Anda di halaman 1dari 30

1.

Profesi Dokter
Berikut adalah Kode Etik Kedokteran yang terdiri dari beberapa pasal, antara lain:
a. KEWAJIBAN UMUM
1. Pasal1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.
2. Pasal2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standard profesi yang tertinggi.
3. Pasal3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
4. Pasal4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
5. Pasal5 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
6. Pasal6 Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.
7. Pasal7 Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
8. Pasal7a Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.
9. Pasal7b Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dansejawatnya, dan berupaya
untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau
yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
10. Pasal7c Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
11. Pasal7d Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk
insani.
12. Pasal8 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.
13. Pasal9 setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
b. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
14. Pasal10 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
15. Pasal11 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
16. Pasal12 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
17. Pasal13 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
c. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
18. Pasal14 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
19. Pasal15 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
d. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
20. Pasal16 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
21. Pasal17 Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
kedokteran/kesehatan.

2. Perawat
Berikut ini adalah Kode Etik dari profesi perawat :

STMIKKHARISMAMAKASSAR
a. Perawat dan Klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.  
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
b. Perawat dan Praktik 
5. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus
menerus. 
6. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.  
7. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
8. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku professional.
c. Perawat dan Masyarakat
9. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan Teman Sejawat
10. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan
lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 
11. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara
tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
e. Perawat dan Profesi
12. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
13. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan. 
14. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja
yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
3. Dokter Gigi
Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
a. KEWAJIBAN UMUM 
1. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah / Janji Dokter
Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur dalam
menjalankan profesinya.
3. Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi
4. Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi, melalui pasien
atau agen.
6. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan martabat
profesi dokter gigi.
7. Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang membahayakan pasien,
staf dan masyarakat.
8. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya.
9. Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib
bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif).
b. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN
10. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan dan rahasianya.
11. Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.
12. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien.
13. Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil.
14. Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan Rekam Medik Pasien.
c. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT
15. Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
16. Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain tidak
dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain tersebut kecuali pasien menyatakan
pilihan lain.
17. Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan sedang
dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada Dokter Gigi
semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain.
18. Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat
pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku.
19. Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang diketahui
berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila dianggap perlu dapat
melaporkannya kepada Organisasi Profesi.
d. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI
20. Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya.
21. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri maupun yang
diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.
22. Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan
kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi.
23. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan optimal.

4. Bidan
Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyrakat (6 butir)
a. Setiap bidan senantiasa menjujung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumapah jabatannya dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung ringgi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh
dan memlihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada. Peran, tugas, dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyrakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan kliery menghormati hak
klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga
dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
b. Setiap berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan
klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan (2 butir)
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang
sesuai.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan Kebidanan Komunitas meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang iapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
a. Setiap bidan harus memeiihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
b. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam menjarankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pembrintah
dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemeriniah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga.
7. Penutup (1 butir)
a. Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik
merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan
profesional.

5. Apoteker
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
Bab 1
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Sumpah/Janji
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker.
Pasal 2
 Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usahamencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di Bidang
Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi padakhususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati
hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untukmematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Pasal 12
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di
dalammenunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAPSEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan.
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam
menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja
melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakuidanmenerima sanksi
dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6. Guru
Kode Etik Guru Indonesia :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta
dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan social.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

7. Wartawan/Jurnalistik
Berikut adalah kode etik jurnalistik yang harus ditaati oleh para wartawan Indonesia:
BAB I
KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS
Pasal 1
Wartawan Indonesia beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada undang-
undang Dasar Negara RI, kesatria, menjunjung harkat, martabat manusia dan lingkungannya,
mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara serta terpercaya dalam mengembang profesinya.
Pasal 2
Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan
karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang dapat membahayakan keselamatan dan
keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu
golongan yang dilindungi oleh undang-undang.
Pasal 3
Waratawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan
memutar balik fakta, bersifat fitnah, cabul serta sensional.
Pasal 4
Wartawan Indonesia menolak imbalan yang dapat mempengaruhi obyektivitas pemberitaan.
BAB II
CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT
Pasal 5
Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari
kecepatan serta tidak mencampur adukkan fakta dan opini sendiri. Karya jurnalistik berisi interprestasi
dan opini wartawan, agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.
Pasal 6
Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya jurnalistik
(tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut kepentingan
umum.
Pasal 7
Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses
peradilan harus menghoramti asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang
berimbang.
Pasal 8
wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila (asusila) tidak merugikan pihak korban
BAB III
SUMBER BERITA
Pasal 9
Wartawan Inonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik (tulisan,
suara, serta suara dan gambar)dan selalu menyatakan identitas kepada sumber berita.
Pasal 10 Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat setiap oemberitaan yang
kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi kesempatan hak jawab secara proporsional kepada sumber atau
obyek berita.
Pasal 11
Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber
berita.
Pasal 12
Wartawan Indonesia tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut
sumbernya.
Pasal 13
Wartawan Indonesian harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang bersangkutan untuk
tidak disebut nama dan identitasnya sepanjang menyangkut fakta dan data bukan opini.Apabila nama dan
identitas sumber berita tidak disebutkan, segala tanggung jawab ada pada wartawan yang
bersangkutan.
Pasal 14
Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi yang
oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak menyiarkan keterangan "off the
record"
BAB IV
KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 15
Wartawan Indonesia harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Jurnalistik PWI (KEJ-
PWI) dalam melaksanakan profesinya.
Pasal 16
Wartawan Indonesia menyadari sepenuhnya bahawa penataan Kode etik Jurnalistik ini terutama
berada pada hati nurani masing-masing.
Pasal 17
Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini
adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan PWI.Tidak satu pihakpun di luar PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan
Indonesia dan atau medianya berdasarkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

8. Arsitek
Demikianlah Ikatan Arsitek Indonesia dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab merumuskan Kode
Etik Arsitek sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam menunaikan tugas profesional yang dipercayakan kepadanya, seorang arsitek bertanggung
kepada diri sendiri dan mitra kerja, profesi dan ilmu pengetahuan, masyarakat dan umat manusia serta
bangsa dan negara, sebagai pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pasal 2
Dalam menunaikan tugas, seorang arsitek membaktikan seluruh kemampuan, ketrampilan,
pengetahuan dan perasaan yang dimilikinya di dalam proses pembangunan demi kesejahteraan umat
manusia lahir dan bathin, dengan tetap menjaga kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap.
Pasal 3
Seorang arsitek harus menempatkan diri, menata pikiran dan hasil karyanya, bukan sebagai tujuan
melainkan sarana yang digunakan secara maksimal dalam mencapai tujuan kemanusiaan dengan
berupaya hemat sumber daya serta menghindar dampak negatif.
Pasal 4
Atas dasar kepercayaan atas keutuhan integritas, keahlian, kujujuran, kearifan dan rasa sosial yang
dilimpahkan kepadanya, maka seorang arsitek mendahulukan tanggung jawab dan kewajiban dari pada
hak dan kepentingan diri sendiri.
Pasal 5
Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas, seorang arsitek berusaha memahami dan
memperjuangkan kepentingan umat manusia dan masyarakat pemakai, sekalipun pihak ini bukan
pemberi imbalan jasa secara langsung.
Pasal 6
Arsitek sebagai budayawan harus berupaya mengangkat nilai-nilai sosial budaya melalui karyanya dan
tidak semata-mata menggunakan pendekatan teknis.
Pasal 7
Pada tahap manapun dalam proses pembangunan, arsitek harus menunaikan tugasnya secara bijak
dan konsisten.

