Anda di halaman 1dari 14

Tugas Mandiri

(Tugas Report)

Review Jurnal Analisa Kebijakan Negara

Aksesi Timor Leste Ke ASEAN 2011: Analisis Faktor


Internasional

Sumber:
http://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-dinamika-global/article/view/208

DOSEN PENGAMPU : DR. AJI PRIMANTO S.Sos., M.Si

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan ANALISA KEBIJAKAN
NEGARA

Oleh:
HARUN PARMONANGAN NST
202021040

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT
INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, karena atas rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan tugas Riview Jurnal Analisa Kebijakan Negara.

Tugas ini merupakan kewajiban guna melengkapi tugas mata kuliah Analisa Kebijakan
Negara. Dalam penulisan tugas ini penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun penulis juga
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini, dan untuk itu kiranya
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas ini dapat berguna
bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
DR. Aji Primanto S.Sos., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Analisa Kebijakan Negara
yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan. Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan tugas ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Medan, Juni 2021


Hormat saya,

HARUN PARMONANGAN NST

NPM. 202021040

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

BAB II RINGKASAN JURNAL..........................................................................................2

A. Identitas Jurnal...........................................................................................................2

B. Pendahuluan Jurnal...................................................................................................3

C. Kajian Teori................................................................................................................4

D. Metodologi Penelitian...............................................................................................4

E. Hasil Pembahasan......................................................................................................7

F. Kesimpulan.................................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................8

A. Relevansi Antara Topik Jurnal Dengan Karya-Karya dan Bidang

Keahlian Penulis..............................................................................................................8

B. Pokok-Pokok Argumen Penulis di dalam Penulisan............................................8

C. Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori...................................................................8

D. Metodologi Penelitian Yang digunakan dan Relevansinya..................................9

E. Kerangka berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan........................................10

F. Kesimpulan dan saran yang diajukan Penulis.....................................................10

G. Keunggulan dan Kelemahan Jurnal......................................................................10

BAB IV PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah memperoleh kemerdekaannya pada tahun 2002, Timor Leste berjuang untuk
menjadi anggota ASEAN. Timor Leste mengubah orientasi politik luar negeri dari PIF
menjadi ASEAN. Kemudian, Timor Leste sudah mengeluarkan keputusannya pada tahun
2011 yang resmi terdaftar sebagai anggota ASEAN. Artikel ini mencoba menganalisis
keputusan Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN. Penulis berusaha mencari
jawabannya dengan menggunakan model pengambilan keputusan kebijakan luar negeri.
Artikel ini memfokuskan pada faktor internasional yang diturunkan dari dua variabel penting
yaitu konteks internasional dan kondisi ekonomi dan militer. Penulis menemukan dari
konteks internasional bahwa Timor Leste memutuskan untuk bergabung dengan ASEAN
karena daya tarik ASEAN sebagai organisasi regional yang prospektif dan dukungan kuat
yang berasal dari Indonesia sebagai negara yang berpengaruh secara regional. Kondisi
ekonomi meliputi hubungan ekonomi yang erat antara Timor Leste dengan negara-negara
ASEAN. Kondisi militer ditinjau dari kemampuan militer Timor Leste di tengah kemampuan
militer negara tetangga dan kebutuhannya akan keamanan kolektif.

4
BAB II

RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal

Judul Jurnal : Aksesi Timor Leste Ke ASEAN 2011: Analisis


Faktor Internasional

Penulis : 1 Puguh Toko Arisanto

Jurnal : Jurnal Dinamika Global

Volume dan Halaman : Vol. 5, No 2, Desember 2020 hal 151-170 Tahun Terbit 2020

Instansi Penulis Jurnal : Dinamika Global

Sumber Jurnal
http://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-dinamika-global/article/view/208

