lam pengalihan saham PT patungan kepada BUMA, bagaimana
dari suatu organisasi perusahaan/pemerintahan. LDD terbatas kedudukan pemegang saham minoritas dalam hukum perusa-
menjawab satu atau beberapa pertanyaan tertentu tentang suatu haan di Indonesia, dan bagaimana kewenangan Provinsi Aceh
kegiatan tertentu dari organisasi perusahaan/pemerintahan. dalam pengelolaan sumber daya alam hutan di KEL.
Misal dalam rangka kontrak penanaman modal interna- Dalam praktik di Provinsi Aceh LDD biasanya dilakukan
sional perdagangan karbon hutan Kawasan Ekosistem Leuser oleh petugas atau tim internal pada Biro Hukum. Hasil dari LDD,
(KEL) terdapat beberapa memorandum hukum/pendapat hu- tergantung skala dan tingkat kompleksitas kontrak penanaman
kum dalam yang dihasilkan dalam bentuk LDD terbatas tersebut. modal internasional, dapat berupa hasil telaahan staf tentang
Beberapa pertanyaan yang diberikan jawaban melalui penelitian naskah nota kesepahaman yang telah diperbaiki sesuai dengan
dan penulisan hukum tersebut meliputi bagaimana implikasi peraturan perundang-undangan dan bahasa hukum. Selain itu,
ketentuan hukum tentang larangan paraktik monopoli dan per- dapat juga berupa hasil telaahan staf yang berisi penjelasan ten-
saingan usaha tidak sehat terhadap rencana kerja sama penana- tang pokok-pokok permasalahan hukum yang ada sebagaimana
man modal internasional pada KEL. diuraikan sebelumnya.
Pertanyaan dalam LDD terbatas yang lain apakah bidang Melihat isinya telaahan staf tersebut memiliki pokok-pokok
usaha BUMA memungkinkan diperluas sehingga memenuhi isi yang mirip karena itu secara materiel termasuk dalam pen-
persyaratan untuk menjadi pemegang saham pada perusahaan gertian memorandum hukum/pendapat hukum (legal memo-
patungan yang dirikan, BUMA manakah yang paling layak men- randum/legal opinion) tersebut. Istilah legal memorandum (LM)
jadi pemegang saham pada perusahaan patungan yang didi- digunakan sebagai instrumen komunikasi internal kantor, se-
rikan, bagaimana komposisi modal awal dan pembagian laba dangkan istilah legal opinion (LO) digunakan sebagai instrumen
masing-masing BUMA, dalam perbandingannya satu sama lain, komunikasi eksternal dengan pihak luar kantor.
bagaimana prosedur penggantian direksi BUMA, apakah angga- Pelaksanaan uji tuntas membutuhkan biaya. Untuk itu,
ran dasar PT usaha patungan yang didirikan berkaitan dengan dalam nota kesepahaman perlu diatur siapa yang menanggung
pengambilan putusan bertentangan dengan isi perjanjian kerja biaya tersebut. Biaya tersebut dapat dibebankan kepada kedua
sama antara Provinsi Aceh dan penanam modal internasional. belah pihak secara proporsional atau dibebankan kepada salah
Pertanyaan lain terkait ketentuan hukum penanaman mod- satu pihak sesuai kesepakatan. Sering juga dalam nota kesepa-
al dan hukum perusahaan meliputi apa saja fasilitas penanaman haman diatur bahwa masing-masing pihak menanggung biaya
modal yang tidak dapat diperoleh apabila PT patungan yang di- uji tuntas yang dilakukannya. Dalam hal ini kedua belah pihak
dirikan dalam bentuk PT NonPMA-PMDN (PT nonfasilitas), apa ikut dalam uji
saja risiko hukum yang mungkin
Nasruddin Daud, mantan Direktur Utama PDPA dan M. Nur Rasyid, ahli hukum mewakili Provinsi Aceh/ Zulkarnain Yusuf, mantan Direktur Utama PDPA dan Direktur Utama PT Petrogas Aceh, anak perusahaan
PDPA, Wawancara, 16 Juni 2016. yang berafiliasi dengan PDPA, Wawancara, 11-12 Desember 2015.
hingga syarat tangguh tersebut dipenuhi oleh salah satu
atau kedua belah pihak.
Untuk dapat melaksanakan kontrak penanaman modal
internasional yang telah ditandatangani juga masih tergantung
pada aspek struktur hukum. Dalam hal ini kesiapan para pihak
untuk memulainya. Dari sisi peran Provinsi Aceh, kelemahan di
sini, antara lain, adalah pada kesiapan instansi pelaksana, ter-
masuk BUMA yang belum kondusif. BUMA yang kini ada masih
menyimpan banyak permasalahan internal yang perlu dibenahi
lebih dahulu memasuki era akselerasi dan peningkatan penana-
man modal internasional di Provinsi Aceh.