NAMA : APRILIYANTO
KELAS : XII - IPS 2
SMA NEGERI 9 BOGOR
PERANG TELUK 1
Perang Teluk I (1980-1988)
A. Latar Belakang
1. Sengketa antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah
negara yang tak pernah akur.
Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana Menteri Irak
Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.
Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan serangan yang
sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu
Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak
serta memutuskan hubungan diplomatic.
Kedua negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam
jumlah yang cukup besar.
Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah negara.
Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan
Perjanjian Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa
Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak, pada saat pembuatan perjanjian itu kedua belah
negara tidak dalam posisi yang seimbang dimana Irak pada waktu itu sebagai negara
yang kalah dengan Iran. kemudian Iran melihatnya sebagai pernyataan perang pada 20
September 1980.
Menurut para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan Saddam ke
Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap kemungkinan
menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua, ambisi Saddam
Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.
A. Latar Belakang
Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan
Tahun dengan Iran dalam Perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai
pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi
minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang
ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan
Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Irak juga terjerat
utang luar negeri dengan beberapa negara, termasuk Kuwait dan Arab Saudi. Irak berusaha
meyakinkan kedua negara tersebut untuk menghapuskan utangnya, namun ditolak. Selain itu,
Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian
kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
Ambisi Saddam Husein untuk tampil sebagai orang yang dihormati di negara-negara
Arab.
Kuwait dituduh Irak mencuri minyak Irak di Padang Rumeila yang terletak di perbatasan
kedua negara (dipersengketakan)
Kuwait menolak tuntutan Saddam untuk membayar ganti rugi dan memberikan daerah
Rumailah dan Pulau Bubiyan.
Irak mengalami kerusakan infrastruktur ekonomi dan membengkaknya utang akibat
Perang Teluk 1.
Penguasa Irak sering mengklaim Kuwait sebagai wilayah kekuasaannya, karena
perbatasan antara kedua negara tersebut tidak jelas.
Terjadinya pelanggaran kuota minyak oleh Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab sehingga
produksi melimpah, akibatnya harga minyak anjlok. Irak yang waktu itu sangat
mengandalkan pendapatan negara dari sektor minyak sangat terpukul dengan peristiwa
ini. Irak waktu itu sedang membangun negaranya yang rusak akibat perang dengan Iran.
Sumber dana diandalkan dari minyak karena irak merupakan negara penghasil minyak
yang diandalkan negara lain
Adanya serangan Irak terhadap Kuwait tanggal 2 Agustus 1990 yang berhasil menduduki
wilayah Kuwait.
B. Jalannya perang
Tanggal 2 agustus 1990, dibawah komando pemerintahan saddam hussein irak dengan
100.000 tentaranya menyerang kuwait yang saat itu hanya memiliki tentara 20.000 dapat dengan
mudah dikuasai tanpa perlawanan yang kuat. Penguasa kuwait Ahmad El Sabah terpaksa
melarikan dirinya ke Arab Saudi untuk meminta pertolongan.
Invasi tersebut benar benar di tentang oleh dunia internasional, terbukti dalam konferensi
di Cairo, Liga Arab mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus segera menarik mundur
pasukannya dari Kuwait. Pada tanggal 8 Agustus 1990, AS, Inggris, Perancis, Australia dan
negara Liga Arab pun melakukan Operasi Perisai Gurun (Desert Shield Operation). Namun
operasi ini belum sampai menyerang irak yang berada di daerah kuwait, dan operasi ini pun
diganti menjadi Operasi Badai Gurun (Desert Storm Operation) dibawah jendral Norman
Schwarzkopf (AS). Operasi ini membuat Irak dibombardir oleh pesawat-pesawat pasukan
koalisi. Dalam perang tersebut terjadi unjuk persenjataan. Pihak koalisi menjatuhkan rudal
Patriot untuk menangkal rudal-rudal Scud milik Irak. Rudal juga ditembakkan ke ibu kota Israel,
Tel Aviv, karena Irak mencurigai Israel terlibat dalam serangan kenegaraannya
Pada tanggal 29 November 1990 Dewan Keamanan PBB juga mengeluarkan Resolusi No.
660 yang menyatakan pasukan Irak harus ditarik mundur dari Kuwait paling lambat tanggal 17
Januari 1991, jika tidak Irak akan berhadapan dengan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Dewan Keamanan juga mengeluarkan Resolusi No. 661 yang berisi pemberian sanksi ekonomi
kepada Irak.