B. Pendahuluan Jurnal

Setelah memperoleh kemerdekaannya pada tahun 2002, Timor Leste berjuang untuk
menjadi anggota ASEAN. Timor Leste mengubah orientasi politik luar negeri dari PIF
menjadi ASEAN. Kemudian, Timor Leste sudah mengeluarkan keputusannya pada tahun
2011 yang resmi terdaftar sebagai anggota ASEAN. Artikel ini mencoba menganalisis
keputusan Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN. Penulis berusaha mencari
jawabannya dengan menggunakan model pengambilan keputusan kebijakan luar negeri.
Artikel ini memfokuskan pada faktor internasional yang diturunkan dari dua variabel
penting yaitu konteks internasional dan kondisi ekonomi dan militer. Penulis menemukan
dari konteks internasional bahwa Timor Leste memutuskan untuk bergabung dengan
ASEAN karena daya tarik ASEAN sebagai organisasi regional yang prospektif dan
dukungan kuat yang berasal dari Indonesia sebagai negara yang berpengaruh secara
regional. Kondisi ekonomi meliputi hubungan ekonomi yang erat antara Timor Leste
dengan negara-negara ASEAN. Kondisi militer ditinjau dari kemampuan militer Timor
Leste di tengah kemampuan militer negara tetangga dan kebutuhannya akan keamanan
kolektif.

C. Kajian Teori
Sejak awal kemerdekaan hingga beberapa tahun kemudian, Timor Leste telah menjalin
hubungan dagang (kegiatan ekspor dan impor) dengan beberapa negara. Secara umum,

5
dengan kegiatan perdagangan ini, Timor Leste mendapat keuntungan dari peningkatan
pendapatan negara, memberikan keuntungan jutaan dolar, memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan secara positif memberikan lebih banyak pekerjaan dan sebagainya. Berikut data
impor Timor Leste dari berbagai negara di dunia berdasarkan organisasi regional tahun
2008-2010:
Bagan 2. Mitra Impor Timor Leste 2008-2010.

Sumber: Kementerian Keuangan Timor Leste, 2011

Grafik 2 menunjukkan bahwa Timor Leste telah melakukan kegiatan impor dengan
negara-negara dari beberapa kawasan. Dibandingkan dengan negara lain berdasarkan
organisasi regional, negara-negara ASEAN telah menjadi mitra impor utama Timor Leste
(Indonesia, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand) selama tiga tahun sebelum 2011.
Pada tahun 2008, impor dengan negara-negara ASEAN mencapai 73% dari total impor
Timor Leste. nilai. Dalam tiga tahun tersebut, negara-negara ASEAN mendominasi total
nilai impor Timor Leste dengan persentase rata-rata sekitar 69%. Artinya, negara-negara
ASEAN telah menjadi mitra penting dan Timor Leste sangat bergantung pada negara-
negara ASEAN dalam memenuhi kebutuhan rakyat Timor Leste. Dibandingkan dengan
lainnya negara berdasarkan organisasi regional, seperti PIF, total nilai impor dengan
negara-negara tersebut dari organisasi regional ini hanya menyumbang sekitar 10%. Dari
sekian banyak negara anggota PIF, sayangnya hanya ada satu negara (Australia).

D. Metodologi Penelitian
ASEAN yang terdiri dari 10 negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Laos,
Kamboja, Brunei, Myanmar, Vietnam dan Thailand) telah menunjukkan kawasan yang
progresif sehingga menjadi pusat perhatian global. Meski tingkat ekonominya bervariasi,
namun rata-rata pertumbuhan di wilayah ini cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi
sebelum 2011 mencapai 6% -6,5% dan ini melebihi persentase pertumbuhan ekonomi
6
global. Selain itu, ASEAN telah menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan
terpenting di dunia dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan menyumbang sekitar 6%
dari total perdagangan global di dunia (Singham & Harihara, 2011). Negara ASEAN juga
memiliki ikatan ekonomi yang kuat dibuktikan dengan pertumbuhan perdagangan antar
negara ASEAN (intra-regional) yang terus mencapai 25% dari total perdagangan ASEAN
sejak 2007 (Ananda, 2019).

Di Dalam konteks geografis, ASEAN telah memainkan peran penting dalam


perekonomian global karena letak geografisnya yang strategis, perdagangan global yang
dinamis di seluruh kawasan, dan pertumbuhan penduduk yang dinamis sebagai calon
konsumen produk industri. Selain itu, PMA atau Penanaman Modal Asing yang masuk ke
daerah semakin besar dan telah menciptakan pasar tunggal dengan potensi konsumen
lebih dari 600 juta orang. Pada tahun 2010, FDI yang berada di kawasan tersebut mencapai
US $ 75,8 miliar dan menunjukkan pertumbuhan yang sangat mengesankan dengan
persentase lebih dari 100% dari tahun-tahun sebelumnya (ASEAN, 2011). Dalam konteks
lain, kedekatan kawasan dengan pasar utama seperti China memperkuat status ASEAN
sebagai pemain penting dalam perdagangan global dan sebagai basis produksi bagi
banyak perusahaan multinasional.

E. Hasil Pembahasan
Diplomasi perdagangan, sebagai penghubung antara politik luar negeri dan kebijakan
perdagangan, pada dasarnya akan terdiri dari dimensi ekonomi dan politik. Untuk Indonesia,
penelitian ini mengungkapkan adanya bias terhadap dimensi politik luar negeri dari diplomasi
perdagangan dibandingkan dengan dimensi ekonomi yang dibuktikan dengan tiga aspek utama.
Dilihat dari aktor yang terlibat, diplomasi FTA Indonesia agak sentralistik dan didominasi oleh
pemangku kepentingan dalam pembuatan kebijakan luar negeri dengan sedikit keterlibatan aktor
non-negara. Dari sisi proses, diplomasi perdagangan Indonesia bercirikan pendekatan dualistik,
dimana Indonesia terlibat dalam FTA baik secara individu maupun kolektif melalui ASEAN,
sehingga menimbulkan inefisiensi dalam negosiasi dan tidak efektifnya FTA tersebut.
Ketidakefektifan ini terlihat dari tingkat pemanfaatan FTA yang rendah, terutama yang dimulai
melalui ASEAN. Terakhir, tujuan diplomatik FTA Indonesia lebih condong pada pencapaian tujuan
kebijakan luar negeri, daripada tujuan ekonomi, seperti yang ditunjukkan oleh jumlah FTA yang
ditandatangani dan manfaat ekonomi yang dibawanya. Penekanan ASEAN pada tujuan politik-
keamanan juga mengakibatkan keunggulan tujuan kebijakan luar negeri dalam diplomasi
perdagangan Indonesia, relatif terhadap tujuan ekonomi.

7
F. Kesimpulan Dan Saran
Orientasi kebijakan luar negeri Timor Leste berubah dari PIF menjadi ASEAN setelah
kemerdekaannya pada tahun 2002. Dengan menerapkan model pengambilan keputusan
politik luar negeri, penulis menemukan bahwa terdapat beberapa faktor internasional yang
mendasari Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN. Hal ini terlihat dari dua variabel
yaitu konteks internasional dan kondisi ekonomi dan militer Timor Leste. Dalam konteks
internasional, Timor Leste menjadi anggota ASEAN karena daya tarik ASEAN sebagai
organisasi regional yang prospektif dan dukungan kuat dari Indonesia sebagai negara
berpengaruh di kawasan Asia Tenggara melalui upaya lobi, dukungan moral di forum
internasional, dan pelatihan. Dari segi kondisi ekonomi, Hubungan ekonomi yang erat
dengan negara-negara ASEAN terlihat dari kegiatan perdagangan (ekspor-impor) menjadi
faktor penting dalam memenuhi kepentingan ekonomi Timor Leste sekaligus menjadi
katalisator untuk bergabung menjadi anggota ASEAN. Terakhir, kemampuan militer Timor
Leste yang sangat rendah dibandingkan dengan negara tetangga, membuat Timor Leste
perlu bergabung dengan organisasi regional seperti ASEAN untuk lebih mengamankan
keamanan eksternal baik dari ancaman konvensional maupun nonkonvensional dalam
mekanisme keamanan kolektif yang disediakan oleh keamanan ASEAN. kerangka.

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Relevansi Antara Topik Jurnal Dengan Karya-Karya dan Bidang Keahlian Penulis
yaitu terdapat relevensi antara topik jurnal terhadap bidang keahlian penulis,
dimana pada identitas jurnal tertera bahwa Puguh Toko Arisanto adalah
Dinamika Global.

B. Pokok-Pokok Argumen Penulis di dalam Pendahuluan


Timor Leste telah mengubah orientasi politik luar negerinya dari PIF menjadi
ASEAN. Setelah menjadi pengamat ASEAN pada tahun 2002, beberapa tahun
kemudian Timor Leste menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk menjadi
bagian penting dari ASEAN, tidak hanya sebagai pengamat tetapi sebagai anggota
penuh ASEAN. Terbukti, Timor Leste menghadiri beberapa pertemuan KTT
ASEAN meski berstatus pengamat. Setelah Ramos Horta menjabat sebagai
Presiden kedua Timor Leste, Timor Leste membuka sekretariat nasional ASEAN di
Dili pada tahun 2009 (Thejakartapost, 2009). Akhirnya pada tahun 2011 Timor
Leste secara resmi mengajukan aplikasi keanggotaan ke ASEAN. Dengan kata lain,
Timor Leste secara resmi memutuskan untuk bergabung dengan ASEAN.

C. Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemerdekaan Timor Leste pada tahun
2002 untuk menjadi anggota ASEAN. Aksesi Timor Leste (Timor Leste) menjadi
anggota Asosiasi dari Tenggara Bangsa Asia (ASEAN) masih menemui kendala
hingga tahun 2019. Terlepas dari persoalan identitas yang berbeda dengan negara-
negara ASEAN, Timor Leste enggan secara bertahap menghadapi berbagai kendala
seperti penolakan terhadap Singapura, masalah dalam negeri (sosial, politik,
ekonomi dan pembangunan) dan kemampuan yang diragukan. menghadiri semua
pertemuan antar anggota dan untuk memenuhi semua kewajiban anggota (Swastika,
2016). Kecenderungan Timor Leste untuk menjadi anggota PIF terjadi sejak pasca
referendum 1999 sebelum kemerdekaannya. Dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN, peran negara-negara PIF dalam proses kemerdekaan Timor Leste jelas
lebih besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Pasca referendum 1999,
hanya tiga negara ASEAN yang berkontribusi dalam misi perdamaian di Timor

9
Leste (Thailand, Filipina & Singapura). Thailand dan Filipina berkontribusi dalam
mengerahkan batalion untuk menegakkan misi perdamaian. Singapura
mengirimkan bantuan berupa obat-obatan dan logistik lainnya (Horta, 2000).
Bantuan dari ketiga negara ASEAN tersebut tidak dalam arti mendukung
kemerdekaan Timor Leste, mengingat dukungan terhadap kemerdekaan Timor
Leste akan merugikan Indonesia. Selain itu, di sisi lain Timor Leste juga memiliki
latar belakang budaya yang berbeda dengan negara-negara ASEAN sehingga
kedekatan emosional dan moral kurang dibandingkan dengan Timor Leste.

D. Metodologi Penelitian Yang digunakan dan Relevansinya


Penelitian dilakukan pada November 2020 . Model Pengambilan FTA, diplomasi,
dagang, Indonesia.

E. Kerangka berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan


Artikel ini bertujuan untuk mengkaji berbagai FTA yang telah dilibatkan Indonesia
dalam 15 tahun terakhir dengan melihat tiga elemen inti diplomasi perdagangan: aktor,
proses, dan tujuan FTA. Berdasarkan unsur-unsur tersebut, penelitian ini menemukan
bahwa diplomasi FTA Indonesia cenderung didominasi oleh kepentingan politik luar
negeri dibandingkan dengan kepentingan ekonomi yang dapat dilihat melalui beberapa
unsur. Pertama, diplomasi FTA Indonesia didominasi oleh aktor negara dan pelaku
politik luar negeri dengan sedikit keterlibatan pelaku ekonomi dan aktor non-negara.
Banyaknya FTA yang ditandatangani melalui ASEAN juga memperkuat dominasi
tersebut karena pembagian kewenangan ASEAN menempatkan pelaku politik luar
negeri pada hierarki yang lebih tinggi daripada pelaku perdagangan. Kedua, Diplomasi
FTA Indonesia cenderung tidak efisien dan tidak efektif karena adanya dualisme dalam
proses diplomasi yang melibatkan negosiasi kolektif melalui ASEAN dan sekaligus
secara individu melalui pemerintah nasional. Hal ini mengakibatkan banyaknya
perjanjian yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan FTA oleh sektor swasta. Ketiga,
penggunaan ASEAN yang terus berlanjut oleh Indonesia sebagai media perundingan
FTA mengarah pada penguatan tujuan kebijakan luar negeri relatif terhadap ekonomi,
karena karakteristik internal ASEAN yang lebih berfokus pada hubungan politik-
keamanan daripada ekonomi. Berdasarkan pengamatan tersebut, Indonesia perlu
melakukan reposisi diplomasi FTA untuk menemukan keseimbangan yang lebih baik
antara kebijakan luar negeri dan tujuan perdagangannya. secara individu melalui
pemerintah nasional. Hal ini mengakibatkan banyaknya perjanjian yang menyebabkan

10
rendahnya pemanfaatan FTA oleh sektor swasta. Ketiga, penggunaan ASEAN yang
terus berlanjut oleh Indonesia sebagai media perundingan FTA mengarah pada
penguatan tujuan kebijakan luar negeri relatif terhadap ekonomi, karena karakteristik
internal ASEAN yang lebih menitikberatkan pada hubungan politik-keamanan
daripada ekonomi. Berdasarkan pengamatan tersebut, Indonesia perlu melakukan
reposisi diplomasi FTA untuk menemukan keseimbangan yang lebih baik antara
kebijakan luar negeri dan tujuan perdagangannya. secara individu melalui pemerintah
nasional. Hal ini mengakibatkan banyaknya perjanjian yang menyebabkan rendahnya
pemanfaatan FTA oleh sektor swasta. Ketiga, penggunaan ASEAN yang terus berlanjut
oleh Indonesia sebagai media perundingan FTA mengarah pada penguatan tujuan
kebijakan luar negeri relatif terhadap ekonomi, karena karakteristik internal ASEAN
yang lebih menitikberatkan pada hubungan politik-keamanan daripada ekonomi.
Berdasarkan pengamatan tersebut, Indonesia perlu melakukan reposisi diplomasi FTA
untuk menemukan keseimbangan yang lebih baik antara kebijakan luar negeri dan
tujuan perdagangannya. Penggunaan ASEAN yang terus menerus oleh Indonesia
sebagai media perundingan FTA mengarah pada penguatan tujuan kebijakan luar
negeri relatif terhadap ekonomi, karena karakteristik internal ASEAN yang lebih
berfokus pada hubungan politik-keamanan, daripada ekonomi. Berdasarkan
pengamatan tersebut, Indonesia perlu melakukan reposisi diplomasi FTA untuk
menemukan keseimbangan yang lebih baik antara kebijakan luar negeri dan tujuan
perdagangannya. Penggunaan ASEAN yang terus menerus oleh Indonesia sebagai
media perundingan FTA mengarah pada penguatan tujuan kebijakan luar negeri relatif
terhadap ekonomi, karena karakteristik internal ASEAN yang lebih berfokus pada
hubungan politik-keamanan, daripada ekonomi. Berdasarkan pengamatan tersebut,
Indonesia perlu melakukan reposisi diplomasi FTA untuk menemukan keseimbangan
yang lebih baik antara kebijakan luar negeri dan tujuan perdagangannya.

