Anda di halaman 1dari 53

Oleh :

DR. I WAYAN YASA, ST., MT

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
INFRASTRUKTUR KEAIRAN

• Buatan Manusia ( Bendungan, Embung, bendung, saluran dll)


• Alamiah ( Danau, situ, telaga, ambang alam, sungai, mata air, akifer
air tanah, DAS dll)

CATATAN
1. Yang ada hubungan dengan dan/atau dipengaruhi oleh kegiatan
pemanfaatan(system air bersih dan air kotor)
2. Seluruh bagian/komponen yang mempengaruhi kinerja
infrastruktur(sesuai dengan perancangan fungsi, dinamika
perubahan fungsi, dll).
3. Semua infrastruktur yang terkait dengan antisipasi
fenomena(normal dan ekstrim), siklus hidrologi beserta
pemanfaatan sumber dayanya (air, sedimen, biota).

Dr. I Way Yasa, ST., MT


PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR
PENGELOLAAN
 MEREKAYASA
SUMBER (OBJEK/BARANG/ASAL)
 SDA PERMUKAAN
 SDA BAWAH PERMUKAAN
DAYA
 DAYA GUNA (DIMANFAATKAN)
 DAYA RUSAK (DIKENDALIKAN)
AIR
 AIR ITU SENDIRI
 POTENSI (ENERGI) DARI AIR

Dr. I Way Yasa, ST., MT


SISTEM DAN INFRASTRUKTUR KEAIRAN

1 Batas teknis hidrologi


2 Komponen sumberdaya air
3 Sistem pengendalian banjir
4 Sistem drainase
5 Sistem aliran air tanah
6 Sistem pengelolaan konservasi air
7 Pengendalian erosi dan sedimentasi
8 Sistem pengelolaan kekeringan
9 Sistem irigasi
10 Sistem air bersih
11 Sistem air limbah
Dr. I Way Yasa, ST., MT
BATAS TEKNIS HIDROLOGI
Ada 3 wilayah/daerah teknis atau hidrologis Pengelolaan
Sumberdaya Air yaitu:

1. Cekungan air tanah (CAT)


2. Daerah Aliran Sungai (DAS)
3. Wilayah Sungai/ Satuan wilayah sungai (SWS)

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Definisi CAT, DAS, SWS
CAT : suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan
air tanah berlangsung
DAS : suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara
alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Definisi CAT, DAS, SWS

SWS : Kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air,


dalam satu atau lebih DAS dan atau pulau-pulau kecil
yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2000 km2

Dasar pembagian SWS di Indonesia :Permen PU


No.39/PRT/1989

Dr. I Way Yasa, ST., MT


DAS Sebagai Satu Kerangka Kerja
Secara alami sesuai dengan hukum gravitasi, air
mengalir dari hulu ke hilir, dari gunung menuju ke
laut. Beberapa komponen, fungsi dan sistem
sumberdaya air yang terkait di dalamnya antara lain :

1. Sungai 9. Pengendalian erosi


2. Waduk, danau 10. Pengendalian sedimentasi
3. Sistem irigasi 11. Navigasi
4. Jaringan air bersih 12. Pantai
5. Sistem drainase perkotaan 13. Aktivitas konservasi
6. Air tanah 14. Pengendalian kekeringan
7. PLTA 15. Penanggulangan longsor
8. Pengendalian banjir dan genangan 16. dll
Dr. I Way Yasa, ST., MT
KOMPONEN SUMBERDAYA AIR
Komponen Alami SDA

