Anda di halaman 1dari 12

Jurnal ISSN 2302-528X

Magister Hukum Udayana • Desember 2015 Vol. 4, No. 4 : 688 - 699


(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

KEWENANGAN PEMERINTAH
DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN KEBIJAKAN

Oleh :
Ni Luh Gede Astariyani1

ABSTRACT

Shifting the notion countries formal law into state law meteriil (wefare staat) within the
PHDQLQJ RI WKH ZHOIDUH VWDWH DJHQF\ RU RI¿FLDO $GPLQLVWUDWLYH RIWHQ WDNH D YDULHW\ RI VSHFL¿F
policy measures, among others, creating what is commonly called policy rule(beleidsregel).
Such products can not be separated from the association Freies ermessen. In order setting
is a rule or rules of conduct set that regulation (Regeling) can be found in the legislation
(Algemeen verbindende voorschriften) internal rules that apply to the (interne regelingen)
and policy (beleidrege). Establishing the policy rule (beleidsregel) is located on the
EHRRUGHOLQJVUXLPWH VSDFH FRQVLGHUDWLRQV JLYHQ E\ WKH OHJLVODWRUV WR RI¿FLDOV RU JRYHUQLQJ
bodies to take action on its own initiative public law that is setting, determination and positive
action to resolve the problem- governance problems faced. Freis ermessen only intended use
in the public interest. Freis ernessen implementation should be morally accountable to God
Almighty, uphold the dignity and the degree of human dignity and the values of truth and
justice, promoting unity and oneness, for the sake of joint / public interest. Tests on policy
rule is more geared to doelmatigheid guided by the general principles of good governance

Keywords: Authority And Policy Rule

I. PENDAHULUAN penting gagasan tentang negara hukum


1.1 Latar Belakang yaitu:
Pengaturan dalam konstitusi yaitu a. kekuasaan memerintah didasarkan
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945, bahwa pada kewenangan yang diperoleh dari
Negara Indonesia adalah negara hukum UUD dan atau UU (wetmatigheid van
mengandung yang memiliki arti luas tentang bestuur);
keberlakuan prinsip negara berdasarkan b. Perlindungan HAM oleh pemerintah
hukum (rechtsstaat) seperti di pada negara (grondrechten);
lain. Dalam negara hukum kesejahteraan c. Adanya pemisahan kekuasaan , yang
(welfare state) dimana tugas pemerintah berimbang dan saling mengawasi
yang paling utama adalah memberikan (machtsverdeling); dan
pelayanan umum atau mengusahkan d. Setiap tindakan pemerintahant
kesejahteraan bagi setiap warga negara, dan dikontrol oleh badan peradilan yang
memberikan perlindungan bagi warga negara menilai secara bebas sahnya perbuatan
dalam pelaksanaan pemerintahan. Willem tersebut (rechterlijke controle).2
Koninjnenbelt, menyatakan unsure-unsur

1 2
Penulis Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana, Willem Konijnenbelt, 1988, Hoofdstukken van
email: astariyani99@yahoo.com Administratief Recht, Lemma, hlm.36 – 37.

688
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015
Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

Di dalam literatur rechtsstaat en Stur- laksanakan berupa penyelenggaraan kebi-


ing yang ditulis oleh Bevens dinyatakan bah- jakan dan Manajemen ASN dengan mengu-
wa kekuasaan peme-rintah (bestuur) yang tamakan landasan peraturan perundang-un-
menjadi objek hukum administrasi adalah dangan, kepatutan, dan keadilan. Sifat aktif
kekuasaan negara di luar kekuasaan legis- pemerintah seperti yang digambarkan dalam
latif dan yudisiil yang lebih dikenal dengan konsep sturen dimaksudkan dalam bertin-
istilah bestuur. Konsep bestuur mengandung dak tidak terbatas pada perbuatan keputusan
konsep sturing (sturen). Konsep sturen pada atau pengaturan saja melainkan ikut serta
dasarnya mengandung unsur-unsur: dalam perumusan kebijakan dan evaluasi
1) Sturen merupakan kegiatan kontiniu; kebijakan. Sturen berkaitan dengan penggu-
kekuasaan pemerintah dalam naan kekuasaan dan penggunaan kekuasaan
menerbitkan izin men-dirikan harus dilandaskan pada azas negara hukum,
bangunan dan lain-lain. azas demokrasi dan azas instrumental. Azas
2) Sturen berkaitan dengan peng-gunaan negara hukum berkaitan dengan azas wet
kekuasaan; konsep keku-asaan adalah en rechtmatig van bestuur. Azas demokrasi
konsep hukum publik.. berkaitan dengan azas keterbukaan dan tidak
3) Sturen meliputi bidang di luar sekedar adanya badan perwakilan rakyat,
kekuasaan legislasi dan yudisial, tetapi juga memberikan kesempatan kepa-
namun kekuasaan ini lebih luas dari da masyarakat untuk berperan serta dalam
kekuasaan eksekutif. pengambilan keputusan. Azas instrumental
Undang-Undang No 5 Tahun 2014 berkaitan dengan hakekat hukum admin-
tentang Aparatur Sipil Negara mengatur istrasi sebagai instrumen. Dalam kaitan ini
tentang asas Penyelenggaraan kebijakan D]DV HIHNWL¿WDV doeltreffenheid: hasil guna)
dan manajemen Aparatur Sipil Negara yaitu GDQ H¿VLHQVL doelmatigheid: daya guna) ha-
dalam Pasal 2 pada prinsipnya asas tersebut rus diperhatikan dalam pelaksanaan pemer-
antara lain : intahan.
a. pengaturan kepastian hukum; Kekuasaan pemerintahan tidak hanya
b. profesionalitas; sebagai kekuasaan terikat melalui prinsip
c. proporsionalitas; wetmatigheid saja, tetapi dalam batas
d. keterpaduan; tertentu memiliki ruang diskresi tidak murni.
e. delegasi; Diskresi murni merupakan kebebasan untuk
f. netralitas; memutuskan secara mandiri. Sedangkan
g. akuntabilitas; diskresi tidak murni adalah kebebasan untuk
K HIHNWLI GDQ H¿VLHQ melakukan inter-pretasi terhadap ketentuan
i. keterbukaan; norma hukum yang samar-samar. Untuk
j. nondiskriminatif; menjangkau kekuasaan diskresi di beberapa
k. persatuan dan kesatuan; negara dewasa ini dalam kaitan dengan
l. keadilan dan kesetaraan; dan rechtmetigheid van bestuur dikembangkan
m. kesejahteraan. asas-asas umum pemerintahan yang baik
Dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Asas-
bentuk penerapan asas kepastian hukum di- asas pemerintahan yang baik tersebut apabila

689
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015 Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

dikaitkan dengan asas-asas penyelenggaraan hukum didasarkan atas asas legalitas, apakah
negara dalam Undang-Undang No 28 dalam negara hukum pemerintah dapat
Tahun1999 yang oleh Penjelesan Pasal 53 membuat kebijakan.
ayat (2) UU PTUN Tahun 2004 disamakan
dengan asas-asas umum pemerintahan II. Metode Penelitian
yang baik, disebutkan bahwa asas umum Penulisan ini menggunakan jenis
penyelenggara negara yang baik adalah asas penelitian hukum normatif dengan
yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, pendekatan konsep, pendekatan histories,
kepatutan dan norma hukum, untuk SHQGHNDWDQ ¿OVDIDW, pendekatan kasus dan
mewujudkan penyelenggara negara yang pendekatan kontekstual terkait penerapan
bersih dan bebas dari korupsi kolusi dan hukum. Dalam penelitian hukum normative
nepotisme. Pada prinsipnya asas-asas umum menggunakan sumber bahan hukum yang
pemerintahan yang baik yaitu asas-asas digunakan adalah bahan hukum primer
hukum yang harus diperhatikan oleh para dan bahan hukum sekunder.Metode
penyelenggara negara.3 Apabila diasumsikan Pengumpulan Bahan Hukum dengan studi
hukum administrasi adalah pemerintahan dokumentasi. Analisis Bahan Hukum dalam
yang sah, maka azas keabsahan dalam kajian ini adalah teknik menggunakan
pemerintahan memiliki 3 fungsi yaitu : teknis analisis deskripsi, interpretasi dengan
1. Untuk penyelenggara pemerintahan berpedoman pada paradigma interpretivisme,
azas keabsahan berperan sebagai dasar sistematisasi, argumentasi dan evaluasi.
hukum penyelenggaraan pemerintahan
(bestuurs-normen); III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Untuk penerapannya bagi yang 3.1 Kewenangan Pemerintah Dalam
dikenai pengaturan azas keabsahan Tata Pengaturan
berfungsi sebagai alasan peng-ajuan A. Hamid S. Attamimi di dalam
gugatan terhadap tindak pemerintahan pidato purna bakti yang berjudul Hukum
(beroepsgronden); dan Tentang Peraturan Perundang-undangan
3. bagi lembaga peradilan (hakim) azas dan Peraturan Kebijakan (Hukum Tata
keabsahan berfungsi sebagai dasar Pengaturan) mengunakan istilah tata
pengukian suatu tindak pemerintahan pengaturan pertama kali . Dalam kaitannya
(toetsingsgronden). dengan tata pengaturan : Tata berarti aturan,
susunan, sistem.4 peraturan, cara. Pengaturan
1.2 Rumusan Masalah berarti proses, cara, perbuatan mengatur.5
Dengan mengkaji pada asas negara Maka dapat disimpulkan pengertian tata
hukum dan kekuasaan pemerintah maka pengaturan adalah suatu aturan atau kaidah
dalam negara hukum segala tindakan di tentang perbuatan mengatur yang bentuk
dasarkan atas hukum, karena teori negara pengaturannya (regeling) dapat dijumpai pada

3
I Nyoman Suyatna, 2011, Ringkasan Disertasi :
4
Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam W.J.S.Poerwadarminta, 2003, Kamus Umum Bahasa
Pembentukan Peraturan Daerah, Program Studi Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka Jakarta,
Doktok Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas hlm.1024.
5
Brawijaya, Malang, hlm.39. Ibid, hlm.65.