F. Kesimpulan dan saran yang diajukan Penulis

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu :

1. Kesebelas FTA ini termasuk Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA).


2. Ada beberapa tahapan dalam pembentukan FTA: tahap 'diusulkan / dalam studi', di
mana perencanaan awal dan studi bersama dilakukan; fase 'dalam negosiasi'; tahap
'ditandatangani tetapi belum berlaku', yang menunjukkan bahwa FTA telah ditandatangani
tetapi masih perlu diratifikasi; dan fase 'ditandatangani dan berlaku', yang berarti bahwa
FTA telah sepenuhnya dilaksanakan atau diberlakukan (Pusat Integrasi Regional Asia,

11
2020b). Menandatangani FTA juga bisa berarti dua hal. Pertama, negara menandatangani
framework of agreement, yang berfungsi sebagai acuan untuk negosiasi lebih lanjut, dan
kedua, negara menandatangani seluruh dokumen kesepakatan secara bersamaan.
3. Anggota OKI termasuk Bahrain, Bangladesh, Pantai Gading, Mesir, Guinea, Iran,
Yordania, Lebanon, Malaysia, Maladewa, Maroko, Nigeria, Oman, Pakistan, Qatar,
Kuwait, Arab Saudi, Senegal, Suriah, Kamerun, Tunisia , Turki, Uganda, Uni Emirat Arab,
Benin, Burkina Faso, Cad, Komoro, Djibouti, Gabon, Gambia, Guinea-Bissau, Irak, Libya,
Mauritania, Niger, Palestina, Sierra-Leone, Somalia, dan Sudan.

4. Indonesia dan Korea Selatan telah menyelesaikan proses negosiasi pada Oktober 2019
dan menunggu proses penandatanganan final yang rencananya akan dilaksanakan pada
tahun 2020.

5. Pada saat penulisan, RCEP belum ditandatangani.

6. Country Coordinator (CC) mengacu pada sistem pengelolaan hubungan eksternal


ASEAN, dimana setiap negara anggota ASEAN diberi mandat menjadi koordinator bagi
mitra wicara tertentu dalam jangka waktu tiga tahun. Misalnya, Indonesia saat ini menjadi
country coordinator untuk Rusia pada 2018-2021, dan akan menjadi country coordinator
untuk Amerika Serikat pada 2021-2024 (ASEAN Secretariat, nd).

7. Dalam mengelola hubungan eksternalnya, ASEAN mengkategorikan mitranya ke


dalam berbagai tingkatan / kategori, yang meliputi mitra wicara (level tertinggi), diikuti
oleh mitra wicara sektoral dan mitra pembangunan.

8. Secara hukum, prasyarat ini tidak disebutkan dalam dokumen hukum ASEAN mana
pun, tetapi dalam praktiknya, semua mitra FTA ASEAN juga merupakan mitra wicara.

G. Keunggulan dan Kelemahan Jurnal

1. Keunggulan

Di dalam jurnal ini penyampaiannya setiap sub materinya sudah disertai dengan
pembahasan tentang sejarah dan proses perdangan dan sudah memakai EYD sesuai
ketentuan Bahasa Indonesia.

2. Kelemahan

Menurut pendapat saya jurnal ini sangat kurang relefan dalam pengambilan data
yg cakupannya belum luas.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kawasan perdangan bebas ASEAN merupakan sebuah kesepakatan yang telah dibentuk
dalam meningkatan SDM dunia pasar melalui penghapusan tarif non ASEAN. Berbagai penerapan
yang dijalankan untuk mencapai sebauh goals ASEAN salah satunya perdangan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan seperti telah diuraikan sebelumnya dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut karena adanya perkembangan integrasi ekonomi
dapat menyertai terwujudnya keamanan, kedamaian serta stabilitas tahapan untuk menempuh
integritas terhadap kerjasama sekawasan ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai