“PENGANTAR BAKAT”
Oleh:
Kelompok 11
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
a Faktor Internal.............................................................................................................2
b Faktor Eksternal...........................................................................................................2
D Teori Bakat......................................................................................................................4
c Three-Ring Conception...............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAPORAN KONTRIBUSI...................................................................................................13
i
PEMBAHASAN
Bakat adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang dengan latihan-latihan
tertentu akan memperoleh berbagai macam pengetahuan dan keterampilan khusus.
Menurut Kartini Kartono (1979), bakat merupakan suatu kemampuan spesifik yang
memberikan individu suatu kondisi untuk memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan atau keterampilan tertentu. Bakat ini sifatnya laten potensial, sehingga masih
bisa tumbuh dan dikembangkan. Dalam hal ini bakat memerlukan latihan dan pendidikan
agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang.
Menurut Bingham, bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang dengan suatu
latihan khusus memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus. Misalnya, kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik dan
lain-lain. Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat. Tes bakat adalah tes yang
dirancang untuk yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam
suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Tes bakat adalah tes
kemampuan khusus disebut juga tes perbedaan individual, tes yang terpisah (separated
test). Karena bakat menunjukkan keunggulan atau keistimewaan kemampuan khusus
tadi, maka tes bakat juga disebut tes batas kemampuan (power ability test) atau
differential aptitude test (Anastasi, 1997).
Perbedaan antara achievement test dan aptitude test adalah aptitude test lebih
fokus kepada pembelajaran secara informal atau pengalaman hidup dimana achievement
test lebih fokus kepada hasil pembelajaran yang merupakan hasil dari input yang
structural . Menariknya label dari achievement dan aptitude test tidak bergantung pada
tipe item yang terkandung dalam tes tapi pada tujuan kegunaan tes. Bisa saja 2 tes yang
mengandung isi yang sama atau mirip tapi dilabeli berbeda, satu bisa dilabeli sebagai
achievement test dan yang lain bisa dilabeli sebagai aptitude test. Apakah sebuah tes itu
untuk mengukur achievement test atau aptitude test tergantung penilaian berdasarkan
konteks. Aptitude test sering kali disebut juga dengan prognostic test, digunakan untuk
membuat prediksi.
1
Beberapa kegunaan aptitude test diantaranya:
Untuk memasuki SD
Berhasil untuk menyelesaikan tantangan pembelajaran di tingkat lanjutan
Mampu menyelesaikan college-level work
Mampu tamat termasuk dengan pembelajaran di professional
b Faktor Eksternal
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terbagi atas :
- Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat awal untuk mengetahui bakat ank
dan menjadikan ajang pelatihan bakat yang ada pada diri anak. Orangtua
membimbing anak dalam menggapai bakat.
- Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah dapat digunakn untuk anak dalam proses belajar
mengajar dan dapat mempengaruhi minat dan bakat anak dikembangkan
secara intensif dan guru menjadi tanggung jawab untuk proses
pengembangan bakat di sekolah.
- Lingkungan Sosial
Suatu lingkungan pasti berhubungan dengan banyak orang atau masyarakat.
Anak dapat mengembangkannya bersama masyarakat dan bisa bertukar
2
pengalaman dengan masyarakat, sehingga anak lebih berbakat dalam
mengembangkannya.
Tes ini mencakup kemampuan kemampuan yang amat penting dalam budaya
yang menjadi rancangan tes. Namun, sudah disadari bahwa peruntukan yang lebih tepat,
dilihat dari segi jenis informasi yang hendak didapat dari tes-tes ini, akan lebih disukai.
Contohnya, sejumlah tes yang mungkin akan disebut tes-tes intelegensi selama tahun
1920-an selanjutnya akan dikenal sebagai tes bakat sekolah. Pergeseran penggunaan
istilah ini terjadi ketika orang mengalami kombinasi kemampuan yang dituntut dan
didorong oleh penelitian akademik.
Sebelum Perang Dunia I, para psikolog telah mulai mengakui perlunya tes bakat
khusus untuk untuk melengkapi tes-tes intelegensi global. Tes-tes bakat khusus ini
dikembangkan secara khusus untuk digunakan dalam konseling pekerjaan dan seleksi
dan klasifikasi personal industry dan militer.
Kinerja individu pada berbagai bagian dari tes semacam ini kerap menunjukan
variasi yang cukup besar. Hal ini tampak jelas terutama pada tes-tes kelompok, dengan
soal-soal yang umumnya dipilah-pilah menjadi sub-subtes yang isinya relative homogen.
Contoh, seseorang bisa memeroleh skor yang relatif tinggi pada subtes verbal dan skor
yang rendah pada subtest numerikal, atau sebaliknya. Sampai tingkat tertentu, Binet,
yang di dalamnya, misalnya, semua yang menggunakan kata-kata mungkin terbukti sulit
untuk individu tertentu, sementara soal-soal yang menggunakan gambar atau diagram-
diagram geomtris bisa memberikan keuntungan baginya.
3
umum, karena tes-tes intelegensi tidak dirancang untuk maksud analisis bakat yang
berbeda-beda. Kerap semua subtes yang dibandingkan mengandung terlalu sedikit soal
sehingga tidak memungkinkan memeroleh perkiraan yng stabil atau dapat diandalkan
tentang kemampuan tertentu. Akibatnya, perbedaan yang diperoleh antara skor-skor
subtes mungkin terbalik jika individu dites-ulang pada hari yang berbeda atau dengan tes
yang sama tapi dalam bentuk lain. Jika perbandingan antar-individu semacam itu harus
dibuat, dibutuhkan tes-tes yang dirancang secara khusus untuk menyingkapkan
perbedaan-perbedaan kinerja pada berbagai fungsi.
Aplikasi praktis atas sejumlah tes menunjukkan perlunya tes multibakat (multiple
aptitude test), sedangkan perkembangan serupa pada penelitian penggolongan sifat
kepribadian (trait organization) secara bertahap memberikan sarana untuk menyusun tes
semacam itu. Perkembangan-perkembangan metodologis selanjutnya, yang didasarkan
pada penelitian para psikolog Amerika seperti T.L. Kelley (1928) dan L.L. Thurstone
(1938, 1947b), dan juga pada karya peneliti Amerika dan Inggris lainnya, sudah ikenal
sebagai analisis faktor.
D Teori Bakat
Bakat merupakan sebuah karunia atau pemberian Tuhan kepada manusia. Bakat
mengacu pada kemampuan atau potensi yang membutuhkan usaha untuk berkembang
secara optimal. Konsep bakat muncul sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap tes
inteligensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu intelligence quetiont (IQ). Semula IQ
inilah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan di berbagai
bidang. Namun IQ tidak dapat memberikan banyak informasi. Misalnya, ada dua orang
mempunyai IQ yang sama, tetapi prestasi belajar atau prestasi kerjanya berbeda. Dalam
pelaksanaan tes IQ, analisis kemampuan secara diferensial tidaklah direkomendasikan.
4
4) Kemampuan persepsi, adalah kemampuan mengamati dan memahami gambar dua
dimensi menjadi bentuk tiga dimensi.
5) Kemampuan nalar (reasoning), adalah kemampuan memecahkan suatu masalah.
6) Kemampuan mekanik, adalah kemampuan memahami dua konsep mekanik dan
fisika.
7) Kemampuan memori, adalah kemampuan mengingat.
8) Kemampuan clerical, adalah kemampuan bekerja di bidang administrasi.
c Three-Ring Conception
Renzuli, dkk memperkenalkan konsep three-ring conception sebagai upaya
dalam memahami bakat (Munandar, 2016). Bakat merupakan interaksi antara tiga
dimensi, yaitu:
5
3) Komitmen terhadap tugas (task commitment)/motivasi internal.
Tes yang paling banyak digunakan untuk pendidikan lanjutan adalah SAT.
SAT terdiri dari 2 bagian yaitu : SAT Reasoning Test, dan SAT subjek test. Tes pada
SAT Reasoning Test terdiri dari critically reading (dikenal sebagai verbal tes dengan
tugas seperti pemahaman membaca), Mathematics (tes pengetahuan seperti algebra,
geometri, statistika dasar, dan kemungkinan) dan writing ( pengetahuan mengenai tata
bahasa, penggunaan dan pemilihan kata yang di tes melalui pilihan berganda dan
esai). Tes yang pertama diadministrasikan adalah essay kemudian baru pilihan
berganda. SAT subject test merupakan tes selama 1 jam yang didesain untuk
mengukur achievement di bidang spesifik, seperti Bahasa Inggris, Sejarah dan
Pembelajaran Sosial, Matematika, Sains dan Bahasa lainnya.
GRE adalah tes kelompok yang berbentuk pilihan ganda yang banyak
digunakan oleh program pascasarjana yang digunakan diberbagai bidang sebagai satu
komponen dalam pemilihan calon mahasiswa untuk pelatihan lebih lanjut. GRE
menawarkan berbagai mata pelajaran di banyak bidang (mis., Biologi, Ilmu
Komputer, Sejarah, Matematika, Pandangan Politik, Psikologi), tetapi inti dari tes ini
adalah tes umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan verbal, kuantitatif, dan
analitik. Bagian verbal (GRE-V) terdiri dari item verbal seperti analogi, penyelesaian
kalimat, antonim, dan pemahaman bacaan. Bagian kuantitatif (GRE-Q) terdiri dari
masalah dalam aljabar, geometri, penalaran, dan interpretasi data, grafik, dan diagram.
Bagian analitis (GRE-A) mencakup masalah penalaran analitis dan logis. Ketiga skor
6
GRE dijadikan sebagai skor standar dengan perkiraan rata-rata 500 dan standar
deviasi 100. Sebenarnya, skor rata-rata mungkin berbeda dari tahun ke tahun karena
semua hasil tes ditambatkan ke kelompok referensi standar 2.095 perguruan tinggi
yang sudah lama yang diuji pada tahun 1952 pada bagian tes verbal dan kuantitatif.
Program pascasarjana cenderung memperhatikan kombinasi skor pada dua bagian
pertama (GRE-V + GRE-Q), di mana skor gabungan di atas 1.000 akan dianggap di
atas rata-rata.
7
LSAT adalah tes standar yang diperlukan bagi calon mahasiswa hamper di
setiap universitas hukum di Amerika Serikat. Tes ini dirancang untuk mengukur
keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan di universitas hukum,
termasuk membaca dan memahami materi yang kompleks, organisasi dan manajemen
informasi, dan kemampuan untuk berpikir kritis dan menarik kesimpulan yang benar.
LSAT terdiri dari beberapa pertanyaan pilihan dalam empat bidang: membaca
kompetensi, penalaran analitis, dan dua bagian penalaran logis. Bagian tambahan
digunakan untuk melakukan pretest item tes baru dan untuk melengkapi formulir tes
baru, tetapi bagian ini tidak berkontribusi pada skor LSAT. Skala skor untuk LSAT
meluas dari yang terendah dari 120 ke tinggi 180. Selain bagian-bagian yang obyektif,
sampel tulisan yang dikerjakan selama 30 menit diberikan pada akhir tes. Bagian ini
tidak diberi skor, tetapi salinan sampel tulisan dikirim ke semua universitas hukum
tempat peserta ujian berlaku.
Seri test multiple bakat Differential Aptitude Test (DAT), yang dalam Bahasa
Indonesia dapat dipakai istilah Tes Perbedaan Bakat, merupakan salah satu seri tes
multiple bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. DAT
pertama kali terbit tahun 1947, dan telah direvisi pada tahun 1963.Penyusun DAT
adalah G. Bennett, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman dari USA.DAT memakai teori
kelompok faktor kecerdasan model PMA atau Kemampuan Mental (KMP) dari
Thurstone. Adapun tujuan DAT antara lain:
• Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur peni laian yang ilmiah,
terintegrasi, dan standart bagi murid–murid.
• Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan karyawan dan promosi
jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan pabrik).
• DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing berdiri sendiri, sehingga dapat digunakan
secara terpisah, untuk seleksi dalam bidang industri pada jenis pekerjaan tertentu.
8
2). Numerical Reasoning
3). Abstract Reasoning
4). Perceptual Speed and Accuracy
5). Mechanical Reasoning
6). Space Relations
7). Spelling
8). Language Usage
1). G. General Learning Ability : Ditemukan dengan menambahkan skor pada tiga
tes yang juga digunakan untuk mengukur faktor-faktor lain (Vocabulary,
Arithmetic Reasoning, Three-Dimensional Space).
2). V. Verbal Aptitude: Diukur dengan tes vocabulary yang membutuhkan peserta
ujian untuk menunjukkan dua kata dalam setiap set yang memiliki arti yang sama
atau berlawanan.
3). N. Numerical Aptitude : Termasuk tes Computation dan Arithmetic Reasoning
tests.
4). S. Spatial Aptitude : Diukur dengan uji Three-Dimensional Space, yang
melibatkan kemampuan untuk memahami representasi dua dimensi dari objek
tiga dimensi dan untuk memvisualisasikan efek gerakan dalam tiga dimensi.
5). P. Form Perception: Diukur dengan dua tes yang membutuhkan peserta ujian
untuk mencocokkan gambar yang identik dalam satu tes dan bentuk geometris
yang lain.
9
6). Q. Clerical Perception : Mirip dengan P, tetapi membutuhkan pencocokan nama
daripada gambar atau formulir.
7). K. Motor Coordination : Diukur dengan tes simple paper-and-pencil yang
membutuhkan peserta ujian untuk membuat tanda pensil tertentu dalam
serangkaian kotak.
8). F. Finger Dexterity: Dua tes yang membutuhkan memasang dan membongkar
berturut-turut
9). M: Manual dexterity : menggerakkan Merupakan kemampuan untuk tangan
dengan mudah dan terampil. Kemampuan untuk bekerja dengan tangan dalam
menempatkan dan memindahkan sesuatu.
Test bakat yang terdiri dari satu jenis tes dan pada umumnya mengungkapkan
kemampuan khusus yang dimiliki seseorang, antara lain :
1. Tes Sensory, tes yang mengungkapkan kemampuan indera, misal tes ketajaman
penglihatan, pendengaran.
2. Tes artistik, yaitu tes yang mengungkapkan bakat seni, misalnya : tes gambar dan
tes musik
3. Tes clerical, yaitu tes untuk mengukur keakuratan (ketepatan, ketelitian) dan
kecepatan respon dalam tugas-tugas pekerjaan yang membutuhkan presepsi
sederhana.
4. Tes kreativitas
5. Tes motor desterity (tes ketangkasan/ keterampilan motorik)
6. Tes Kraeplin, tes ini dibuat dengan maksud ntuk mengetahui kecepatan kerja,
ketelitian kerja dan ketahanan kerja.
10
Tes yang dilakukan dengan individu yang sama beberapa kali belum tentu
menunjukkan hasil yang sama persis. Bisa jadi skor yang diperoleh dari
pengukuran tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A. (1976). Psychological Testing (4th ed.). New York: Macm illa n Publishing Co.,
In.
Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological Testing and Assessment. New York:
McGraw-Hill.
Gregory, R. J. Psychological Testing : History, Principles and Applications (4th ed). Pearson
12
LAPORAN KONTRIBUSI
Siddiq Dwi Hastono Aktif berdiskusi dalam grup, ikut serta dalam pembuatan
makalah & PPT
Annisa Salsabila Tasya Aktif berdiskusi dalam grup, ikut serta dalam pembuatan
makalah & PPT
Muhammad Ridwan Aktif berdiskusi dalam grup, ikut serta dalam pembuatan
makalah & PPT
Helen Sarah Aktif berdiskusi dalam grup, ikut serta dalam pembuatan
makalah & PPT
Ombun Faustin Aktif berdiskusi dalam grup, ikut serta dalam pembuatan
makalah & PPT
Ajeng Khoirani Aktif berdiskusi dalam grup, ikut serta dalam pembuatan
makalah & PPT
13