Anda di halaman 1dari 30

[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunitas beserta lingkungan abiotik membentuk sistem ekologi yang
disebut ekosistem. Komunitas pada acuan dari Eropa dan Rusia disebut
biocoenosis, sedangkan Bakteriologi Ornitologi Botani Entomologi Manusia
Biol.molekuler Morfologi Genetika Ekologi Fisiologi Pengertian dan Ruang
Lingkup Ekologi 3 ekosistem dikenal dengan sebutan biogeocoenosis. Biosfir
atau ekosfir mencakup semua organisme di bumi yang berinteraksi dengan
lingkungan fisik. (Maknun, 2017)
Di Desa Sumberjaya Gondanglegi, terdapat wisata alam berupa sumber
mata air dengan pemandangan indah. Dihiasi ikan-ikan kecil yang berenang di
ermukaan air yang jernih dan berbagai tanaman air di dalamnya. Meski letak
wisata alam ini, Menuju ke sana: 24,2 km (32 menit) perjalanan dengan mobil
dari alun-alun Kota Malang atau 33 km (58 menit) dari bandara Abdul Rahman
Saleh. Apa yang dapat dilakukan: berenang, snorkeling, dan berfoto di bawah air
Fasilitas lainnya: parkir kendaraan bermotor, warung makan, toilet, kios yang
menjual dan menyewakan alat-alat berenang, serta ban dalam yang berfungsi
sebagai pelampung untuk kegiatan tubing. (Adnyani, 2019)
Sumber Sira merupakan salah satu sumber mata air jenih atau alami yang
di manfaatkan oleh masyarakat Gondanglegi sebagai pengairan (irigasi), wisata
serta kebutuhan konsumsi. Berdasarkan survei ekosistem perairan didaerah
Sumber Sira terdapat berbagai jenis keanekaraman biota perairan serta tumbuhan
air.
Parameter praktikum ini sendiri merupakan parameter yang digunakan
untuk mengukur tingkat kualitas air. Untuk mengetahui kualitas air ini bisa
dilakukan dengan melakukan pengujian, baik berupa pengujian biologi, fisika
maupun pengujian kimia. Dalam pengujian yang dilakukan terhadap air tersebut,
ada beberapa indikator yang harus dipenuhi untuk bisa menyebut air yang diuji
tersebut memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dimanfaatkan. Beberapa

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 1


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

indikator atau parameter yang digunakan itu antara lain sebagai berikut tingkat
keasaman (pH), suhu, kecerahan, Oksigen (O2), Terlarut (DO), BOD, COD,
Plankton, dan Nitrogen.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara mengetahui kualitas perairan dan keanekaragaman
plankton?
2. Apa hubungan antara keragaman plankton dengan kualitas perairan?
3. Bagaimana keragaman dan dominasi plankton yang ditemukan dalam
praktikum mikrobiologi lingkungan?
4. Apa saja jenis-jenis plankton yang ditemukan dalam praktikum
mikrobiologi lingkungan?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui kualitas perairan dan keanekaragaman plankton.
2. Mengetahui hubungan antara keragaman plankton dengan kualitas
perairan.
3. Mengetahui keragaman dan dominasi plankton yang ditemukan dalam
praktikum mikrobiologi lingkungan.
4. Mengetahui jenis-jenis plankton yang ditemukan dalam praktikum
mikrobiologi lingkungan.

1.4 MANFAAT
Dilihat dari rumusan masalah, maka ada beberapa manfaat, yaitu di
antaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kualitas perairan dan keanekaragaman plankton.
2. Untuk mengetahui hubungan antara keragaman plankton dengan kualitas
perairan.
3. Untuk mengetahui keragaman dan dominasi plankton yang ditemukan
dalam praktikum mikrobiologi lingkungan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

4. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton yang ditemukan dalam praktikum


mikrobiologi lingkungan.

