Anda di halaman 1dari 5

Sebuah kata “masterpiece” saya yakini sudah pernah kita dengar sepanjang

hidup kita sampai detik ini. Masalahnya apakah kita mengerti benar arti
sebenarnya dari kata tersebut? Dan seandainya mengerti artinya apakah
dibalik arti itu ada pada diri kita atau akan ada di diri kita nantinya?
Apakah sebenarnya masterpiece itu?

“Masterpiece” adalah sebuah kata bahasa Inggris yang berarti karya agung
atau pencapaian besar. Karya agung siapa dan pencapaian besarnya siapa?
Tentunya seorang manusia yang mencapainya selama atau sepanjang
hidupnya, termasuk kita semua tentu saja.

Dalam tulisan ini, saya pertama-tama masih berusaha menyingung berita


besar tentang penyelamatan 33 orang pekerja tambang di Chili yang mana
telah terselamatkan setelah terperangkap selama 2 bulan di dalam tanah.
Dalam kasus ini orang yang menjadi sorotan yaitu Presiden Chili Sebastian
Pinera karena inisiatifnya yang luar biasa dalam mengerahkan semua daya
yang dia punya dalam proses penyelamatan yang luar biasa itu. Semua
mata dunia memandang beliau atas pencapaian besar tersebut. Saya berani
mengatakan bahwa itulah sebuah masterpiece yang telah beliau capai
dalam hidupnya akhir-akhir ini. Saya bisa katakan juga untuk menjadi
presiden Chili pun beliau pastinya telah dan sedang ciptakan masterpiece
dalam hidupnya. Dalam kontek ini sebenarnya banyak masterpiece yang
manusia bisa ciptakan dalam hidupnya. Tidak hanya satu atau sekali saja!

Karena pencapaian besar atau masterpiece itu maka seluruh dunia


semakin menghargai Presiden Sebastian Pinera dan seperti berita yang saya
baca kemarin mengatakan kalau rakyat Chili semakin bangga menjadi
Warga Negara Chili dan pimpinannya. “Saya bangga kepada Anda yang
telah menunjukkan rasa persahabatan dengan menyelamatkan kami. Anda
pemimpin yang baik dan hebat,” kata salah seorang korban bernama Urzua
kepada Presiden Pinera.
Lain Chili lain Jepang, tetapi ada unsur kesamaan tentang kecintaan warga
negara terhadap negaranya. Warga Jepang saya amati sangat mencintai
negaranya dan bahkan bangga menjadi warga Jepang karena salah satunya
kemungkinan besar adanya masterpiece-masterpiece yang dicapai oleh para
pemimpinya untuk bisa dinikmati rakyatnya. Mungkin terlalu banyak
untuk menyebutkannya sebagai contoh.

Apa yang terjadi dengan rakyat Indonesia jika melihat hal tersebut? Saya
merasa prihatin sekali membaca berita tentang banyaknya rakyat Indonesia
yang mengkritik para pemimpin negeri ini atas keterpurukan negara akhir-
akhir ini. Ada sebuah komentar seorang Indonesia tentang berita bencana
pekerja tambang di Chili yang yang mengatakan, “Hai, Pak Pinera (Presiden
Chili) sudikah anda menjadi presiden kami barang satu bulan saja?”.
Sangat menyedihkan mendengar ungkapan tersebut. Serba-salah posisi
seorang presiden di negara tercinta kita ini. Bila "meniru" seperti presiden
Chili, dibilang tebar pesona, bila tidak akan diprotes keras! Tetapi
sebenarnya semua rakyat Indonesia menunggu banyak masterpiece yang
dicapai para pemimpinya untuk kemajuan negara dan bukannya terus
menerus membanggakan banyak masterpiece yang telah diciptakan leluhur
bangsa ini misalnya borobudur, batik, dll. Jika hal tersebut tidak terjadi
mungkin tidak salah jika sebagian warga negara mendahului menciptakan
masterpiece yang bersifat menentang negara, misalnya sudah banyak
terlihat mudahnya warga Indonesia di perbatasan yang beralih menjadi
warga negara tetangga serta adanya beberapa wilayah di Indonesia yang
mencoba memisahkan dari NKRI.

Kembali ke masalah “masterpiece”, terutama dalam seseorang


mencapaianya bisa terbagi dua yaitu dengan direncanakan atau tanpa
direncanakan. Sebagai contoh yang tanpa direncanakan pencapaiannya
yaitu apa yang dilakukan Presiden Chili tersebut diatas, yaitu tiba-tiba
memperoleh kesempatan untuk melakukan hal yang besar walau dalam
prosesnya penuh perencanaan dan keberanian juga yang luar biasa.
Demikian juga pencapaian banyak masterpiece di Jepang, banyak orang
yang melakukan hal besar dalam berbagai hal. Maksudnya ada kesempatan
melakukan hal yang besar dan benar-benar dimanfaatkan sebaik-baiknya,
misalnya proses pembangunan kota Hiroshima yang hancur rata dengan
tanah dan sekarang tepatnya sudah sejak lama berubah menjadi kota yang
super modern. Contoh lainnya yaitu banyaknya pembuatan jalan dengan
melewati terowongan menembus gunung dan bawah laut,jembatan serta
penciptaan tehnik-tehnik pengobatan untuk manusia. Bukankah semua itu
suatu masterpiece yang ditujukan untuk penyelamatan sesama manusia?
Tidak dipungkiri terlalu banyak kesempatan juga yang ada di Indonesia
untuk para pemimpin negara dalam mencapai masterpiece itu, misalnya
musibah bencana alam, dll. Masalahnya sadarkah mereka bahwa itu suatu
kesempatan?

Kemudian pencapaian “masterpiece” yang direncanakan yaitu saya bisa


contohkan misalnya kecermelangan tim sepakbola Jepang “samurai biru”
yang mana sebetulnya bisa dikatakan berusia jauh lebih muda bila
dibandingkan dengan persepakbolaan Indonesia. Tim sepakbola Jepang
dengan penuh perencanaan dalam mencapai prestasi besarnya terutama
bisa masuk kualifikasi Piala Dunia beberapa Kali. Saya pernah
menyaksikan siaran di TV yang menayangkan profil pemain andalannya
yaitu yang bernama Keisuke Honda. Sejak masih duduk di bangku SMA dia
memang sudah merencanakan untuk menjadi pemain sepakbola yang bisa
bermain di Piala Dunia. Akhirnya tercapai setelah berusaha dengan sekuat
tenaga, misalnya mencatat semua angan-angannya dan apa yang harus
dilakukan dalam buku hariannya. Sebuah masterpiece telah diciptakannya.

Di Jepang seperti yang saya tahu, orang-orangnya mempunyai sifat susah


memuji dan susah menerima pujian sebelum hal yang dipujikan benar-
benar nyata terjadi di dalam hidupnya. Hal ini didukung dengan sifat
mereka yang sangat pemalu. Jika seseorang telah melakukan apa yang
memang menjadi kewajibannya walaupun dengan baik, tidak akan
langsung atau jarang mendapatkan pujian. Hal seperti itu akan dikatakan
dalam bahasa Jepang “atarimae” maksudnya “sudah semestinya”. Tetapi
jika seseorang telah melakukan hal yang lebih dari apa yang menjadi
kewajibannya, tak jarang pujian mengalir kepada diri orang tersebut.
Bukankah itu proses menyemangati seseorang dalam pencapaian sebuah
masterpiece?

Sebenarnya kita semua setiap hari melakukan berbagai macam kegiatan


dalam hidup demi mencapai sebuah masterpiece, bukan? Secara sadar dan
tidak atau secara terencana dan tidak juga. Banyak diantara kita
mengartikan sebuah masterpiece untuk dirinya itu harus suatu hal
pencapaian yang besar. Itu memang benar tetapi hal besar itu bukankah
dimulai dari hal yang kecil? Kita masing-masing bisa menciptakan
pencapaian di dalam pekerjaan, kelompok dan juga keluarga kita. Bila
pencapaian-pencapaian kecil tersebut sering dan terus menerus kita
lakukan bukankah bisa dikatakan suatu pencapaian yang besar juga dalam
hidup kita?

Hanya bisa berharap para pemerintah Indonesia tidak lagi sepenuhnya


melakukan paham “tiada rotan akar pun jadi” dalam pencapaian
masterpiece itu melainkan “tiada rotan cari atau ciptakan rotan itu” untuk
kemajuan bangsa dan negara Indonesia dan juga memupuk kecintaan
seluruh bangsa Indonesia supaya mencintai dan bangga terhadap
negaranya. Jika ada orang Jepang tahu masalah aneh dan kemalasan ini
pasti akan bilang, “gambareee !!” yang artinya “berusahalahhh !!”

Selamat mencapai masterpiece !

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Masterpiece


Untuk Bangsa", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/nipponia/55003573a333111e73510036/ma
sterpiece-untuk-bangsa

Kreator: Tori Minamiyama

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab


kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai