NIM : 190574201016
Konfiguasi politik merupakan konstelasi kekuatan politik yang dinamis dan kemudian
mengarahkan bentuk-bentuk legalitas formal peraturan yang disebut sebagai prosuk hukum. Konfigurasi
politik hukum terbagi menjadi dua yaitu konfigurasi politik demokrasi dan konfigurasi politik otoriter. Secara
teoritis, konfigurasi politik yang demokratis akan membentuk produk hukum yang responsive, sedangkan
konfigurasi politik yang otoriter akan membentuk produk hukum yang konservatif atau otordoks.
“Anggota –anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih dalam suatu pemilihan umum oleh warga
negara Indonesia yang memnuhi syarat-syarat dan menutut aturan-aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang.”
Pasal 135 ayat (2) UUDS 1950.
“Anggota-anggota konstituante dipilih oleh warga negara Indonesia dengan dasar umum
dan dengan cara bebas dan rahasia menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan
undang-undang.”
Sejak awal kemerdekaan gagasan untuk menyelenggarakan pemilu selalu menjadi program
pemerintah. Pada tanggal 5 Oktober 1945 sudah dinyatakan untuk segera diadakan Pemilu secara
Nasional dan ketika pada tanggal 14 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat tentang
susunan Kabinet Sjahrir II, dicantumkan juga pernyataan bahwa tindakan-tindakan demokratis
yang lain harus segera dilaksanakan adalah mengadakan pemilihan umum.
UU Nomor 7 Tahun 1953 yang biasa disebut dengan UU Pemilu mencakup electoral laws dan
pengaturan electoral procces. Electoral laws adalah sistem pemilihan dan perangkat peraturan
yang menata bagaimana pemilu dijalankan serta bagaimana distribusi hasil pemilu itu. Sedangkan
Electoral procces adalah mekanisme yang dijalankan dalam pemilu seperti pencalonan,
kampanye, cara penghitungan, penentuan hasil, dan sebagainya. UU Nomor 7 Tahun 1953
secara rinci mengatur sistem pemilu dan pedoman mekanisme pemilu yang mencakup electoral
laws dan peraturan electoral procces. UU ini mengatur dengan sangat rinci sehingga tidak
memberikan peluang yang terlalu banyak terhadap pemerintah untuk membuat interprestasi
(berdasarkan delegasi perundang-undangan).