Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mandiri

(Tugas Report)

Review Jurnal Analisa Kebijakan Negara

Diplomasi Perdangan Indonesia Melalui FTA: Analisis Pelaku, Proses, Dan


Tujuan Diplomasi

Sumber:
http://www.global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/view/492

DOSEN PENGAMPU : DR. AJI PRIMANTO S.Sos., M.Si

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan ANALISA KEBIJAKAN
NEGARA

Oleh:
HARUN PARMONANGAN NST
202021040

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT
INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, karena atas rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan tugas Riview Jurnal Analisa Kebijakan Negara.

Tugas ini merupakan kewajiban guna melengkapi tugas mata kuliah Analisa Kebijakan
Negara. Dalam penulisan tugas ini penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun penulis juga
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini, dan untuk itu kiranya
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas ini dapat berguna
bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
DR. Aji Primanto S.Sos., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Analisa Kebijakan Negara
yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan. Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan tugas ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Medan, Juni 2021


Hormat saya,

HARUN PARMONANGAN NST

NPM. 202021040

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

BAB II RINGKASAN JURNAL..........................................................................................2

A. Identitas Jurnal...........................................................................................................2

B. Pendahuluan Jurnal...................................................................................................3

C. Kajian Teori................................................................................................................4

D. Metodologi Penelitian...............................................................................................4

E. Hasil Pembahasan......................................................................................................7

F. Kesimpulan.................................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................8

A. Relevansi Antara Topik Jurnal Dengan Karya-Karya dan Bidang

Keahlian Penulis..............................................................................................................8

B. Pokok-Pokok Argumen Penulis di dalam Penulisan............................................8

C. Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori...................................................................8

D. Metodologi Penelitian Yang digunakan dan Relevansinya..................................9

E. Kerangka berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan........................................10

F. Kesimpulan dan saran yang diajukan Penulis.....................................................10

G. Keunggulan dan Kelemahan Jurnal......................................................................10

BAB IV PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis berbagai perdagangan bebas (FTA) yang telah mengikuti
Indonesia selama 15 tahun dengan melihat tiga elemen utama diplomasi dagang, yakni: aktor,
proses, dan tujuan diplomasi. Berdasarkan kerangka ini, ditemukan bahwa kepentingan politik luar
negeri cenderung mendominasi dalam diplomasi dagang Indonesia dibandingkan kepentingan
ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari tiga hal, yakni pertama, aktor diplomasi FTA Indonesia cenderung
didominasi oleh aktor negara, khususnya aktor politik luar negeri dengan Partisipasi yang sangat
terbatas dari pelaku perdagangan dan aktor non-negara. Banyaknya FTA Indonesia yang dilakukan
melalui ASEAN juga cenderung mengabaikan dominasi pemain politik luar negeri, mengingat
pembagian berwenang di ASEAN yang menempatkan pelaku politik luar negeri pada hierarki yang
lebih tinggi dibanding aktor aktor perdagangan. Kedua, proses diplomasi FTA Indonesia cenderung
tidak efektif dan efektif karena melibatkan dualisme diplomasi melalui ASEAN dan Indonesia, yang
berkontribusi pada tumpang-tindihnya FTA dan menurunnya angka penggunaan dari FTA. Ketiga,
banyaknya FTA Indonesia yang berbasis ASEAN menyebabkan tujuan FTA bergeser menjadi tujuan
politik luar negeri dibandingkan ekonomi / dagang karena ASEAN yang lebih fokus ke masalah
politik dan keamanan. Berdasarkan temuan ini, perlu ada upaya reposisi dalam diplomasi FTA
Indonesia agar dapat menyeimbangkan tujuan perdagangan dan tujuan politik luar negeri di
dalamnya. proses diplomasi FTA Indonesia cenderung tidak efisien dan efektif karena melibatkan
dualisme diplomasi melalui ASEAN dan Indonesia, yang berkontribusi pada tumpang-tindihnya
FTA dan menurunnya angka penggunaan dari FTA. Ketiga, banyaknya FTA Indonesia yang
berbasis ASEAN menyebabkan tujuan FTA bergeser menjadi tujuan politik luar negeri
dibandingkan ekonomi / dagang karena ASEAN yang lebih fokus ke masalah politik dan
keamanan. Berdasarkan temuan ini, perlu ada upaya reposisi dalam diplomasi FTA Indonesia agar
dapat menyeimbangkan tujuan perdagangan dan tujuan politik luar negeri di dalamnya. proses
diplomasi FTA Indonesia cenderung tidak efisien dan efektif karena melibatkan dualisme diplomasi
melalui ASEAN dan Indonesia, yang berkontribusi pada tumpang-tindihnya FTA dan menurunnya
angka penggunaan dari FTA. Ketiga, banyaknya FTA Indonesia yang berbasis ASEAN
menyebabkan tujuan FTA bergeser menjadi tujuan politik luar negeri dibandingkan ekonomi /
dagang karena ASEAN yang lebih fokus ke masalah politik dan keamanan. Berdasarkan temuan ini,
perlu ada upaya reposisi dalam diplomasi FTA Indonesia agar dapat menyeimbangkan tujuan
4
perdagangan dan tujuan politik luar negeri di dalamnya. FTA Indonesia yang berbasis ASEAN
menyebabkan tujuan FTA bergeser menjadi tujuan politik luar negeri dibandingkan ekonomi /
dagang karena ASEAN yang lebih fokus ke masalah politik dan keamanan. Berdasarkan temuan ini,
perlu ada upaya reposisi dalam diplomasi FTA Indonesia agar dapat menyeimbangkan tujuan
perdagangan dan tujuan politik luar negeri di dalamnya. FTA Indonesia yang berbasis ASEAN
menyebabkan tujuan FTA bergeser menjadi tujuan politik luar negeri dibandingkan ekonomi /
dagang karena ASEAN yang lebih fokus ke masalah politik dan keamanan. Berdasarkan temuan ini,
perlu ada upaya reposisi dalam diplomasi FTA Indonesia agar dapat menyeimbangkan tujuan
perdagangan dan tujuan politik luar negeri di dalamnya.

5
BAB II

RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal

Judul Jurnal : Diplomasi Perdangan Indonesia Melalui FTA: Analisis


Pelaku, Proses, Dan Tujuan Diplomasi

Penulis : 1 Pantri Muthriana Erza Killian

Jurnal : Jurnal Politik Internasional

Volume dan Halaman : Vol. 22, No 2, 2020 hal 163-190 Tahun Terbit 2020

Instansi Penulis Jurnal : Jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya

Sumber Jurnal
http://www.global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/view/492

B. Pendahuluan Jurnal

Pertumbuhan ekspor yang didorong oleh perdagangan internasional terhambat baik dari segi
tarif maupun non tarif. Tarif tersebut diberlakukan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
pada komoditas perdagangan di seluruh dunia, baik untuk negara maju maupun berkembang.
Berbagai bentuk tarif telah diturunkan melalui kesepakatan preferensi perdagangan global.non
Tindakantarif telah diterapkan oleh negara-negara untuk melindungi produsen dalam negerinya
guna menghadapi persaingan impor dengan produk luar negeri (Adi, 2007; Dahar, 2014;
Fridhowati dan Asmara, 2013; Deardorff dan Stern, 1998; Disdier et al.2008).

Saat ini terdapat dua kecenderungan di sektor pertanian yaitu peningkatan konsumsi masyarakat
dan permasalahan orisinalitas produk dan komposisinya. Keamanan produk dan keberlanjutan
lingkungan dalam proses produksi menjadi hal yang menjadi perhatian masyarakat sehingga
berdampak pada keputusan konsumen dalam membeli produk pertanian. Padahal, keputusan
pembelian mereka tidak hanya ditentukan oleh mereka tetapi juga membuat peran penting dari
langkah-langkah non-tarif (Boza, 2013; Mufidah, 2014; Renita, 2015).

“Tindakan non-tarif umumnya ditentukan oleh tindakan selain tarif bea cukai biasa yang
berpotensi memberikan dampak ekonomi pada perdagangan barang internasional dan perubahan
kualitas, atau harga, atau keduanya” (Fugazza, 2013; Nakakeeto, 2011; Staiger, 2012). Mereka telah
diklasifikasikan oleh UNCTAD menjadi taksonomi dari semua ukuran yang relevan dalam
6
perdagangan internasional. Secara teknis, regulasi tersebut terbagi dalam dua kategori besar, yaitu
Ssanitary dan Phytosanitary (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT). Tindakan TBT mengacu
pada prosedur penilaian kesesuaian dengan standar teknis (termasuk persyaratan dan prosedur
penilaian kesesuaian) dan peraturan teknis. Seperti dalam kasus TBT, SPS diukur untuk
melindungi kesehatan manusia atau hewan dan untuk membatasi segala jenis penyakit dari impor
barang yang dapat menyebabkan kerusakan (Winchester, 2008; Bora et al. 2002; Disdier et al. 2008).

Indonesia telah tergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan harus membuka pasar
domestiknya untuk negara lain dan mengambil setiap konsekuensi dari perdagangan internasional.
Ikan tuna merupakan salah satu dari sepuluh komoditas potensial yang berperan dalam mendorong
ekspor Indonesia. Berdasarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014), pertumbuhan total
produksi perikanan Indonesia mencapai 3,53% dalam lima tahun. Pencapaian ini didominasi oleh
ikan tuna sebanyak 269,5 ton dan cakalang sebanyak 381 ton, menjadikan komoditas tuna sebagai
salah satu penyumbang terbesar ekspor Indonesia dengan nilai USD 515 juta. Tabel 1 menunjukkan
tiga komoditas perikanan teratas, seperti udang, tuna, dan kepiting yang diekspor ke Jepang, China,
dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama. Perubahan nilai komoditas tuna pada tahun 2011-
2015 memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya yaitu sebesar
274,44% untuk China, dan 28% untuk Jepang (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012).

China, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam merupakan negara
tujuan utama ekspor tuna Indonesia. Peluang yang lebih besar untuk mendorong volume ekspor
tuna Indonesia diberikan oleh pertumbuhan ekspor yang positif dan perkembangan pasar negara-
negara tersebut. Peluang ini telah meningkatkan posisi tawar Indonesia dengan keterlibatannya di
banyak Asosiasi Ekspor Tuna dunia seperti Western and Central Pacific Fisheries Commission /
WCPFC, Commissions for the Conservation of Southern Bluefin Tuna / CCSBT dan Indian Ocean
Tuna Commission / IOTC.

C. Kajian Teori
Salah satu komoditas ekspor potensial Indonesia yang tidak lepas dari penerapan NTM adalah
tuna. Besarnya produksi memberikan kontribusi yang cukup besar bagi subsektor perikanan dan
pertumbuhan nilai ekspor ke beberapa negara tujuan utama. Ini merupakan peluang besar jika bisa
dimanfaatkan secara maksimal. Penggunaan SPS dan TBT yang banyak diterapkan pada komoditas
tuna oleh negara tujuan utama adalah dimaksudkan untuk melindungi kehidupan manusia, hewan
dan tumbuhan dari berbagai penyakit, dan menjadi peraturan teknis dan prosedur penilaian
kesesuaian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7
1. PDB per kapita berhubungan positif dengan nilai ekspor saat ini.
2. Populasi negara pengimpor berhubungan positif dengan ekspor negara-negara pengekspor saat
ini.
3. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap hubungan perdagangan antar negara.
4. Nilai tukar riil berhubungan positif dengan arus ekspor antar negara perdagangan.
5. Penerapan NTMs (SPS dan TBT) oleh negara pengimpor berdampak pada arus ekspor negara
pengekspor.

Pendekatan inventarisasi digunakan untuk menganalisis penerapan SPS dan TBT oleh negara
pengimpor komoditas tuna di Indonesia. Untuk menganalisis dampak penerapan SPS dan TBT,
digunakan analisis regresi model data panel approach gravity. Hasil penelitian ini adalah implikasi
kebijakan pemerintah terkait pengembangan ekspor ikan tuna. Analisis deskriptif digunakan
sebagai gambaran umum kebijakan ekspor tuna dan NTM yang diterapkan oleh negara tujuan.

D. Metodologi Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series periode 2009 - 2013
dan data cross section negara tujuan utama antara lain China, Jepang, Thailand, Amerika Serikat,
Korea Selatan, Vietnam, Belanda dan Singapura. Komoditas yang digunakan berdasarkan HS 96
dikelompokkan menjadi enam digit yaitu 030231, 030232, 030233, 030239, 030240, dan 030250 untuk
tuna segar, 030341, 030342, 030343, dan 030349 untuk tuna beku, dan 160414 untuk tuna olahan.

Kerja sama antar negara pelaku perdagangan internasional dilakukan dalam rangka memperluas
akses pasar dan meningkatkan kesejahteraan antar negara anggota WTO. Salah satu kebijakan
perdagangan internasional yang diterapkan oleh negara-negara WTO adalah Non-Tariff Measures
(NTMs). Kebijakan ini diterapkan sebagai bentuk perlindungan terhadap produsen dalam negeri
dalam menghadapi persaingan impor. Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Technical Barriers to
Trade (TBT) paling banyak digunakan dalam implementasi NTMS. Salah satu komoditas ekspor
potensial Indonesia yang tidak lepas dari penerapan NTM adalah tuna. Besarnya produksi
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi subsektor perikanan dan pertumbuhan nilai ekspor
ke beberapa negara tujuan utama.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. PDB per kapita berhubungan positif
dengan nilai ekspor saat ini.
2. Populasi negara pengimpor berhubungan positif dengan ekspor negara-negara pengekspor saat
ini.
3. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap hubungan perdagangan antar negara.
8
4. Nilai tukar riil berhubungan positif dengan arus ekspor antar negara perdagangan.
5. Penerapan NTMs (SPS dan TBT) oleh negara pengimpor berdampak pada arus ekspor negara
pengekspor.

Pendekatan inventarisasi digunakan untuk menganalisis penerapan SPS dan TBT oleh negara
pengimpor komoditas tuna di Indonesia. Untuk menganalisis dampak penerapan SPS dan TBT,
digunakan analisis regresi model data panel approach gravity. Hasil penelitian ini adalah implikasi
kebijakan pemerintah terkait pengembangan ekspor ikan tuna. Analisis deskriptif digunakan
sebagai gambaran umum kebijakan ekspor tuna dan NTM yang diterapkan oleh negara tujuan.

Nilai indeks frekuensi dan rasio cakupan berada pada kisaran 1-100. Jumlah frekuensi yang lebih
kecil berarti lebih sedikit NTM yang diberlakukan oleh negara pengimpor dan jumlah yang lebih
besar berarti sebaliknya. Semakin kecil jumlah coverage ratio berarti semakin sedikit cakupan
produk yang terpengaruh oleh NTMs dan sebaliknya semakin besar jumlahnya. Model gravitasi
merupakan alat untuk menganalisis dampak NTM terhadap ekspor dengan menggunakan nilai
ekspor tuna Indonesia ke negara tujuan. Variabel independen yang digunakan antara lain PDB per
kapita negara pengimpor, jumlah penduduk negara pengimpor, jarak ekonomi, NTM yang
diberlakukan oleh negara pengimpor (SPS dan TBT), dan nilai tukar riil periode 2009-2013. Model
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model gravitasi Fontagne et al. (2005),
menggunakan pendekatan rasio cakupan sebagai variabel independen.

