Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BANGSAWAN PASARIBU

NIM : 190574201016

UAS : HUKUM ACARA PIDANA

1. Sistem pembuktian Peradilan Pidana di Indonesia ialah sistem pembuktian berdasarkan


Undang-Undang secara negative (negatief wettelijk), hal tersebut dapat disimpulkan
mulai dari ketentuan Pasal 183 KUHAP.
Pasal 183 KUHAP, berbunyi:
“Hakim boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa satu tindakan
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Dengan aturan yang terdapat dalam KUHAP, membuktikan bahwa Criminal Justice
System di Indonesia berjalan dan terdiri atas komponen subs sitem polisi, jaksaa,
pengadilan dan lembaga pemasyarakatan sebagai aparat penegak hukum. Artinya
adalah diantara empat sub tersebut, dapat dikatakan saling menentukan sistem
peradilan pidana yang diatur dalam KUHAP termasuk asversary system atau due procces
model atau akusatur atau bahkan negative model.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dapat dikatakan sebagai landasan bagi
terselenggaranya proses peradilan pidana yang benar-benar bekerja dengan baik dan
beribawa serta benar-benar memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan
martabat tersangka, tertuduh atau terdakwa sebagai manusia.
2. Objek Pra Peradilan di atur dalam ketentuan Pasal 77 KUHAP,
Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang, tentang:
a. Sah atau tidak nya penangkapan, penahanan, penghentian, penyidikan atau
penghentian penuntutan
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitas bagi seseorang yang perkara pidana nya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
3. Bentuk putusan yang dijatuhkan pengadilan tergantung hasil musyawarah yang bertitik
tolak tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan
di siding pengadilan. Isi putusan yang dijatuhkan pengadilan mengenai suatu perkara,
berbentuk sebagai berikut:
a. Putusan bebas, berarti terdakwa dijatuhi putusan bebas atau dinyatakan bebas dari
tuntutan hukum (vrijspraak). Diatur dalam ketentuan Pasal 191 ayat (1) KUHAP.
Dalam putusan bebas ini terdapat dua asas, yaitu Asas pembuktian menurut UU
secara negative dan Asas yang terkandung dalam Pasal 183 KUHAP mengandung
asas batas minimum pembuktian.
b. Putusan Pelepas dari Segala Tuntutan Hukum, diatur dalam Pasal 191 ayat (2).
c. Putusan Pemidanaan, diatur dalam Pasal 193 KUHAp, yang berarti bahwa terdakwa
dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan ancaman yang ditentukan dalam pasal
tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa.
d. Putusan yang menyatakan Dakwaan tidak dapat diterima, berpedoman kepada pasal
156 ayat (1) KUHAP.
e. Putusan yang mneyatakan Dakwaan Batal Demi Hukum,
4. Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak
terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam Undang-Undang .
a. Perlawanan
Penetapan ketua pengadilan yang berpendapat bahwa pengadilan negri yang
dipimpin tidak berwenang mengadili perkara yang dilimpahkan oleh penuntut
umum.
Putusan hakim pengadilan negri yang menerima eksepsi terdakwa atau penasehat
adalah penuntut umum yang dijatukan kepada pengadilan tinggi melalui pengadilan
negri yang bersangkutan.
b. Banding
Yang dapat menggunakan upaya hukum banding terhadap putudan ini adalah
penyidik bila putusannya berupa tidak sahnya penghentian penuntutan.
c. Kasasi
Yang dapat menggunakan putusan ini ialah penuntut umum yang ditujukan kepada
MA melalui pengadilan negri yang bersangkutan.
d. Yang menggunakan putusan ini adalah terpidana atau ahli warisnya, yang ditujukan
ke MA melalui pengadilan negri yang bersangkutan.
5. Bapas ( Balai Pemasyarakatan), merupakan pranata untuk melaksanakan bimbingan
klien pemasyarakatan atau unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan
tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan
pendampingan. Dan Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) merupakan tempat untuk
melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di
Indonesia. Sedangkan Rutan ( Rumah Tahanan Negara) merupakan tempat tersangka
atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
siding pengadilan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai