ABSTRACT
Women in the political context of Indonesia has a very significant role, because the
position of women in politics in Indonesia not yet well established and sometimes even
impressed marginalized because of the position of women in politics is always behind man.
This can be seen in various positions in political parties, political organizations and even in
Parliament though. This indicates that women's political participation is still very limited so
that the position of women in politics in Indonesia is still very weak, so in need of a strategy
to increase women's political participation in Indonesia either from the lowest to the highest
rank. Although there is affirmative action to increase women's political participation in
politics but it does not guarantee that the political position of women to be equal to men
colleagues Because there are not many women who want and memimiliki opportunity for a
career and strive in the path of politics. Many problems encountered principally in
Indonesian culture. This study will explore how women's political participation in the
political context in Indonesia and is expected to add to the treasures of female political
discourse itself.
Mahasiswa pada Program Ph.D Institut Kajian Etnik (KITA) Universiti Kebangsaan Malaysia dan Dosen pada
Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Email:
fauzan_ukm@yahoo.com.
21
kekerasan disini dimulai dari kekerasan sebagai pemimpin dan bisa bertindak
fisik seperti pemerkosaan dan pemukulan, sesuka hati mereka. Ketidak kuasaan
sampai pada kekerasan yang berbentuk perempuan malah menjadi pijakan
lebih halus seperti pelecehan (Sexual ketidakadilan dalam masyarakt terutama
harassment) dan penciptaan masyarakat tradisional, tidak ada ruang
ketergantungan. Banyak sekali kekerasan bagi perempuan untuk maju.
terjadi pada perempuan yang ditimbulkan Sedangkan menurut Naqiyah
karena stereotype gender. (2005: 78) partisipasi politik perempuan
Kelima, karena peran gender dapat dilihat dalam tiga aspek yaitu akses,
perempuan adalah mengelola rumah control, dan suara perempuan dalam
tangga, banyak perempuan menanggung proses pembuatan kebijakan (Policy
beban kerja domestic lebih banyak dan Making Procces). Dalam kenyataannya
lebih lama (burden). Dengan kata lain kegiatan yang disebut diatas masih jauh
‘peran gender’ perempuan yang menjaga dari kata ideal atau sangat kurang dan
dan memelihara kerapian tersebut telah tidak berpihak pada perempuan.
mengakibatkan tumbuhnya tradisi dan
keyakinan masyarakat bahwa mereka Politik dan Perempuan
harus bertanggung jawab atas Pada konstelasi politik Indonesia
terlaksananya semua pekerjaan domestic. posisi perempuan masih menjadi
Sosialisasi tersebut menjadikan rasa komoditas politik saja, tidak begitu
bersalah pada perempuan jika tidak berperan aktif dan tidak juga terlalu
melakukan, sementara bagi kaum laki-laki, terpinggirkan, meskipun pada
tidak saja merasa bukan tanggung kenyataannya dalam beberapa penelitian
jawabnya, bahkan dibanyak tradisi tingkat partisipasi politik perempuan boleh
dilarang berpartisipasi (Mansour Fakih dibilang masih rata-rata air, atau dengan
2002: 172-174). kata lain tidak begitu menonjol
Hal tersebut diatas menyebabkan prestasinya, banyak hal dan banyak pula
timbul persepsi bahwa perempuan adalah faktor yang mempengaruhi tinggi -
berbeda dan sebagai warga kelas dua rendahnya tingkat partisipasi politik
setelah laki-laki akibat persepsi gender perempuan di Indonesia, terutama pada
yang salah dan melenceng jauh, akibatnya pemilihan kepala daerah dibeberapa
peran perempuan dalam segala bidang tempat.
menjadi lebih sempit dan jauh dari kata Pada pemilihan anggota legislatif
sukses, dan laki-laki menikmati posisi bisa dilihat bahwa keikut sertaan
29
perempuan dalam pemilihan umum sangat jargon saja tidak diimbangi dengan fakta-
sedikit dan bahkan hanya sekedar ingin fakta dilapangan, bahwasanya isu
memenuhi quota yang telah ditetapkan kesetaraan masih menjadi pekerjaan rumah
oleh undang-undang, dan pada akhirnya yang teramat besar bagi sistem politik di
malah perempuan yang duduk di legislatif Indonesia, tugas pemberdayaan politik
malah sangat sedikit dan tidak memiliki perempuan masih “hangat-hangat tai
kualitas yang baik karena sistem ayam” dan secara kasat mata masih sumir
rekrutmen partai yang tidak terbuka dan terlihat.
