Anda di halaman 1dari 15

Ejaan yang disempurnakan

Setiap negara memiliki aturan ejaan tersendiri untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa
negaranya. Demikian juga dengan Indonesia tercatat ada 7 sejarah ejaan yang pernah dikenal di
Indonesia, namun hanya 4 yang pernah di berlakukan:

1) van ophusyen

Ejaan yang pertama dikenal mulai berlaku pada 1901 dengan nama ejaan bahasa Melayu dengan huruf
latin (Van ophusyen) van ophusyen merancang ejaan dibantu oleh engku Nawawi Gelar sutan Ma'moer
dan Moehammad Taib Sutan Ibrahim.

Hal-hal yang menonjol dalam ejaan van Ophusyen sebagai berikut:

- Huruf /j/ untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang

- Huruf /oe/ untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemor.

- Tanda diakritik, seperti koma ain, hamzah san tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer,
'akal, ta', dinamai'.

2) Mr. Suwardi

Setelah Indonesia merdeka ejaan Van ophuijsen mengalami beberapa perubahan. Pada 19 Maret 1947
Mr. Suwardi (menteri pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan) meresmikan ejaan baru yang dikenal
Ejaan Republik.

- Huruf / oe/ diganti /u/ seperti pada guru, itu, umur.

- Bunyi Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/ contohnya tak, pak, maklum, rakjat.

- Awalan di-dan kata depan di-, kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya contoh
dirumah, dikebun, ditulis, dikarang, disamakan.

*Prof.Dr.Prijono

Dalam Kongres dua bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof.Dr Prijono mengajukan pra-
saran dasar-dasar ejaan bahasa Indonesia dengan huruf latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlunya
penyempurnaan kembali ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun hasil penyempurnaan
ejaan republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang
ada di seluruh Indonesia.

*Lembaga Bahasa dan kesustraan (LBK)

Pada awal Mei 1966 lembaga bahasa dan kesusastraan (LBK) yang sekarang menjadi pusat
bahasa kembali menyusun ejaan baru Bahasa Indonesia, namun perubahan ini juga tetap banyak
mendapat pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal diberlakukan.
* 16 Agustus 1972

pada 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan baru ini telah mengalami revisi agar lebih
sempurna.

* 2015

Pada tahun 2015, lewat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 tahun 2015,
Mendikbud mencabut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 tahun 2009 tentang pedoman
umum ejaan bahasa yang disempurnakan (EYD) diganti dengan ejaan Bahaaa indonesia (EBI). Jika
diperhatikan antara EYD dan EBI tidak ada perbedaan yang mendasar hanya beberapa perbedaan
diftong yaitu aI, au, ao. Di EBI ditambahkan Satu diftong yairu ei. Di EBI ditambahkan 1 diftong yaitu ei.
Dan lainnya penggunaan huruf tebal Untuk penulisan judul buku, bab, tema atau subtema dalam kamus.
Dalam EBI fungsi ketiga dihapus.

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN


Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 0543a/U/1987

 Pemenggalan kata

1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal
itu. misalnya:

Ma-in, sa-at, bu-ah

Huruf diftong ai,au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara
kedua huruf itu.

Misalnya:

au-la bukan a-u-la

Sau-da-ra bukan sa-u-da-ra am-boi bukan am-bo-i

2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan di antara dua buah
huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

misalnya:

Ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir.

jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah diceraikan. misalnya:
Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok Ap-ril, bang-sa, makh-luk.

3) Jika di tengah kata ada 3 buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las

Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian
baris. Misalnya:

Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-la

4) Catatan:

- bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

- akhiran -i tidak dipenggal.

- pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.

Misalnya:

Te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

5) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan
unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan :

* diantar unsur-unsur itu atau

* pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah diatas. Misalnya:

Bio-grafi atau bi-o-gra-fi

foto-grafi atau fo-to-gra-fi

Intro-speksi atau in-tro-spek-si

Kilo-meter atau ki-lo-me-ter

Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan kecuali jika afa pertimbangan khusus.