E. Hasil Pembahasan

Hasil penelitian berupa analisis deskriptif dan analisis regresi data panel model gravitasi dengan
variabel terikat nilai ekspor tuna Indonesia. ke negara importir utama seperti China, Jepang,
Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam.

Ekspor Tuna Indonesia di Negara Tujuan Utama

Saat ini neraca perdagangan komoditas tuna Indonesia dengan negara tujuan utama menunjukkan
kemajuan dalam kinerjanya, mencatat tuna sebagai komoditas potensial untuk mendorong neraca
perdagangan. Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar kedua untuk ekspor tuna dengan
potensi kelautannya, sehingga berpeluang besar untuk meningkatkan kinerjanya.

Non-tariff Measures (NTMs) Diterapkan pada Ekspor Tuna Indonesia

9
Belakangan ini, NTM telah menjadi isu penting dalam perdagangan internasional. Kecenderungan
kepedulian masyarakat terhadap keamanan produk dan proses yang terkait dengan kelestarian
lingkungan menjadi faktor mengapa beberapa negara memberlakukan NTM untuk meningkatkan
kesejahteraan nasional.

Indeks frekuensi dan rasio Cakupan

Pendekatan inventaris digunakan untuk mengukur NTM yang diberlakukan oleh beberapa negara.
Berisi pengukuran sederhana menggunakan indeks frekuensi dan cakupan rasio sebagai indikator.
Indeks frekuensi digunakan untuk menghitung keberadaan NTM dan persentase produk yang
dipengaruhi oleh NTM.

Dampak NTM terhadap Ekspor Tuna Indonesia ke Negara Tujuan Utama

Dampak NTM (SPS dan TBT) terhadap ekspor tuna Indonesia dibahas pada bagian ini. Analisis
dampak dimulai dari penjelasan pengujian model gravity hingga estimasi BLUE (Best Linier Un
bias Estimator) dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna Indonesia. The final
step is to analyze the impacts of SPS and TBT with the model result.

F. Kesimpulan Dan Saran


Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya, sejumlah kesimpulan dapat ditarik. Pertama,
perdagangan tuna Indonesia pada tahun 2009-2013 menunjukkan kinerja yang baik yang terlihat dari
neraca perdagangan yang positif. Tuna beku merupakan komoditas yang paling banyak diekspor,
dan arus ekspor terbesar masuk ke Jepang. Kedua, SPS dan TBT oleh negara tujuan utama
diberlakukan di semua komoditas tuna. Berdasarkan nilai rasio cakupan dan indeks frekuensi, ikan
tuna segar merupakan komoditas yang paling terkena dampak. NTM yang paling banyak digunakan
adalah SPS dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama yang paling banyak memberlakukan
NTM (SPS dan TBT). Ketiga, PDB per kapita negara pengimpor, jumlah penduduk negara
pengimpor, dan jarak ekonomi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna Indonesia.
Nilai tukar riil tidak berpengaruh signifikan.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Relevansi Antara Topik Jurnal Dengan Karya-Karya dan Bidang Keahlian Penulis
Relevansi Antara Topik Jurnal Dengan Karya-Karya dan Bidang Keahlian Penulis
yaitu terdapat relevensi antara topik jurnal terhadap bidang keahlian penulis,
dimana pada identitas jurnal tertera bahwa Wiwiek Rindayati dan Oktavina Widya
Kristriana adalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Universitas Pertanian Bogor Jalan.

B. Pokok-Pokok Argumen Penulis di dalam Pendahuluan


Ikan tuna merupakan salah satu dari sepuluh komoditas potensial yang berperan dalam
mendorong ekspor Indonesia. Berdasarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014),
pertumbuhan total produksi perikanan Indonesia mencapai 3,53% dalam lima tahun.
Pencapaian ini didominasi oleh ikan tuna sebanyak 269,5 ton dan cakalang sebanyak 381
ton, menjadikan komoditas tuna sebagai salah satu penyumbang terbesar ekspor Indonesia
dengan nilai USD 515 juta. Tiga komoditas perikanan teratas, seperti udang, tuna, dan
kepiting yang diekspor ke Jepang, China, dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama.
Perubahan nilai komoditas tuna pada tahun 2011-2015 memberikan pengaruh yang lebih
besar dibandingkan dengan komoditas lainnya yaitu sebesar 274,44% untuk China, dan
28% untuk Jepang.

C. Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing pengeksporan Ikan tuna
sebagai pertumbuhan ekspor yang didorong oleh perdagangan internasional bagi indonesia.
Saat ini terdapat dua kecenderungan di sektor pertanian yaitu peningkatan konsumsi
masyarakat dan permasalahan orisinalitas produk dan komposisinya. Keamanan produk dan
keberlanjutan lingkungan dalam proses produksi merupakan hal yang menjadi perhatian
masyarakat sehingga berdampak pada keputusan konsumen dalam membeli produk
pertanian. Indonesia telah tergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan
harus membuka pasar domestiknya untuk negara lain dan mengambil setiap konsekuensi
dari perdagangan internasional. Setiap negara memiliki kebijakan perdagangan
internasional yang berbeda, dan sebagai negara pengekspor, Indonesia harus memenuhi
persyaratan yang diberlakukan oleh negara pengimpor dan memaksimalkan potensi ekspor
guna mendorong surplus perdagangan nasional.

11
D. Metodologi Penelitian Yang digunakan dan Relevansinya
Penelitian dilakukan pada Juli 2018. Metode data sekunder time series periode 2009 -
2013 dan data cross section merupakan variabel yang diukur dan diperoleh dengan
mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi. Suatu kegiatan
ekonomi (dalam hal ini pengeksporan ikan tuna). Dalam penelitian ini, metode PAM
digunakan untuk melakukan studi ekonomi penggemukan sapi. PAM juga dapat
digunakan untuk menganalisa operasi ternak tersebut, sebagai suatu sistem yang
meliputi penanganan, pengolahan, dan pemasaran. Laba ukuran dan transfer bersih
adalah hasil terpenting dari analisis dalam analisis PAM. Meskipun format PAM
memungkinkan analisis dipecah oleh pendapatan dan komponen biaya sehingga
memungkinkan untuk mengukur output transfer, transfer input dan transfer faktor
domestic.

E. Kerangka berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan


Pemerintah didasarkan pada hasil analisis penerapan Policy Matrix (PAM) pada usaha
pembibitan sapi potong, yaitu:
1. Keluaran kebijakan:
Kebijakan pemerintah dalam hal keluaran dapat dilihat dari dua indikator yaitu
Transfer Output (TO) dan Output Koefisien Perlindungan Nominal (NPCO). Nilai
transfer output yang dihasilkan pada usaha penggemukan sapi potong di Sidrap
sebesar Rp 442.780.000. Artinya nilai OT positif menunjukkan besarnya transfer dari
masyarakat ke produsen karena masyarakat harus membeli outputnya dengan harga
yang lebih tinggi dari seharusnya sehingga masyarakat dirugikan.
Matriks Analisis Kebijakan Rasio Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Kulo Sidrap
Koefisien Proteksi Nominal Output (NPCO) sebesar 1,21 berarti output yang diperoleh
pada sapi di Kabupaten Kulo Sidrap 98% tinggi. Pada kebijakan pemerintah, output
nominal koefisien proteksi (NPCO) menunjukkan nilai 1,21. NPCO jika nilainya lebih
besar dari satu (NPCO> 1), maka ada produsen yang menerima subsidi atas output
pemerintah, karena pemerintah menaikkan harga output di pasar domestik lebih tinggi
dari harga dunia (harga inefisiensi).
2. Input kebijakan
Kebijakan pemerintah tidak hanya terkait output, tetapi juga kebijakan terkait input.
Kebijakan yang diterapkan berupa pembatasan volume impor sapi sebenarnya
merupakan kebijakan pemerintah untuk melindungi usaha penggemukan sapi potong.
Kebijakan pemerintah mengenai input produksi dapat dilihat dari Transfer Input (TI),