9. Insinyur
KODE ETIK INSINYUR INDONESIA
“CATUR KARSA SAPTA DHARMA INSINYUR INDONESIA”
PERTAMA, PRINSIP-PRINSIP DASAR
1. Mengutamakan keluhuran budi.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran.
KEDUA, TUJUH TUNTUNAN SIKAP
1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan Masyarakat.
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
3. Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung
jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-
masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

10. Notaris
Dalam kode etik Notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang teguh oleh notaris (selain
memegang teguh kepada peraturan jabatan notaris/UUJN), diantaranya adalah:
a. Kepribadian notaris :
1. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai pancasila, sadar dan taat kepada hukum peraturan
jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris.
2. Memiliki perilaku professional dan ikut serta dalam pembangunan nasional, terutama sekali
dalam bidang hukum.
3. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris, baik di dalam maupun di luar
tugas jabatannya.
4.Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota
masyarakat menyadari hak dan kewajibannya.
b. Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah:
1. Hormat menghormati dalam suasana kekeluargaan.
2. Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama.
3. Saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atas dasar solidaritas dan sifat
tolong menolong secara konstruktif

11. Polisi
Dalam kode etik profesi polisi didalamnya terdapat prinsif-prinsif etika profesi, prinsif-prinsifnya tertuang
dalam pasal-pasal yang mencakup empat prinsif dibawah ini:
1. PrinsipTanggung Jawab Tanggung jawab adalah salah satu prinsif pokok bagi kaum profesional.
Prinsif tanggung jawab ini terdapat pada pasal 2, pasal 3, pasal 5, pasal 9, pasal 13, pasal 15,
pasal 16, dan pasal 20.
2. PrinsipKeadilan Prinsif ini termasuk orang yang profesional agar dalam menjalankan
profesionalnya tidak merugikan hak dan kewajiban pihak tertentu khususnya orang-orang yang
dilayaninya. Mereka juga tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapa pun termasuk orang
yang tidak dapat membayar jasa profesionalnya. Prinsif ini tertuang pada pasal 4 dan pasal 10.
3. PrinsipOtonomi Prinsif ini yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi
kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya, prinsif ini tertuang dalam pasal 8, pasal 14,
pasal 18, dan pasal 19.
12. Hakim
Pedoman Perilaku Hakim disusun berdasarkan 10 kode etik dari Hakim :
1. Berperilaku adil
2. Berperilaku jujur dan mendengarkan kedua belah pihak
3. Menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana, yaitu kemampuan untuk bertindak sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, baik norma hukum, norma agama, adat atau etika,
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
4. Bersikap mandiri
5. Mempertahankan dan menunjukkan integritas yang tinggi
6. Bertanggung jawab, yaitu menerima konsekuensi tindakan yang diambil dalam kinerja maupun
pelaksanaan kewenangannya
7. Menjunjung tinggi harga diri
8. Berdisiplin tinggi
9. Berprilaku rendah hati
10. Bersikap professional

13. Tentara Nasional Indonesia (TNI)


Kode etik TNI ( Tentara Nasional Indonesia ) terdiri atas Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 wajib
TNI.
SAPTA MARGA
1. Kami warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila.
2. Kami patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi negara, yang bertanggung jawab dan tidak mengenal
menyerah.
3. Kami ksatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran,
kebenaran, dan keadilan.
4. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah bhayangkari negara dan bangsa Indonesia.
5. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta
menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit.
6. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan
tugas serta senantiasa siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa.
7. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.
SUMPAH PRAJURIT
1. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan.
3. Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
4. Menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada tentara dan Negara
Republik Indonesia.
5. Memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.
8 WAJIB TNI
1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.
2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat.
3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita.
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum.
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaanya
6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.
7. Tidak sekali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.
14. Pramugari/Pramugara
Pramugari yang bekerja pada bidang hal pelayanan jasa, tentunya memiliki kode etik yang hampir sama dengan kode
etik pelayanan jasa lainnya
1. Teliti
2. Ramah
3. Sabar dan tegas
4. Bekerjasama
5. Koordinasi yang baik
6. Memperhatikan kenyamanan penumpang
7. Memastikan keselamatan penumpang
8. Salam dan terima kasih

15. Programmer
Adapun kode etik yang diharapkan bagi para programmer adalah:
1. Seorang programmer tidak boleh membuat atau mendistribusikan Malware.
2. Seorang programmer tidak boleh menulis kode yang sulit diikuti dengan sengaja.
3. Seorang programmer tidak boleh menulis dokumentasi yang dengan sengaja untuk membingungkan atau tidak
akurat.
4. Seorang programmer tidak boleh menggunakan ulang kode dengan hak cipta kecuali telah membeli
atau meminta ijin.
5. Tidak boleh mencari keuntungan tambahan dari proyek yang didanai oleh pihak kedua tanpa ijin.
6. Tidak boleh mencuri software khususnya development tools.
7. Tidak boleh menerima dana tambahan dari berbagai pihak eksternal dalam suatu proyek secara
bersamaan kecuali mendapat ijin.
8. Tidak boleh menulis kode yang dengan sengaja menjatuhkan kode programmer lain untuk mengambil
keuntungan dalam menaikkan status.
9. Tidak boleh membeberkan data-data penting karyawan dalam perusahaan.
10. Tidak boleh memberitahu masalah keuangan pada pekerja.
11. Tidak pernah mengambil keuntungan dari pekerjaan orang lain.
12. Tidak boleh mempermalukan profesinya.
13. Tidak boleh secara asal-asalan menyangkal adanya bug dalam aplikasi.
14. Tidak boleh mengenalkan bug yang ada di dalam software yang nantinya programmer akan
mendapatkan keuntungan dalam membetulkan bug.
15. Terus mengikuti pada perkembangan ilmu komputer.

16. Engineer
Kode etik seorang engineer :
1. Menerima tanggung jawab dalam pengambilan keputusan engineer yang taat atas pada
pengamanan, kesehatan dan kesejahteraan publik dan segera menyatakan secara terbuka faktor-
faktor yang dapat membahayakan publik atau lingkungan.
2. Menghindari konflik interest nyata atau yang tidak terpekirakan sedapat mungkin dan membukanya
pada para pihak yang terpengaruh ketika muncul.
3. Akan jujur dan realistis.
4. Menolak sogokan dalam segala bentuknya.
5. Mengembangkan pemahaman teknologi, aplikasi yang sesuai dan kemungkinan konsekuensinya.
6. Menjaga dan mengembangkan kompetensi teknis dan mengambil tugas teknologi yang lain hanya
bila memiliki kualifikasi melalui pelatihan atau pengalaman atau setelah menyatakan secara
terbuka keterbatasan.
7. Mencari, menerima dan menawarkan untuk pekerjaan teknis dan mengakui dan memperbaiki
kesalahan dan menghargai selayaknya kontribusi orang lain.
8. Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa bergantung pada faktor ras, agama, keterbatasan
diri, umur dan asal kebangsaan.
9. Berupaya menghindari kecelakaan pada orang lain atau reputasi.
10. Membantu rekan sejawat dalam pengembangan profesi mereka dan mendukung mereka dalam
mengikuti kode etik ini.
17. Aktuaris
Aktuaris adalah seorang ahli yang dapat mengaplikasikan ilmu keuangan dan teori statistik untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan bisnis aktual.
Persoalan ini umumnya menyangkut analisis kejadian masa depan yang berdampak pada
segi finansial, khususnya yang berhubungan dengan besar pembayaran pada masa depan dan kapan
pembayaran dilakukan pada waktu yang tidak pasti.
Secara umum, aktuaris bekerja di bidang : konsultasi, perusahaan asuransi
jiwa, pensiun, dan investasi. Aktuaris juga sedang merambah di bidang-bidang lainnya, dimana
kemampuan analitis diperlukan.
Gelar aktuaris di Indonesia atau Fellow Society of Actuaries of Indonesia (FSAI) diberikan oleh Persatuan
Aktuaris Indonesia (PAI) setelah seorang individu menempuh 10 mata ujian yang diujikan. Pada umumnya aktuaris di
Indonesia memiliki latar belakang pendidikan dari FMIPA Matematika maupun Statistika. Tetapi ada
sedikit yang berasal dari disiplin lain.
Aktuaris di Indonesia banyak bekerja di perusahaan asuransi jiwa, sedangkan sisanya bekerja di dana
pensiun, konsultan aktuaria, dan saat ini merambah ke dunia investasi. Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 BAB III Pasal 16, perusahaan asuransi jiwa harus
mengangkat seorang aktuaris sebagai aktuaris perusahaan yang memiliki kualifikasi sebagai aktuaris
dari Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) atau asosiasi sejenis dari luar negeri yang terdaftar sebagai
anggota penuhInternational Association of Actuaries.