terkesan asal comot saja. Kondisi partisipasi politik
Ketika era reformasi bergulir dan perempuan di Indonesia secara umum
keran kebebasan dibuka selebar-lebarnya masih sangat rendah dan ditunjang sangat
untuk semua kalangan, baik laki-laki lambannya kesadaran dan pengetahuan
maupun perempuan terutama dalam ranah masyarakat tentang bagaimana pentingnya
politik, diharapkan peran serta masyarakat peranan partisipasi perempuan dalam
dalam menyukseskan reformasi sesuai politik, kondisi ini menyebabkan betapa
dengan amanah reformasi untuk demokrasi dominannya poltik dikuasai oleh kaum
yang lebih baik dan lebih peduli laki-laki sehingga keberpihakan terhadap
kesetaraan disemua sendi-sendi sosial perempuan sering kali terhambat dan juga
maupun struktur masyarakat. tidak disertai dengan gerakan perempuan
Sayangnya, pada ketika reformasi untuk berubah secara alamiah dan
berjalan posisi perempuan dan kontribusi progresif.
perempuan untuk politik masih minim Kesadaran untuk mengambil hak
terlihat, perempuan masih menjadi mereka dalam affirmative action sering
komoditas politik yang didominasi oleh kali menjadi persoalan baik dalam ranah
kaum laki – laki saja, dan tidak menutup politik secara nasional maupun lokal, hal
kemungkinan perempuanpun menjadi alat ini menjadi sebuah hambatan sekaligus
eksploitasi politik baik itu oleh partai- tantangan bagi politik perempuan untuk
partai politik dan juga kelompok- menempatkan posisi mereka duduk sama
kelompok kepentingan lainnya. rendah dan berdiri sama tinggi dengan
Keran kebebasan dan kesetaraan kolega mereka kaum laki-laki,
yang dikampanyekan oleh orang-orang pro Mengikut Pary G, Moyser G dan
demokrasi dan aktor-aktor politik yang Day N (1992: 3) menyatakan partisipasi
menjadi pemeran utama dalam panggung politik adalah bentuk keikutsertaan dalam
politik Indonesia terkadang hanya jargon- proses formulasi, pengesahan dan
30
Pada tahun 2008 terbitlah Undang- berlevel ‘bintang lima’ sehingga mereka
undang No 10 tentang Pemilihan Umum mampu merebut dominasi laki-laki baik di
anggota legislative pada pasal 53 yang partai politik ataupun di level organisasi
mensyaratkan paling sedikit 30 persen nasional lainnya.
keterwakilan perempuan dalam daftar Dalam kebanyakan perempuan di
calon anggota legislative dan sebelumnya parlemen adalah karena pengaruh ‘orang
pada 6 Desember 2007 di sahkan Undang- kuat’ di daerahnya baik itu suaminya,
undang No.2 thaun 2008 tentang partai bapaknya, kakeknya, pamannya yang
Politik yang menjamin minimum 30 kepala daerah ataupun patron-patron
persen keterlibatan peremopuan dalam politik lokal, bukan karena mereka kuat
partai politik. Niatan baik undang-undagn secara alamiah dalam belantara politik
tersebut di sahkan adalah dengan tujuan tetapi patron-patron tersebut memberikan
agar meningkatkan lagi partisipasi politik pengaruh yang kuat terhadap pencalonan
dan keterwakilan perempuan dalam pentas mereka, banyak kita lihat di beberapa
politik di Indonesia. Mesti difahami daerah yang suaminya adalah bupati atau
bahawa selama ini keterlibatan perempuan walikota dan istrinya adalah ketua DPRD
dalam politik tidaklah besar, kebanyakan atau anggota legislative di daerah tersebut
perempuan menjadi objek politik semata dan ketika masa suaminya berkuasa akan
yaitu dalam konteks pemiliha umum habis mereka kemudian di gadang-gadang
perempuan hanya menjadi penonton yang untuk menggantikan posisi suami mereka
datang berbondong-bondong ketempat sebagai kepala daerah di daerah tersebut.