1. Sungai: DAS, braided river, meander, aluvial river


2. Muara dan pantai
3. Danau
4. Rawa
5. Air tanah (confined dan unconfined aquifer)
6. Daerah retensi
7. Mata air (spring)
8. Air terjun
9. dll
Dr. I Way Yasa, ST., MT
KOMPONEN SUMBERDAYA AIR
Komponen Artifisial SDA
1. Waduk dan semua bangunan air penunjangnya
2. Embung
3. Bendung, cekdam, sabo DAM
4. Sistem drainase (perkotaan, jalan raya, bandara, pedesaan)
5. Sistem irigasi
6. Jaringan air bersih
7. Bangunan pengendali erosi (Sabo DAM)
8. Talang, tanggul pengendali banjir, pintu air
9. Sistem buangan limbah cair
10.dll
Dr. I Way Yasa, ST., MT
SISTEM PENGENDALIAN BANJIR
PENYEBAB BANJIR :
1. Perubahan tata guna lahan di DAS
2. Pembuangan sampah
3. Erosi dan sedimentasi
4. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
5. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
6. Curah hujan
7. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
8. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
9. Pengaruh air pasang
10. Penurunan tanah dan ROB
11. Drainase lahan
12. Bendung dan bangunan air
13. Kerusakan bangunan pengendali banjir
Dr. I Way Yasa, ST., MT
Penyebab Banjir oleh Manusia
 Perubahan tata guna lahan di DAS
 Pembuangan sampah
 Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
 Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
 Penurunan tanah dan ROB
 Bendung dan bangunan air
 Kerusakan bangunan pengendali banjir

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Penyebab Banjir Secara Alami
 Erosi dan sedimentasi
 Curah hujan
 Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
 Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
 Pengaruh air pasang
 Penurunan tanah dan ROB
 Drainase lahan

Dr. I Way Yasa, ST., MT


4 Strategi Pengelolaan Daerah Banjir

 Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir dengan


membuat peta/zona kerawanan banjir
 Pengaturan peningkatan kapasitas Daya Dukung
Lingkungan dengan penghijauan
 Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik
mitigasi penanganan banjir
 Modifikasi banjir yang terjadi dengan bangunan
pengontrol banjir misal waduk, tanggul

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Metode Pengendalian Banjir
Pada prinsipnya ada 2 metode pengendalian banjir, yaitu :
1. Metode struktur
2. Metode nonstruktur

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Metode Non-Struktur
 Pengelolaan DAS
 Pengaturan tata guna lahan
 Penegakan hukum
 Pengendalian erosi di DAS
 Pengaturan dan pengembangan daerah banjir

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Metode struktur: Bangunan Pengendali Banjir
 Bendungan
 Kolam retensi
 Cekdam
 Folder
 Retarding basin
 Groundsill

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Metode struktur: Perbaikan dan Pengaturan
Sistem Sungai
 Sistem jaringan sungai
 Pelebaran, pengerukan (normalisasi sungai)
 Perlindungan tanggul
 Sudetan (Bypass)
 Floodway

Dr. I Way Yasa, ST., MT


SISTEM DRAINASE
 Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan
/dibuang agar tidak terjadi genangan/banjir.
 Caranya?
Pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang
mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di
atas kemudian dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem
paling kecil biasanya dihubungkan dengan saluran rumah
tangga. Seluruh proses ini disebut sistem drainase.

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Jenis Drainase
 Secara umum terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Drainase perkotaan
2. Drainase pedesaan

⚫ Pada perencanaan Draiper, yang harus


diperhatikan:
1. Perkembangan kota
2. Daerah rural
3. Sistem DAS
Dr. I Way Yasa, ST., MT
Fungsi Drainase
 Membebaskan suatu wilayah dari genangan banjir
 Apabila air dapat mengalir lancar, meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan
 Drainase juga berfungsi untuk pembuangan air rumah
tangga

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Masalah Drainase di Perkotaan
 Kurangnya lahan
 Pemeliharaan sulit
 Sampah yang menumpuk di saluran
 Dana pemeliharaan minim
 Pembangunan infrastruktur tidak terpadu
 Kurang secara estetika

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Sistem Jaringan Drainase
 Drainase Major; yaitu sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan hujan
(Catcment area). Biasanya sistem ini menampung air
berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,
kanal atau sungai
 Drainase mikro; yaitu sistem saluran dan bangunan
pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air
dari daerah tangkapan hujan di dalam wilayah kota

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Permasalahan timbulnya genangan air
 Dimensi saluran tidak sesuai
 Perubahan tata guna lahan
 Elevasi saluran tidak memadai,
 Lokasi merupakan daerah cekungan
 Lokasi awalnya merupakan daerah retensi air
 Tanggul kurang tinggi
 Kapasitas tampungan kurang besar
 Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga terjadi aliran balik
 Adanya penyempitan saluran
 Tersumbatnya saluran

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Sejarah Irigasi dan Bendung
 Di Indonesia sawah sudah ada sejak sebelum jaman Hindu.
Pada jaman Hindu telah dilakukan usaha-usaha
pembangunan prasarana irigasi secara sederhana. Hal ini
dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarahnya yaitu usaha
pembagian irigasi yang dapat disaksikan di berbagai tempat.
Misalnya irigasi subak di Bali, irigasi-irigasi kecil di Jawa dan
sistem pendistribusian air dengan istilah minta air sebatu di
Minangkabau.

 Pembangunan irigasi pada waktu itu menyesuaikan diri


dengan keadaan dan kebutuhan. Prasarana irigasi dibangun
dengan cara sederhana, yaitu dengan menumpukkan batu
atau cerucuk-cerucuk yang diisi batu sebagai bahan
bendung. Seiring dengan perkembangan jaman, irigasi
Indonesia berkembang terus hingga memasuki periode
jaman penjajahan Belanda.
Dr. I Way Yasa, ST., MT
 Bangunan air dibangun mulai dari yang sederhana sampai
dengan yang cukup besar, diantaranya:
 Bendung Glapan di Kali Tuntang, Jawa Tengah Tahun 1852
 Bendung Sedadi, bendung Nambo (1910), bendung-bendung
Kali Wadas, Sungapan, Cisadap dan lain-lain di Jawa Tengah
 Bendung di Jawa Timur seperti Bendung Pekalen (1856),
bendung Umbul (1909), bendung Sampean (1883), bendung
Jati dan sebagainya.
 Bendung di Jawa Barat seperti bendung Cisuru, di sungai
Cisokan Cianjur (1886), Cipager di Cirebon (1909), Jamblang,
1912, Rentang, 1910, Cigasong dan Pamarayan, 1911, Cipeles,
1920, Walahar dan Pasar Baru, 1925 dan sebagainya.
 Di Sumatera Barat yaitu Bendung Kuranji, 1920
 Di lampung bendung Argoguruh, 1930
 Di Sulawesi Selatan bendung Sadang

Dr. I Way Yasa, ST., MT


 Pembangunan prasarana irigasi di Jawa sekitar tahun 1852 di
latar belakangi oleh berbagai sebab, diantaranya untuk
perluasan tanaman tebu dan untuk usaha penyedian pangan
dalam rangka mengatasi bahaya keresahan akibat kelaparan
di daerah Demak sekitar tahun 1849.
 Sampai dengan tahun 1885 pembangunan irigasi hanya
seluas 210.000 hektar. Luas sawah ini meningkat sampai
dengan periode 1940 yaitu menjadi 1.280.000 hektar.
 Pada jaman Jepang sampai dengan periode 1968
perkembangn irigasi di Indonesia kurang berarti. Semenjak
dicanangkan PELITA pertama hingga kini perkembangan
luas lahan irigasi bertambah dengan pesat. Begitu pula
pembangunan bendung sebagai prasarana irigasi, telah
ribuan jumlahnya baik yang dibangun baru, maupun hasil
rehabilitasi total maupun rehabilitasi sebagian.

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bangunan Air
 Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk
memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai maupun
danau.
 Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan,
kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat
hidrolik sungai.
 Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih masif dan
tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan
bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan
bangunannya secara detail tidak terlalu halus.
 Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya
berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga
mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan
lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir
bangunan.

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bangunan air untuk irigasi
 Bangunan ini merupakan bangunan utama yang
dibangun di sungai untuk memenui kebutuhan air
irigasi.
 Jenis bangunan yag dipilih harus disesuaikan dengan
jumlah air yang ada disungai tersebut, sifat hidrolik
sungai, daerah yang akan diairi, jenis tanaman yang
akan dikembangkan dan sebagainya.
 Air yang diambil dari sungai harus dapat mengalir
secara gravitasi dan harus bisa mengurangi kandungan
sedimen yang berlebihan serta memunginkan untuk
mengukur air yang masuk irigasi.
 Mengingat tempat kedudukan lahan yang akan dialiri
dan kondisi sungai yang ada maka dapat dibuat
beberapa jenis bangunan utama, yaitu:

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bangunan Pengambil Bebas
 Bangunan ini dibuat untuk memungkinkan
dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi tanpa
merubah kondisi sungai, jika muka air sungai cukup
tinggi untuk mencapai lahan yang akan diairi.
 Bangunan tersebut berupa saluran pengambilan yang
dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur debit air
yang masuk untuk memenuhi kebutuhan irigasi.
 Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan
jumlah yang cukup pada masa pemberian air irigasi
tanpa memerlukan peninggian muka air sungai.
 Bangunan seperti ini jarang diaplikasikan
 Sulitnya sistem ini seringkali kali memerlukan saluran
yang sangat panjang untuk mencapai sawah yang dapat
diairi.
Dr. I Way Yasa, ST., MT
 Panjang saluran disebabkan beda tinggi tekan yang
harus disediakan agar air sampai ke sawah secara
gravitasi.
 Saluran yang terlalu panjang menyebabkan banyaknya
kehilangan air, akibat rembesan dan penguapan.
 Hal ini memprihatinkan banyaknya pencurian air
disaluran yang sulit dicegah.

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bangunan Bendung
 Bangunan ini dibangun melintang sungai yang
berfungsi untuk menaikkan muka air sungai, menaikkan
tinggi tekan dan atau membendung aliran sungai
sehingga aliran sungai mudah disap dan dialirkan secara
gravitasi ke daerah yang membutuhkannya dengan jarak
saluran yang relatif pendek.
 Tipe bendung dapat dibedakan menjadi:
1. Bendung pelimpah atau bisa juga disebut bendung
tetap.
2. Bendung gerak yang berupa pintu air.
3. Bendung gerak yang berupa bendung karet.

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bendung Tetap
 Bendung tetap adalah ambang yang dibangun
melintang sungai untuk pembendungan sungai yang
terdiri ari ambang tetap, dimana muka air banjir di
bagian udiknya tidak dapat diatur elevasinya.
 Bendung ini juga merupakan penghalang saat terjadi
banjir sehingga air sungai menjadi tinggi dan tanpa
kontrol yang baik akan dapat menyebabkan genangan
air di hulu bendung tersebut.
 Untuk sungai yang tidak mampu menampung tinggi
luapan yang terjadi tidak sesuai dengan bangunan ini.
 Bahannya dapt terbuat dari pasangan batu, beton atau
pasangan batu dan beton.
 Dibangun umumnya di sungai ruas hulu dan ruas
tengah.
Dr. I Way Yasa, ST., MT
Bendung Gerak, yang berupa pintu air
 Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi aliran
besar yaitu dengan cara membuka pintu air, sehingga
masalah yang ditimbulkan selama banjir kecil saja,
karena kenaikan muka air akibat banjir rendah.
 Bendung gerak dilengkapi dengan alat pembuka pintu
mekanik untuk mengatur muka air di depan
pengambilan agar air yang masuk sesuai dengan
kebutuhan irigasi.
 Bndung gerak memerlukan eksploitasi secara terus
menerus karena pintunya harus tetap terjaga dan
dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.
 Pada saat banjir, pintu harus segera dibuka agar tidak
menimbulkan kenaikan muka air dihilir bendung secara
berlebihan yang akan menyebabkan genangan di ulu
bendung.
Dr. I Way Yasa, ST., MT
Bendung Gerak, yang berupa bendung karet
 Bendung ini dapat mengembang dan mengempis secara
otomatis, apabila air telah mencapai ketinggian yang telah
ditentukan
 Ada banyak kelebihan bendung karet dibanding pintu air,
antara lain bentangnya jauh lebih lebar dan operasinya
dilakukan secara otomatis, tanpa menjaga dan
mengoperasikan pintu secara terus menerus, baik pada aliran
tinggi maupun aliran rendah.
 Namun dengan kondisi sungai yang banyak mengandung
sedimen kasar atau sampa padat, bendung karet tidak
dianjurkan karena akan cepat robek.
 Isi bendung karet bisa udara bisa juga diisi air, namun
pengisian udara lebih mudah karena tidak diperlukan
tampungan air untuk mengisi bendung karet

Dr. I Way Yasa, ST., MT


 Bendung Karet
 Tipe operasi : Isian udara
 Jumlah pintu : 6 buah
 Tinggi : 2,10 m
 Total lebar dasar : 150 m
 Spesifikasi pintu karet
 Material :
ethyline propyline diene
 Tebal : 12 mm
 Pondasi
 Tipe : Reinf. Concrete
 Panjang : 9,00 m
 Lebar : 150 m
 Perkuatan pondasi : PC pile 0,400 mm - panjang = 15 m
 Turap : Steel sheet pile - panjang = 10 m
 Tujuan
 Menaikkan muka air kali Brantas bagian tengah di musim kemarau,
untuk mensuplai air irigasi daerah persawahan 4.549ha bersama-sama
dengan Bendungan Jatimlerek
 Menaikkan intensitas tanam
Dr. I Way Yasa, ST., MT
Bendungan
 Bendungan atau dam adalah konstruksi yang
dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk,
danau, atau tempat rekreasi.
 Bangunan ini dibangun melintang sungai untuk
meninggikan muka air dan membuat tampungan air.
 Dengan dibangunnya waduk ini dapat berfungsi ganda
antara lain pengendalian banjir, irigasi, PLTA, industri,
air minum, perikanan, rekreasi dan lain-lain.
 Terdapat banyak sekali tipe bendungan yang sukar
dibandingkan antara satu dengan yang lainnya.
 Jadi satu bendungan dapat dipandang dari berbagai segi
yang masing-masing menghasilkan tipe yang berbeda-
beda pula.
 Pembagian tipe bendungan
Dr. I Way Yasa, ST., MT
Pembagian tipe bendungan berdasar ukurannya.
 Ada dua tipe yaitu bendungan besar dan bendungan kecil.
 Bendungan besar (large dams)
Menurut ICOLD definisi bendungan besar adalah:
1. Bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari bagian
terbawah pondasi sampai puncak bendungan.
2. Bendungan yang tingginya antara 10 m dan 15 m dapat pula
disebut bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih
kriteria sebagai berikut:
- Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500m
- Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3.
- Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari
2000 m3/detik.
- Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan khusus pada
pondasinya (had specially difficul foundation problems)
- bendungan didesain tidak seperti biasanya (unusual design)
 Bendungan kecil (small dams, weir, bendung)
Semua bendungan yang tidak memenuhi syarat sebagai
bendungan besar disebut bendungan kecil.

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Pembangian tipe bendungan beasar tujuan pembangunannya.
 Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dams).
Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi sat
tujuan saja. Misalnya untuk: pembangkit tenaga listrik atau
irigasi (pengairan) atau pengendalian banjir atau perikanan
darat dll, tetapi hanya satu tujuan saja.
Contoh : Bendungan Sakuma di Sungai Tenryu ( Jepang )
Tujuan pembangunan untuk PLTA.
 Bendungan serbaguna (multipurpose dams)
Adalah bendungan yang dibangun untk memenuhi beberapa
tujuan, misalnya: pembangkit listrik (PLTA) dan irigasi
pengairan), pengendalian banjir dan PLTA, air minum dan
industri, PLTA ,pariwisata dan irigasi dll.
Contoh: Bendungan Selorejo di Sungai (Kali) Konto (Jawa
Timur).

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Pembagian tipe bendungan berdasar konstruksinya.
 Bendungan urugan (fill dams, embakment dams)
Menurut ICOLD definisinya adalah bendungan yang
dibangun dari hasil penggalian bahan (material) tanpa
tambahan bahan lain yang bersifat campuran secara kimia,
jadi betul-betul bahan pembentuk bendungan asli.
Bendungan ini masih dapat di bagi menjadi:
1. Bendungan urugan serba sama (homogenous dams)
Contoh : Bendungan Bening, Tipe : Homogenous

Dr. I Way Yasa, ST., MT


2. Bendungan urugan berlapis-lapis (zone dams rockfill
dams) adalah bendungan urugan yang terdiri dari
beberapa lapisan yaitu lapisan kedap air (water tight
layer), lapisan batu (rock zones, shell), lapisan batu
teratur (riprap) dan lapisan pengering (filter zones).
Contoh : Bendungan Wonorejo terletak di desa Wonorejo
Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung. Tipe :
Timbunan batu dengan inti kedap air