 PEMAKAIAN HURUF KAPITAL


Pemakaian huruf kapital

1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya: Dia mengantuk.

* Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya: Adik bertanya, " Kapan kita pulang?"

2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan
dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya: Allah, Alkitab, Islam, Yang Mahakuasa Quran, Kristen, Yang Maha Pengasih.

* Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, ImamSyafii, Nabi Ibrahim

3) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.

* Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya : Wakil Presiden Adam Malik, Gubernur Irian Jaya.

4) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang, atau nama tempat.

Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi
mayor jenderal.

* Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah, , Halim
Perdanakusumah

5) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere

*Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris

6) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan

* Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya: bulan Agustus, hari Natal.
7) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya perang dunia. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya: Asia Tenggara Kali Brantas Banyuwangi Lembah Baliem Bukit Barisan Ngarai Sianok Cirebon
Pegunungan Jayawijaya Danau Toba Dataran Tinggi Dieng Selat Lombok Gunung Semeru Tanjung
Harapan Jalan Diponegoro Teluk Benggala Jazirah Arab Terusan Suez

8) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya: berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara

*Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya: garam inggris, gula jawa kacang bogor, pisang ambon

9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya: Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57,
Tahun 1972

* Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan badab serta nama dokumen resmi.

Misalnya: menjadi sebuah republik beberapa badan hukum kerjasama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku.

10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa

* Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judu1 karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:

Dr. doktor M.A.master of arts

12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan

Misalnya: "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.

13) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

*Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

 PEMAKAIAN HURUF MIRING

1)Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.

Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar
Suara Karya.

2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.

Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah
merajalela di negeri ini.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis
dibawahnya.

 PENULISAN KATA

1) Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.

Misalnya:

Ibu percaya bahwa engkau tahu.

* Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar,
dikelola, penetapan menengok, mempermainkan

2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
Ayat 5.)
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi menganak sungai, sebar luaskan
*Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan
kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V; Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
3) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya: adipati,mahasiswa,caturtunggal,
08:11
4) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu
dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme
* Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikutioleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan
itu ditulis terpisah. Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

 BENTUK ULANG

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.


Misalnya: anak anak gerak-gerik mondar-mandir biri-biri huru hara

 GABUNGAN KATA

1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah.
Misalnya: duta besar, mata pelajaran, orang tua, simpang empat, kambing hitam, rumah sakit.
* Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya, mesin-hitung tangan, watt-jam
2) Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali manakala adakalanya manasuka
akhirulkalam mangkubumi
- Kata Depan di, ke, dan dari
- Kata ganti -ku, kau-, -mu, dan -nya

* Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata
yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam semalam di sini. Di mana Siti sekarang? Mereka
ada di rumah.
Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.

Catatan:
Kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai:
- Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad. -Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
- Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting.
- la masuk, lalu keluar lagi.
- Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
- Bawa kemari gambar itu.
- Kemarikan buku itu.
- Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

 KATA SI DAN SANG

* Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kepada si pengirim

 PARTIKEL

1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat
dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dimakannya ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Catatan: Kelompok yang lazim diangga misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan
tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan,
hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3) Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului
atau mengikutinya. Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke
dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

 SINGKATAN

1)Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. *Singkatan nama
orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin Suman
Hs. Sukanto S.A. M.B.A.
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama,
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-
lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya hlm. halaman sda. sama dengan atas Yth. Yang terhormat
Tetapi: a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya: Cu kuprum ,TN trinitrotoluen, cm sentimeter ,kVA ki ampere I liter, kg kilogram.

 AKRONIM

1) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.. Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, LAN Lembaga Administrasi Negara, PASI
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Bappenas Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia.
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum, radar
radio detecting and ranging, rapim rapat pimpinan, rudal peluru kendali, tilang bukti pelanggaran.
4) Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai
dengan pola kata Indonesia yang lazim.

 ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN

1)Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
- Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
- Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M
(1.000.000).

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini:

*Angka digunakan untuk menyatakan


(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(ii) satuan waktu,
(iii) nilai uang, dan
(iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter, 1 jam 20 menit,5 kilogram, pukul 15.00, 4 meter persegi, tahun 1928, 10 liter, 17
Agustus 1945, Rp5.000,00, 50 dolar Amerika US$3.50*,10 paun Inggris,$5.10*, 100 yen, Y100,10 persen.
(Tanda titik di sini merupakan tanda decimal).
2) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya: Jalan Tanah Abang I No.15, Hotel Indonesia Kamar 169
* Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5,
halaman 252, Surah Yasin:9
3) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
- Bilangan utuh.
Misalnya: dua belas 12, dua puluh dua 22, dua ratus dua puluh dua 222.
- Bilangan pecahan
Misalnya: setengah 1/2, tiga perempat 3/4, seperenam belas 1/16, tiga dua pertiga 32/3, seperseratus
1/100, satu persen 1%, satu permil 10/00, satu dua persepuluh 1,2.
4) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku
Buwono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh,
Bab II Bab ke-2,
Abad XX Abad ke-20 Abad kedua puluh, Tingkat V Tingkat ke-5 Tingkat kelima
5) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) Misalnya: tahun '50-an atau tahun lima
puluhan, uang 5000-an atau uang lima ribuan
*Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika
beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
DIKSI (PEMILIHAN KATA)

Pengertian Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan kata, dan lain-lain,
sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.

 PENGERTIAN DIKSI MENURUT PARA AHLI

1) Harimurti
Menurut Harimurti pengertian diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu
dalam berbicara di depan umum atau dalam mengarang.
2) Gorys Keraf
Diksi adalah pilihan kata atau mengenai pengertian kata-kata mana yang digunakan untuk menyampaikan
suatu gagasan, penggungkapan yang tepat, dan gaya penyampaian kata yang lebih baik sesuai situasi.
3) Susilo Mansurudin
Menurut Susilo Mansurudin pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian diksi yang tepat, cermat, dan
benar dapat membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan kata yang sesuai dalam kata lain adalah tepat
untuk mencegah kesalahan penafsiran yang berbeda.
4) Widyamartaya
Menurut Widyamartaya definisi diksi adalah kemampuan seseorang dalam membedakan secara tepat suatu
nuansa-nuansa makna yang tepat dengan gagasan yang disampaikannya, dan kemampuan tersebut yang
sesuai dengan kehendak dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat dan pendengar
atau pembaca.
5) Enre
Menurut Enre, pengertian diksi adalah penggunaan kata yang sesuai dalam mewakili pikiran dan juga
perasaan yang ingin dinyatakan dalam suatu pola untuk kalimat.
6) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian diksi menurut KBBI adalah pemilihan kata yang memiliki makna tepat dan selaras atau dalam
penggunannya memiliki kecocokan dalam mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa
dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata.

 FUNGSI DIKSI

Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya
dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan.
Secara umum, berikut ini adalah beberapa fungsi diksi:
- Membantu audiens/ pembaca mengerti apa yang disampaikan penulis atau pembicara.
- Menciptakan aktivitas komunikasi yang lebihefektif dan efisien.
- Menyampaikan gagasan atau ide dengan tepat.
- Menjadi lambang ekspresi yang ada pada
suatu gagasan.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi
syarat, seperti :
- Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
- Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
- Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah
kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Contoh Paragraf :

Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola
air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.

* Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu
tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti hentinya bertiup. Ombak
yang berkejar-kejaran
juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari
disana, kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua
menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.

 CIRI-CIRI DIKSI

- Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri diksi tersebut, dibawah ini
merupakan ciri-ciri diksi, antara lain:
- Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau juga hal-hal yang diamanatkan
- Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna serta bentuk yang sesuai dengan
gagasan serta juga situasi serta nilai rasa pembaca.
- Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat bahasanya serta dapat menggerakan dan
juga memberdayakan kekayaan itu men ing yang jelas.

 JENIS-JENIS DIKSI

Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan maknanya dan diksi
berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:

1) Diksi Berdasarkan Maknanya


* Makna Denotatif
Yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat.
Berikut ini contoh diksi bermakna denotatif:
Ryan sering "kerja keras" untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Robby adalah seorang yang "gemar membantu", dia disukai banyak orang.

*Makna Konotatif
Konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya.
Berikut ini contoh diksi dengan makna konotatif:
- Rio harus "membanting tulang" untuk menghidupi keluarganya.
- Hanny adalah seorang "kutu buku", itu sebabnya ia banyak tahu tentang berbagai hal

2) Diksi Berdasarkan Leksikal


*Sinonim
Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain. Berikut ini contoh sinonim:
- Bahagia = Senang
- Matahari = Mentari
- Cantik = Elok

* Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. Berikut contoh antonim:
Naik x Turun
Besar x Kecil

*Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya berbeda satu sama lain.
Berikut contoh homonim:
- Bulan itu terlihat bulat penuh malam ini
- Semua karyawan mendapatkan gaji setiap bulan
(Kata bulan pada kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun ejaan dan lafalnya sama)

*Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama.
Berikut contoh homofon:
- Anton menabung uangnya di Bank secara rutin
- Bang Anton bekerja di perusahaan
pembiayaan
(Kata "Bank" dan "Bang" pada kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun ejaan dan maknanya
berbeda)

*Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama.
Berikut contoh homograf:
- Makanan favorit wanita itu adalah tahu
goreng
- Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur

(Kata "Tahu" pada kalimat di atas ejaannya sama, tapi artinya berbeda).

* Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti.
Berikut contoh polisemi:
- Para nasabah yang menabung di Bank akanmendapat bunga setiap bulan
- Andini adalah salah satu bunga desa yang
paling cantik
(Kata "Bunga" pada kalimat di atas memiliki arti yang berbeda walaupun menggunakan kata yang sama).

* Hipernim dan Hiponim


Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata yang dapat
terwakili oleh kata hipernim.
Berikut contoh hipernim dan hiponim:
- Di kebun binatang itu terdapat banyak
binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.
(Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim. Sedangkan kata gajah, singa,buaya, rusa, kuda, dan
lain-lain merupakan hiponim).

 PERSYARATAN DALAM KETEPATAN DIKSI

Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalamketepatan diksi, diantaranya:


-Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
- penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
- Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
- Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
- Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar ketepatan diksi terjamin
- Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan ataupun pidato.

 PERUBAHAN MAKNA

Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas:

1) Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya


Contoh kata:
- berlayar
Dulu: mengarungi laut dengan memakai kapal layar
Sekarang: mengarungi lautan dengan alat apa saja
- putera-puteri
Dulu: Dipakai untuk sebutan anak raja
Sekarang: Sebutan untuk semua anak laki-laki dan perempuan

2) Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit daripasa makna dahulu


- Sarjana
Dulu: Sebutan untuk semua orang cendikiawan
Sekarang: Gelar untuk orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :
*Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti
sebelumnya.
Contoh :
- Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.

3) Pergeseran makna
Pergeseran makna dibedakan atas dua macam:
* Asosiasi
Adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
- Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu

*Sinestesia
Adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.

Contoh:

1. Walaupun lelah sekali, tetapi ana tetap ikut bakti social


(walaupun lelah, tetapi anak tetap ikut bakti social)
2. Rapat dihadiri para pejabat
(Rapat dihadiri oleh para pejabat)
3. Kakaknya anak yang paling tercantik di keluarganya
(kakaknya anak yang paling cantik di keluarganya)
4. Ana menulis cerpen setelah ana membaca cerpen hasan
(Ana menulis cerpen setelah membaca cerpen hasan)

Anda mungkin juga menyukai