Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MEMBIAYAI


BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN BATU BARA

DISUSUN OLEH :

Nama : Suriyatik Saragih

NPM : 202021001

Prodi : Magister Ilmu Administrasi

PASCASARJANA
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA
PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU ADMINISTRSI
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis
Kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam membiayai Belanja Daerah di
Pemerintahan Kabupaten Batu Bara Tahun 2019” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Dr. H Gunawan Undang, Drs. M.Si. pada mata kuliah Administrasi Anggaran Kebijakan
Negara . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kemampuan
Pendapatan Asli Daerah dalam Membiayai Belanja Daerah di Kabupaten Batu Bara pada tahun
2019 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya banyak mengucapkan terima kasih kepada, Dr. H Gunawan Undang, Drs. M.Si
selaku Dosen mata kuliah Administrasi Anggaran Kebijakan Negara yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan saya yang terbatas. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Batu Bara, 25 Desember 2020

Suriyatik Saragih
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………..3
C. Batasan Masalah………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………4
A. Kebijakan Keuangan …………………………………………………...4
B. Kebijakan Pendapatan…………………………………………………..9
C. Bantuan Penangan Covid-19…………………………………………..11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..17
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kabupaten Batubara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan
beribukota di Kecamatan Limapuluh yang merupakan salah satu dari 16 kabupaten dan kota

baru yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Kabupaten ini terletak di tepi
pantai Selat Malaka, sekitar 175 km selatan ibu kota Medan. Batas wilayah Kabupaten Batu
Bara adalah ; sebelah Utara :Bandar Khalipah (Kabupaten Serdang Bedagai) dan Selat
Malaka, Selatan :Meranti (Kabupaten Asahan) dan Ujung Padang (Kabupaten
Simalungun), Barat :Bosar Maligas, Bandar, Bandar Masilam, Dolok Batunanggar
(Kabupaten Simalungun) dan Tebing Tinggi (Kabupaten Serdang Bedagai), Timur :Air
Joman (Kabupaten Asahan) dan Selat Malaka.
Kabupaten Batu Bara mempunyai suku bangsa Melayu, Batak, Jawa, dan
Tionghoa. Sedangkan berdasarkan segi agama kabupaten Batu Bara beragama islam
sebanyak Islam 87,37%. Kristen 12,10%. Protestan 7,50%. Katolik 4,60%. Buddha 0,46%.
Sedangkan yang beragama Hindu sebanyak 0,07%. Bahasa yang lebih banyak di kabupaten
Batu Bara adalah menggunakan bahasa Melayu, Batak Toba, Batak Simalungun,
Mandailing, dan Padang.

Pengertian Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri.


Sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya. Otonomi daerah dengan
demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan keputusan
mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Otonomi daerah harus disadari sebagai suatu
transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan di daerah,
dimana pemerintah daerah memiliki otonom yang lebih luas untuk mengelola sumber-
sumber ekonomi daerah secara mandiri dan bertanggung jawab yang hasilnya diorientasikan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tujuan utama penyelenggaraan
otonomi daerah adalah untuk Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan pelayanan public (publick service) dan memajukan perekonomian daerah.
Dengan adanya otonomi daerah ini berarti pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri,
tak terkecuali juga mandiri dalam masalah financial. Dalam hal ini Pendapatan Asli Daerah,
khususnya berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang saat ini merupakan salah
satu sumber penerimaan yang menjadi tumpuan daerah karena 90% diantaranya adalah
menjadi hak daerah dalam rangka pembiayaan untuk belanja rutin dan belanja pembangunan
didaerahnya. Dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD), hampir setiap daerah menunggu keputusan tentang besarnya Dana Alokasi
Umum (DAU) yang akan diterima oleh daerah, untuk dijadikan dasar menentukan kebijakan
dalam penyusunan program-program daerah yang dituangkan dalam Anggaran Belanja
Daerah, karena pemerintah daerah merasa bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) sangat besar
jumlahnya dibanding dengan Pendapatan Asli Daerah itu sendiri.
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti
pneumonia. COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang
disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering
disebut virus Corona.
Presiden RI Joko Widodo juga telah mengumumkan kasus pertama positif covid-
19 di Indonesia pada hari Senin 2 Maret 2020. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah RI, salah satunya dengan membentuk gugus tugas percepatan penanganan
covid-19 yang disahkan melalui Keputusan Presiden Rl nomor 7 tahun 2020. Penyebaran
Covid-19 semakin marak dalam beberapa minggu terakhir ini termasuk yang terjadi di
Indonesia. Berdasarkan data sebaran kasus sampai dengan 5 April 2020 jumlah kasus positif
sebanyak 2.273 dengan angka kematian berkisar 8,7%, tersebar di 32 Provinsi dari total 34
Provinsi yang ada di Indonesia. Jumlah positif Covid-19 di Kabupaten Batubara, saat ini
sebanyak 259 kasus. Berdasarkan jumlah itu, sebanyak 232 orang dinyatakan sembuh
korban meninggal dunia 8 orang, Sebanyak 19 orang masih dalam penanganan medis.
Tujuan dari tugas gugus ini untuk dapat meningkatkan ketahanan nasional di bidang
kesehatan didalam mengantisipasi penyebaran covid-19 dimana PSBB adalah bagian dalam
membatasi penyebaran covid-19, hingga berdampak pada taraf ekonomi. Ketersediaan
anggaran yang terbatas untuk penanganan covid-19dalam APBD tahun 2020 dengan tidak
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan maupun kurangnya tenaga medis.

Lebih jauh Bupati Batu Bara Zahir menjelaskan bahwa saat ini pemerintah daerah
telah mengalokasikan anggaran APBD sebesar 15 M untuk kebutuhan antisipasi penyebaran
virus Corona (Covid-19).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan yang dikemukakan dalam latar belakang penelitian diatas, maka dapat
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Laporan Pendapatan Asli Daerah yang mampu digali oleh Pemerintah Daerah.
b. Laporan Anggaran Belanja Modal, Laporan total Penerimaan Daerah dan Laporan Dana
Dari Pemerintah Pusat di Pemerintah Kabupaten Batu Bara untuk Tahun 2020
c. Laporan jumlah anggaran untuk kebutuhan penyebaran covid-19

1.3 Batasan Masalah


Agar dapat terfokuskan dalam pembahasannya maka penelitian ini dibatasi mengenai
Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Daerah pada masa covid 19 pada Kabupaten
Batu Bara tahun 2020.
BAB II
PEMBAHASAN

1. KEBIJAKAN KEUANGAN
A. Pengertian Keunagan daerah
Keuangan Daerah Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam
penjelasan pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut: Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa dan barang
yang dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, pada prinsipnya keuangan
daerah memiliki unsur pokok, yaitu:
a) Hak Daerah
b) Kewajiban Daerah
c) Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut.

B. Konsep Keuangan Daerah


Keuangan daerah memegang peranan yang sangat penting dalam
menyelenggarakan kegiatan dan pelayanan publik. Oleh karena itu, dalam
pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efisien agar tepat guna berhasil guna.
Berkaitan dengan hal tersebut maka berbagai cara untuk memperoleh sumber keuangan
dan utuk apa saja sumber keuangan tersebut digunakan menjadi perhatian utama bagi
pemerintah daerah. Pengertian keuangan daerah menurut Penjelasan Umum Pasal 156
Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah adalah sebagai berikut: “Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan
barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
keuangan daerah adalah segala hak dan kewajiban daerah baik berupa uang maupun
barang yang dapat dinilai dengan uang dan digunakan dalam rangka menyelenggarakan
Pemerintahan Daerah. Sebagaimana keuangan negara, keuangan daerah memiliki ruang
lingkup yang terdiri atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang inventaris milik
daerah, sedangkan yang termasuk dalam keuangan daerah yang dipisahkan meliputi
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
C. Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
yang diikuti dengan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah diatur diatur dalam UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah timbul hak daerah yang
dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah, dan dikeluarkakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
D. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Pembahasan keuangan daerah tidak dapat terlepas dari pembahsan mengenai APBD,
oleh sebab itu pembahasan mengenai keuangan daerah disini bertolak belakang dari
pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang merupakan program kerja
suatu daerah dalam bentuk angka. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 1 menyebutkan bahwa “Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan
tahunan Pemerintah Daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah”. “Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan pemerintah yang
disetujui oleh DPRD dan ditetapkan oleh peraturan daerah”. Sehingga produk APBD
merupakan hasil kerja sama antara pemerintah daerah dengan DPRD. Adapun fungsi
APBD adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Otorisasi, yaitu APBD merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.
b) Fungsi Perencanaan, yaitu APBD merupakan pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c) Fungsi Pengawasan, yaitu APBD merupakan pedoman untuk menilai apakah
penyelenggara pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d) Fungsi Alokasi, yaitu APBD harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja atau
mengurangi pengeluaran dan pemborosan sumber daya dan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perekonomian.
e) Fungsi Distribusi, yaitu APBD merupakan kebijakan anggaran daerah yang harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.
f) Fungsi Stabilitasi, yaitu APBD merupakan anggaran pemerintah daerah yang menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.
Gambaran umum anggaran dan realisasi APBD Pemerintah Kabupaten Batu Bara
tahun 2019-2020, yaitu: Penerimaan pembiayaan perubahan APBD Kabupaten Batu Bara
berasal dari SILPA tahun anggran Rp.142.632.047.617, dikurangi penyertaan modal
investasi pemerintah daerah direncanakan Rp.12.321.646.313, sehingga penambahan
anggaran pada P-APBD 2019 berjumlah Rp.130.309.401.304 Dengan demikian belanja
daerah dalam P-APBD Kabupaten Batu Bara tahun 2019 menjadi Rp.1.309.868.696 .136.
Peruntukan APBD Batu Bara setelah disetujuinya perubahan adalah belanja tidak langsung
sebesar Rp.682.630.828.556 terdiri atas belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan
social, belanja bantuan keungan perjalanan provinsi, Kabupaten/kota dan pemerintahan desa
serta biaya tak terduga. Kemudian untuk belanja langsung sebesar Rp.627.237.867.580,
terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal. Sedangkan APBD 2020
sebesar 1,165 Triliun yang bersumber dari komponen penelitian PAD. Dana penimbangan
tahun 2019 dan komponen penerimaan lain yang sah. Dan pada 31 Oktober tahun 2020
realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Batu Bara yaitu sebesar 84% atau setara
dengan Rp.109 M sedangkan untuk target tahun 2021 sebesar Rp.130 M.
E. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dalam penyusunan APBD, strukturnya mengalami beberapa kali perubahan sesuai
dengan perkembangan pemerintahan dan peraturan yang mengaturnya. Dilihat dari struktur,
maka sesuai dengan ketentuan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah dibagi menjadi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan daerah dalam
periode satu tahun anggaran yang menjadi hak daerah, yang berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan. Belanja Daerah adalah semua
pengeluaran daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi beban daerah. Pembiayaan
adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara
Pendapapatan daerah dan Belanja daerah. Kemudian dikelompokkaan lagi menjadi belanja
administrasi dan umum, belanja operasi dan pemeliharaan, belanja modal, belanja transfer,
dan belanja tidak terduga.
Pembiayaan merupakan penerimaan daerah yang perlu dibayar kembali atau
pengeluaran daerah yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
F. Unsur-unsur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
APBD adalah suatu anggaran daerah, memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a) Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
b) Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-
beban sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang
merupakan batas maksimal pengeluaranpengeluaran yang akan dilaksanakan.
c) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
d) Periode anggaran, yaitu biasanya satu tahun.
G. Penyusunan, Penetapan APBD dan Alokasi Belanja Modal Daerah
Prinsip Penyusunan Anggaran Daerah Dokumen penyusunan anggaran yang
disampaikan oleh masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang disusun
dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul menyajikan
informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran dan
manfaat dan hasil yang diperoleh oleh masyarakat. Dalam penyusunan APBD pemerintah
daerah harus mengikuti prosedur administratif yang ditetapkan.
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan anggaran daerah antara lain:
a) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai setiap sumber pendapatan. sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
b) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan
yang belum tersedia atau tidak mencukupi.
c) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas
Umum Daerah.
H. Penetapan APBD
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan
kemampuan pendapatan daerah. Rancangan APBD berpedoman kepada rencana kerja
pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Dalam hal
diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD. Dalam hal anggaran diperkirakan
surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentang
APBD.
Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun Pemerintah
Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan
dengan rencana kerja pemerintah daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada
DPRD , kemudian dibahas bersama dengan pemerintah daerah dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya, dan bila kebijakan umum APBD
telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas
dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Dalam rangka penyusunan RAPBD, kepala SKPD selaku
pengguna anggaran yang disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang
akan dicapai, dan disertai perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun
anggaran yang disusun, kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan trencana kerja dan anggaran
disampaikan kepada Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan
Rancangan Perda tentang APBD tahun berikutnya.
Pemda mengajukan Rancangan Perda tentang APBD, disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober
tahun sebelumnya. DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan peribahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Perda tentang APBD.
Pengambilan keputusan rancangan Perda APBD dilakukan selambat-lambatnya satu
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui
oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Perda APBD, maka untuk
membiayai keperluan setiap bulan Pemda dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
2. KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil lain pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan leluasa kepada daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi
daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi pemerintah daerah sangatlah penting
karena PAD menunjukkan kemampuan daerah dalam menggali sumber
keuangannya sendiri yang kemudian menjadi sebuah ukuran kinerja bagi Pemerintah
Daerah dalam proses pengembangan ekonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
daerah. Kendala utama yang dihadapi pemerintah daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Pemungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, namun dalam jangka panjang dapat
menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan
menurunnya Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli daerah. Adapun kelompok
Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan
a. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Pajak
daerah, sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu
sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah,
untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri.
b. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan
yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan UU Nomor 32
Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi:
1. Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas:
a) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air,
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan diatas air,
c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
2. Pajak Kabupaten/kota. Pajak ini terdiri atas:
a) Pajak Hotel,
b) Pajak Restoran,
c) Pajak Hiburan,
d) Pajak Reklamasi,
e) Pajak Penerangan Jalan,
f) Pajak Pengembilan Bahan Galian Golongan C,
g) Pajak Parkir.
3. Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi:
a) Retribusi Jasa Umum,
b) Retribusi Jasa Usaha,
c) Retribusi Perijinan Tertentu

B. Dana Perimbangan
Dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil pajak/dana Bagi hasil bukan
pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, merupakan pendanaan
pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan
melengkapi. Kebijakan daerah dalam bidang dana perimbangan adalah :
a. Peningkatan akurasi dan validasi data yang menjadi komponen-komponen indeks
dalam perhitungan pembagian dana perimbangan daerah.
b. Peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten
Batu Bara dalam upaya stabilisasi dana perimbangan daerah.
Bantuan Penanganan COVID-19 di Kabupaten Batu Bara.
Bantuan Penanganan Covid-19 di Kabupaten Batu Bara, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Batu Bara resmi mengesahkan rancangan peraturan
daerah (RAPERDA) penanggulangan covid-19 menjadi peraturan daerah (PERDA),
pengesahan ini dilakukan di ruang rapat paripurna gedung DPRD Batu Bara,
selasa(22/12/2020). Didalam penanganan covid-19 ini di kapubaten Batu Bara seluruh
jajaran pemerintahan kabupaten Batu Bara turut ikut serta menyampaikan kepada
seluruh masyarakat untuk menghimbau untuk hidup bersih untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dan bersih agar terhindar dari segala macam penyakit, yang
mana virus corona ini bisa meyerang siapa saja apabila sistem imun lemah dikarenakan
pola hidup yang tidak sehat. Dalam hal ini Kapolres Batu Bara menghimbau kepada
jajarannya untuk menjalankan pola hidup yang sehat dengan tidak melupakan 3M
(Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak).
Menurut Dr. Wahyu: ”Dalam penanganan korban corona ini kita akan kirimkan
kepada rumah sakit yang sudah ditentukan pemerintah untuk memberikan pertolongan
dan mengatasinya”. Penyerahan sublemen dilakukan dan di serahkan kepada staf dinas
kesehatan polres Batu Bara dari Dinas kesehatan Kabupaten Batu Bara (Gus/BB).
Pemerintah Kabupaten Batu Bara melaksanakan langkah-langkah preventif anatara lain
optimalisasi sumberdaya yang tersedia,mencakup pembiayaan,sarana,dan prasarana
dengan menggunakan APBD khususnya DAK kesehatan tahun 2020 serta dana desa
untuk penanggulangan wabah covid-19. Dan Bupati Batu Bara bersama para OPD,
Polres dan Masyarakat setempat melakukan aksi gotong royong bersama. Gotong
royong ini rutin dilakukan untuk membersihkan badan jalan dan normalisasi parit yang
berada di sepanjang jalan lintas Sumatera. Pembersihan badan jalan akan dilanjutkan
dengan penanaman pohon pendamping beras atau tanaman apotek hidup seperti
tanaman serai, jahe, kunyit dan lainnya, Atau menanam tanaman pengganti beras seperti
ubi rambat. Hal ini demi membantu masyarakat dalam pemulihan ekonomi nasional
khususnya di Kabupaten Batu Bara di masa pandemic COVID-19. Ungkap Zahir -
Bupati Batu Bara.
Bupati Batu Bara Ir. H. Zahir, M.AP bersama Gugus Tugas COVID-19
mengajak para pengusaha BUMN, BUMD dan Swasta untuk ikut bersama-sama
membantu masyarakat yang terdampak secara social dan ekonomi akibat mewabahnya
Virus Corona(COVID-19) yang ada di kabupaten Batu Bara. Bupati Batu Bara-Zahir
mengatakan bahwa selain 11.700 kepala keluarga penerima bantuan PKH, saat ini
sebanyak 30.000 kepala keluarga lainnya juga mengalami kesulitan ekonomi, karena
sebagai pengusaha, kesulitan berjualan dengan daya beli masyarakat rendah dan
sebagai pekerja saat ini sudah hamper 1,5 bulan dirumahkan tanpa gaji. Dan bantuan
sembako oleh Ny.Maya Indriasari Zahir, SE , sebanyak 204 paket sembako dan
bantuan sayuran pada masyarakat terdampak covid-19. Kegiatan tersebut dilakukan
bertujuan untuk membantu meringankan beban masyarakat kurang mampu Kabupaten
Batu Bara di tengah-tengah penyebaran wabah pandemi Covid-19.

Bupati Batu Bara Zahir,beserta Kapolres AKBP Ikhwan Lubis, Kadiskes,


Dr.Wahid Khusyairi, Ketua DPRD M Syafii membagikan masker kepada masayarakat
BatuBara. Bupati Batu Bara Ir. Zahir mengatakan pembagian masker ini salah satu
untuk menjaga kesehatan, dan saya menginginkan masyarakat Batu Bara jauh dari
terjangkit virus corona/covid-19. Untuk berharap kepada seluruh masyarakat untuk
terus berhati-hati dari penularan virus Covid-19 dengan selalu menngunakan masker
dan menjaga kebersihan.
Selain membagikan masker juga dilakukan rapid test lebih kuran 20 orang
sebagai sempel sebagai langkah penanggulangan penyebaran virus covid-19 terhadap
warga maupun pedagang dikantor keseluruhan tanjungtiram oleh petugas kesehatan
disaksikan langsung oleh Bupati Zahir. Rapid test ini dilakukan hanya untuk
mengetahui kekebalan tubuh seseorang (masyarakat) dan bukan menentukan positif
atau negative terinveksi virus covid-19. Masyarakat juga diingatkan untuk selalu jaga
jarak dan menjaga kebersihan.
Bantuan CSR Untuk Kabupaten Batu Bara yang di berikan oleh BRI bantuan
yang diserahkan langsung kepada Bupati Batu Bara yaitu Ir. Zahir yang berjumlah 20
CSR. 20 CSR ini akan di bagikan lagi ke berbagai desa, kecamatan, lingkungan agar
bisa digunakan langsung oleh masyarakat setempat untuk mencuci tangan dan menjaga
kebersihan.
DATA KASUS COVID- 19 TERKONFIRMASI BERDASARKAN
KECAMATAN
No Kecamatan Puskesmas Covid - 19
Total Meninggal Sembuh Isolasi/yang
(Negatif) Dirawat Saat ini
1 Medang Deras Pagurawan 4 0 4 0
Lalang 26 0 22 4
2 Air Putih Indrapura 20 1 16 3
Pematang 7 1 6 0
Panjang
3 Lima Puluh Lima Puluh 19 2 15 2
4 Talawi Labuhan 6 1 5 0
Ruku
5 Tanjung Tiram Tanjung 5 0 5 0
Tiram
6 Sei Balai Sei Balai 7 0 7 0
Sei 3 0 3 0
Bejangkar
7 Datuk Lima Simpang 15 1 14 0
Puluh Dolok
8 Lima Puluh Kedai 2 0 1 1
Pesisir Sianam
9 Datuk Tanah Petatal 10 1 9 0
Datar
10 Sei Suka Sei Suka 113 0 111 2
11 Laut Tador Laut Tador 15 1 7 7
12 Nibung Hangus Ujung Kubu 7 0 7 0
Batu Bara 259 8 232 19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Dari Uraian Diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian hipotesis penelitian mengenai kontribusi pendapatan asli daerah


untuk membiayai belanja daerah menunjukkan pola hubungan instrutif. Kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah) Kabupaten Batu Bara tahun 2020 sebesar 1,165 Triliun. Bersumber dari
komponen penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari Dana perimbangan
tahun 2019 dan komponen penerimaan lain yang sah.
2. Untuk Kontribusi PAD (Pendapatan Asli Daerah) Pemerintah Kabupaten Batu
Bara Tahun 2019-2020 tertanggal 31 oktober realisasi PAD (Pendapatan Asli
Daerah) Kabupaten Batu Bara diambil dari sector pajak sekitar 84% atau sekitar
Rp109 M.Sedangkan untuk target tahun 2020 sekitar Rp130 M
3. Hasil analisis kemandirian daerah menunjukkan PAD terhadap total penerimaan
daerah dan BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan) sekitar 141%.
Sektor pajak mineral bukan logam dan batuan (MBLB) sekitar 192%. Serta pajak
reklame mencapai sekitar 126% serta Sektor pajak Bumi dan Bangunan.

B. Saran
1. Semoga untuk selanjutnay didalam pencapain APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah) Kabupaten Batu Bara tahun 2021 target pendapatan sebesar Rp 1.135 T
dengan rincian PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar Rp 144,8M pendapatan
transfer Rp 928,9M penerimaan lain-lain yang sah Rp 62,2M.
2. Sedangkan besar belanja Rp 1,2 T meliputi belanja Operasi Rp 820,1M belanja
modal Rp 185,4M belanja tidak terduga Rp 20,1M belanja Transfer Rp 191,9M.
3. Menurut saya hendaknya menganalisis seluruh unsur APBD dan menambah model
rasio, tahun anggaran yang digunakan sehingga hasil yang didapat akan lebih
meningkat untuk kesejahteraan rakyat
BAB IV
PENUTUP

Dalam sistem pemerintahan angaran terbagi atas Anggaran Pendapatan Belanja


Negara(APBN) dan Aggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). APBN adalah Rencana
keuangan tahunan pemerintah negara yang di setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana Keuangan tahunan pemerintah
daerah yang di bahas dan di setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan di tetapkan
dalam peraturan daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
daerah di danai dari dan atas beban APBD.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit


Andi, 2002
Pratiwi, Novi. Pengaruh Dana Alokasi Umum(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 2007
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40768/uu-no-32-tahun-
2004
www.batubarakab.go.id/selayang-pandang
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/134544/keppres-no-7-tahun-2020
https://siagacovid19.batubarakab.go.id
www.batubarakab.go.id Berita Terkini Medan Sumut - Utama News

Anda mungkin juga menyukai