Dr. I Way Yasa, ST., MT


3. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di
muka (impermeable face rockfill dams, dekced rockfill
dams)
Adalah bendungan urugan batu berlapis-lapis yang
lapisan kedap airnya diletakkan di sebelah hulu
bendungan. Lapisan kedap air yang sering dipakai adalah
aspal dan beton bertulang. Perancis telah mencoba
menggunakan geotextile. Bahan-bahan lainnya seperti
kayu, besi dan karet penah pula dicoba namun
mengalami kesulitan sehingga tidak pernah dipakai lagi.
Contoh : Bendungan Numappara di Sungai Taka (Jepang)
Bendung Marchlyn di tepi Telaga Marchlyn (Inggris)

Dr. I Way Yasa, ST., MT


 Bendungan beton (concrete dams)
Adalah bendungan yang di buat dari konstruksi beton
baik dengan tulangan maupun tidak. Ini masih dapat
dibagi menjadi: bendungan beton berdasar berat sendiri,
bendungan beton dengan penyangga, bendungan beton
berbentuk lengkung dan bendungan beton kombinasi.

Bendungan Hoover, sebuah bendungan Bendungan Scrivener, Canberra


beton lengkung di Black Canyon di Australia, dibangun untuk mengatasi
Sungai Colorado banjir 5000-tahunan
Dr. I Way Yasa, ST., MT
 Bendungan lainnya
Biasanya hanya untuk bendungan kecil misalnya:
bendungan kayu (timber dams), bendungan besi (steel
dams), bendungan pasangan bata (brick dams),
bendungan pasangan batu (masonry dams) dan
bendungan beton ringan (rollcrete dams atau roller
compact concrete dams)

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Pembagian tipe bendungan berdasar fungsinya
 Bendungan pengelak pendahuluan (primary cofferdam,
dike)
 Bendungan pengelak (cofferdam)
 Bendungan utama (main dam)
 Bendungan sisi (high level dam)
 Bendungan di tempat rendah (saddle dam)
 Tanggul (dyke, levee)
 Bendungan limbah industri (industrial waste dam)
 Bendungan pertambangan (mine tailing dam, tailing
dam)

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Alternatif Pemilihan Jenis Bangunan Utama
 Pemilihan ketiga bangunan utama didasarkan pada topografi
dan debit yang tersedia serta debit kebutuhan.
 Debit andalan sedapat mungkin 1,2 x debit kebutuhan,
namun bisa juga dibuat sama apabila keandalan yang
diinginkan leih rendah atau dengan sistem pemberian air
irigasi yang diatur secara bergilir.
 Secara garis besar dasar pemilihan ketiga alternatif tersebut
dipertimbangkan sebagai berikut:
 Q Andalan cukup, H (tinggi tekan) cukup, maka dapat dibangun
pengambilan bebas.
 Q Andalan cukup, H tidak cukup, maka dibangun bendung.
Bendung tetap jika sungai mampu menampung kenaikan air
saat banjir. Bendung gerak jika sungai tidak mampu
menampung kenaikan air saat banjir.
 Bendungan, jika Q andalan tidak cukup dan H tidak cukup.
 Naun pengambilan sering kali dipertimbangkan berdasar
kelayakan ekonomi bangunan, yaitu antara biaya dan manfaat
yang diperoleh.
Dr. I Way Yasa, ST., MT
BENDUNG

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bendung Tetap

Dr. I Way Yasa, ST., MT


2. BENDUNG GERAK
KONSTRUKSI BERPINTU,DAPAT MENGATUR AIR
PADA SAAT DEBIT BANJIR

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bendung Gerak Vertikal

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bendung Karet
Bendung Karet Kr. Peusangan, Aceh

Bendung Karet Bangkir, Indramayu

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bendung Karet

Dr. I Way Yasa, ST., MT


Bendung Tipe Gergaji

Bendung Kalibumi, Papua

Dr. I Way Yasa, ST., MT

Anda mungkin juga menyukai