12
Transfer Factor (TF) dan Nominal Protection Coefficient Inputs (NPCI).
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Input Transfer (TI) sebesar (Rp322.385.000). Hal
ini menandakan pemerintah memberikan subsidi kepada input asing, sehingga petani
tidak membayar penuh pengorbanan sosial yang seharusnya dibayarkan. Subsidi yang
diberikan pemerintah menyebabkan keuntungan yang diperoleh swasta lebih besar
dibandingkan tanpa kebijakan.

F. Kesimpulan dan saran yang diajukan Penulis


Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Analysis Matrix (PAM) dalam Analisa Kebijakan Negara dapat Dalam penelitian ini,
metode PAM digunakan untuk melakukan studi ekonomi penggemukan sapi. PAM juga
dapat digunakan untuk menganalisa operasi ternak tersebut, sebagai suatu sistem yang
meliputi penanganan, pengolahan, dan pemasaran.
Adapun saran yang dapat diberikan terkait hasil penelitian ini yaitu dengan melihat hasil
pembahasan dari si peneliti kita dapat mengambil kesimpulan dengan kasus di atas metode
yang di pakai adalah metode Analysis Matrix (PAM) tidak hanya menggunakan metode itu
tapi lebih baik juga menggunakan grafik untuk lebih memudahkan melihat profit. Selain
itu, perlu adanya pembaruan tes/metode yang unik, sehingga orientasi dan capaian belajar
dapat terpenuhi dengan maksimal salah satu alternatifnya yaitu dengan penelitian
pendekatan kualitatif.

G. Keunggulan dan Kelemahan Jurnal

1. Keunggulan

Jurnal ini merupakan penelitian yang cukup signifikan karena dalam pembahasan
atau materinya dan isinya sudah sangat bagus. Di dalam jurnal ini penyampaiannya
setiap sub materinya sudah disertai dengan contoh-contoh dan penyelesaiannya
yang mana dapat membantu pembaca dalam menganalisa atau pun memahami isi
dari jurnal tersebut. Penulisan di dalam jurnal ini sudah memakai EYD sesuai
ketentuan Bahasa Indonesia.

2. Kelemahan

Menurut pendapat saya jurnal ini sangat bagus karena di dalam jurnal ini
sistematika tersusun dengan sangat rapi.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing penggemukan sapi potong di
Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni 2015.
Metode analisis data yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian
diperoleh pendapatan penggemukan sapi potong di Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap positif (> 0),
artinya penggemukan sapi potong memberikan keuntungan finansial bagi peternak dan pendapatan
juga tinggi. Kebijakan pemerintah terhadap penggemukan sapi potong dapat berupa kebijakan
output-input. Berdasarkan indikator rasio model PAM, harga privat lebih tinggi dari harga sosial.
Untuk mencapai tujuan pengembangan tersebut, peternakan saat ini diarahkan pada pengembangan
peternakan yang lebih maju dengan pendekatan kawasan sentra produksi yang menyangkut
pengembangan di wilayah tertentu, menggunakan teknologi tepat guna dan implementasi landasan
pacu baru; efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan seperti telah diuraikan sebelumnya dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut Untuk meningkatkan keterampilan peternak, dapat
dilakukan dengan meningkatkan intensitas keterampilan peternak melalui penyelenggaraan
pelatihan-pelatihan bagi peternak. Hal ini dapat dilakukan dengan inisiatif kelompok peternak
atau pemerintah daerah Kabupaten Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai