Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”


Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran SKI
Dosen : Nurhidayani, MA
Jurusan : Tarbiyah - PAI (V-B)

Di susun Oleh
Kelompok 6 ( Enam)

- Mahfuzah Ersa Matondang


- Luthfia Maulida
- M.Syabana Hidayatullah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam penerapan Strategi Pembelajaran
A. Latar Belakang
Berbasis Masalah (SPBM), guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menetapkan
topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah
mempersiapkan apa yang hrus dibahas. Proses
pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan
logis. Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM
bersandarkan kepada psikologi kognitif yang
berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Dilihat dari aspek filosofis tentang
fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk
mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di
masyarakat, maka SPBM merupakan strategi
yang memungkinkan dan sangat penting untuk
dikembangkan. Hal ini disebabkan pada
kenyataannya setiap manusia akan selalu
dihadapkan kepada masalah, dari mulai masalah
sederhana sampai kepada masalah yang
kompleks. Dilihat dari konteks perbaikan
kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian pembelajaran berbasis
masalah ?
2. Bagaimana konsep dasar dan karakteristik
strategi pembelajaran berbasis masalah ?
3. Apa tujuan dan hasil belajar pembelajaran
berbasis masalah ?

1
4. Apa kelemahan strategi pembelajran berbasis
keunggulan
masalah.
dan kelemahan
strategi 5. Untuk mengetahui Aplikasi strategi
pembelajran pembelajran berbasis masalah.
berbasis
masalah ?
5. Bagaimana
Aplikasi
strategi
pembelajran
berbasis
masalah ?

C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui
pengertian
pembelajara
n berbasis
masalah.
2. Untuk
mengetahu
i
dasar dan
karakteristi
k strategi
pembelajar
an berbasis
masalah .
3. Untuk
mengetahui
tujuan dan
hasil belajar
pembelajara
n berbasis
masalah.
4. Untuk
mengetahu
i
dan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah diistilahkan Problem-based Learning
(PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi
kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, terstruktur melalui stimulus dalam
belajar. PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.1
Pembelajaran Berbasis masalah (Problem Based learning), merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. Melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah .
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau
wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka
SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk
dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu
dihadapkan kepada masalah, dari mulai masalah sederhana sampai kepada
masalah yang komplek, dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah
keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah
dunia. SPBM inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap
individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

B. Konsep Dasar dan Karakteristik Strategi Pembelajaran


Berbasis Masalah
Strategi Pesmbelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada prose penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah, yaitu Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan

1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Cet kedua
(Jakarta: PT Reneka Cipta, 2002). Hlm. 121
siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah prose berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Sedangkan empiris artinya prose penyelesaian masalah didasarkan pada data dan
fakta yang jelas. Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan
tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau
dari peristiwa kemasyarakatan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah
dapat diterapkan jika. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya
sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan
keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal
adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan
dalam membuat judgment secara objektif.2

C. Hakikat Masalah Yang ada dalam Strategi Pembelajaran


Berbasis Masalah
Perbedaan antara strategi pembelajaran inkuiri (SPI) dengan strategi
pembelajaran berbasis masalah (SPBM) meliputi : pada jenis masalah dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Masalah dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup. Artinya,
jawaban dari semua masalah sudah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari
masalah yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya,

2
Ibid. h. 122
namun guru secara tidak langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam SPI
tugas guru pada dasarnya adalah menggiring siswa melalui proses tanya jawab
pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin di capai oleh SPI
adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tantang jawaban dari suatu
masalah.
Sedangkan Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka.
Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru,
dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM
memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan
menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir
kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan
masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap
ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi
nyata dan kondisi yang diharapka, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa
yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan,
keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau
topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan
juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai kurikulum yang
berlaku.
Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM adalah :3

o Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik


(conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman, video, dan yang
lainnya.
o Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,
sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
o Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.

3
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhada, Konsep Strategi Pembelajaran. Cet ketiga.
(Bandung: PT Refika Aditama, 2012) Hlm. 20.
o Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
o Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.

D. Tujuan dan Hasil Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah


Tujuan utama PBL ini menurut Hsiao adalah untuk mengarahkan peserta
didik mengembang kemampuan belajar kolaboratif, kemampuan berpikir dan
strategi-strategi belajarnya sehingga peserta didik bisa belajar dengan kemampuan
sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (self-directed learning strategies)

Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:4

6. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah pembelajaran


berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
7. Pemodelan peranan orang dewasa.
Resnick mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis masalah
penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan
aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-
aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
o PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
o PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan
dan dialog dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat
memi peran yang diamati tersebut.
o PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang
memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena
dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
8. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pebelajar. Pebelajar harus
dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi

4
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, Revika Aditama:
Bandung, cet-3, 2013, hal. 59

5
harus diperoleh, dibawah bimbingan pembelajar . Dengan bimbingan
pembelajar yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
untuk mengajukan pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata
oleh mereka sendiri, pebelajar belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas

D. Langkah – Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis


Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan
6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah
(problem solving), yaitu :5

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan


dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui


kegiatan kelompok, yaitu :

1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu


yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang
akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan
siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

5
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembalajaran, Ghalia Indonesia: Bogor, 2010,
hal. 120-121
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,
serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun
faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa
dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat
mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan
jenis penghamba yang diperkirakan.
3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswadidorong
untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi tehadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan,
sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan
strategi yang diterapkan.
E. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
SPBM memiliki beberapa keunggulan, yaitu :6

1. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus


untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah (peoblem solving) dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk menemukan kemampuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu

6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Preneda Sanjaya, 2011). Hlm. 214-221.
juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6. Melalui Pemecahan masalah (problem solving) bisa memeperlihatkan
kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan
lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari gur atau dari
buku-buku saja.
7. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan da
disukai siswa.
8. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk dapat berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah ( problem solving) dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendididkan
formal telah berakhir.

SPBM juga memiliki beberapa kelemahan yang meliputi:7

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan


bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin
mereka pelajari.

F. Aplikasi Pembelajaran Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Dalam Penaplikasian strategi Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat dilankukan dengan banyak cara diantaranya:8

7
Mohammad Jauhar, Implementasi PAIKEM, Prestasi Pustakaray, 2011, Jakarta. Hlm
86-91.
1. Buzz group
Satu kelompok besar dibagai menjadi beberapa kelompok kecil,
terdiri atas 4 – 5 orang. Tempat diatur agar siswa di dapat berhadapan
muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah
pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka
bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan
– pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu
membandingkan perepsinya yang mungkin berbeda – beda tentang bahan
pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh
masing – masing. Dengan demikian masing – masing individu dapat saling
memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat
dihindarkan kekeliruan – kekeliruan.
2. Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya 3 – 6 orang, mendiskusikan suatu
subjek tetrtentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin
oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapann denga
audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).
Pada suatu panel yang murni audience tidak ikut serta dalam diskusi.
3. Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
terdiri dari 3 – 6 orang. Masing – masing kelompok kecil melaksanankan
tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas ;
ia menggambarkan aspek – aspek masalah, kemudian tiap – tiap kelompok
(syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru
menyediakan referensi atau sumber – sumber informasi lain.
Setiap sindikat berdiskusi sendiri –sendiri atau membaca bahan dan
menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa
pada saat diskusi yang dilakukan oleh semua kelompok.
6. Brain storming group
Kelompok menyumbangkan ide – ide baru tanpa dinilai segera.
Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang

8
Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
2013 hal 147

9
diharapkan ialah anggota kelompok menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide –
ide yang ditemukannyayang dianggap benar.9
7. Symposium
Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu
subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara
singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dnegan sanggahan dan pertanyaan
dari para penyanggah dan juga pendengar. Bahasan dan sanggahan itu
selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil symposium.
8. Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan
mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk
diperdebatkan ialah bersifat problematic, buakn yang bersifat aktual.
9. Colloquium
Seseorang atau beberapa orang dipilih secara acak untuk menjadi
narasumber dan menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan
belajar mengajar, sista atau mahasiswa menginterview narasumber,
selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau
mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau
mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari narasumber.
10. Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua, mengadakan
suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.tempat duduk diatur
seperti setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap
peserta didkusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok
diskusi, seolah – olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk
(fish bowl). Saat kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang
ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong.
Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara, ia dapat langsung
berbicara, dan meningglkan kursi setelah selesai berbicara.

9
Ibid. h. 148
BAB III
A. Kesimpulan
PENUTUP
Pembelajaran berbasis masalah diistilahkan Problem-based Learning
(PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi
kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, terstruktur melalui stimulus dalam
belajar. PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.Pembelajaran Berbasis masalah
(Problem Based learning), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik.

Strategi Pesmbelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian


aktivitas pembelajaran yang menekankan pada prose penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah,
yaitu Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya
sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan
akhirnya menyimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembalajaran, Ghalia Indonesia: Bogor, 2010.

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, Revika Aditama:

Bandung, cet-3, 2013.

Mohammad Jauhar, Implementasi PAIKEM, Prestasi Pustakaray, 2011, Jakarta.

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhada, Konsep Strategi Pembelajaran. Cet ketiga.
Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Cet kedua Jakarta:

PT Reneka Cipta, 2002

Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen Bandung; PT Remaja Rosdakarya.

2013.

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:

Preneda Sanjaya, 2011.

Anda mungkin juga menyukai