690
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015
Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

peraturan perundang-undangan (algemeen pemaksa dan sanksi ketentuan pidana,


verbindende voorschriften) peraturan intern pada hakekatnya dalah fungsi legislative
yang berlaku ke dalam (interne regelingen ) yang bersumber pada volunte generale.
dan peraturan kebijakan (beleidrege ). Pemerintah yang dapat berwujud raja atau
Pengaturan (regeling) memiliki makna penguasa merupakan lembaga perantara
lebih luas dari pada peraturan perundang- antara rakyat dan negara dan bertugas
undangan (wetgeving) dan keputusan melaksanakan peraturan tersebut. Hanya
(beschiking) Dalam tata pengaturan yang dalam perkembangannya yang datang
menjadi bagiannya adalah Peraturan kemudian pelaksanaan fungsi reglementer
Perundang-undangan dalam Konteks Hukum dan berdasarkan fungsi eksekutif didasarkan
Tata Negara dan Peraturan Kebijakan yang pada peraturan negara yang lebih tinggi dalam
masuk dalam Hukum Administrasi Negara. wujud kewenangan atribusi dan delegasi, oleh
Attamimi menyatakan tata pengaturan karena itu dilihat dari fungsi pengaturan oleh
mencakup semua jenis peraturan perundang- negara ( staatliche rectssetzung ) diperlukan
undangan yang memang merupakan satu adanya suatu tata pengaturan. Dalam tata
rangkaian yang berkaitan semua peraturan pengaturan tentunya harus dilihat dari apa
kebijakan yang seringkali format, bentuk permasalahannya. Adanya kelompok yang
serta daya ikatnya dirasakan masyarakat beranggapan bahwa hukum yang mengatur
tidak berbeda dengan peraturan perundang- kewenangan tersebut dan atribusi serta
undangan.6 delegasinya termasuk dalam Hukum Tata
Negara. Ada pula yang berpendapat bahwa
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi
hukum yang mengatur keputusan dalam
negara Van Vollenhoven yang membagi
arti umum (besluiten) termasuk keputusan
atas empat fungsi (catur praja) yaitu
(besluit) pembentukan undang-undang ke
regeling (pengaturan), bestuur ( pemerintah
dalam Hukum Administrasi Negara, akan
dalam arti sempit ketataprajaan), politie
memasukkan Hukum Tata Pengaturan ke
(keamanan), dan rechtspraak (peradilan).7
dalam Hukum Administrasi Negara. Namun
Fungsi bestuur, politie, rechtspraak dewasa
ada yang berpendapat bahwa hukum yang
ini telah berkembang menjadi bestuursrecht,
mengatur kehidupan kenegaraan perlu
politierecht, rechtspraaksrecht nampaknya
dibagi. Untuk menelaah dalam konteks
fungsi regeling belum menjadi regelingrecht.
HAN dan pengembangannya dewasa ini
Dilihat dari kewenangan pembentukan
di Indonesia. Tetapi sebelum menelaah
pengaturan dalam suatu negara terhadap
dalam konteks HAN tersebut, secara garis
warga negara dan penduduk secara umum
besar perlu disinggung beberapa pengertian
(dari segi adresssat) dan secara abtsrak
tentang negara misalnya Negara Hukum
(dari yang diatur) beserta ketentusn sanksi
(rechtstaat), Negara Nasional (nasional
statae ), Negara Territorial Modern (modern
6
A.Hamid.S.Attamimi Attamimi, A.Hamid S. 1993, territorial state) dan mengenai Kekuasaan
Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan
Peraturan Kebijakan (Hukum Tata Pengaturan), Negara (public power) dalam pembagian
Pidato Purna Bahakti Guru Besar Tetap Fakultas atau pendelegasian serta kebijaksanaan
Hukum Universitas Indonesia, hlm.17.
7
Diana Halim Koentjoro, 2004, Hukum Adminitrsi negara ( public policy) yang mempengaruhi
Negara, Ghalia Indonesia, hlm 17.
perkembangan HAN.

691
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015 Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

