Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN HIV / AIDS


DIMASA PANDEMI COVID-19

DISUSUN OLEH :

Nama : Dian Divita


Mata Kuliah : Program Penanggulangan HIV / AIDS
Dosen Pembimbing : Siswanto, SKM.,M.Kes

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES ABDI NUSA PANGKALPINANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Penanggulangan dan Pencegahan HIV-AIDS di masa Pandemi Covid-19 “ dapat
diselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas Program Penanggulangan dan Pencegahan HIV- AIDS di masa Pandemi Covid-
19.

Dalam penulisan makalahiah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada


Bapak Siswanto,SKM.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Program Penanggulangan
HIV-AIDS.Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak banyak terdapat kekurangan.Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
kebaikan dan melimpahkan rahmat dan Karunia Nya kepada kita semua. Akhir kata
semoga sumbangan pemikiran yang tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis.

Pangkalpinang, 02 November 2021

Penulis,

Dian Divita
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………..…………………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR……………………..………………………………………………………………………………………..2

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………3

BAB I…………………………………………………………………………………………………………………………………….4

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………4

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………….…………………4


1.2 IDENTIFIKASI MASALAH……………………………………………………….………………………………………..5
1.3 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………….……………………………………5
1.4 TUJUAN…………………………………………………………………………………….…………………………………..5

BAB II……………………………………………………………………………………………….………………………………….6

A. PENGERTIAN TEORI HIV-AIDS……………….……………….………………………………………………………..6


1. PENGERTIAN HIV-ADIS…………………………………….…………………………….…………………………..6
2. PENYEBAB HIV-AIDS…………………………………………….……………………….……………………………6
3. GEJALA HIV-AIDS…………………………………………………..……………………………………………………6
4. DIAGNOSIS HIV-AIDS…………………………………………….….………………………………………………..7
5. PENCEGAHAN HIV-AIDS……………………….……………………………………………………………………8
6. PENGOBATAN HIV-AIDS……………………….…………………………..………….…………………………..8
B. PENGERTIAN TEORI COVID-19………………….………………………..………………..………………………..8
1. PENGERTIAN COVID-19……………………….………………………..…………………….……………………8
2. PENYEBAB COVI-19…………………………….……………………..……………………………………………..8
3. GEJALA COVID-19……………………………….…………………..………………………………………………..9
4. PENCEGAHAN COVID-19…………………….……………….……………………………………………………9
5. PENGOBATAN COVID-19…………………………………………………………………………………………10
C. PENANGGULANGAN PENULARAN HIV-AIDS DALAM MENGAHADAPI COVID-19…………..11
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………..………………..14
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Penanggulangan penyakit HIV-AIDS cenderung kurang mendapatkan


perhatian di tengah meluasnya pandemi COVID-19. Padahal, AIDS tetap merupakan
permasalahan serius yang harus ditangani. Meski saat ini tampaknya sudah terkendali,
namun bila lengah tidak mustahil dapat terjadi lonjakan hingga merebak lagi menjadi
pandemi AIDS seperti di era 1980-an.

Secara global, berdasarkan data UNAIDS (Joint United Nations Programme on


HIV/AIDS) saat ini terdapat 38 juta Pasien HIV, tetapi yang telah memperoleh
pelayanan kesehatan hanya 25,4 juta pasien. Sejak pertama kali ditemukan, yaitu tahun
1981, AIDS telah menyebabkan kematian pada sekitar 40 juta orang.

Di Indonesia, berdasarkan Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) pada bulan Juni


2020, terdapat total 543.075 kasus HIV dan hanya sekitar separuhnya yang telah
mendapat pengecara global, berdasarkan data UNAIDS (Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS) saat ini terdapat 38 juta Pasien HIV, tetapi yang telah
memperoleh pelayanan kesehatan hanya 25,4 juta pasien. Sejak pertama kali
ditemukan, yaitu tahun 1981, AIDS telah menyebabkan kematian pada sekitar 40 juta
orang.