pemilihan dan memberikan suara mereka Walaubagaimanapun keterwakilan
ke pada calon-calon yang kebanyakan laki- perempuan di parlemen cukup
laki, memang tidak dapat dihindari bahwa menggembirakan banyak juga perempuan-
keterlibatan perempuan dalam pemilu perempuan yang memiliki kualitas
mendapat stigma positif ataupun negative , mumpuni di pentas politik bukan karena
dan tidak dapat dinafikan bahwa tidak faktor-faktor X tersebut tetapi memang
banyak perempuan yang memang karena mereka memiliki kualitas politik
memiliki kualitas politik yang mumpuni ‘bintang lima’. Kuantitas dan kualitas
baik sebagai kader politik yang berjuang tersebutlah yang sebetulnya diharapkan
dari bawah dan kemudian sampai kepada dari perempuan sebagai sebuah fenomena
pentas politik kelas tinggi ataupun politik di Indonesia pasca reformasi.
perempuan-perempuan yang memang Kualitas diri yang baik tentunya akan
berjuang dengan kualitas politik yang memperkuat demokrasi dan politik itu
32
sendiri dan menguntungkan bagi bangsa undang No 8 tahun 2012 pemilihan umum
dan negara dalam konteks persaingan dan Undang-udang No.2 tahun 2011
politik, sehingga anggapan-anggapan tentang partai politik yang mensyaratkan
miring tentang perempuan dalam politik 30 persen quota pada partai politik yang
sedikit demi sedikit mampu di hilangkang tertera dalam pasal (5d), dan 30 persen
dengan positif. quota perempuan yang menjadi kandidat
Indikasi meningkatnya keterwakilan anggota legislative pada pasal 55.
perempuan dalam parleme itu terlihat dari Tentunya revisi tersebut membuat
meningkatnya jumlah perempuan di kedudukan perempuan di politik cukup
parlemen dari 11.8 persen pada pemiliha mendapat tempat dan perhitungan yang
umum legislative pada tahun 2004 menjadi sangat cermat. Walaupun dalam konteks
18 persen pada pemilihan umum ini bisa dilakukan di level pusat dan
legislative tahun 2009. Keterwakilan provinsi tapi cukup sukar untuk
perempuan di parlemen pada 2009 tersebut dilaksanakan pada tataran kabupaten/kota
menjadi bukti bahwa dari tahun ketahun jauh dan terpencil.
politik menjadi semakin menarik bagi Menurut Nuri Soeseno (2014)
perempuan dan perempuanpun semakin banyak politisi perempuan yang
memiliki kesadaran akan posisi politik sebenarnya memiliki kualitas yang sangat
mereka. Partai politikpun semakin baik dalam pentas politik nasional
membuka peluang kepada perempuan sayangnya perempuan-permpuan dalam
untuk bersaing secara terbuka dengan politik secara kontekstual mendapat
koleganya laki-laki dalam kontestasi ‘cibiran’ atau pandangan miring tentang
politik nasional ataupun lokal. kiprah dan peranan mereka ini bisa dilihat
Walaupun pada tahun 2014 pada pentas pemilihan umum legislative
keterwakilan perempuan dalam parlemen tahun 2014 banyak tokoh-tokoh laki-laki
menurun kembali dari yang semula 18 mendapat pujian dan sanjungan positif
persen menjadi 17, 3 persen, padahal tentang karakter mereka yang bernilai baik
kandidat perempuan yang mencalonkan berbanding dengan politisi perempuan
diri dan masuk dalam daftar pemilih dari yang kecenderungannya mendapat
partai politik mengalami peningkatan dari penilaian berbeda dan kebalikan daripada
33, 6 persen tahun 2009 menjadi 37 persen politisi laki-laki. Sungguh pandangan yang
pada tahun 2014 bikin masygul karena rakyat memiliki pola
(http://www.beritasatu.com). Hal ini pemikiran dan kecenderungan berbeda
tentunya berkaitan dengan revisi Undang- dalam memandang sesuatu tentunya
33
dilandasi faktor sosial, budaya dan lebih ramah terhadap perempuan dan
pendidikan yang berbeda pula. tentunya melindungi hak-hak perempuan.