1.5 RUANG LINGKUP


Penelitian dilakukan di Sumber Sira Kec. Gondanglegi Kab. Malang Jawa
Timur. Durasi sampling untuk masing-masing titik pengambilan sampel diambil
sebanyak 6 kali dan jumlah keseluruhan sampel adalah 70 sampel. Parameter yang
diukur adalah Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), pH, suhu, kekeruhan, TDS dan plankton.
Dalam permasalahan laporan ini, akan membahas tentang metode
monitoring kualitas perairan mengenang, serta memahami ekosistem perairan,
faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem perairan, kelimpahan plankton, jenis-
jenis plankton, faktor yang mempengaruhi kelimpahan plankton, serta rumus-
rumus seperti rumus kelimpahan plankton, penentuan preparat, DO dan BOD, dan
rumus CO2, serta mengetahui cara-cara kerja praktikum mikrobiologi.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 3


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ekosistem Perairan


Ekosistem perairan merupakan satuan fungsional dasar dalam rangka
mempelajari ekologi perairan. Ekosistem perairan itu sendiri dapat dibedakan
menjadi tiga berdasarkan kandungan garam (salinitas), yakni perairan air tawar
(salinitas 0 ppt), perairan payau atau daerah peralihan (ekoton) dengan kandungan
salinitas yang berfluktuasi antara 5-15 ppt, dan perairan laut dengan salinitas 33-
35 ppt. (Rahardo et al, 2018)
Ekosistem perairan tawar yang sering diistilahkan dengan perairan daratan
dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan gerakan airnya, yaitu ekosistem
perairan menggenang dan ekosistem perairan mengalir. Ekosistem perairan
menggenang atau habitat lentik (berasal dari kata lentus yang berarti tenang) yang
dicirikan oleh kondisi perairannya yang menggenang, misalnya kolam, danau,
situ, embung, dan rawa. Ekosistem perairan mengalir atau habitat lotik (berasal
dari kata lotus berarti tercuci) dengan ciri perairan yang mengalir, misalnya mata
air, aliran air, sungai dan selokan.
Komponen-komponen penyusun ekosistem perairan adalah:
a. Komponen hayati (biotik) yang terdiri atas produsen, konsumer
mikro, dan konsumer makro.
b. Komponen nirhayati (abiotik) yang terdiri atas bahan organik dan
anorganik.
(Rahardo et al, 2018)
2.1.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Perairan
1. Suhu
Suhu merupakan suatu faktor pembatas penting di ekosistem perairan
tawar karena jasad-jasad akuatik seringkali kurang dapat menoleransi

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 4


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

perubahan-perubahan suhu (bersifat shenotnermal). Akibat adanya


pencemaran panas yang ringanpun akan dapat berakibat luas. Juga
perubahan-perubahan suhu menghasilkan sirkulasi dan stratifikasi suhu
yang khas sangat berpengaruh terhadap kehidupan akuatik.
2. Transparansi (sifat tembus cahaya)
Kekeruhan (turbiditas) air yang disebabkan oleh adanya partikel tanah liat
atau lumpur seringkali merupakan factor pembatas penting dalam
ekosistem perairan. Penetrasi cahaya ke dalam perairan yang dihalangi
oleh partikel-partikel tersuspensi ini dapat mengurangi tebalnya lapisan
fotosintesis. Namun bila terbiditas air adalah akibat banyaknya jasad-jasad
hidup maka pengukuran transparansi air merupakan indeks bagi
produktivitas perairan.
3. Arus
Arus merupakan faktor pembatas penting, karena berperan dalam
penyebaran gas-gas vital, garam-garam, dan jasad-jasad hidup.
(Sugianto, 2019)

2.2 Kelimpahan Plankton


Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa
parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan
fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap
perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi.
(Pratiwi, 2015)
2.2.1 Jenis-Jenis Plankton
Jenis-jenis plankton sebagai berikut :

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 5


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 6


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

(Sulastri, 2018)
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelimpahan Plankton
1. Cahaya
Cahaya digunakan phyto-plankton untuk proses fotosintesis. Laju
fotosintesis akan tinggi bila intensitas cahaya tinggi dan menurun bila
intensitas cahaya berkurang. Intensitas cahaya yang terlalu kuat akan
merusak enzim fito-oksidatif phytoplankton akibatnya phytoplankton yang
tidak tahan akan mati. Beberapa klas phytoplankton seperti Cyanophyceae
dapat tumbuh baik pada intensitas yang tinggi (suhu>29oC) sedangkan
untuk Chlorophyceae dan Diatom menjadi faktor penghambat.
2. Nutrien
Nutrien sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan phytoplankton.
Keberadaan phytoplankton berkaitan erat dengan nutrient yang tesedia,
terutama karbon, nitrogen, phosphor dan kalium serta silica untuk
kelompok diatom.
3. Grazing Zooplankton
Phytoplankton adalah sumber pakan alami bagi zooplankton.
Dalam suatu ekosistem yang stabil biasanya phytoplankton tersedia dalam

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 7


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

jumlah yang melimpah dibandingkan zooplankton sehingga apabila terjadi


grazing oleh zooplankton maka keseimbangan ekosistem tetap terkendali.
Penurunan kelimpahan phytoplankton akan sangat drastis apabila
kelimpahan zooplankton tinggi yang akan menyebabkan aktifitas grazing
zooplankton pun meningkat.
(Agustini, dan Madyowati,2014)

2.3 Rumus Persamaan


2.3.1 Rumus Kelimpahan Planton
Perhitungan kelimpahan plankton di perairan menggunakan rumus dari
American Public Health Association (APHA, 1989), yaitu:

T P V 1
N= X X X
L P V w

Karena sebagian dari unsur-unsur di atas telah diketahui pada sedgwick-


rafter, seperti T = 1000 mm2, v = 1 ml, dan L = 0,25 μ mm 2 (dimisalkan satu
lingkaran sama dengan luas lapang pandang pada mikroskop dengan r = 0,5 mm),
dengan demikian rumus tersebut menjadi:

100(PXV )
N=
0,25 π w

Dimana:
N = Jumlah fitoplankton per liter
T = Luas gelas penutup (mm2)
L = Luas lapang pandang (mm2)
P = Jumlah fitoplankton yang tercacah
P = Jumlah lapang pandang yang diamati
V = Volume sampel fitoplankton yang tersaring (ml)
v = Volume fitoplankton dibawa gelas penutup
w = Volume sampel fitoplankton yang disaring (liter)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 8


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

2.3.2 Rumus Penentuan Preparat


Jumlah bakteri per ml = jumlah bakteri ditanam x faktor pengenceran .....
(1)
Jumlah Sel
Jumlah bakteri dalam luas kotak = ...............................
Hasil Perhitungan
(2)
Jumlah bakteri berkembang = ∆kotak bakteri x jumlah sel per kotak .......
(3)
Proses penghitungan bakteri dilakukan secara manual berdasarkan ukuran
preparat, kemudian setelah terhitung, proses penghitungan menggunakan
persaamaan-persamaan untuk mengetahui total bakteri yang berkembang pada
suatu sampel.
Persaamaan 1 digunakan sebelum proses inkubasi untuk menentukan
banyaknya bakteri yang akan ditanam pada sebuah sampel, sedangkan pada
Persamaan 2 digunakan untuk menentukan jumlah bakteri dalan skala suatu
preparat dan untuk Persamaan 3 digunakan untuk menghitungberkembangnya
bakteri pada suatu sampel.
2.3.3 Rumus Penentuan DO dan BOD
Berdasarkan volume Natrium thiosulfat 0,023 N tersebut ditentukan DO
(mg/L) oksigen seperti rumus berikut: 
DO = 1/50 (VNathiosulfat x NNathiosulfat x 8000 x F) 
Dimana F = faktor yaitu Volume botol 250 mL dikurangi volume pereaksi
MnSO4 1 mL dan Alkali Iodida Azide 1 mL, menurut SNI 06-6989.14-2004.
Adapun nilai BOD adalah 
BOD20 0
5 mg 2 tiap liter =
DO 0 – DO5
Dimana :
BOD❑
5 : Biochemical Oxygen Demand yang didiamkan selama 5 hari

DO❑0 : Dissolved Oxygen yang langsung diteliti dan diambil


DO❑
5 : Dissolved Oxygen yang didiamkan selama 5 hari

2.3.4 Rumus CO2

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 9


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Hasil penetapan kadar CO2 melalui persamaan berikut: 


1000
Ppm CO2 = ( ) (ml (titrasi)
ml sampel
(Normalitas Na2CO3) (22)
Alkalinitas Total diukur dengan menggunakan metode titrasi. Prosedurnya
sebagai berikut: Ke dalam 50 ml sampel air laut ditambahkan 5 ml HCl 0,025 M
dan dididihkan selama ± 5 menit, kemudian didinginkan dalam water bath.
Setelah dingin ke dalam sampel ditambahkan 3 – 5 tetes bromothymol blue
sebagai indikator, kemudian sampel dititrasi dengan NaOH 0,02 M, selama titrasi
kedalam sampel dialirkan gas bebas CO2 (nitrogen atau helium). Proses titrasi
dihentikan setelah sampel bewarna biru, dan volume NaOH yang terpakai dicatat
dan dimasukkan ke dalam rumus berikut: 
1000 vHCl tHCl 1000 vNaOH tNaOH
AlkTotal 
vb
 vb
Keterangan: 
V  = Volume HCl dan NaOH
t  = Molaritas HCl dan NaOH 
Vb  = Volume sampel 
Pengukuran kandungan Oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan
metode titrasi Winkler. Data hasil pengukuran lapangan berupa suhu, salinitas,
pH, alkalinitas dan DO dibuat peta sebaran dengan menggunakan ArGIS. Data
hasil pengukuran CO2 total di laboratorium juga dipetakan menggunakan ArGIS.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 10


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Stasiun Pengamatan


3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi lingkungan dilakukan pada tanggal 6 November
2021 dilaksanakan di Sumber Sira Putukerjo Kec. Gondanglegi, Malang Jawa
Timur dan 11 November 2021 di Laboratorium Teknik Lingkungan ITN Malang.
3.1.2 Peta Lokasi

Gambar 3.1 Peta Lokasi Sumber Sira Putukerjo


Sumber Sira mempunyai titik koordinat yaitu garis lintang -8.122911° dan
garis bujur 112.620597° yang beralamatkan di Jalan Sunan Kalijaga, Putuk Utara,
Putukrejo, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
3.1.3 Deskripsi Titik
Praktikum mikrobiologi yang dilakukan mata air Sumber Sira Putukerjo
Kecamatan Gondanglegi, Malang Jawa Timur terdapat 7 titik pengambilan sampel
yang masing-masing titik mempunyai keadaan sekitar yang berbeda-beda.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 11


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Gambar 3.2 Sumber Sira


a. Titik 1 Pengambilan Sampel
Titik 1 berada di bagian ujung perairan sumber sira. Di sekitar lokasi
pengambilan titik 1 terdapat rambu-rambu tegangan listrik dan terdapat
beberapa ikan-ikan kecil yang berenang, cuaca saat pengambilan sampel di
titik 1 cerah.

Gambar 3.3 Titik 1 pengambilan sampel


b. Titik 2 Pengambilan Sampel
Titik 2 berada di bagian pinggir perairan sumbe sira. Pada pengambilan
sampel di titik 2 cuacanya cerah dan terdapat banyak ikan-ikan kecil
berenang dan juga di dasarnya terdapat banyak bebatuan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 12


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Gambar 3.4 Titik 2 pengambilan sampel


c. Titik 3 Pengambilan Sampel
Titik 3 berada di huruf M pada tiang kata Sumber Sira. Pada tiitik 3 di
dasarnya terdapat lumpur dan ada ikan-ikan kecil. Pada pengambilan
sampel di titik 3 caucanya cerah.

Gambar 3.5 Titik 3 pengambilan sampel


d. Titik 4 Pengambilan Sampel
Titik 4 berada di dekat jembatan. Pada titik 4 di dasarnya terdapat pasir
dan cuacanya cerah.

Gambar 3.6 Titik 4 pengambilan sampel

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 13


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

e. Titik 5 Pengambilan Sampel


Titik 5 berada di pinggiran dari sumber sira berdekatan dengan titik 4.
Titik 5 di dasarnya terdapat pasir dan di perairannya terdapat tumbuhan
air. Cuaca pada saat pengambilan sampel di titik 5 cerah.

Gambar 3.7 Titik 5 pengambilan sampel


f. Titik 6 Pengambilan Sampel
Titik 6 berada di bagian dekat ujung sumber sira. Di lokasi pengambilan
sampel terdapat 6 di dasarnya terdapat pasir dan lumpur, cuaca saat
pengambilan sampel di titik 6 cerah.

Gambar 3.8 Titik 6 pengambilan sampel


g. Titik 7 Pengambilan Sampel
Titik 7 merupakan bagian paling ujung dari sumber sira dan dekat dengan
sumber air. Di lokasi pengambilan sampel di dasarnya terdapat pasir dan
lumpur, cuaca saat pengambilan sampel di titik 7 cerah.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 14


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Gambar 3.9 Titik 7 pengambilan sampel


3.2 Alat dab Bahan
3.2.1 Alat
a. Suhu
• DO meter
• Gelas ukur
b. Ph
• pH meter
c. DO
• Botol winkler (Kratingdaeng)
• Buret
• Corong
• DO meter
• Erlenmeyer
• Gelas ukur (50 ml dan 100 ml)
• Pipet tetes
• Pipet volumetrik (25 ml dan 50 ml)
• Plastik hitam
• Statif dan Klem

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 15


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

d. BOD
• Botol winkler (kratingdaeng)
• Buret
• Corong
• DO meter
• Erlenmeyer
• Gelas ukur (50ml dan 100 ml)
• Pipet tetes
• Pipet volumetrik (25 ml dan 50 ml)
• Statif dan Klem
e. CO2
• Buret
• Corong
• Gelas ukur
• Statif dan Klem
f. Analisis Plankton
• Plankton net
• Botol film
• Ember
• Mikroskop
• Preparat
3.3.2. Bahan
a. Suhu
Air sampel (air Sumber Sira)
b. pH
Air sampel (air Sumber Sira)
c. DO
• AIA (Alkali Iodida Azida)
• Air sampel (air Sumber Sira)
• Aquadest
• CH2O (Formalin)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 16


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

• C6H10O5 (Amilum)
• H2SO4 (Asam Sulfat)
• Na2S2O3 (Natrium Thiosulfat)
• NaOH (Natrium Hidroksida)
• Indikator PP (Phenolphthalein)
• MnSO4 (Mangan Sulfat)
d. BOD
• AIA (Alkali Iodida Azida)
• Air sampel (air Sumber Sira)
• Aquadest
• CH2O (Formalin)
• C6H10O5 (Amilum)
• H2SO4 (Asam Sulfat)
• Na2S2O3 (Natrium Thiosulfat)
• NaOH (Natrium Hidroksida)
• Indikator PP (Phenolphthalein)
• MnSO4 (Mangan Sulfat)
e. Analisis Plankton
• 25 L air sampel (air Bendungan Lahor)
• CH2O (Formalin)

3.3 Prosedur Analisis


a. Suhu
 Botol sampel di masukkan ke dalam alat yang telah dibuat
ditenggelamkan perlahan ke dalam air, setelah penuh ditutup dalam
posisi masih dalam air.
 Suhu air diukur dengan cara memasukkan ujung sensor termometer ke
dalam air dan termometer menunjukkan angka atau suhu terukur.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 17


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

b. pH
 Botol sampel dimasukkan kedalam permukaan air, setelah penuh botol
sampel tersebut ditutup dalam keadaan belum keluar dari permukaan
air.
 Sebelum analisis digunakan pH meter dicuci dengan aquadest dan di
standarisasi dengan larutan standar yang telah disediakan.
 pH air diukur dengan cara memasukkan ujung sensor pH meter
kedalam air dan pH meter menunjukkan angka atau nilai pH terukur.
c. Analisis kadar DO
Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan metode Mikro
Winkler.
1. DO0
 Isi botol wingkler dengan air sampel hinggan penuh
 Tambahkan ½ ml larutan mangan sulfat (MnSO4)
 Tambahkan ½ ml larutan alkali-iodide-azida
 Botol ditutup, dikocok dengan membolak-balik hinggan beberapa
kali, lalu biarkan selama 10 menit
 Tambahkan ½ ml asam sulfat pekat (H2SO4), kocok dan
pindahkan ke Erlenmeyer sebanyak 25 ml.
 Tambahkan 1 ml indikator amylum, sampai timbul warna biru.
 Titrasi dengan Natrium Thiosulfat sampai warna biru hilang.
2. DO5
 Isi botol winkler dengan air sampel hinggan penuh
 Tambahkan ½ ml larutan mangan sulfat ( MnSO4)
 Tambahkab ½ larutan alkali-iodide-azida.
 Botol ditutup, dikocok dengan cara membolak-balik hingga
beberapa kali, lalu biarkan selama 10 menit.
 Masukkan sampel air ke dalam inkubator pada suhu 25 0C selama
5 hari.
 Kemudian buang 100 ml larutan dengan pipet.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 18


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

 Tambahkan ½ ml asam sulfat pekat ( H2SO4), kocok dan lalu


pindahkan ke Erlenmeyer sebanyak 25 ml
 Tambahkan 1 ml indikato amylum, sampai timbul warna biru.
 Titrasi dengan Natrium Thiosulfat sampai warna biru hilang.
d. Analisis kadar BOD
 Botol sampel ditenggelamkan perlahan ke dalam air dengan
kedalaman bervariasi, setelah penuh ditutup dalam keadaan masih
didalam air.
 Tambahkan 0,5 ml larutan MnSO4 hingga terlihat endapan.
 Tambahkan 0,5 ml H2SO4 hingga berubah warna menjadi orange
kecoklatan. Dikocok sampai endapan bercampur, lalu pindahkan ke
erlenmeyer.
 Air sampel tersebut kemudian dititrasi dengan Na2SO¬2O3 sampai
berubah warna menjadi kuning muda.
 Setelah berubah warna, kemudian air sampel ditambahkan 0,5 ml
C6H10O5 hingga berwarna biru.
 Air sampel dititrasi kembali dengan Na2SO¬2O3 hingga bening.
e. Analisis kadar CO2
 Masukkan 100 ml sampel dalam erlenmeyer.
 Tambahkan 2-3 tetes indikator PP 0,035 %.
 Jika tidak terjadi berubahan warna merah muda, lanjutkan dengan cara
kerja asidity
 Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai cairan merah muda. Cacat ml
NaOH yang digunakan (p ml)
 Tambahkan 2-3 tetas indikator metil orange 0,1 %.
 Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna berubah dari kuning menjadi
jingga/orange.
 Catat ml yang digunakan.
f. Analisis Plankton
1. Pengambilan sampel
 Sampel air di ambil menggunakan botol sebanyak 25 botol.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 19


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

 Tambahkan formalin kedalam botol film.


 Disimpan pada inkubator.
2. Pembuatan preparate
 Dikalibrasi dengan menggunakan aquadest dan di lap dengan tissu
secara searah.
 Titetesi object glass dengan sampel plankton dari botol film
sebanyak 1 tetes.
 Ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 45o agar tidak ada
gelembung.
3. Pengamatan plankton
 Plankton diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x,
100x, 400x, 1000x.
 Ambil gambar plankton yang telah di amati dan dihitung jumlah
kelimpahan plankton.
 Dilakukan beberapa kali untuk menghindari bias mata.
 Catat data yang telah di dapatkan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 20


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

BAB IV
HASIL PERHITUNGAN
1.1. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1.1.1. Data Tabel Pengamatan Kualitas Air
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan

Waktu Kedalama Suhu Turbidit TD Volume Titrasi (ml)


pH DO0 CO2
Pengambilan n (m) (°C) y (NTU) S Na2SO2O3 NaOH HCL
0 28,4 7,56 0,00 1,1 8,0 4,5
09.00
1,15 28,8 7,67 0,00 1,0 6,0 4,5
0 26,3 7,50 0,00 1,2 4,7 3,5
14.00
1,15 26,2 7,47 0,00 1,2 4,5 8,0
0 25,4 7,58 0,00 2,1 6,8 4,5
19.00
1,15 25,5 7,63 0,00 1,2 3,6 5,7
(Sumber: Hasil Pengamatan Mikrobiologi dan Ekologi Lingkungan,2021)
1.1.2. Perhitungan
Analisis Parameter Kualitas Air pada titik 3
1. Konversi Turbidity
 Waktu pengambilan sampel 09.00
 Kedalaman 0 m =
 Kedalaman 1,5 m =
 Waktu pengambilan sampel 15.00
 Kedalaman 0 m =
 Kedalaman 1,5 =
 Waktu pengambilan sampel 19.00
 Kedalaman 0 m =
 Kedalaman 1,5 =

2. Konversi TDS
1 ppm = 1 mg/l
 Waktu pengambilan pukul 09.00

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 21


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

 Kedalaman 0 m = 0,00 ppm


= 0,00 mg/l
 Kedalaman 1,5 m = 0,00 ppm
= 0,00 mg/l
 Waktu pengambilan pukul 15.00
 Kedalaman 0 m = 0,00 ppm
= 0,00 mg/l
 Kedalaman 1,5 m = 0,00 ppm
= 0,00 mg/l
 Waktu pengambilan pukul 19.00
 Kedalaman 0 m = 0,00 ppm
= 0,00 mg/l
 Kedalaman 1,5 m = 0,00 ppm
= 0,00 mg/l
3. Analisis DO0
 Waktu pengambilan 09.00
 DO0 pada kedalaman 0 m
- Hasil titrasi dengan larutan Natrium Thiosufat (Na 2SO2O3)
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada sampel
menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui:
V Na2SO2O3 (per) = 1,1 ml
N = 0,5
F = 1,008

Ditanya: DO0?
Penyelesaian:

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 22


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

- Dicari nilai DO0

VxNx 8000 xF
DO0 =
25
1,1ml x 0,5 x 8000 x 1,008
DO0 =
25 ml
4435,2
= x mg/l
25
= 177,408 mg/l
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 4 kedalaman 0 adalah 177,408
mg/l
 DO0 pada kedalaman 1,5 m
- Hasil titrasi dengan larutan Natrium Thiosufat (Na 2SO2O3)
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada sampel
menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui :
V Na2SO2O3 (per) = 1,0 ml
N = 0,5
F = 1,008
Ditanya: DO0?
Penyelesaian:
- Dicari nilai DO0

VxNx 8000 xF
DO0 =
25
1,0 ml x 0,5 x 8000 x 1,008
DO0 =
25 ml
4032
= x mg/l
25
= 161,28 mg/l
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 4 kedalaman 1,5 adalah 161,28
mg/l

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 23


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

 Waktu pengambilan 14.00


 DO0 pada kedalaman 0
- Hasil titrasi dengan larutan Natrium Thiosufat (Na 2SO2O3)
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada sampel
menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui:
V Na2SO2O3 (per) = 1,2 ml
N = 0,5
F = 1,008
Ditanya: DO0?
Penyelesaian:
- Dicari nilai DO0

VxNx 8000 xF
DO0 =
25
1,2ml x 0,5 x 8000 x 1,008
DO0 =
25 ml
4838,4
= x mg/l
25
= 193,536 mg/l
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 4 kedalaman 0 adalah 193,536
mg/l
 DO0 pada kedalaman 1,5 m
- Hasil titrasi dengan larutan Natrium Thiosufat (Na2SO2O3)
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada sampel
menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui:
V Na2SO2O3 (per) = 1,2 ml
N = 0,5
F = 1,008

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 24


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Ditanya: DO0?
Penyelesaian:
- Dicari nilai DO0
VxNx 8000 xF
DO0 =
25
1,2 x 0,5 x 8000 x 1,008
DO0 =
25
4838,4
= x mg/l
25
= 193,536 mg/l
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 4 kedalaman 1,5 adalah
193,536 mg/l
 Waktu pengambilan 19.00
 DO0 pada kedalaman 0 m
- Hasil titrasi dengan larutan Natrium Thiosufat (Na2SO2O3)
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada sampel
menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui:
V Na2SO2O3 (per) = 2,1 ml
N = 0,5
F = 1,008
Ditanya: DO0?
Penyelesaian:
- Dicari nilai DO0
VxNx 8000 xF
DO0 =
25
2,1 x 0,5 x 8000 x 1,008
DO0 =
25
8467,2
= x mg/l
25
= 338,688 mg/l

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 25


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 4 kedalaman 0 adalah 338,688


mg/l

 DO0 pada kedalaman 1,5 m


- Hasil titrasi dengan larutan Natrium Thiosufat (Na2SO2O3)
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada sampel
menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui:
V Na2SO2O3 (per) = 1,2 ml
N = 0,5
F = 1,008
Ditanya: DO0?
Penyelesaian:
- Dicari nilai DO0
VxNx 8000 xF
DO0 =
25
1, 2 x 0,5 x 8000 xF
DO0 =
25
48384
= x mg/l
25
= 1935,36 mg/l
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 4 kedalaman 1,5 (dasar)
adalah 1935,36 mg/l
4. Perhitungan CO2
 Waktu pengambilan 09.00
 Kedalaman 0 m
- sampel ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein tidak
terjadi perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel di Sumber Sira pada titik ketiga kedalaman 0 m
dilanjutkan dengan cara asidity.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 26


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi


perubahan warna pada pada sampel menjadi warnah merah
muda.

- Perhitungan
Diketahui:
p = 8,0 ml
N NaOH = 0,077
Ditanya: CO2?
Penyelesaian:
1000
CO2 = x p ml x N NaOH x 44
100
1000
= x 8 ml x 0,077 x 44
100
= 2710,4 mg/l
 Kedalaman 1,5 m
- sampel ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein tidak
terjadi perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel di Sumber Sira pada titik ketiga kedalaman 0 m
dilanjutkan dengan cara asidity.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi
perubahan warna pada pada sampel menjadi warnah merah
muda.
- Perhitungan
Diketahui:
p = 6,0 ml
N NaOH = 0,077
Ditanya: CO2?
Penyelesaian:
1000
CO2 = x p ml x N NaOH x 44
100

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 27


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

1000
= x 6,0 ml x 0,077 x 44
100
= 2032,8 mg/l

 Waktu pengambilan 14.00


 Kedalaman 0 m
- sampel ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein tidak
terjadi perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel di Sumber Sira pada titik ketiga kedalaman 0 m
dilanjutkan dengan cara asidity.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi
perubahan warna pada pada sampel menjadi warnah merah
muda.
- Perhitungan
Diketahui:
p = 1,2 ml
N NaOH = 0,077
Ditanya: CO2?

Penyelesaian:
1000
CO2 = x p ml x N NaOH x 44
100
1000
= x 1,2 ml x 0,077 x 44
100
= 406,56 mg/l
 Kedalaman 1,5 m
- sampel ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein tidak terjadi
perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel di

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 28


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

Sumber Sira pada titik ketiga kedalaman 0 m dilanjutkan dengan


cara asidity.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi perubahan
warna pada pada sampel menjadi warnah merah muda.

- Perhitungan
Diketahui:
p = 1,2 ml
N NaOH = 0,077
Ditanya: CO2?
Penyelesaian:
1000
CO2 = x p ml x N NaOH x 44
100
1000
= x 1,2 ml x 0,077 x 44
100
= 406,56 mg/l
 Waktu pengambilan 19.00
 Kedalaman 0 m
- sampel ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein tidak
terjadi perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel di Sumber Sira pada titik ketiga kedalaman 0 m
dilanjutkan dengan cara asidity.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi
perubahan warna pada pada sampel menjadi warnah merah
muda.
- Perhitungan
Diketahui:
p = 2,1 ml

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 29


[MIKROBIOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN] KELOMPOK 3

N NaOH = 0,077
Ditanya: CO2?
Penyelesaian:
1000
CO2 = x p ml x N NaOH x 44
100
1000
= x 2,1 ml x 0,077 x 44
100
= 711,48 mg/l

 Kedalaman 1,5 m
- sampel ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein tidak
terjadi perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel di Sumber Sira pada titik ketiga kedalaman 0 m
dilanjutkan dengan cara asidity.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi
perubahan warna pada pada sampel menjadi warnah merah
muda.
- Perhitungan
Diketahui:
p = 1,2 ml
N NaOH = 0.077
Ditanya: CO2?
Penyelesaian:
1000
CO2 = x p ml x N NaOH x 44
100
1000
= x 1,2 ml x 0,077 x 44
100
= 406,56 mg/l

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 30

Anda mungkin juga menyukai