Menurut pendapat Heinz Schaffer regulations dan legislatin” dan bentuk-


yang dikutip oleh Attmimi menyatakan bentuk statutory instruments lainnya
bahwa masalah-masalah teoritis dan sangat beranekaragam. Bahkan ada pula
praktis tentang ilmu pembentukan hukum dalam bentuk tertentu sebagai policy rules
(rechtssetzungslehre) tidaklah hanya meliputi atau beleidregels dalam bentuk peraturan
pembentukan undang-undang ( gezet ) dalam kebijakan dan bukan peraturan perundang-
arti formal semata-mata, melainkan juga undangan. Keanekaragaman peraturan-
meliputi pembentukan seluruh peraturan peraturan itu yang merupakan tata pengaturan
yang berlaku umum.8 Menurut pendapat keberadaannya sangat tergantung pada :
Van der Vlies yang dikutip oleh Attamimi 1). Tingkatan kepentingan ;
dalam disertasinya mengemukakan 2). Relevansi materi muatan yang hendak
pengaturan (regeling) ialah dalam bentuk diaturnya ;
peraturan perundang-undangan (algemeen 3). Lembaga atau organ jabatan
verbindende voorschriften), peraturan kenegaraan dan pemerintahan yang
intern yang berlaku ke dalam bagi lembaga diberi wewenang untuk menetapkannya
penyelenggara (interne regelingen), dan menjadi peraturan.
peraturan kebijakan (beleidregels). Dalam penyelenggraaan
Menurut Jimly Asshiddiqie terdapat pemerintahan negara terdapat dua jenis
empat kategori peraturan tertulis yang peraturan yang berlaku secara berdampingan
penting mendapat perhatian yaitu : yaitu peraturan perundang-undangan dan
1). Bentuk peraturan perundang-undangan peraturan kebijakan.
yang umum, memiliki keberlakuan Mengingat kedudukan badan
umum, bersifat abstrak, karena tidak administrasi negara sedemikian penting
menunjuk kepada hal kongkret yang dan menentukan, maka peraturan kebijakan
sudah ada sebelum peraturan itu dalam bentuk peraturan maupun dalam
ditetapkan ; bentuk keputusan baik di pusat maupun di
2). Bentuk Peraturan perundang-undangan daerah yang berfungsi pengaturan. Fungsi
yang khusus karena subyek yang pengaturan adalah bagian yang essensial
diaturnya, yaitu dengan keberlakuan dari Negara Republik Indonesia sebagai
bagi subyek hukum tertentu; negara hukum sosial ( sociale rechtstaat),
3). Bentuk Peraturan perundang- dalam arti bahwa sociale rechtstaat itu
undangan yang khusus karena wilayah tidak mungkin mencapai tujuan atau tidak
berlakunya wilayah lokal tertentu ; mungkin menjadi kenyataan tanpa adanya
4). Bentuk Peraturan perundang-undangan tata pengaturan dalam bentuk peraturan
yang khusus karena daya ikat materinya kebijakan yang merupakan perwujudan
berlaku internal.9 kebebasan bertindak oleh Pejabat Tata
Bentuk dan jenis pengaturan tertulis Usaha Negara berdasarkan wewenang tidak
yang dikenal dengan peraturan atau “regels, terikat. Apabila diperhatikan pandangan
tersebut, maka kenyataannnya dalam praktik
8
A. Hamid.S.Attamimi Attamimi, op.cit, hlm.18.
pemerintahan daerah, nampaknya peraturan
9
A.Hamid.S.Attamimi Attamimi,1993, op.cit, hlm.18. kebijakan dewasa ini, banyak yang bersifat

692
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015
Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

mengatur dan bahkan mengikat warga secara dapat dikatakan sebagai bentuk Peraturan
umum. Hal ini merupakan masalah karena Perundang-undangan, sedangkan ditinjau
badan atau pejabat yang mengeluarkan dari fungsi atau materi muatannya mirip
keputusan tidak memiliki kewenangan untuk dengan Peraturan Perundang-undangan.
mengatur, lebih-lebih untuk mengikat warga Dalam kaitannya dengan
secara umum. pengatribusian dan pendelegasian A.Hamid.
Tugas pemerintahan tidak hanya S.Attamimi mengemukakan :
menerapkan ketentuan yang tertulis dalam Selain jenis dan bentuk peraturan
dalam pengaturan karena pembuat hukum perundang-undangan yang dibentuk
tidak akan mamapu memperhitungkan situasi berdasarkan fungsi legislative,
kongkrit yang timbul dalam penerapannya. diperlukan bagi penyelengara
Pergeseran pemikian negera hukum formil kebijakan pemerintahan yang tidak
menjadi negara hukum meteriil ( wefare terikat (vrijbeleid) pun tentunya
staat) tidak mungkin segala sesuatu ditur akan dikeluarkan juga berbagai
dalam peraturan perundang-undangan peraturan kebijakan (beleidsregel)
dengan kompleksnya tugas pemerintah, yang diadasrkan pada kewenangan
badan pemerintah yang dilakukan eksekutif.11
pemerintah, badan-badan pembuat undang- Peraturan kebijakan (beleidsregel)
undang berkecendrungan memberikan lebih terjadi dalam bentuk yang berlainan,
banyak kebebasan untuk melaksanakan melakukan pemerintah yang bebas ( tidak
pemerintahan.10 terikat). Penyelenggaraan pemerintahan yang
tidak terikat ini memberi kesempatan bebas
3.2 Peraturan Kebijakan bagi fungsi pengaturan secara administratif
Penyelenggaraan kebijakan pemerintah akibatnya dapat dibayangkan betapa
merupakan penentuan kebijakan dalam banyaknya peraturan perundang-undangan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dan peraturan kebijakan yang belum tentu
yang diarahkan untuk peningkatan semuanya memenuhi syarat asas perundang-
pelayanan dan pemberdayaan dalam rangka undangan dan asas kebijakan yang patut.
penyelenggaraan kepentingan umum Dengan demikian maka dalam praktik
kesejahteraan masyarakat. penyelenggaraan pemerintahan terdapat
Pemerintah dalam melaksanakan jenis peraturan yang dapat berlaku secara
tugas-tugas pemerintahan dibebankan oleh berdampingan, yaitu peraturan perundang-
pembentuk Undang-undang seringkali undangan dan peraturan kebijakan. Kedua
terjadi, bahwa tindakan pelanggaran berupa jenis peraturan perundang-undangan itu
kebijakan dalam bentuk peraturan yang dalam kenyataan tidak mudah untuk
ditujukan kepada masyarakat. Peraturan dibedakan dan disamakan. Badan atau
tersebut terjadi tanpa mempunyai wewenang Pejabat Tata Usaha Negara sebagai penentu
membuat peraturan. Gejala ini tidak kebijakan dewasa ini seringkali melakukan
tindakan-tindakan berupa keputusan yang
10
Philipus M Hadjon, 1988, Pengertian-
Pengertian dasar Tentang Tindak Pemerintahan
11
(Besturhandeli),hlm.44. A.Hamid S. Attamimi, 1993, op.cit, hlm.5.

693
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015 Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

tidak memenuhi syarat menurut hukum yang berkarakter Fries Ermessen dalam
sama sekali sehingga muncul dalih fries bentuk tertulis dan mengikat pada warga.
ermessen dan demi kepentingan umum atau Materi muatan pengaturannya memuat aturan
pembangunan. Untuk menghindari dan umum (algemene regel) tersendiri yang
mengantisipasi hal tersebut perlu diupayakan melampaui cakupan kaidah ( materialsphere)
agar peraturan kebijakan memenuhi syarat- peraturan perundang-undangan yang dibuat
syarat asas pemerintahan yang baik dan pengaturan secara operasional.Lembaga yang
patut. membuat peraturan kebijakan (beleidsregel
Dapat disimpulkan bahwa yang ) tidak memiliki kewenangan membentuk
berdasarkan kebebasan bertindak dapat perundang-undangan namun secara tidak
mempunyai kekuatan mengikat sebagai : langsung mengikat para warga sebagaimana
1. Memiliki kekuatan mengikat apabila halnya dengan kaidah-kaidah “ juridische
pembentukannya berdasarkan regels”. Dapat disimpulkan bahwa bentuk
kewenangan delegasi suatu undang- peraturan kebijakan bukanlah peraturan
undang. perundang-undangan. Karena lembaga
2. Apabila pembentukannya berasal dari yang membentuk peraturan kebijakan
kebebasan penilaian atau kebebasan tidak memiliki kewenangan pembuatan
interpretasi. peraturan perundang-undangan (wetgevende
bevoegdheid). Bentuk peraturan kebijakan
3.2.1 Dasar Pembuatan. tidak langsung mengikat secara hukum,
Menurut Belifante peraturan tetapi mempunyai relevansi hukum.
perundang-undangan semu adalah : Pembentukan peraturan kebijakan
(beleidsregel) didasarkan pada adanya
Tindakan hukum administrasi yang beoordelingsruimte (ruang pertimbangan)
bukan merupakan peraturan umum agar mengambil tindakan hukum publik
yang mengikat yang timbul menurut yang bersifat pengaturan yang diberikan
peraturan untuk itu dalam Hukum Tata pembentuk undang-undang kepada pejabat
Negara atau ditetapkan oleh badan atau badan-badan pemerintahan atas inisiatif
yang dinyatakan berwenang, dalam sendiri. Inisiatif ini berupa tindakan nyata
Hukum Tata Negara untuk perundang- yang positif guna menyelesaikan masalah-
undangan dalam arti material, masalah penyelenggaraan pemerintahan
melainkan dalam bentuk kebijaksanaan yang dihadapi pada saat tertentu yang
yang bentuk penerapannya dalam memerlukan pengaturan .
bidang hukum administrasi12 Ruang pertimbangan (beoordeling
sruimte) dikenal ada 2 bentuk yaitu
Peraturan kebijakan (beleidsregel) subjectieve beoordelingsruimte dan
dibentuk sebagai perwujudan Fries Ermessen objectieve beoordelingsruimte. Subjectieve
(discretionary power) yaitu kewenanagan beoordelingsruimte mengandung penger-
tian ruang pertimbangan yang bersifat
12
umum dan bebas semata-mata berdasarkan
Johanes Usfunan, 2002, Perbuatan pemerintah yang
dapat Digugat, Djambatan, Jakarta, hlm.109. pertimbangan subyektif. Istilah lain dari

694
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015
Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

subjectieve beoordelingsruimte adalah undangan memberi kesempatan


beoordelingsvrijheid, discretionaire kepada organ pemerintahan wewenang
bevvoeghdheid, freies ermessen tertentu, sedangkan organ bebas untuk
dan beleidsvrijheid. Objectieve (tidak) menggunakannya meskipun
beoordelingsruimte mengandung pengertian syarat-syarat bagi penggunaannya
adanya ruang pertimbangan yang bersifat secara sah dipenuhi ;
interprestasi yang diberikan pembentuk 2. Dalam bentuk kebebasan penilaian
undang-undang kepada pejabat atau Badan (wewenang diskret) dalam arti yang
Administrasi Negara untuk melaksanakan tidak sesungguhnya) ada, menurut
tindakan hukum publik menurut situasi hukum diserahkan kepada organ
kondisi dan obyek permasalahan yang pemerintahan untuk menilai secara
obyektif. Ruang pertimbangan yang mandiri dan eksklusif apakah syarat-
diberikan oleh pembentuk undang-undang syarat bagi pelaksanaan wewenang
umumnya hanya dengan criteria yang samar- secara sah telah terpenuhi sehingga
samar..13 dibentuk pengaturan dalam bentuk
Peraturan kebijakan yang dibentuk peraturan.14
didasarkan atas kebebasan bertindak Ann Seidman dalam bukunya
harus diberi limit / batas atau tolak ukur, Penyusunan Rancangan Undang-Undang
apapun bentuk kebebasan yang akan Dalam Masyarakat Yang Demokratis
dipergunakan hendaknya harus ada ruang menyatakan pembatasan dalam pembentukan
yang diberikan oleh pembentuk undang- Peraturan Kebijakan :15
undang sehingga wewenang untuk bebas 1. Adanya batas kewenangan yang
bertindak, sehingga tidak terjadi penyalah diberikan dalam undang-undang
gunaan wewenang atau sewenang-wenang. utama pada instansi yang membentuk
Penerapan asas kebebasan bertindak peraturan ;
dalam peraturan kebijakan merupakan 2. Pembenutkan peraturan Tidak
bentuk sikap tindak organ pemerintahan. dibenarkan adanya pertentangan
Menurut J.B.J. M. Ten Berrge adalah bentuk dengan Peraturan Perundang-undangan
kebebasan yang diizinkan / dibolehkan lainnya ;
oleh peraturan perundang-undangan bagi 3. Adanya keharusan untuk memenuhi
organ pemerintahan untuk membentuk ketentuan-ketentuan dalam hhukum
keputusan dapat dibedakan dalam kebebasan administrasi negara .
kebijaksanaan dan kebebasan penilaian, Dalam pembentukan peraturan
yaitu : kebijakan menurut Sjachran Basah
1. Dalam bentuk kebebasan kebijaksanaan menyatakan adanya pembatasan keleluasan
dalam bentuk (wewenang diskret dalam dalam menentukan kebijakan dengan dua
arti sempit) bila Peraturan Perundang-
14
J.B.J.M.Ten Berge, et al, 1991, Pengantar Hukum
13
Lukman,Marcus 1997, Eksistensi Peraturan Kebijakan Peizinan, disunting oleh Philipus M.Hadjon, Utrecht,
Dalam Bidang Perencanaaan Dan Pelaksanaaan hlm.8.
15
Rencana Pembangunan Di Daerah Serta Dampak Seidman, Ann et.all, 2001, Penyusunan Rancangan
Terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Undang-Undang Dalam Masyarakat Yang Demokratis,
Nasional, Disertasi UNPAD Bandung, hlm. 187-189. Terjemahan ELIPS Jakarta hlm.374.

695
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015 Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

batas yaitu adanya pembatasan batas atas “Peraturan Kebijakan (beleidsregel)


dan pembatasan dalam bentuk batas bawah. hanya bisa timbul bila wewenang-
Batas atas adalah adalah ketaat asasan wewenang pemerintahan tidak terikat
ketentuan perundang-undangan berdasarkan secara mutlak. Peraturan Kebijakan
asas taat asas yaitu bentuk pengaturan dalam praktek pemerintahan, …
yang berederajat lebih rendah tidak boleh melalui aturan-aturan kebijakan
bertentangan dengan peratura yang lebih diberi isi pada norma-norma yang
tinggi. Batas bawah adalah peraturan yang hendak ditetapkan guna kepentingan
dibuat tidak boleh melanggar hak dan perlindungan.Aturan-aturan kebijakan
kewajiban asasi manusia16. diberi isi norma-norma yang hendak
ditetapkan guna kepentingan
3.2.2. Karakteristik Peraturan Kebijakan perlindungan. Aturan-aturan kebijakan
Van Kreveld mengemukakan, tidak bersandar pada suatu wewenang
peraturan kebijakan umumnya mempunyai umum yang ditarik dari pendelgasian
ciri-ciri berikut : sehingga bukan merupakan bentuk
a. Bentuk peraturan itu baik secara pengaturan. Suatu konsekuensi
langsung maupun tidak tanpa ada penting dari hal ini adalah bahwa
dasar kewenangan dari Undang- warga ( masyarakat ) tidak dapat diikat
Undang Dasar atau pada Undang- oleh aturan-aturan kebijakan. Namun
undang; organ pelaksana memang mengikat
b. Peraturan itu dapat : diri sendiri.”18
(1). Dalam bentuk tidak tertulis dalam
bentuk rangkaian keputusan H.M.Laica marzuki mengemukakan
instansi pemerintah yang berdiri unsur-unsur peraturan kebijakan antara lain:
sendiri untuk menyelenggarakan 1. Dikeluarkan oleh pejabat pemerintah
kewenangan pemerintahan yang sebagai bentuk fries ermessen
tidak terikat ; dalam pengaturan, yang setelah itu
(2). Ditetapkan dalam bentuk tertulis diumumkan keluar guna diberlakukan
oleh suatu instansi pemerintah. kepada warga ;
c. Bentuk pengaturan untuk bertindak 2. Materi muatan dimaksud pada
dalam menyelenggarakan kewenangan nyatanya telah merupakan peraturan
pemerintahan yang tidak terikat17 umum (generale rule) tesendiri, jadi
Karakter dan ciri menunjukkan tidak lagi sekedar sebagai petunjuk
peraturan kebijakan bukan Peraturan pelaksanaan operasional sebagaimana
Perundang-undangan. Dilihat dari segi sifat tujuan semula dari peratuan kebijakan
materi Peraturan Kebijakan menurut Ten itu sendiri ;
Berge : 3. Badan atau pejabat itu, sama sekali
tidak memiliki kewenangan membuat
16
Sjahran Basah, 1992, Perlindungan Hukum terhadap peraturan umum (generale rule)
Sikap Tindak administrasi Negara, Alumni Bandung,
hlm.3-5.
17 18
A.Hamid.S.Attamimi I, op.cit, hlm.11. J.B.J.M.Ten Berge, op.cit, hlm.41.

696
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015
Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

sedemikian, namun tetap dipandang (b). Tengen - wettelijke beleidsregel


ligimated mengingat peraturan yang pembentukkannya di
kebijakan atau beleidregel dimaksud dasarkan atas bestuurbevoegdheid
tidak lain dari perwujudan fries yaitu peraturan kebijakan yang
ermessen yang diberi bentuk tertulis.19 menyimpangi Undang-undang atau
Pada subjectieve beoordelingsruimte Peraturan Perundang-undangan
atau ruang pertimbangan bebas disebut juga yang tidak memiliki landasan
dengan istilah boordelingvrijheid. Terdapat yuridis yang jelas.20
tiga boordelingvrijheid dan tiga beleidsregel
yaitu : 3.2.3. Landasan Keabsahan dalam
(1). Binnen – wettelijke boordelingvrijheid Pembentukan.
yaitu peraturan kebijakan yang lahir Pembentukan peraturan kebijakan
dari kebebasan mempertimbangkan apabila dikaji dari landasan keabsahan
intra legal. mempunyai nilai keadilan dan kemanfaatan
(2). Buiten-wettelijke boordelingvrijheid keberlakuan peraturan kebijakan yang
yang melahirkan kebebasan ditetapkan oleh pejabat atau badan
pertimbangan ekstra legal. Tidak administrasi untuk memberikan arahan
memiliki landasan undang-undang bagi bawahan serta mengatur berbagai
ataupun Peraturan Perundang- kepentingan dan posisi hukum dalam
undangan yang jelas, alasan masyarakat. Peraturan kebijakan tidak
pembenarnya semata-mata ditekankan memiliki nilsi kepastian hukum karena
pada asas doelmatigheid, kebiasaan- tidak ada dasar kewenangan pembentukan
kebiasaan administrasi dan asas-asas peraturan perundang-undangan melainkan
pemerintahan yang layak ; perwujudan Fries Ermessen (discretionary
(3) Tengen-wettelijke boordelingvrijheid power).
yang melahirkan kebebasan Penggunaaan freies Ermessen
pertimbangan kontrak legal. Tengen- sehubungan dengan pengaturan operasional
wettelijke boordelingvrijheid dibagi yang ada awalnya Raja menyusun garis-
lagi menjadi. : garis besar sebagai petunjuk ke dalam
(a). Tengen-wettelijke beleid- sebagai permulaan langkah untuk mencegah
sregel yang pembentuk kannya kebijakasanaan yang berubah-ubah tidak
didasarkan pada Binnen-wettelijke menentu, yang kemudian garis-garis besar
boordelingvrijheid yaitu peraturan kebijakan itu dipublikasikan. Peraturan
kebijakan yang menyimpangi Kebijakan tidak engikat langsung secara
peraturan perundang-undangan hukum tetapi memiliki relevansi hukum
yang memiliki landasan yuridis dan ditujukan kepada badan atau Pejabat
yang jelas; Administrasi Negara sendiri. Penerapan freis
ernessen hanya ditujukan bagi kepentingan
19
H.M. Laica Marzuki, 1996, Peraturan Kebijakan umum. Freis ernessen tersebut harus dapat
(beleidregel), bahan penataran hukum administrasi
dan hukum lingkungan, FH Univ. Airlangga Surabaya
4-12 Januari, hlm.1. 20
Marcus Lukman, 1997, op.cit, hlm. 190-196.

697
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015 Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

dipertanggungjawabkan secara moral kepada pemerintahan dengan inisiatif sendiri


Tuhan Yang Maha Esa, mengutamakan mengambil tindakan hukum publik berupa ,
persatuan dan kesatuan, demi kepentingan penetapan maupun tindakan nyata yang positif
bersama, menjunjung tinggi harkat dan pengaturan guna menyelesaikan masalah-
derajat martabat manusia serta nilai-nilai masalah penyelenggaraan pemerintahan
kebenaran dan keadilan,Pengujian terhadap yang dihadapi pada saat tertentu .
peraturan kebijakan lebih diarahkan kepada Freis ernessen ditujukan
doelmatigheid dan arena batu ujinya demi kepentingan umum dan harus
adalah asas-asas umum penyelenggaraan dipertanggungjawabkan secara moral kepada
pemerintahan yang layak. Tuhan Yang Maha Esa, mengutamakan
persatuan dan kesatuan, menjunjung
IV. PENUTUP tinggi harkat dan derajat martabat manusia
4.1 Simpulan serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
Penyelenggara pemerintahan tidak demi kepentingan bersama / kepentingan
hanya menerapakan ketentuan dalam umum. Bentuk pengujian terhadap
bentuk pengaturan yang lebih tinggi karena peraturan kebijakan lebih diarahkan
pembentuk peraturan perundang-undangan kepada aspek kemanfaat (doelmatigheid)
tidak akan mamapu memperhitungkan dengan berpedoman pada asas-asas umum
situasi kongkrit yang timbul dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik
penerapannya. Pergeseran pemikian negera
hukum formil menjadi negara hukum DAFTAR PUSTAKA
meteriil (wefare staat) dalam arti negara A.Hamid.S.Attamimi, 1993, Hukum Tentang
kesejahteraan mengaharuskan pemerintah Perundang-Undangan Dan Peraturan
selaku penyelenggara pemerintahan Kebijakan ( Hukum Tata Pengaturan),
seringkali menempuh berbagai bentuk Pidato Purna Bahakti Guru Besar
kebijakan dengan membentuk pengaturan Tetap Fakultas Hukum Universitas
berupa peraturan kebijakan (beleidsregel, Indonesia.
policy rule). Pembentukan peraturan Basah, Sjahran 1992, Perlindungan
kebijakan tidak terlepas dari penerapan Hukum Terhadap Sikap dan Tindak
freies ermessen . Dalam tata pengaturan Administrasi Negara, Alumni
kaidah tentang perbuatan mengatur yang Bandung.
pengaturannya (regeling) dalam bentuk Berge J.B.J.M.Ten Splet, et al, 1991,
peraturan perundang-undangan (algemeen Pengantar Tentang Hukum Peizinan,
verbindende voorschriften ) peraturan intern Utrecht.
yang berlaku ke dalam (interne regelingen) Diana Halim Koentjoro, 2004, Hukum
dan peraturan kebijakan (beleidregel ). Adminitrsi Negara, Ghalia Indonesia.
Pembentukan peraturan kebijakan Hadjon, Philipus M 1988, Pengertian
(beleidsregel) diadasrkan pada adanya Dasar Tentang Tindak Pemerintahan
beoordelingsruimte (ruang pertimbangan) (Besturhandeling).
yang diberikan pembentuk undang- Marcus, Lukman 1997, Eksistensi Tentang
undang kepada pejabat atau badan-badan Peraturan Kebijakan Dalam Bidang

698
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2015
Vol. 4, No. 4 : 688 - 699
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

Perencanaaan Dan Pelaksanaaan


Rencana Pembangunan Di Daerah
Serta Dampak Terhadap Pembangunan
Materi Hukum Tertulis Nasional,
UNPAD Bandung.
Marzuki, H.M. Laica 1996, Peraturan
Kebijakan (beleidregel), bahan
penataran hukum administrasi dan
hukum lingkungan, FH Univ. Airlangga
Surabaya 4 -12 Januari, hlm. 1.
Suyatna, I Nyoman 2011, Ringksssn Disertasi:
Asas-asas Umum Pemerintahan Yang
Baik (AAUPB) Dalam Pembentukan
Peraturan Daerah, Program Studi
Doktok Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, Malang.
Ann Seidman, et.all, 2001, Penyusunan
Rancangan Undang-Undang Dalam
Masyarakat Hukum Yang Demokratis,
Terjemahan ELIPS Jakarta
Usfunan, Johanes 2002, Perbuatan
Pemerintah Yang Dapat Digugat,
Djambatan, Jakarta.
W.J.S.Poerwadarminta, 2003, Kamus Umum
Bahasa Indonesia , Balai Pustaka
Jakarta.
Willem & Konijnenbelt, 1988, Hoofdstukken
van Administratief Recht, Lemma
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesaia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisma
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.

699

Anda mungkin juga menyukai