Sedangkan dalam pentas yang Antaranya adalah Komisi nasional
berbeda, peran perempuan di gerakan Perempuan (1999), kemudian ada
masyarakat sipil di Indonesia mendapat Organisasi Pemberdayaan Perempuan
porsi yang cukup luas, banyaknya Kepala Keluarga (PEKKA, 2000)
Lembaga Swadaya Masyarakat Perempuan oraganisasi perempuan yang didirikan di
yang tumbuh dan berkembang semenjak Aceh sebagai bentuk kepedulian terhadap
reformasi telah membuka perempuan perempuan-perempuan yang suaminya
untuk lebih aktif dalam pentas organisasi menjadi korban konflik, kemudian ada
baik sosial, budaya, ekonomi, hukum dan Yayasan Pulih (2002) yang didirikan untuk
politik. Kebanyakan organisasi perempuan pemulihan psikologi perempuan akibat
merupakan organisasi yang bergerak dari kekerasan baik dalam rumah tangga,
dalam program advokasi dan perlindungan konflik, bencana dan bentuk traumatik
terhadap kaum marjinal ini. Apabila lainnya. Selanjutnya ada Migran Care
mengikut Neng Dara Afifah (2014) organisasi yang peduli terhadap nasib para
seorang komisioner perempuan Republik pekerja yang bekerja di luar negeri dengan
Indonesia membeberkan bagaimana membincangkan wacana-wacana global
tumbuh kembangnya organisasi (Neng Dara Afifa 2014).
perempuan terutamanya pasca reformasi Apabila di kembangkan lebih luas,
yang mampu memberikan warna tersendiri sebenarnya peranan perempuan dalam
dalam demokrasi Indonesia. Sekedar politik tidak saja berada dalam parlemen
menyebutkan beberapa organisasi karena tidak semua perempuan punya
terutamanya KomNas Perempuan yang peluang untuk menjadi anggota parlemen,
didirikan pada masa Presiden habibie karena tidak mudah untuk berada dalam
menjawab tantangan politik masa transisi parlemen perlu banyak modal apakah itu
pasca Orde Baru. modal sosial, modal politik dan modal
Pada 1999 hinggalah sekarang kapital. Untuk itu kesadaran perempuan
tercatat banyaknya organisasi perempuan dalam politik tidak saja bersaing dalam
yang bergerak dalam bidang yang berbeda pemilihan umum untuk menjadi anggota
baik skala nasional ataupun lokal. Peranan parlemen tapi bagaimana perempuan
mereka adalah melakukan ‘tekanan’ mampu memberikan warna dan kesadaran
kepada pemerintah baik pusat atau daerah politik baik di parlemen ataupun ekstra
untuk membuat aturan kebijakan yang parlementer, sehingga perempuan
34
memiliki posisi tawar yang bagus untuk Padahal, tidak semua partai politik
mampu mendorong kebijakan yang pro berpihak kepada perempuan. Artinya,
perempuan dan peduli kepada kedudukan dunia politik masih kental dengan budaya
perempuan. maskulinisme. Misalnya, rapat partai
Perempuan dalam politik bisa dilakukan pada malam hari hingga
muncul dalam profesi apa saja baik yang menjelang subuh. Keadaan ini
formal ataupun non formal, semua bebas menyulitkan bagi perempuan, yang secara
masuk dalam panggung politik dalam tradisional terikat dengan beban kewajiban
partai apa saja, berlatar belakang ideology untuk menjaga anak dan melayani suami.
apa saja sehingga ‘perang terbuka’ tersebut Sehingga, hal tersebut menghambat
membuat perempuan mau tidak mau harus perempuan untuk berperan di bidang
siap bertempur dengan modal-modal yang politik. Contoh lain, mayoritas perempuan
harus dimiliki. Walau bagaimanapun tidak mandiri secara ekonomi, artinya
kedudukan perempuan dalam politik era secara finansial masih bergantung kepada
reformasi telah mengalami kemajuan baik suami. Oleh karena itu, perempuan harus
secara aturan legal maupun ketertarikan seijin suaminya dalam hal membelanjakan
perempuan kepada dunia politik yang uangnya, termasuk untuk membelanjakan
selama ini adalah panggungnya laki-laki. uangnya di bidang politik, terkait dengan
Cabaran dari perempuan untuk koleganya gerakannya di partai politik. Hal ini
tidak bisa dianggap main-main, walaupun berbeda dengan laki-laki yang mayoritas
bilangan perempuan dalam parlemen agak bertindak sebagai pengambil keputusan
sedikit turun tetapi sikap politik berkaitan dengan posisinya sebagai kepala
perempuan untuk mendorong regulasi rumah tangga.
untuk perempuan tidaklah surut sehingga Saluran politik yang terbatas inilah
aturan-aturan politik untuk perempuan salah satu yang menjadi hambatan
lebih bisa mengakomodir kepentingan para walaupun ada DPD sebagai kamar kedua
perempuan di Indonesia. dalam politik, tetapi memang perempuan
Namun demikian, mengikut Luky harus mampu berjuang dengan keras agar
Sandra Amalia (2010) perjuangan mampu membangkitkan semangat dan
perempuan masih menemui jalan berliku peranan perempuan untuk lebih kreatif dan
karena hingga saat ini untuk mencapai progresif dalam mengejar kualitas dan
wilayah publik (lembaga legislatif) harus kuantitas anggota parlemen perempuan.
melalui pintu partai politik sebagai satu- Sangatlah penting bagi perempuan untuk
satunya mesin politik di Indonesia.
35
soal kualitas, baik dari segi mental, tentang politik dan partisipasi politik itu
pendidikan, pengalaman terutama sendiri, perlu ada motivasi yang besar dari
perempuan-perempuan di daerah setiap elemen masyarkat untuk memajukan
atau kota–kota kecil, Ini budaya partisipasi politik perempuan ini,
mengindikasikan bahwa sehingga dalam ruang lingkup yang kecil
sebenarnya kalaulah perempuan itu sekalipun perempuan mampu mewujudkan
mau bersaing dan memiliki kesetaraan mereka dengan laki-laki.
kualifikasi yang baik tentunya akan Bahwa perempuan mampun duduk sama
berbanding lurus dengan kualitas rendah dan berdiri sama tinggi dengan
yang baik pula, akan tetapi untuk laki-laki, dan aktif dalam setiap
sementara itu hanya terjadi di kota pengambilan keputusan, apalagi
besar saja ataupun di daerah-daerah menyangkut hal-hal yang berhubungan
yang akses politiknya baik, tidak dengan perempuan seperti pendidikan,
seperti dibeberapa kabupaten kota kesehatan, kesejahteraan ekonomi dan
ataupun daerah otonomi baru. sosial, hukum, dan pengambilan kebijakan.
Perempuan harus berani keluar dari
Kesimpulan zona yang membuat mereka
Dalam hal partisipasi politik termarjinalkan, dogma-dogma yang
perempuan memang masih kalah dengan menyatakan bahwa perempuan hanya
laki-laki, sehingga diperlukan solusi dan urusan kasur, sumur dan dapur harus
juga mungkin pemicu bagi perempuan diubah dan dihilangkan, stigma yang
Indonesia untuk lebih bergiat lagi berusaha menyatakan bahwa politik adalah wilayah
menyetarakan diri dengan laki-laki dalam laki-laki, politik adalah keras dan kotor,
konteks politik, karena potensi politik politik adalah sesuatu yang anarkis
perempuan Indonesia sangat besar sekali haruslah disingkirkan dari pikiran
hal ini bisa dilihat dari setiap perempuan Indonesia, karena stigma
penyelenggaraan pemilihan umum baik negatif tersebut hanya akan membuat
pusat ataupun daerah, dimana dari perempuan semakin terpuruk dan tidak
penyelenggaraan tersebut tidak banyak berani keluar memperjuangkan hak
perbedaan yang signifikan dalam hal mereka secara politik.
jumlah pemilih perempuan tapi sangat Ini bisa dilihat dari, masih tidak
signifikan ketika dalam kontestasi politik. adanya perempuan yang ikut bersaing
Perempuan banyak yang masih dalam pemilihan kepala daerah ataupun
tenggelam dalam stigma-stigma negatif legislatif, tidak banyak perempuan yang
42
Neng Dara Afifa. 2014. Gerakan Rush, Michael dan Phillip Altoff. 1986.
Perempuan di Era Reformasi : Pengantar Sosiologi Politik.
Capaian dan tantangan. Tulisan Jakarta : PT Gramedia Pustaka
untuk hari Kartini 2014. Di unduh Utama.
dari
https://www.komnasperempuan.go.i Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu
d/wp- Politik. Jakarta : PT Gramedia
content/uploads/2014/04/GERAKA Utama.
N-PEREMPUAN-DI-ERA-
REFORMASI_Neng-Dara-Affiah- Undang – Undang Otonomi Daerah
21-April-2014.pdf Terbaru. 2005. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Nurhidayah.2012. Partisipasi Politik
Anggota Legislatif Perempuan Zainuri, M. 2007. Partisipasi Politik
dalam Pengambilan Kebijakan. Perempuan (Perspektif Tradisi
Journal of Education Social Islam Lokal Kudus), Tesis Magister
Studies. JESS (1) (1) (2012) dapat Ilmu Politik Pada Program Pasca
diakses di Sarjana Universitas Diponegoro.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index. Semarang: Universitas Diponegoro
php/jess .