1. Sistem pembuktian Peradilan Pidana di Indonesia ialah sistem pembuktian berdasarkan
Undang-Undang secara negative (negatief wettelijk), hal tersebut dapat disimpulkan mulai dari ketentuan Pasal 183 KUHAP. Pasal 183 KUHAP, berbunyi: “Hakim boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang- kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa satu tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Dengan aturan yang terdapat dalam KUHAP, membuktikan bahwa Criminal Justice System di Indonesia berjalan dan terdiri atas komponen subs sitem polisi, jaksaa, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan sebagai aparat penegak hukum. Artinya adalah diantara empat sub tersebut, dapat dikatakan saling menentukan sistem peradilan pidana yang diatur dalam KUHAP termasuk asversary system atau due procces model atau akusatur atau bahkan negative model. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dapat dikatakan sebagai landasan bagi terselenggaranya proses peradilan pidana yang benar-benar bekerja dengan baik dan beribawa serta benar-benar memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka, tertuduh atau terdakwa sebagai manusia. 2. Objek Pra Peradilan di atur dalam ketentuan Pasal 77 KUHAP, Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang, tentang: a. Sah atau tidak nya penangkapan, penahanan, penghentian, penyidikan atau penghentian penuntutan b. Ganti kerugian dan atau rehabilitas bagi seseorang yang perkara pidana nya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. 3. Bentuk putusan yang dijatuhkan pengadilan tergantung hasil musyawarah yang bertitik tolak tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di siding pengadilan. Isi putusan yang dijatuhkan pengadilan mengenai suatu perkara, berbentuk sebagai berikut: a. Putusan bebas, berarti terdakwa dijatuhi putusan bebas atau dinyatakan bebas dari tuntutan hukum (vrijspraak). Diatur dalam ketentuan Pasal 191 ayat (1) KUHAP. Dalam putusan bebas ini terdapat dua asas, yaitu Asas pembuktian menurut UU secara negative dan Asas yang terkandung dalam Pasal 183 KUHAP mengandung asas batas minimum pembuktian. b. Putusan Pelepas dari Segala Tuntutan Hukum, diatur dalam Pasal 191 ayat (2). c. Putusan Pemidanaan, diatur dalam Pasal 193 KUHAp, yang berarti bahwa terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan ancaman yang ditentukan dalam pasal tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa. d. Putusan yang menyatakan Dakwaan tidak dapat diterima, berpedoman kepada pasal 156 ayat (1) KUHAP. e. Putusan yang mneyatakan Dakwaan Batal Demi Hukum, 4. Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang . a. Perlawanan Penetapan ketua pengadilan yang berpendapat bahwa pengadilan negri yang dipimpin tidak berwenang mengadili perkara yang dilimpahkan oleh penuntut umum. Putusan hakim pengadilan negri yang menerima eksepsi terdakwa atau penasehat adalah penuntut umum yang dijatukan kepada pengadilan tinggi melalui pengadilan negri yang bersangkutan. b. Banding Yang dapat menggunakan upaya hukum banding terhadap putudan ini adalah penyidik bila putusannya berupa tidak sahnya penghentian penuntutan. c. Kasasi Yang dapat menggunakan putusan ini ialah penuntut umum yang ditujukan kepada MA melalui pengadilan negri yang bersangkutan. d. Yang menggunakan putusan ini adalah terpidana atau ahli warisnya, yang ditujukan ke MA melalui pengadilan negri yang bersangkutan. 5. Bapas ( Balai Pemasyarakatan), merupakan pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan atau unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan. Dan Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sedangkan Rutan ( Rumah Tahanan Negara) merupakan tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan di Indonesia.