Untuk menghindari perang antara Irak dan pasukan koalisi diupayakan melalui
perundingan. Pada tanggal 30 November 1990 Presiden Amerika Serikat George Bush
menawarkan perundingan langsung dengan Irak. Tawaran tersebut gagal karena tidak ada
kesepakatan tentang waktu perundingan dari kedua belah pihak.
Sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh resolusi PBB, yaitu tanggal 15
Januari 1991 ternyata pasukan Irak tidak ditarik mundur dari Kuwait. Sehingga pada tanggal 17
Januari 1991 pasukan koalisi melakukan agresi ke Irak.
KESIMPULAN
Michael (2007) menyatakan bahwa kebijakan luar negeri pada dasarnya bersifat memiliki
tujuan atau tindakan yang didasari oleh tujuan-tujuan tertentu. Itu artinya, seburuk apapun
outcome yang dihasilkan oleh sebuah kebijakan sudah dipastikan memiliki alasan-alasan di balik
proses pembuatan keputusan. Dalam kasus kebijakan luar negeri yang diputuskan Presiden Irak
yanki Saddam Husein dalam menginvasi Irak terdapat beberapa alasan di balik itu semua kendati
dalam proses mencapai tujuannya justru memberikan outcome yang sangat buruk bagi kestabilan
negara Irak.
Begitu pula kebijakan luar negeri yang dihasilkan Presiden George H. W. Bush dan
anaknya Presiden George W. Bush untuk melakukan invasi sebanyak dua kali di tanah Irak tentu
saja memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan negaranya, meskipun
secara umum dipaparkan bahwa dalam Perang Teluk Persia I invasi menggunakan alasan atas
tindakan invasi Irak atas Kuwait dan dalam Perang Teluk Persia II beralasan 5 tuduhan yang
dilayangkan kepada negara Irak yakni dikatator, pendukung terorisme, kepemilikan senjata
nuklir, kimia dan kuman. Implikasi Teoritis, bahwa Perang Teluk III yang menjadi masalah
krusial baru di Timur Tengah disebabkan oleh ambisi Barat (Amerika Serikat) untuk menguasai
minyak Timur Tengah (Irak). Motivasi untuk membela kepentingan Israel juga menjadi alasan
Amerika Serikat untuk menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah. Implikasi Praktis, bahwa
konflik yang terjadi antara Irak dan Amerika Serikat menimbulkan dampak multidimensional
bagi Irak khususnya dan bagi wilayah Timur Tengah pada umumnya. Perang Teluk III telah
berpengaruh pada prospek perdamaian Palestina dan Israel karena invasi Amerika Serikat ke Irak
ini telah memberi peluang bagi Israel untuk memperkuat eksistensinya di Palestina. Yang
artiannya tujuan invasi Amerika Serikat secara umum digambarkan demi menjaga kestabilan
dunia.
Tetapi kita tidak mengetahui gambaran tersirat bahwa di balik kebijakan luar negeri
terkait dua invasi tersebut memiliki kepentingan tersendiri bagi Amerika Serikat. Seperti yang
telah dipaparkan dalam uraian Perang Teluk Persia II akan memberikan keuntungan tersendiri
bagi Amerika Serikat apabila ia berhasil menaklukan Irak yaitu kemudahan negara adikuasa
tersebut dalam meletakan kepentingannya di Timur Tengah yakni khususnya memberikan
pengaruhnya di Iran dengan demikian setidaknya negara adikuasa tersebut sudah mampu
melenyapkan dua negara poros setan yang terdiri dari empat negara yang dituduhkan George W.
Bush yaitu Irak, Iran, Libya dan Korea Utara. Amerika juga akan mampu memberi tekanan
militer terhadap negara-negara Teluk dengan memaksa pemerintah negara-negara Teluk
membasmi kelompok ekstrim yang antiAmerika. Selanjutnya negara adikuasa tersebut dapat
melaksanakan strategis pengendalian harga minyak mentah dunia serta memantapkan posisi
Amerika sebagai Penguasa Dunia .
Secara tidak langsung kita tidak mampu menerjemahkan maksud dari kebijakan luar
negeri Amerika serikat namun apabila kita tinjau dari kacamata perpolitikan maka kita akan
menyadari bahwa permainan politik dan kepentingan nasional berperan di dalamnya. Oleh sebab
itu pentinglah bagi kita untuk mengenal apa itu politik dan bagaimana maksud dan tujuan
tersurat maupun tersirat sehingga mampu mempertahankan eksistensi negara kita di kancah
percaturan internasional.