Menghadapi AIDS di tengah merebaknya pandemi Covid 19 menjadi beban


ganda bagi tenaga medis maupun pasien. Secara global, infeksi HIV yang merupakan
penyebab AIDS telah menunjukkan penurunan sebanyak 23% sejak tahun 2010.
Namun, pandemi COVID-19 menghambat upaya mengatasi AIDS yang selama ini
dijalankan.

Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi dampak COVID-19,


tetapi pengaruhnya terhadap penanggulangan AIDS tetap tidak bisa dihindari. Pengaruh
besar terjadi terutama di negara-negara miskin, seperti Afrika Sub Sahara. UNAIDS
dan WHO memperkirakan bahwa COVID-19 telah menyebabkan penyediaan alat
kesehatan dan obat di Afrika Sub Sahara terganggu, sehingga diduga akan terjadi
peningkatan kematian akibat AIDS sekitar 500.000 kasus pada akhir tahun 2021. Selain
itu, terhambatnya pasokan obat antiretroviral untuk pasien HIV juga dapat
menimbulkan permasalahan resistensi obat.

Sementara itu, COVID-19 dapat berdampak langsung terhadap pasien HIV-AIDS.


Penelitian di Afrika Sub Sahara menunjukkan bahwa pasien HIV lebih rentan terinfeksi
COVID-19. Sedangkan, survei di Afrika Selatan pada bulan Maret–Juni 2020
menunjukkan bahwa risiko kematian pasien COVID-19 yang menderita HIV lebih
besar daripada pasien COVID-19 yang tidak menderita HIV. Hal ini berkaitan dengan
rendahnya sistem imun pasien HIV.
Mengatasi pandemi HIV-AIDS tidak dapat diabaikan di tengah merebaknya pandemi
COVID-19 karena keduanya merupakan ancaman serius terhadap kesehatan
masyarakat. Penting untuk disadari bahwa pasien HIV lebih rentan tertular COVID-19
daripada mereka yang tidak menderita HIV.

Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS dimas pandemic COVID 19 :

1.2 Identifikasi Masalah

1. Tujuan penegndalian HIV/AIDS dimasa pandemic Covid 19

2. Tantangan pencegahan penularan HIV AIDS di masa Pandemi COVID 19

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana penanggulangan dan pencegahan HIV /AIDS di masa Pandemi
Covid-19

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penanggulangan dan pencegahan HIV /AIDS di masa


Pandemi Covid-19

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengertian, Penyebab,Tahapan, Penularan, Gejala, Pencegahan dan


Pengobatan HIV / AIDS
b. Mengetahui tujuan pengendalian HIV / AIDS
c. Mengetahui tantangan Penanggulangan penularan HIV / AIDS di Masa
Pandemi COVID-19
d. Mengetahui Peluang Penanggulangan HIV/ AIDS vs COVID-19
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIV- AIDS
1. Pengertian
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalantubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul sacara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain :


➢ AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun selular pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
terjadinya defisiensi seperti keganasan,obat-obatan seperti imu, penyakit
infeksi yang sudah dikenal dan sebagaimana ( Christine L,1992)
➢ AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh oleh virus yang disebut HIV yang ditandai dengan menurunnya system
kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS malah diserang oleh infeksi
oportunistik dan kanker ( Djauzi dan Djoerban, 2003 )

2. Penyebab HIV -AIDS


Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak
disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian
menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba.
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada orang lain, bahkan
sejak beberapa minggu sejak teretular.Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

3. Gejala HIV dan AIDS


Tahap Pertama :
• Pengidap akan mengalami nyeri mirip seperti flu beberapa minggu
setelah terinfeks, selama satu hingga dua bulan.
• Dapat menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
• Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan,ruam, pembengkakan
kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri ototdan sendi.

Tahap Kedua :
• Umumnya tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-
tahun
• Virus terus menyebar dan merusak system kekebalan tubuh.
• Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
• Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
Tahap Ketiga :
• Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit dan akan
berlanjut menjadi AIDS.
• Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari
• Merasa lelah setiap saat
• Sulit bernapas
• Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama
• Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut dan vagina
• Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
• Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun dratis

4. Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau
tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan
mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium.
Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

• Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan


tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar
jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
• Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi
bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6
minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap


perlu menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu
dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode
pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah
pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

• Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang
dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel
per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200
sel per milimeter kubik darah.
• Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung
RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA
yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru
saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah
10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak
terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

• Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa
yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki
resistensi terhadap obat tertentu.
5. Pencegahan HIV-AIDS
Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan
HIV-AIDS,antara lain :
• Tidak melakuakan hubungan seks sebelum menikah
• Tidak berganti-ganti pasangan seksual
• Gunakan kondom setiap berhubungan intim
• Hindari penggunaan narkob, terutama jenis suntik

6. Pengobatan HIV-AIDS
Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan
pengobatanberupa terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah
virus HIV bertambah banyak sehingga tidak menyerang system kekebalan
tubuh.

B. Covid-19
1. Pengertian

Penyakit virus corona (covid19) adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh virus SARS-Cov-2

2. Penyebab Virus Corona (COVID-19)

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu


kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar
kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai
sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia.
Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia
ke manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

• Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat


penderita COVID-19 batuk atau bersin
• Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
• Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

3. Gejala Virus Corona (COVID-19)

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala
flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita
dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi
virus Corona, yaitu:

• Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


• Batuk kering
• Sesak napas

Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus
Corona meskipun lebih jarang, yaitu:

• Diare
• Sakit kepala
• Konjungtivitis
• Hilangnya kemampuan mengecap rasa
• Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
• Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai


2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang
terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala
apapun. Kondisi ini disebut happy hypoxia.

4. Pencegahan Virus Corona (COVID-19)

Saat ini, Indonesia sedang melakukan vaksinasi COVID-19 secara berkala ke


masyarakat Indonesia. Meskipun vaksinasi sudah mulai di jalankan, cara pencegahan
yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda
terinfeksi virus ini, yaitu:

• Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang
lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
• Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk
saat pergi berbelanja bahan makanan dan mengikuti ibadah di hari raya,
misalnya Idul Adha.
• Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah
atau di tempat umum.
• Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
• Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan
mencegah stres.
• Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
• Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang
tisu ke tempat sampah.
• Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek dan probable)
yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP
(pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak
menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:

• Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk
sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar
mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
• Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
• Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu
pihak rumah sakit untuk menjemput.
• Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda
benar-benar sembuh.
• Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
• Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
• Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain.
• Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.

5. Pengobatan Virus Corona (COVID-19)

Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona atau
COVID-19. Namun, beberapa obat seperti favipirapir dan remdesivir sudah bisa
digunakan pada kasus COVID-19 sedang hingga berat. Sementara itu, obat-obatan lain,
seperti molnupiravir, masih diteliti efektivitas dan manfaatnya sebagai pengobatan
COVID-19.

Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahannya.
Beberapa pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala akan di sarankan untuk
melakukan protokol isolasi mandiri di rumah sambil tetap melakukan langkah
pencegahan penyebaran infeksi virus Corona.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan beberapa beberapa langkah untuk meredakan
gejalanya dan mencegah penyebaran virus corona, yaitu:

• Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan


karatina di rumah sakit rujukan
• Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi
penderita
• Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
• Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk
menjaga kadar cairan tubuh

C. Penanggulangan penularan HIV-AIDS dalam Menghadapi COVID-19

Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) lebih rentan terhadap infeksi bakteri, jamur serta
virus dibandingkan dengan masyarakat umum. Pada saat ini belum terdapat data
penelitian yang menunjukkan bahwa ODHA yang rutin minum obat memiliki risiko
lebih besar untuk terinfeksi Corona Virus (SARS-CoV 2) atau mengalami sakit berat
akibat Covid-19. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi pada ODHA karena kematian akibat Covid-19 lebih tinggi
pada orang yang berusia lanjut serta orang yang memiliki penyakit lain seperti kanker,
diabetes, dan penyakit kardiovaskuler, sedangkan komorbiditas lazim ditemukan pada
ODHA .

ODHA harus melakukan pengobatan ARV (Antiretroviral) secara rutin seumur


hidupnya sehingga diperlukan peran pendamping baik dari sesama ODHA maupun
relawan sosial non ODHA untuk mendorong tingkat kepatuhan terhadap anjuran
minum obat bagi ODHA. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut, yaitu berupa interaksi virtual terutama pada masa pandemi Covid-19
seperti ini maka sangat efektif apabila dilakukan interaksi secara virtual antara petugas
dan individu atau sekelompok orang yang berperilaku risiko tinggi terhadap HIV
dengan tujuan menyediakan: informasi dan pendidikan kesehatan, rujukan dan akses
layanan, rekruitmen untuk testing dan pengobatan serta dukungan bagi pengurangan
risiko terkait HIV . Beberapa bentuk lain tindakan pendampingan yang dapat dilakukan
antara lain:

1) Penguatan secara psikologis terhadap ODHA

2) Memberikan support untuk patuh terapi ART

3) Melakukan home and hospital visit

4) Study Club sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan penambahan wawasan
ODHA. Salah satu poin penting dalam kegiatan ini ialah ODHA dapat mengetahui
dimana ODHA bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan informasi-informasi terkait
ODHA lainnya. Informasi ini harus disampaikan dengan baik agar tidak terjadi salah
persepsi. Salah satu contoh yaitu informasi terkait cara penularan virus HIV, dari
kegiatan ini ODHA bisa berbagi informasi dengan keluarganya sehingga bukan hanya
ODHA yang paham, akan tetapi keluarganya pun ikut paham tentang hal-hal dasar HIV
.

Selain terapi dengan pengobatan konvensional, ODHA sering menggunakan


pengobatan alternatif dan komplementer. Pengobatan alternatif dan komplementer
didefinisikan sebagai berbagai macam pengobatan baik praktik maupun produk
pengobatan yang bukan merupakan bagian pengobatan konvensional atau pengobatan
dengan resep dokter. Pengobatan alternatif dan komplementer tidak hanya terbatas pada
tumbuhan herbal, tetapi juga mencakup penggunaan vitamin dan mineral alam lainnya.
Selain itu juga terdapat terapi body and mind medicine yang meliputi meditasi, yoga,
dan akupunktur (Permatasari, Hasina and Pratama, 2020). Salah satu pengobatan
tradisional yang sering diterapkan oleh ODHA adalah mengonsumsi jamu. Terdapat
sebuah penelitian yang dilakukan dalam rangka program saintifikasi jamu untuk
mendapatkan informasi tentang ramuan jamu imunostimulan atau jamu yang
mengandung bahan untuk meningkatkan sistem imun dalam meningkatkan kualitas
hidup penderita HIV/AIDS. Ramuan jamu imunostimulan ini dapat diberikan sebagai
terapi komplementer bersama terapi ARV (Antiretroviral). Ramuan jamu yang biasa
digunakan untuk imunostimulan adalah 14 gram rimpang temulawak (Curcuma
xanthorrhiza), 14 gram temu mangga (Curcuma mangga), dan 14 gram herba meniran
(Phyllantus niruri) dalam bentuk rebusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ramuan
jamu memberikan perubahan terhadap kualitas hidup subjek terutama pada domain
psikologi, kemandirian, dan kesehatan umum (Astana, Ardiyanto and Mana, 2018).
Penggunaan obat tradisional atau terapi komplementer pada penderita HIV/AIDS
sebagai supportive treatment dapat membantu kualitas hidup ODHA. Kualitas hidup
merupakan salah satu penilaian tingkat keberhasilan suatu terapi (Rahman, Kalesaran
and Siampa, 2019). Pengobatan alternatif dan komplementer ini harus dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan dokter atau konselor masing-masing ODHA untuk mengetahui
obat atau terapi komplementer yang sesuai untuk dikonsumsi dan diterapkan.

Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, ODHA memang sangat rentan untuk tertular
Covid-19 akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap penularan Covid-19 pada ODHA prinsipnya sama dengan
pecegahan Covid-19 pada umumnya menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020) yaitu:

1) Mencuci tangan dengan hand sanitizer ketika tangan terlihat bersih dan mencuci
dengan sabun serta air mengalir ketika tangan kotor dengan 6 langkah cara cuci tangan

2) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, jika mendesak maka cuci tangan
terlebih dahulu

3) Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut menggunakan
lengan atas bagian dalam atau tisu serta buanglah tisu ke tempat sampah

4) Pakailah masker medis jika memiliki gejala batuk dan bersin lalu lakukan cuci tangan
setelah membuang masker

5) Menjaga jarak (minimal 2 meter) dari orang yang mengalami gejala batuk dan bersin.

Langkah pencegahan tersebut harus dilengkapi dengan tetap dirumah kecuali pada
keadaan mendesak, maka sebisa mungkin hindari kerumunan dan selalu patuhi protokol
kesehatan yang menjadi anjuran pemerintah dalam usaha mencegah penularan Covid-
19 di masa kebisaan baru.

Sebagai anggota masyarakat, baik ODHA ataupun yang sehat kita perlu memberikan
dukungan bagi ODHA untuk selalu patuh dengan pengobatan yang harus dijalani. Hal
yang paling penting bagi ODHA agar tetap dapat menjaga imunitas di masa pademi
Covid-19, yaitu patuh pada pengobatan medis, konseling rutin secara virtual, penerapan
protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19, serta melakukan pengobatan
alternatif seperti jamu sesuai dengan anjuran dokter atau konselor. Upaya-upaya
pencegahan umum tersebut harus selalu dilakukan mengingat daya tahan tubuh ODHA
yang terpengaruh oleh virus HIV.

Pasien HIV yang terinfeksi COVID-19 juga lebih berisiko mengalami gejala yang
parah, bahkan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan dalam
mengatasi HIV-AIDS sehubungan dengan pandemi COVID-19:

• Pasien HIV perlu lebih memperhatikan upaya pencegahan Covid-19 yang


umum berlaku yakni: 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak),
dan 3T (testing, tracking, treatment), serta menghindari berkerumun, dan
bepergian jika tidak perlu.

• Di tengah pandemi COVID-19, tetap harus tersedia obat bagi pasien Mengingat
diberlakukannya pembatasan sosial dan keterbatasan mobilisasi, maka menjadi
semakin perlu diberikannya obat bagi pasien HIV untuk jangka waktu yang
cukup panjang, sebaiknya untuk 3 bulan atau lebih.

• Pelayanan kesehatan harus tetap tersedia bagi pasien HIV, dan bila terinfeksi
Covid-19 harus dapat mengakses pelayanan kesehatan tanpa perlakuan yang
bersifat diskriminatif dan stigmatisasi.

• Pencegahan HIV-AIDS perlu tetap dijalankan dan sama sekali tidak boleh
lengah, agar keadaan tidak kembali memburuk lagi.
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Akibat pandemi COVID-19, banyak kondisi medis yang tidak tertangani dengan baik
atau mengalami keterlambatan diagnosis. Hal ini dikarenakan keterbatasan untuk
mengakses fasilitas kesehatan. HIV merupakan salah satu kondisi yang terdampak dari
pandemi ini. Padahal, pasien HIV memiliki risiko terinfeksi dan mengalami gejala berat
COVID-19 yang lebih tinggi daripada pasien yang tidak menderita HIV.

Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan harus diterapkan oleh pasien HIV, yang
meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Sebaiknya pasien HIV
juga membatasi untuk bepergian, apalagi berkerumun. Sementara itu, pelayanan
terhadap pasien HIV perlu tetap dimaksimalkan, seperti penyediaan obat dan pelayanan
kesehatan yang tidak diskriminatif.

2. SARAN
Saran-saran yang penulis dapat sampaikan dalam makalah ini,agar dapat
memberikan informasi yang benar kepada lingkungan sekitar. Bagi pihak-pihak
yang terkait mampu bertanggungjawabatas apa yang telah dipercayakan
kepadanya.Bagi penulis diharapkan hasil makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya .
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/coronavirus-penyebab,gejala dan pencegahan-Halodoc

https://www.halodoc.com/hiv-aids

https://www.krjogja.com/opini-2/dilematis-penanggulangan-hiv-aids-selama-
pandemi-covid-19-akankah-three-zero-2023-terwujud/

https://w3.uinsby.ac.id/pengidaphivaidsselamapandemicovid19

Anda mungkin juga menyukai