Rio Ariesta H - Assignment P 9 - MP
Rio Ariesta H - Assignment P 9 - MP
2. Probablity Sampling
Probability Sampling ialah teknik untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dengan kata lain cara pengambilan sampel yang
memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Probability
sampling terbagi menjadi beberapa cara yaitu :
Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal
ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). Cara pengambilan sampel
melalui beberapa cara yaitu undian, kalkulator, table angka acak, computer.
2. Sample Random Systematic ( Sampel Random Sistematik )
Metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar sampel yang
terpilih. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu
unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.
Metode pengambilan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang
homogen (disebut strata), dan dari tiap stratum tersebut diambil sampel secara acak.pengambilan
sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yang kurang
proporsional pembagiannya. Dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen
(tidak sejenis).
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu
kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai
sampel.
Metode pengambilan sampel yang proses pengambilan sampelnya dilakukan dalam dua tahap
(two-stage sampling) atau lebih. Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik
bertingkat dua maupun lebih.
Non-Probability Sampling
Non-Probability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel tidak dipilih secara acak.
Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena
faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Macam-macam Non-Probability
Sampling sebagai berikut:
Purposive Sampling merupakan Satuan sampling yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang
dikehendaki. Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada sedikit orang yang mempunyai
keahlian (expertise) di bidang yang sedang diteliti.
Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor sponantanitas, artinya
siapa saja yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dnegan karakteistik maka orang
tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan
kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.
Teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, ini
syaratnya populasi tidak banyak, atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
sangat kecil.
Sampel diambil secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil semakin menjadi besar.
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi hanya tahu satu atau
dua orang berdasarkan penilaian biasa dijadikan sebagai sampel.
3.
4.
5. Variabel Moderator adalah variabel pihak ketiga yang memoifikasi hubungan antara IV dan
DV. Tujuan variabel moderator adalah mengukur kekuatan hubungan antara IV dan DV.
Contoh : Bila umur merupakan variabel moderator antara gaji (IV) dan biaya pemeriksaan
kesehatan (DV), maka hubungan antara gaji dan biaya pemeriksaan kesehatan akan lebih besar
untuk orang yang tua ketimbang yang muda.
Variabel Intervening adalah sebuah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas (independen) dan variabel terkait (dependen) menjadi hubungan yang tidak
langsung dan tidak bisa diukur dan diamati.
Contoh : Hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen dan loyalitas.
Variabel kontrol pada dasarnya adalah sebuah variabel yang dijaga agar tetap konstan dalam
suatu penelitian. Variabel ini dijaga tetap sama agar peneliti dapat melihat dan menganalisis
secara akurat interaksi antara variabel bebas dan variabel terikatnya.
Ada juga faktor lain seperti kesuburan tanah, kadar zat hara di tanah, keberadaan tanaman lain
serta frekuensi pengairan. Jika faktor-faktor ini tidak dikontrol dengan baik, dapat
mempengaruhi variabel terikat yang ada sehingga mengurangi akurasi penelitian.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengontrolan variabel-variabel ini agar mereka tetap statis atau
konstan di semua pengujian. Hal ini dibutuhkan agar mereka tidak mempengaruhi variabel
terikatnya.
• Hanya penelitian eksperimental yang dapat membangun hubungan kausal antara variabel.
• Dalam penelitian korelasional, tidak ada upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengendalikan atau mempengaruhi variabel. Dia hanya mencatat nilai-nilai variabel.
• Penelitian korelasional dapat membangun korelasi antara dua variabel tanpa menyatakan
hubungan sebab akibat. Jadi, meskipun para ilmuwan tahu bahwa dalam kebanyakan kasus
depresi klinis orang ditemukan dengan tingkat neurotransmitter yang rendah seperti serotonin
dan epinefrin, mereka tidak membuat hubungan sebab akibat bahwa neurotransmitter tingkat
rendah bertanggung jawab atas depresi pada manusia.
7. Validitas internal mengacu pada hasil yang benar-benar berasal dari variabel bebas (perlakuan)
bukan dari variabel lain.
Dengan memahami bias yang dapat muncul dalam penelitian eksperimen, maka peneliti dapat
menentukan desain penelitian seperti apa yang akan digunakan. Karena dalam desain penelitian
eksperimen sendiri, telah terdapat desai-desain penelitian yang berupaya meminimalisir
terjadinya bias karena adanya variabel luar.