Anda di halaman 1dari 9

SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN

Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat


Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

RANCANGAN KEGIATAN III


TUTORIAL/PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Sosiologi Pedesaan dan Pertanian


Semester : Ganjil
Penyusun : Tim Teaching Tutorial/praktikum Sosiologi Pedesaan dan Pertanian

I. Materi Pembelajaran
Kebudayaan Masyarakat Pedesaan dan Pertanian

II.Tujuan Pembelajaran
a. Menganalisis dan mendiskusikan pengaruh kebudayaan terhadap pengembangan usaha
pertanian di pedesaan.
b. Menjelaskan dan menganalisis budaya pertanian dalam konteks gender dalam
pembangunan pertanian.

III.Indikator Kompetensi
a. Mahasiswa mampu menganalisis dan mendiskusikan pengaruh kebudayaan terhadap
pengembangan usaha pertanian di pedesaan/ lokasi pengamatan.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis budaya pertanian dalam konteks
gender dalam pembangunan pertanian.

IV.Teori Pengantar
Pada kehidupan sehari – hari kita sering mendengar dan membicarakan tentang
kebudayaan. kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” yang merupakan
bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan juga diambil dari
istilah “culture” yang bermakna segala kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam (Koentjaraningrat, 1965) berasal dari bahasa latin “colere” artinya mengolah atau
mengerjakan tanah atau bertani. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan –
kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat
(D.B Taylor, 1871). Horton dan Hunt (1987:58) mendefinisikan kebudayaan sebagai
segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh anggota masyarakat.
Ralph Linton seorang ahli antropologi terkemuka menyebutkan bahwa kebudayaan
secara umum diartikan sebagai way of life suatu masyarakat. Way of life mencakup way of
thinking (cara berpikir, bercipta), way of feeling (cara berasa, mengekspresikan rasa), dan

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

way of doing (cara berbuat, berkarya). Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
mendefinisikan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
menghasilkan ide, gagasan dan teknologi; rasa menghasilkan budaya sikap, perilaku/ ide –
ide, kebudayaan, unsur – unsur budaya (tolong menolong, gotong royong, bagi hasil,
patron klien); sedangkan cipta menghasilkan budaya benda – benda (secara fisik) dan ilmu
pengetahuan (secara filsafat).
Kebudayaan dalam suatu masyarakat atau negara terdiri dari unsur – unsur budaya.
Syarif et.al (2017) menyebutkan unsur – unsur kebudayaan meliputi :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat – alat rumah
tangga, senjata, alat – alat produksi, transport, dsb).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem – sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
produksi, distribusi, dsb).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan).
4. Bahasa (lisan dan tulisan).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi (kepercayaan).
Pola kebudayaan masyarakat desa meliputi :
1. Interaksi antar masyarakat pedesaan lebih erat bila dibandingkan dengan interaksi
masyarakat perkotaan.
2. Perhatian utama adalah pemenuhan hidup.
3. Sistem kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan.
4. Mata pencaharian utama pertanian (earth bound) :
a. Kepentingan akan jumlah tenaga kerja yang besar untuk alasan pertanian
menyebabkan tingginya kerjasama.
b. Cara bertani tradisional dan tidak efisien (namun mekanisasi saat ini mulai
dikenal).
c. Subsistence farming
d. Peran orang tua sesepuh dalam masyarakat sangat penting. Nasihat dipengaruhi
tradisi yang kuat sehingga difusi inovasi terhambat.
e. Pemerintahan bersifat non formal (penguasa – rakyat).
f. Distribusi wewenang tidak jelas.
Masyarakat pedesaan memiliki saling keterkaitan yang teratur atau konstan antara
individu dan individu, antara individu dan kelompok, serta antara kelompok dan kelompok

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

dalam hubungannya dengan segala kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam
yang disebut sebagai sistem sosial budaya, baik sebagai sesuatu yang dipelajari, dialami, dan
dibangun bersama secara sosial meliputi gagasan, nilai dan norma oleh para anggota suatu
masyarakat, sehingga membentuk totalitas yang berada diwilayah luar kota (perkotaan)
(Damsar, 2016).
1. Gagasan
Gagasan merupakan suatu konstruksi pemikiran yang dibangun secara sosial diantara
pengemban kebudayaan dalam menyikapi lingkungan dan alam sekitarnya. Gagasan pada
akhirnya berujung menjadi nilai, norma, pengetahuan dan teknologi. Hal terpenting dari
gagasan dalam sistem sosial budaya masyarakat pedesaan, berupa kearifan lokal atau
kearifan tradisi. Dalam studi sosiologi dan antorpologi, kearifan lokal tercermin dari
sistem pengetahuan dan teknologi lokal yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan relasi
mereka dengan alam sekitarnya.
2. Nilai
Nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman berarti, berharga dan pantas
atau tidak berarti, tidak berharga, tidak bernilai dan tidak pantas. Nilai terkait pula dengan
ide yang dimiliki secara bersama tentang sesuatu itu baik atau buruk, diharapkan atau tidak
diharapka (William, 1970: 27 dalam Damsar, 2016). Nilai yang terdapat dalam masyarakat
pedesaan banyak salah satunya kepercayaan (trust), resiprositas (merujuk pada gerakan
diantara kelompok – kelompok simetris yang saling berhubungan), dan rasa tanggung
jawab.
Dalam menyikapi nilai budaya dimasyarakat, terdapat kecondongan yang berasal dari
dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola tertentu, terhadap suatu objek berupa
manusia, hewan atau benda akibat pendirian dan perasaannya terhadap objek tersebut yang
disebut sebagai sikap. Sikap ini dipengaruhi oleh unsur – unsur nilai budaya, artinya
pendirian dan perasaan seseorang terhadap pekerjaan, terhadap manusia lain, terhadap
hewan atau benda yang dihadapinya bisa ditentukan oleh cara pandang secara umum dalam
masyarakat menilai objek – objek tadi. Sedangkan nilai budaya berada diluar dan diatas
individu itu sendiri.
Pengetahuan seseorang mengenai sistem nilai budaya (cultural value system) dan
mengenai sikap (attitudes) disebut dengan faktor mental, yang menimbulkan cara berfikir
tertentu. Cara berfikir tersebut mempengaruhi tindakan dan kelakuan dalam kehidupan
sehari – hari maupun dalam membuat keputusan yang penting dalam hidup
(Koentjaraningrat,1969).

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Gambar 1. Sistem nilai budaya

Kerangka untuk menuju sistem nilai budaya dalam suatu kebudayaan, diajukan
oleh ahli antropologi F.R. Kluckhon dan ahli sosiologi F.L Strodtbeck dalam bukunya
Variation in Value Orientation (1961), berpangkal kepada 5 masalah pokok dalam
kehidupan manusia yang bersifat universal dan yang berada dalam semua kebudayaan
dimanapun saja di dunia, yaitu :
1. Masalah mengenai hakikat dan sifat hidup manusia.
2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia.
3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu.
4. Masalah mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
5. Masalah mengenai hakikay dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Tabel 1. Kerangka Kluckhon mengenai lima masalah hidup yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia
Masalah Hidup Orientasi Nilai Budaya
Hakikat dan sifat Hidup itu Hidup itu baik Tetapi harus diperbaiki
hidup buruk Hidup itu buruk
Hakikat karya Karya itu Karya itu untuk Karya itu untuk
untuk hidup kedudukan menambah karya
Hakikat kedudukan Masa lalu Masa kini Masa depan
manusia dalam ruang
Hakikat hubungan Tunduk Mencari keselarasan Menguasai alam
manusia dengan terhadap alam dengan alam
alam
Hakikat hubungan Memandang Mementingkan rasa Mementingkan rasa tak
manusia dengan tokoh – tokoh ketergantungan kepada tergantung kepada
manusia atasan sesamanya (berjiwa sesamanya (berjiwa
gotong royong) individualis)
3. Norma

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Norma adalah aturan main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma
memberikan kita suatu cara dimana kita mengorientasikan diri terhadap orang lain. Norma
menuntun kita dalam melakukan definisi situasi. Sullivan dan Thompson (1984: 39-41
dalam Damsar, 2017) membagi tiga maca norma yaitu kebiasaan (folksways), tata
kelakuan (mores), dan hukum (law). Kebiasaan adalah cara yang lazim, wajar dan
berulang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap sesuatu. Horton dan Hunt
menjelaskan jika kebiasaan tersebut dikaitkan dengan gagasan tentang salah dan benar,
maka kebiasaan tersebut dipandang sebagai tata kelakuan. Tata kelakuan/ adat istiadat
adalah gagasan yang kuat mengenai salah dan benar yang menuntut tindakan tertentu dan
melarang yang lain. Tata kelakuan/ adat istiadat berkaitan erat dengan moral. Sedangkan
apabila tata kelakuan tersebut diformalkan dan dikodifikasikan dengan penerapan sanksi
dan hukuman oleh otoritas pemerintah, maka ia dipandang sebagai hukum.

V. Uraian Tugas
a. Objek Garapan : membuat video hasil : identifikasi berbagai kegiatan pertanian dan
non pertanian di pedasaan, analisis dan mendiskusikan kebudayaan dalam konsep
dan realita.

b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan :


1) Membaca bahan diskusi kebudayaan yang disediakan ;
2) Mengidentifikasi berbagai kegiatan pertanian dan non pertanian dipedesaan secara
kritis dan objektif.
3) Menganalisis dan mendiskusikan kebudayaan dalam konsep dan realita, mulai dari
kebudayaan religi, teknologi pertanian, bahasa, mata pencaharian, Pendidikan,
kesenian, dan kemasyarakatan.
4) Memvisualisasikan hasil kebudayaan dalam bentuk video.

c. Metodologi/ cara pengerjaan, acuan yang digunakan


1) Kelas dibagi menjadi kelompok (jumlah anggota kelompok sebanyak 5 – 8
orang)
2) Setiap kelompok diminta:
a. Menentukan lokasi kegiatan lapang setiap anggota kelompok.
b. Mengidentifikasi wujud kebudayaan dalam berbagai kegiatan pertanian dan
non pertanian yang ada dilokasi mahasiswa.
c. Mendiskusikan wujud kebudayaan dalam konsep dan realita, mulai dari
kebudayaan religi, teknologi pertanian, bahasa, mata pencaharian,

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

pendidikan, kesenian, dan kemasyarakatan dalam konteks gender dalam


pembangunan pertanian yang ada dilokasi.
d. Menuliskan hasil identifikasi dan diskusi di Form 1.
e. Membuat video wujud kebudayaan dari hasil pengamatan yang sudah
diidentifikasi dan dianalisis.
3) Tugas dikerjakan secara kelompok yang mana setiap anggota WAJIB
berpartisipasi dalam proses diskusi dan penyusunan vidio dengan ditunjang
berbagai sumber referensi (baik bersumber dari literatur maupun internet).
4) Hasil identifikasi dan diskusi kelompok dituliskan pada form 1 dan
divisualisasikan dalam bentuk video, selanjutnya dikumpulkan pada Google
Classroom sebagai kontrol output yang dihasilkan bagi Dosen Pengampu .
5) Pengerjaan form 1 dilakukan pada TM - 7 kuliah atau pertemuan ke 5 tutorial/
praktikum.
6) Vidio kebudayaan dikumpulkan sebelum terselenggaranya tutorial/ praktikum
TM ke – 8 kuliah/ TM ke 6 tutorial/ praktikum untuk didiskusikan pada saat
proses pembelajaran.
7) Setiap anggota kelompok mengisi Lembar Assestment Mahasiswa.

d. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan :


1) Lembar kerja form 1.
2) Vidio hasil kegiatan lapang.
3) Pengumpulan vidio hasil kegiatan lapang sebagai bukti progress yang telah dicapai
kepada Dosen Pengampu Matakuliah

VI.Format Vidio
a. Vidio bisa berupa vlog, film pendek, a day in life, atau lainnya.
b. Berdurasi sekitar 2 – 7 menit dalam format file MP4, AVI atau MPEG dengan size
diperkirakan tidak terlalu besar.
c. Karya orisinil (karya sendiri).
d. karya yang dibuat merupakan hasil dari identifikasi dan analisa wujud kebudayaan
masyarakat pedesaan dilokasi yang sudah ditentukan oleh masing – masing
anggota kelompok..
e. Video sekreatif mungkin tanpa ada unsur SARA.
f. Video tidak melanggar HAKI (tidak memplagiasi karya orang lain).

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

g. Wajib terdapat teks (bahasa Indonesia atau Inggris – usahakan dalam video
tersebut ada bahasa daerah masing-masing wilayah yang kemudian disubtitle
dalam bahasa Indonesia/Inggris).
h. Terdapat gambar, tabel, diagram atau pendukung lain – lain yang relevan
(usahakan ada sumbernya jika mengambil dari pihak lain).
i. Konsep/ide, pesan dan deskripsi yang disampaikan dalam video tersebut harus
jelas sehingga video menarik dan mudah dipahami.
j. Link video kreatif dikirimkan pada google classroom masing-masing kelas (pada
classwork yang sudah disediakan oleh pengampu tutorial/praktikum kelas
masing-masing).

VII. Kriteria Penilaian :


a. Kriteria Penilaian Bagi Dosen:
Kriteria penilaian yang akan digunakan antara lain:
• Kejelasan penyampaian ide/gagasan
• Kebenaran konsep yang digunakan untuk melakukan analisa
• Keruntutan penyajian
• Ketuntasan pembahasan kebudayaan masyarakat pedesaan dan pertanian.

b. Kriteria Penilaian Bagi Mahasiswa:


Kriteria penilaian yang akan digunakan antara lain:
• Keaktifan memberikan ide dalam kelompok dan keaktifan berargumentasi sebelum
kesepakatan diterima bersama
• Kesediaan untuk menerima ide dalam kelompok
• Kesediaan untuk berbagi tugas dalam kelompok
• Kepedulian terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kelompok
Form 1

Tuliskan ide pembuatan Vidio hasil identifikasi dan analisis wujud kebudayaan
dalam dilokasi kegiatan

Pada kelas tutorial mata kuliah Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, mahasiswa diberi
tugas untuk mewawancarai petani yang ada di sekitar tempat tinggal. Mahasiswa diminta
untuk menganalisis dan mendiskusikan kebudayaan yang ada dipetani dalam konsep dan
realita. Kelompok 2 memutuskan untuk mengangkat tema “Bahasa”. Tema ini dipilih

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

karena sektor pertanian pasti terhubung dengan banyak masyarakat yang bisa saja berasal
dari suku yang berbeda. Setiap daerah pasti memiliki dialeknya masing-masing dalam
berbicara. Ide pembuatan video didapatkan dari diskusi yang telah dilakukan oleh anggota
kelompok 2 melalui chat Whatsapp. Kelompok kami menentukan pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada petani. Pertanyaan pertama yang kami tanyakan kepada petani adalah
mengenai informasi petani tersebut seperti nama, asal daerah, dan lama waktu bertani.
Pertanyaan kedua yang ditanyakan adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh petani.
Pertanyaan ketiga adalah cara para petani menjalin komunikasi yang baik kepada
masyarakat lain yang berasal dari suku yang berbeda yang terlibat dalam sistem pertanian.
Petani yang pertama adalah petani yang ada di Dusun 11, Desa Bandar Agung, Kec.
Bandar Sribhawono, Kab. Lampung Timur. Petani ini sudah bertani selama setahun karena
masih muda dan baru memulai bertani. Bahasa yang digunakan dalam sehari-hari adalah
bahasa Jawa. Di daerah lampung, banyak masyarakat yang bermigarasi, seperti masyarakat
yang berasla dari Jawa dan Bali. Karena daerah lampung menjadi daerah migrasi, banyak
juga petani yang menggunakan bahasa Indonesia dan tidak terdapat masalah dalam
berkomunikasi.
Petani yang kedua adalah petani yang ada di Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang,
Sumatera Utara pada jam 12.00 WIB. Wawancara ini dimulai dengan perkenalan saya
dengan petani. Di wawancara ini, Ibu Enon yang bekerja sebagai seorang petani
menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Karo sebagai bahasa sehari-hari. Ibu Enon
telah bertani sejak kecil karena dibawa oleh ibunya. Ibu Enon memperoleh ilmu pertanian
dari sesama petani dan penyuluh. Di wawancara ini, Ibu Enon memberitahu saya bahwa
pihak yang terhubung adalah kilang jagung yang berasal dari suku jawa dan penyuluh dari
produk pertanian. Dalam berkomunikasi dengan pihak kilang jagung, tidak terjadi masalah.
Hal ini disebabkan oleh pihak kilang telah lama tinggal di daerah karo dan sudah fasih
dalam berbahasa karo. Mereka juga tetap berkomunikasi dengan baik meskipun berasal dari
suku yang berbeda. Pihak kilang juga sudah memaklumi dialek dari para petani begitu juga
dengan para petani. Hubungan dengan sesama petani juga baik karena saling membantu
dan bertukar informasi mengenai sistem bertani. Masyarakat Karo biasanya menyebutkan
kegiatan ini sebagai Aron yang berarti bahwa gotong-royong dalam mengurus lahan.
Petani yang ketiga adalah petani yang ada di Kota Padang. Petani ini berasal dari Aceh,
tetapi mampu berbahasa Minang dan Indonesia. Petani ini merupakan anak muda yang
orangtuanya sudah memiliki lahan sendiri. Orangtuanya sudah bertani selama 12 tahun.
Petani ini sudah fasih dalam berbahasa minang karena pada saat pindah ke Padang, mereka
mulai mempelajari bahasa Minang agar mampu bersosialisasi dengan baik dengan
penduduk setempat.

2
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN
Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Petani yang keempat adalah petani yang ada di Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah,
Kabupaten Bandung Barat, Jawa barat. Pertanyaan yang ditanyakan adalah identitas,
bahasa yang digunakan sehari-hari, dan komunikasi yang dilakukan dengan masyarakat
lain. Petani ini bernama Bapak Oleh dan sudah menempat di daerah tersebut selama 20
tahun dan bertani di Komplek Bukit Permata Cimahi. Lahan yang diolah oleh petani ini
berada di dalma komplek dan hasil panen dikonsumsi sendiri karena lahan yang digunakan
tidak terlalu luas. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan petani lain adalah
bahasa Sunda. Petani yang ada di daerah tersebut tidak ada yang berasal dari suku lain.
Akan tetapi, pada saat komunikasi dengan mahasiswa yang melakukan wawancara seputar
pertanian, petani ini menggunakan campuran dari bahasa Sunda dan Indonesia. Kendala
yang biasa diperoleh berasal dari para anak muda yang berasal dari daerah lain. Untuk
solusinya, para anak muda dapat mempelajari bahasa Sunda agar mempermudah proses
komunikasi.
Petani yang kelima adalah petani yang ada di Kelurahan Tani. Petani tersebut adalah
Bapak Tomo yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sekar. Bapak Tomo bertani di daerah
Lowokwaru, Kota Malang. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa dan
Indonesia. Masalah yang didapati adalah sulitnya berkomunikasi dengan mahasiswa yang
melakukan wawancara dengan petani karena mayoritas petani yang ada di daerah tersebut
menggunakna bahasa Jawa dalam kesehariannya.
Petani yang ketujuh adalah petani yang ada di Desa Punten, Kota Batu, Jawa Timur.
Pak Adi mengaku bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari antarpetani adalah bahasa
Jawa, lebih tepatnya bahasa jawa timuran. Karena Pak Adi berpendapat bahwasannya
bahasa jawa yang terdapat di jawa tengah, jawa timur, dan jawa barat memiliki keragaman
dialek dan ciri khas yang berbeda di masing-masing daerah, sedangkan untuk
berkomunikasi dengan petani yang bukan suku jawa, mereka menggunakan bahasa
Indonesia. Namun, hal ini jarang diterapkan karena 80% petani dari daerah tersebut berasal
dari jawa dan menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya.

Anda mungkin juga menyukai