18. Pilot
Pilot adalah sebutan untuk orang yang mengemudikan pesawat terbang. Sebagai sebuah profesi yang menuntut
keahlian/skill dalam mengemudikan sebuah pesawat, seorang pilot harus menempuh ujian resmi yang diadakan
oleh sekolah penerbangan. Jika dinyatakan lulus dalam ujian, seorang pilot akan mendapat sertifikasi
terbang, yaitu suatu surat pengakuan kemampuan sang pilot untuk menerbangkan pesawat dengan tipe/ukuran tertentu.
Dalam penerbangan pilot ini di dalam kokpit ia punya ide untuk menyelamatkan penumpangnya adalah: 1.harus ada
ko-pilot 2.harus mempunyai ide sendiri-sendiri Dalam tugasnya di dalam kokpit pesawat, pilot dibantu oleh
seorang ko-pilot.  Selama penerbangan berlangsung semenjaktake off hingga landing, pilot dan ko-pilot akan
mengikuti jalur-jalur penerbangan yang telah terprogram melalui bantuannavigasi pesawat dan mengikuti
informasi yang diberikan oleh menara kontrol lalu-lintas bandar udara. Di dalam sebuah penerbangan komersial,
pilot dan ko-pilot bertugas mengemudikan pesawat sementara pramugari danpramugara bertugas untuk memastikan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpang dalam penerbangan. Pilot, ko-pilot, dan
pramugari/pramugara adalah awak pesawat. Pembicaraan yang dilakukan pilot, ko-pilot dengan
petugas menara kontrol lalu-lintas dari dan ke sebuah bandar udara akan direkam oleh kotak hitam.
19. Jaksa
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia yang dimaksud dengan Jaksa adalah "
“ Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undang undang untuk bertindak sebagai penuntut
umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang. ”
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Kode Perilaku Jaksa ini yang dimaksud dengan :
1. Jaksa adalah Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
berdasarkan undang-undang;
2. Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian norma sebagai pedoman untuk mengatur perilaku Jaksa
dalam menjalankan jabatan profesi, menjaga kehormatan dan martabat profesinya serta menjaga hubungan kerjasama
dengan penegak hukum lainnya;
3. Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif adalah Pejabat yang karena jabatannya mempunyai
wewenang untuk memeriksa dan menjatuhkan tindakan administratif kepada Jaksa yang melakukan
pelanggaran Kode Perilaku Jaksa;
4. Sidang pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
pejabat yang berwenang memberikan tindakan administratif terhadap Jaksa yang diduga
melakukan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa.
5. Tindakan administratif adalah tindakan yang dijatuhkan terhadap Jaksa yang melakukan
pelanggaran Kode Perilaku Jaksa.
6. Yang dimaksud dengan perkara meliputi perkara pidana, perkara perdata dan tata usaha negara
maupun kasus-kasus lainnya. Pasal 2 Kode Perilaku Jaksa berlaku bagi jaksa yang bertugas di lingkungan
Kejaksaan maupun diluar lingkungan Kejaksaan.
BAB II
KEWAJIBAN
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajib:
a. mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
b. menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;
c. mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan kebenaran;
d. bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini publik secara langsung atau tidak
langsung;
e. bertindak secara obyektif dan tidak memihak;
f. memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka /terdakwa maupun korban;
g. membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak hukum dalam mewujudkan sistem
peradilan pidana terpadu;
h. mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga,
mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau
tidak langsung;
i. menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya dirahasiakan;
j. menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan;
k. menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan sebagaimana yang tertera dalam
peraturan perundang-undangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara universal;
l. menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
m. bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;
n. bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan pemerintah dan aspirasi
masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.
BAB III
LAPANGAN
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa dilarang:
a. menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain;
b. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
c. menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis;
d. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang keluarganya meminta dan/atau menerima
hadiah dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya;
e. menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan
pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak
langsung;
f. bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;
g. membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penegakan hukum;
h. memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis perkara yang ditangani.
BAB IV
PENEGAKAN KODE PERILAKU JAKSA DAN TINDAKAN ADMINISTRATIF
Pasal 5
(1) Tindakan administratif dikenakan pada perbuatan tidak melaksanakan kewajiban dan/atau
melakukan perbuatan yang dilarang;
(2) Selain sanksi yang sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan, jaksa yang
melakukan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa dapat dikenakan tindakan administratif;
(3) Jenis tindakan administratif terhadap pelanggaran Kode Perilaku Jaksa terdiri dari:
a. Pembebasan dari tugas-tugas jaksa paling singkat tiga bulan dan paling lama satu tahun dan selama masa
menjalani tindakan administrasi tersebut tidak diterbitkan Surat Keterangan Kepegawaian;
b. Pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain.
BAB V
PEJABAT YANG BERWENANG MENJATUHKAN TINDAKAN ADMINISTRATIF
Pasal 6
Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif adalah:
a. Jaksa Agung bagi Jaksa yang menduduki jabatan struktural atau jabatan lain yang wewenang pengangkatan dan
pemberhentiannya oleh Presiden.
b. Para Jaksa Agung Muda bagi Jaksa yang bertugas dilingkungan Kejaksaan Agung R.I
c. Jaksa Agung Muda Pengawasan bagi Jaksa yang bertugas diluar lingkungan Kejaksaan Agung R.I.
d. Kepala Kejaksaan Tinggi bagi jaksa yang bertugas di Kejaksaan Tinggi.
e. Kepala Kejaksaan Negeri bagi jaksa yang bertugas di Kejaksaan Negeri.
BAB VI
TATACARA PEMERIKSAAN, PENJATUHAN, DAN PENYAMPAIAN PUTUSAN TINDAKAN ADMINISTRATIF
Pasal 7
(1) Petunjuk adanya penyimpangan Kode Perilaku Jaksa diperoleh dari hasil temuan pengawasan melekat, pengawasan
fungsional atau berdasarkan laporan pengaduan yang diterima oleh pejabat yang berwenang menjatuhkan
tindakan administratif.
(2) Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif memanggil jaksa yang bersangkutan untuk
dilakukan pemeriksaan.
(3) Sejak dilakukan pemeriksaan, pimpinan satuan kerja wajib segera melaporkan kepada atasannya secara
berjenjang selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
(4) Pemeriksaan dan penjatuhan tindakan administratif Kode Perilaku Jaksa dilaksanakan oleh :
a. Jaksa Agung dan unsur Persaja bagi Jaksa yang menduduki jabatan struktural atau jabatan
lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya oleh Presiden;
b. Jaksa Agung Muda, pejabat eselon II pada masing-masing Jaksa Agung Muda yang terkait
serta unsur Persaja bagi Jaksa yang bertugas di lingkungan Kejaksaan Agung Republik
Indonesia;
c. Jaksa Agung Muda Pengawasan dan unsur Inspektur serta unsur Persaja bagi Jaksa yang
bertugas diluar lingkungan Kejaksaan Agung Republik Indonesia;
d. Kepala Kejaksaan Tinggi, Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi, para Asisten dan Kepala Bagian
Tata Usaha serta unsur Persaja bagi Jaksa yang bertugas dilingkungan Kejaksaan Tinggi;
e. Kepala Kejaksaan Negeri, para Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian Pembinaan serta unsur Persaja bagi Jaksa
yang bertugas dilingkungan Kejaksaan Negeri.
f. Sidang Pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa dilakukan secara tertutup dan putusan dibacakan
secara terbuka. Putusan disampaikan kepada yang bersangkutan segera setelah dibacakan.
g. Sidang Pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
Pasal 8
Dalam melakukan Sidang pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa, pejabat yang berwenang menjatuhkan
tindakan administratif dapat mendengar atau meminta keterangan dari pihak lain apabila dipandang
perlu.
Pasal 9
Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lain untuk memeriksa jaksa yang diduga melakukan
pelanggaran terhadap Kode Perilaku Jaksa.
Pasal 10
Keputusan Sidang Pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa dapat berupa pembebasan dari dugaan pelanggaran
Kode Perilaku Jaksa atau berupa penjatuhan tindakan administratif yang memuat pelanggaran yang dilakukan oleh jaksa
yang bersangkutan.
Pasal 11
(1) Kepada jaksa yang melakukan beberapa pelanggaran Kode Perilaku Jaksa secara berturut-turut
sebelum dijatuhkan tindakan administratif, hanya dapat dijatuhi satu jenis tindakan administratif saja.
(2) Kepada jaksa yang pernah dijatuhi tindakan administratif dan kemudian melakukan pelanggaran
yang sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi tindakan administratif yang lebih berat dari tindakan
administratif yang pernah dijatuhkan kepadanya. Pasal 12 Keputusan Sidang Pemeriksaan Kode
Perilaku Jaksa bersifat final dan mengikat.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 13
Jaksa wajib menghormati dan mematuhi Kode Perilaku Jaksa.
Pasal 14
Setiap pejabat yang dimaksud dalam pasal 6 wajib :
a. berupaya dengan sungguh-sungguh agar Jaksa bawahannya mematuhi Kode Perilaku Jaksa.
b. melaksanakan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam Kode Perilaku Jaksa.

20. Akuntansi
Dalam dunia lembaga akuntansi ada namanya kode etik profesi akuntansi, kode etik adalah suatu
peraturan etika yang harus diterapkan bagi para profesi akuntansi. Kode etik sendiri diperlakukan agar
mencegah prilaku-perilaku penyimpangan para angota maupun kelompok yang tergabung dalam
profesi akuntansi yang dapat mencoreng istasi akuntansi. Di Indonesia sediri mempunyai istasi dibidang
akuntasi IAI, dan seetiap Negara juga mempunyai istasi akuntasi, dan memiliki etika etika akuntansi tersendiri.
1. Kode perilaku profesonal
Mesti untuk saat ini belum ada pelangaran kode etik akuntasi, akan tetapi setiap seorang akuntan
harus mematuhi kode etik akuntan dan setandar akuntan yang berlaku, yang telah dibuat oleh sekelompok
atau lembaga akuntan. hal ini supaya seorang akuntan tidak biasa mengerjakaan tugas akuntan seenaknya,
Dalam penerapan kode etik akuntan sendriri pasti mempunyai tujuan .
Tujuan Kode etik :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standa Dalam tujuan kode etik ini digunakan agar para akuntan dalam
melaksanakan pekerjaanya dilakukan secara prefesonal dan terhindar dari interpensi dari
lingkungan dari luar.
2. Prinsip-prinsip etika : IFAC,AICPA,IAI
Dalam setiap kode etik akuntansi mempunyai standar masing-masing diindonesia sendiri ada
namanya IAIikatan akuntansi Indonesia.
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Tanggung jawab profesi
b. Kepentingan publik
c. Integritas
d. Obyektivitas
e. Kompetensi dan kehati-hatian Profesional
f. Kerahasiaan
g. Prilaku profesional
h. Standar teknis
Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC :
1) Integritas Seorang akuntan profesiona harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis dan
profesionalnya.
2) Objektivitas Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkanterjadinya bias, konflik
kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan
profesional.
3) Kompetensi profesional dan kehati-hatian Seorang akuntan profesionalmempunyai kewajiban untuk
memelihara pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang
dipelukan untuk menjaminseorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten
yangdidasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini. Seorangakntan
profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional haus
bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesionaldan teknik yangberlaku
dalam memberikan jasa profesional.
4) Kerahasiaan Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaaninformasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnisserta tidak boleh mengungapkan informasi
apa pun kepada pihak ketiga tanpa izinyng enar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum
atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
5) Perilaku Profesional Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum danperundang-undangan yang
relevan dan harus menghindari tindakan yang dapatmendiskreditkan profesi.
Prinsip- prinsip Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian; bagian pertama berisi prinsip-prinsip
Etika dan pada bagian kedua berisi Aturan Etika (rules)
1. Tanggung Jawab: Dalam menalankan tanggung
j a w a b s e b a g a i s e o r a n g profesional,anggota harus menjalankan
pertimbangan moral dan profesional secara snsitif (Artikel1)
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima
k e w a j i b a n m e r e k a u n t u k bertindak sedemikian rupa demi melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme (Artikel II)
3. Integritas: Untuk memelihara dan memperluas
k e y a k i n a n p u b l i k , a n g g o t a harusmelaksanakan semua tanggung
jawab profesinal dengan ras integritas tertinggi(artikel III)
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.Seorang anggota dalam praktik
publik seharusnya menjaga independensi dalam faktadan penampilan saat memberikan jasa
auditing dan atestasi lainnya (Artikel IV)
5. Kehati-hatian (due care): Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi
terdorong untuk secara terus menerus mengembangkankompetensi dan kualita jasa, dan
menunaikan tanggung jawab profesional sampaitingkat tertinggi kemampuan anggota yang
bersangkutan (Artikel V)
3. Aturan dan interpretasi etika
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang
berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
21. Teknologi Informasi (TI)
Kode etik profesi bidang teknologi informasi di Indonesia memang belum ada (yang tertulis). Namun,
kita bisa menerapkan kode etik yang dibuat oleh IEEE. IEEE telah membuat semacam kode etik bagi
anggotanya, sebagai berikut:
1. To accept responsibility in making decisions consistent with the safety, health and welfare of the
public, and to disclose promptly factors that might endanger the public or the environment
Artinya setiap anggota bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan konsisten dengan
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta segera mengungkapkan faktor-faktor
yang dapat membahayakan publik atau lingkungan
2. To avoid real or perceived conflicts of interest whenever possible, and to disclose them to affected
parties when they do exist
Intinya ialah sebisa mungkin menghindari terjadinya konflik kepentingan dan meluruskan mereka yang
telah terpengaruh oleh konflik tersebut
3. To be honest and realistic in stating claims or estimates based on available data
Masih ingat dengan Pemilu 2009 kemarin? Betapa lamanya KPU memproses hasil penghitungan suara.
Pihak yang bertanggung jawab atas urusan TI KPU sebelumnya menyatakan bahwa sistem yang
mereka buat sudah teruji reliabilitasnya dan rekapitulasi suara akan berjalan lancar. Nyatanya?
4. To reject bribery in all its forms
Sesuatu yang sangat langka di Indonesia, bukan hanya di bidang politiknya saja, di bidang teknologi
informasinya pun bisa dikatakan sedikit yang bisa melakukannya
5. To improve the understanding of technology, its appropriate application, and potential consequences
Setiap saat meningkatkan pemahaman teknologi, aplikasi yang sesuai, dan potensi konsekuensi
6. To maintain and improve our technical competence and to undertake technological tasks for others
only if qualified by training or experience, or after full disclosure of pertinent limitations
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi teknis dan teknologi untuk melakukan tugas-
tugas bagi orang lain hanya jika memenuhi syarat melalui pelatihan atau pengalaman, atau setelah
pengungkapan penuh keterbatasan bersangkutan;
7. To seek, accept, and offer honest criticism of technical work, to acknowledge and correct errors, and
to credit properly the contributions of others
Untuk mencari, menerima, jujur dan menawarkan kritik dari teknis pekerjaan, mengakui dan
memperbaiki kesalahan, dan memberikan kredit atas kontribusi orang lain
8. To treat fairly all persons regardless of such factors as race, religion, gender, disability, age, or
national origin
Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa memperhitungkan faktor-faktor seperti ras, agama,
jenis kelamin, cacat, usia, atau asal kebangsaan
9. To avoid injuring others, their property, reputation, or employment by false or malicious action
Menghindari melukai orang lain, milik mereka, reputasi, atau pekerjaan dengan tindakan salah atau
jahat.
10. To assist colleagues and co-workers in their professional development and to support them in
following this code of ethics
Saling membantu antar rekan kerja dalam pengembangan profesi mereka dan mendukung mereka
dalam mengikuti kode etik ini.
Andai SU merupakan anggota dari IEEE, maka dapat dikatakan ia jelas telah melanggar kode etik
organisasinya.

22. Pengguna Internet


Adapun kode etik yang diharapkan bagi para pengguna internet adalah:
1. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan masalah
pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
2. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung secara langsung
dan negatif masalah suku, agama dan ras (SARA), termasuk didalamnya usaha penghinaan,
pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas perseorangan,
kelompok/ lembaga/ institusi lain.
3. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi instruksi untuk melakukan perbuatan
melawan hukum (illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional umumnya.
4. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
5. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi yang
memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
6. Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/foto, animasi, suara atau bentuk materi dan
informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak
cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan serta
bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.
7. Tidak berusaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk, sumberdaya (resource) dan
peralatan yang dimiliki pihak lain.
8. Menghormati etika dan segala macam peraturan yang berlaku dimasyarakat internet umumnya dan
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap segala muatan/ isi situsnya.
9. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola, anggota dapat melakukan teguran secara
langsung.

23. Pekerjaan Sosial


Kode Etik Pekerjaan Sosial :
BAB I
PERILAKU DAN INTEGRITAS PRIBADI
Pasal 1
Perilaku Pribadi
Pekerja sosial profesional wajib memelihara dan senantiasa meningkatkan standar perilaku pribadi
selama
menggunakan identitas dan bertindak dalam kapasitas sebagai pekerja sosial profesional, yaitu:
(1) tidak melibatkan diri dalam tindak ketidakjujuran, kesombongan, kecurangan dan kekeliruan.
(2) membedakan secara tegas pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan pribadinya dari
pernyataanpernyataan dan tindakan-tindakannya sebagai seorang profesional.
Pasal 2
Integritas
Pekerja sosial profesional harus senantiasa bertindak dengan integritas profesional, yaitu:
(1) mewaspadai dan menolak pengaruh-pengaruh dan tekanan-tekanan yang membatasi kebebasan
profesionalnya.
(2) tidak menggunakan hubungan profesional demi kepentingan pribadi.
Pasal 3
Kemampuan Profesional
Dalam menerima tanggung jawab dan pekerjaan, pekerja sosial profesional harus mendasarinya
dengan
pemahaman bahwa ia mampu:
(1) memberikan sebaik-baiknya pelayanan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan profesionalnya
(2) meningkatkan terus-menerus kemampuan praktik dan pelaksanaan fungsi profesional.
(3) tidak menyalahgunakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, ataupun jabatan
profesionalnya. Pasal 4
Mutu dan Lingkup Pelayanan
Pekerja sosial profesional wajib memastikan mutu dan keluasan lingkup pelayanan dengan cara:
(1) menyelenggarakan proses pelayanan mulai dari kontak awal (intake) sampai dengan pengakhiran
secara
bertanggungjawab dan sesuai dengan kompetensinya.
(2) mencegah praktik pekerjaan sosial yang tidak manusiawi dan diskriminatif, baik terhadap
perorangan
maupun kelompok.
Pasal 5
Kegiatan Keilmuan dan Penelitian
Pekerja sosial profesional yang melakukan penelitian dan mengembangkan keilmuan, wajib mengikuti
dan
mematuhi ketentuan-ketentuan ilmiah dengan:
(1) mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya bagi kesejahteraan sosial.
(2) memastikan bahwa keikutsertaan subjek penelitian bersifat sukarela dan didasari persetujuan yang
bersangkutan, tanpa menghukum atas penolakan mereka untuk berpartisipasi dan dengan
mempertimbangkan hak pribadi serta martabat mereka.
(3) menjaga kerahasiaan informasi dari dan tentang subjek yang terlibat dalam penelitian.
(4) melindungi subjek penelitian dari gangguan fisik atau tekanan mental, bahaya atau kerugian sebagai
akibat
dari keikutertaan mereka dalam kegiatan penelitian.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN
Pasal 6
Menghargai Kepentingan Klien
Pekerja sosial profesional harus mengakui, menghargai dan berusaha sebaik mungkin melindungi
kepentingan
klien dalam konteks pelayanan, yang meliputi dengan:
6A. Kewajiban pekerja sosial profesional terhadap klien dalam penyediaan dan penyampaian
pelayanan:
(1) memberi pelayanan sesuai dengan kompetensi profesionalnya.
(2) memberi informasi yang akurat dan lengkap tentang keluasan lingkup, jenis dan sifat pelayanan.
(3) memberitahukan hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan risiko yang melekat pada dan atau
timbul dari hubungan pelayanan yang diberikan.
(4) meminta saran, nasehat, dan bimbingan dari rekan sejawat dan atau penyelia manakala diperlukan
demi kepentingan klien.
(5) segera menarik diri dari konteks pelayanan manakala lingkungan dan suasana yang ada tidak lagi
memungkinkan bagi pemberian pertimbangan yang seksama, penyampaian pelayanan yang
sebaikbaiknya, dan pengurangan atau pencegahan dampak negatif yang mungkin muncul atau terjadi
(6) memberitahu klien tentang pengakhiran konteks pelayanan, baik yang dilakukan melalui pengalihan,
perujukan atau pemutusan pelayanan.
6B. Larangan penyalahgunaan konteks pelayanan oleh pekerja sosial profesional:
(1) memanfaatkan hubungan dengan klien untuk kepentingan pribadi.
(2) melakukan, menyetujui, membantu, bekerjasama atau ikut serta dengan konteks pelayanan yang
diskriminatif atas dasar ras, status sosial ekonomi, etnis, budaya, warna kulit, kelamin, orientasi
seksual, usia, agama, status perkawinan, pandangan politik, dan perbedaan kapasitas mental atau
fisik, serta terhadap orang dengan HIV/AIDS dan mantan narapidana.
(3) memberikan atau melibatkan diri dalam hubungan dan komitmen yang bertentangan dengan
kepentingan klien.
Pasal 7
Menghargai Hak-Hak Klien Pekerja sosial profesional wajib mengakui, menghargai, berupaya
mewujudkan dan melindungi hak-hak klien.
7A. Hak klien untuk menentukan nasib sendiri:
(1) Dalam menjalankan pekerjaannya, pekerja sosial profesional harus selalu melindungi
kepentingankepentingan dan hak-hak asasai klien.
(2) Bila pekerja sosial profesional melimpahkan/memberikan wewenang kepada orang lain untuk
bertindak demi kepentingan klien, maka dia harus menjaga agar pelayanan itu tetap sesuai dengan
kepentingan klien.
(3) Pekerja sosial profesional tidak ikut campur dalam tindakan yang melanggar atau mengurangi
hak-hak sipil atau hak-hak asasi klien.
7B. Menjaga kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan:
(1) memberitahu klien tentang hak-hak mereka terhadap kerahasiaan dalam konteks pelayanan, juga
termasuk bila melibatkan pihak ketiga dalam pelayanan.
(2) memberitahukan klien tentang pentingnya kerahasiaan informasi dalam konteks pelayanan.
(3) memberitahukan catatan informasi atas permintaan klien, dan sejauh itu untuk kepentingan
pelayanan.
(4) tidak membuka rahasia klien kepada pihak lain, kecuali atas perintah ketentuan hukum.
(5) tidak membuka rahasia klien kepada pihak lain tanpa mendapatkan persetujuan dari yang
bersangkutan, sekalipun pertimbangan-pertimbangan profesional mengharuskannya.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP REKAN SEJAWAT
Pasal 8
Penghargaan, Keterbukaan, dan Penghormatan
(1) menjaga kerahasiaan yang disampaikan oleh rekan sejawatnya dalam konteks pelayanan.
(2) bekerjasama dengan rekan sejawat untuk meningkatkan kepentingan-kepentingan profesional.
(3) menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi praktek sehingga agar mempermudah rekan sejawat
dalam
melaksanakan etika dan kompetensi profesionalnya.
(4) menghormati pandangan dan menggunakan saluran yang tepat dalam memberi komentar tentang
perbedaan pendapat.
(5) pekerja sosial yang menggantikan dan atau yang digantikan harus mempertimbangkan kepentingan
dan
reputasi rekan sejawat.
(6) mencari wasit atau penengah jika terjadi perbedaan pendapat di kalangan rekan sejawat yang
memerlukan pemecahan menurut pertimbangan profesional.
(7) sebagai penyelia untuk rekan sejawat, pekerja sosial profesional wajib mengatur kondisi secara
khusus
agar relasi profesional dengan terhadap rekan sejawat tetap terpelihara.
(8) melaksanakan penilaian kinerja secara objektif terhadap rekan sejawat sesuai dengan kriteria yang
berlaku.terhadap rekan sejawat.
(9) Pekerja sosial profesional yang bertanggung jawab mengevaluasi kinerja pegawai, penyelia atau
mahasiswa, harus menjelaskan hasilnya evaluasi secara terbuka kepada mereka.
Pasal 9
Klien Rekan Sejawat
Pekerja sosial profesional bertanggung jawab penuh terhadap klien rekan sejawat dengan:
(1) melayani klien yang dirujuk oleh rekan sejawat, baik yang sifatnya darurat, sementara, atau
berkelanjutan
dengan penghargaan dan perlakuan yang sama seperti terhadap klien lainnya.
(2) tidak mengambil alih klien dari rekan sejawat kecuali dengan persetujuan pihak-pihak yang terkait.
BAB IV
TANGGUNG JAWAB TERHADAP LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYAPasal 10
Komitmen terhadap Lembaga yang Mempekerjakan
Pekerja sosial harus senantiasa berperanserta aktif dalam meningkatkan kinerja pelayanan lembaga
yang
mempekerjakannya terhadap klien, baik melalui hubungan kerja yang kondusif maupun dalam bentuk
pelayanan
yang lebih bermutu, kepada klien dengan:
(1) mengingatkan, mencegah dan menghentikan kebijakan, program, dan pelayanan lembaga yang
tidak sesuai
dengan prinsip dan standar profesi pekerjaan sosial.
(2) memperbaiki secara aktif kebijakan, program dan tatacara administrasi pelayanan demi
meningkatkan
kedayagunaan dan ketepatgunaan pelayanan.
(3) melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggungjawab sebaik-baiknya dan secara akuntabel dalam
bidang,
jabatan dan kompetensinya.
(4) tidak menyalahgunakan identitas, jabatan, dan sumberdaya lembaga untuk kepentingan pribadi.
(5) mengingatkan, mencegah dan menghentikan kebijakan yang diskriminatif terhadap karyawan.
(6) mengupayakan langkah-langkah penyelesaian konflik antara manajemen dan karyawan agar
pelayanan
terhadap klien tidak terganggu.
Pasal 11
Biaya pelayanan
Pekerja sosial profesional wajib memastikan bahwa terdapat biaya yang harus dibayarkan oleh klien
atau pihak
ketiga kepada lembaga atas pelayanan yang diterima, dengan ketentuan:
(1) menjelaskan sejak awal kepada klien atau pihak ketiga tentang biaya, sumber, dan cara
pembayarannya serta
apabila terjadi perubahan yang terjadi dari kesepakatan semula.
(2) memastikan biaya yang diajukan kepada klien bersifat adil, wajar dan sepadan dengan pelayanan
yang
diberikan, serta memperhatikan tingkat kemampuan klien atau pihak ketiga.
(3) tidak dibenarkan memanipulasi biaya pelayanan kepada klien atau pihak ketiga dalam rangka
pelaksanaan
pelayanan dan rujukan.
(4) tidak mengakhiri pelayanan semata-mata karena klien atau pihak ketiga tidak mampu membayar
ongkos
biaya pelayanan; jika pengakhiran pelayanan tidak dapat dihindari maka harus dilaksanakan secara
jelas,
terbuka dan sesuai prinsip hubungan profesional dengan klien
BAB V
TANGGUNG JAWAB PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
Pasal 12
Integritas Profesi
Pekerja sosial profesional harus memelihara dan mengembangkan profesi pekerjaan sosial yang
meliputi misi,
nilai-nilai, etika, ilmu pengetahuan dan praktiknya, dengan:
(1) mempertahankan standar perilaku pribadi yang tinggi dalam kapasitasnya sebagai pekerja sosial
profesional.
(2) meningkatkan terus menerus kepakaran dan keahlian profesional sesuai tataran kompetensinya.
(3) mengembangkan, mengadvokasi, membela dan melindungi martabat serta integritas profesi.
(4) menjadi anggota organisasi resmi profesi pekerjaan sosial yang resmi.
(5) mengambil tindakan untuk mencegah, memperbaiki atau menghentikan praktik yang tidak
bertanggung
jawab dan yang tidak memenuhi prinsip, nilai serta standar profesi pekerjaan sosial.
(6) tidak melibatkan diri, melakukan, atau membiarkan situasi dan tindakan-tindakan yang dapat
menganggu
integritas profesi.
Pasal 13
Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan Pekerja sosial profesional harus berperan aktif dalam
mengidentifikasi, mengembangkan dan memanfaatkan
profesi pekerjaan sosial dengan:
(1) memperkaya khasanah profesi pekerjaan sosial melalui penelitian ilmiah, penghimpunan
pengalaman
praktik, serta berbagi pengalaman dengan sejawat.
(2) mendasarkan prakteknya senantiasa pada prinsip dan standar profesi pekerjaan sosial secara terus
menerus
dengan mengikuti perkembangan, mengkaji secara kritis, menjaga, serta ikut mengembangkan ilmu
pekerjaan/kesejahteraan sosial serta ilmu-ilmu lain yang terkait.
BAB VI
TANGGUNG JAWAB PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 14
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Pekerja sosial profesional harus senantiasa berupaya untuk memperkuat profesi pekerjaan sosial
sebagai pilar
usaha kesejahteraan sosial dengan:
(1) Mencegah dan mengurangi dominasi, eksploitasi dan diskriminasi terhadap setiap orang dan
kelompok
yang didasari atas oleh ras, etnisitas, jenis kelamin, usia, status perkawinan, keyakinan politik, agama
atau
keterbatasan fisik dan mental, serta terhadap orang dengan HIV/AIDS dan mantan narapidana.
(2) menjamin agar semua orang memiliki akses terhadap sumber-sumber, pelayanan-pelayanan dan
kesempatan-kesempatan yang mereka butuhkan.
(3) mengembangkan pilihan dan kesempatan bagi semua orang terutama bagi orang-orang dan
kelompokkelompok yang kurang beruntung atau yang tertindas.
(4) menciptakan kondisi yang mendorong munculnya rasa hormat terhadap keanekaragaman budaya
bangsa.
(5) memberikan pelayanan-pelayanan profesional yang tepat terutama dalam keadaan darurat.
(6) mendorong dan mengusahakan adanya perubahan-perubahan kebijakan dan perundang-undangan
untuk
meningkatkan kondisi-kondisi sosial dan untuk meningkatkan keadilan sosial.
(7) mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat melalui kebijakan-kebijakan dan lembaga-lembaga
sosial.
BAB VII
TANGGUNG JAWAB
TERHADAP KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
Pasal 15
Pekerja sosial profesional wajib menaati dan ikut mengawasi pelaksanaan Kode Etik Pekerjaan Sosial
dengan:
(1) menjunjung tinggi, menaati, mendorong dan mengawasi penerapannya, dan bersedia dinilai
perilakunya
berdasarkan Kode Etik Pekerjaan Sosial ini.
(2) tunduk kepada ketentuan bahwa penetapan, pelaksanan, pengawasan, penyelidikan atas dugaan
pelanggaran serius terhadap Kode Etik Profesi Pekerja Sosial, dan pengenaan sanksi terhadapnya
adalah
hak penuh IPSPI yang dilaksanakan oleh Dewan Pengawas Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial.

24. Advokat
Dengan demikian Kode Etik Advokat Indonesia adalah sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan
profesi, yang menjamin dan melindungi namun membebankan kewajiban kepada setiap Advokat untuk
jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara atau
masyarakat dan terutama kepada dirinya sendiri. 
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 
Yang dimaksud dengan:
a. Advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar  
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang yang berlaku, baik sebagai
Advokat, Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara praktek ataupun sebagai konsultan hukum.
b. Klien adalah orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan atau bantuan hukum
dari Advokat.
c. Teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktek hukum sebagai Advokat sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d. Teman sejawat asing adalah Advokat yang bukan berkewarganegaraan Indonesia yang menjalankan
praktek hukum di Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e. Dewan kehormatan adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh organisasi profesi advokat yang
berfungsi dan berkewenangan mengawasi pelaksanaan kode etik Advokat sebagaimana semestinya
oleh Advokat dan berhak menerima dan memeriksa pengaduan terhadap seorang Advokat yang
dianggap melanggar Kode Etik Advokat.
f. Honorarium adalah pembayaran kepada Advokat sebagai imbalan jasa Advokat berdasarkan
kesepakatan dan atau perjanjian dengan kliennya.
BAB II
KEPRIBADIAN ADVOKAT
Pasal 2
Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur
dan mulia, dan yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-undang Dasar
Republik Indonesia, Kode Etik Advokat serta sumpah jabatannya.
Pasal 3
a. Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang
memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan
keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena
perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan kedudukan
sosialnya.
b. Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan materi
tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan.
c. Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh
siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak azasi manusia dalam Negara Hukum Indonesia.
d. Advokat wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat.
e. Advokat wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang diduga atau
didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau karena penunjukan organisasi profesi.
f. Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan kebebasan, derajat
dan martabat Advokat.
g. Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat (officium
nobile).
h. Advokat dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap semua pihak namun wajib
mempertahankan hak dan martabat advokat.
i. Seorang Advokat yang kemudian diangkat untuk menduduki suatu jabatan Negara (Eksekutif,
Legislatif dan judikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai Advokat dan tidak diperkenankan
namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh siapapun atau oleh kantor manapun dalam suatu
perkara yang sedang diproses/berjalan selama ia menduduki jabatan tersebut. 
BAB III
HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Pasal 4
a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai.
b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara
yang sedang diurusnya.
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan
menang.
d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien.
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti
terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.
g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya.
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara
kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Advokat dan
klien itu.
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak
dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 huruf a.
j. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri
sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul
pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
k. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan
klien.
BAB IV
HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT
Pasal 5
a. Hubungan antara teman sejawat Advokat harus dilandasi sikap saling menghormati, saling
menghargai dan saling mempercayai.
b. Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain dalam sidang
pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun
tertulis.
c. Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan dengan Kode
Etik Advokat harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media massa atau cara lain.
d. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman sejawat.
e. Apabila klien hendak mengganti Advokat, maka Advokat yang baru hanya dapat menerima perkara
itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada Advokat semula dan berkewajiban
mengingatkan klien untuk memenuhi kewajibannya apabila masih ada terhadap Advokat semula.
f. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap Advokat yang baru, maka Advokat
semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan yang penting untuk mengurus
perkara itu, dengan memperhatikan hak retensi Advokat terhadap klien tersebut. 
BAB V
TENTANG SEJAWAT ASING
Pasal 6
Advokat asing yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku menjalankan profesinya
di Indonesia tunduk kepada serta wajib mentaati Kode Etik ini.
BAB VI
CARA BERTINDAK MENANGANI PERKARA
Pasal 7
a. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara dapat
ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan dibuat dengan
membubuhi catatan "Sans Prejudice ".
b. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar Advokat akan tetapi
tidak berhasil, tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai bukti dimuka pengadilan.
c. Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi hakim apabila
bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan apabila ia menyampaikan surat, termasuk surat yang
bersifat "ad informandum" maka hendaknya seketika itu tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan
atau dikirimkan pula kepada Advokat pihak lawan.
d. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi hakim apabila
bersama-sama dengan jaksa penuntut umum.
e. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh pihak
lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara pidana.
f. Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat mengenai suatu perkara
tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara tertentu tersebut hanya boleh dilakukan
melalui Advokat tersebut.
g. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam
sidang pengadilan dalam rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi tanggung jawabnya
baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang tertutup yang dikemukakan secara proporsional dan
tidak berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas hukum baik perdata maupun pidana.
h. Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-Cuma (pro deo)
bagi orang yang tidak mampu.
i. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai perkara yang ia
tangani kepada kliennya pada waktunya. 
BAB VII
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN TENTANG KODE ETIK
Pasal 8
a. Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), dan karenanya dalam
menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang
dalam melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan Kode Etik
ini.
b. Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah dilarang termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran dan! atau bentuk yang berlebih-lebihan.
c. Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat yang dapat merugikan
kedudukan dan martabat Advokat.
d. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat mencantumkan namanya sebagai
Advokat di papan nama kantor Advokat atau mengizinkan orang yang bukan Advokat tersebut untuk
memperkenalkan dirinya sebagai Advokat.
e. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-karyawannya yang tidak berkualifikasi untuk
mengurus perkara atau memberi nasehat hukum kepada klien dengan lisan atau dengan tulisan.
f. Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publitas bagi dirinya dan atau untuk menarik
perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakannya sebagai Advokat mengenai perkara yang
sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila keteranganketerangan yang ia berikan itu bertujuan
untuk menegakkan prinsip-prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.
g. Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau diurusnya apabila timbul
perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan tentang cara penanganan perkara dengan kliennya.
h. Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera dari suatulembaga
peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang diperiksa pengadilan
tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia berhenti dari pengadilan tersebut. 

BAB VIII
PELAKSANAAN KODE ETIK
Pasal 9
a. Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Advokat ini.
b. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik Advokat ini dilakukan oleh Dewan Kehormatan.  
BAB IX
DEWAN KEHORMATAN 
Bagian Pertama
KETENTUAN UMUM
Pasal 10
1. Dewan Kehormatan berwenang memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode Etik  yang
dilakukan oleh Advokat.
2. Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:
a. Tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.
b. Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.
3. Dewan Kehormatan Cabang/daerah memeriksa pengaduan pada tingkat pertama danDewan
Kehormatan Pusat pada tingkat terakhir.
4. Segala biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada:
a. Dewan Pimpinan Cabang/Daerah dimana teradu sebagai anggota pada tingkat Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah;
b. Dewan Pimpinan Pusat pada tingkat Dewan Kehormatan Pusat organisasi dimana teradu sebagai
anggota;
c. Pengadu/Teradu. 
Bagian Kedua
PENGADUAN
Pasal 11
1. Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan merasa dirugikan, yaitu:
a.   Klien.
b.   Teman sejawat Advokat.
c.   Pejabat Pemerintah.
d.   Anggota Masyarakat.
e. Dewan Pimpinan Pusat/Cabang/Daerah dari organisasi profesi dimana Teradu menjadi anggota.
2. Selain untuk kepentingan organisasi, Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan Cabang/Daerah
dapat juga bertindak sebagai pengadu dalam hal yang menyangkut  epentingan hukum dan
kepentingan umum dan yang dipersamakan untuk itu.
3. Pengaduan yang dapat diajukan hanyalah yang mengenai pelanggaran terhadap Kode Etik Advokat. 
Bagian Ketiga
TATA CARA PENGADUAN
Pasal 12
1. Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar Kode Etik Advokat harus
disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah atau kepada dewan Pimpinan Cabang/Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana
teradu menjadi anggota.
2. Bilamana di suatu tempat tidak ada Cabang/Daerah Organisasi, pengaduan disampaikan kepada
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah terdekat atau Dewan Pimpinan Pusat.
3. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan Cabang/Daerah, maka Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang berwenang untuk
memeriksa pengaduan itu.
4. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan Pusat/Dewan Kehormatan Pusat, maka
Dewan Pimpinan Pusat/Dewan Kehormatan Pusat meneruskannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu baik langsung atau melalui Dewan
Dewan Pimpinan Cabang/Daerah. 
Bagian Keempat
PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA OLEH DEWAN KEHORMATAN CABANG/DAERAH
Pasal 13
1. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan tertulis yang disertai surat-surat
bukti yang dianggap perlu, menyampaikan surat pemberitahuan selambatlambatnya dalam waktu 14
(empat belas) hari dengan surat kilat khusus/tercatat kepada teradu tentang adanya pengaduan dengan
menyampaikan salinan/copy surat pengaduan tersebut.
2. Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu harus memberikan
jawabannya secara tertulis kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang bersangkutan, disertai
surat-surat bukti yang dianggap perlu.
3. Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari tersebut teradu tidak memberikan jawaban tertulis, Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah menyampaikan pemberitahuan kedua dengan peringatan bahwa apabila
dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat peringatan tersebut ia tetap tidak memberikan
jawaban tertulis, maka ia dianggap telah melepaskan hak jawabnya.
4. Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur di atas dan dianggap telah
melepaskan hak jawabnya, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dapat segera menjatuhkan putusan
tanpa kehadiran pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan Kehormatan dalam waktu selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari menetapkan hari sidang dan menyampaikan panggilan secara patut
kepada pengadu dan kepada teradu untuk hadir dipersidangan yang sudah ditetapkan tersebut.
6. Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang bersangkutan paling tambat 3 (tiga)
hari sebelum hari sidang yang ditentukan.
7. Pengadu dan yang teradu:
a. Harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada orang lain, yang jika dikehendaki
masing-masing dapat didampingi oleh penasehat.
b. Berhak untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti.
8. Pada sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak:
a. Dewan Kehormatan akan menjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku;
b. Perdamaian hanya dimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau hanya untuk
kepentingan pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan langsung dengan kepentingan organisasi
atau umum, dimana pengadu akan mencabut kembali pengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian
yang dijadikan dasar keputusan oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang langsung mempunyai
kekuatan hukum yang pasti.
c. Kedua belah pihak diminta mengemukakan alasan-alasan pengaduannya atau pembelaannya secara
bergiliran, sedangkan surat-surat bukti akan diperiksa dan saksi-saksi akan didengar oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah.
9. Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir:
a. Sidang ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas) hari dengan
memanggil pihak yang tidak hadir secara patut.
b. Apabila pengadu yang telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan yang sah,
pengaduan dinyatakan gugur dan ia tidak dapat mengajukan pengaduan lagi atas dasar yang sama
kecuali Dewan Kehormatan Cabang/Daerah berpendapat bahwa materi pengaduan berkaitan dengan
kepentingan umum atau kepentingan organisasi.
c. Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan
diteruskan tanpa hadirnya teradu.
d. Dewan berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadirnya yang teradu, yang mempunyai
kekuatan yang sama seperti keputusan biasa. 
Bagian Kelima
SIDANG DEWAN KEHORMATAN CABANG/DAERAH
Pasal 14
1. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah bersidang dengan Majelis yang terdiri sekurangkurangnya atas
3 (tiga) orang anggota yang salah satu merangkap sebagai Ketua Majelis, tetapi harus selalu berjumlah
ganjil.
2. Majelis dapat terdiri dari Dewan Kehormatan atau ditambah dengan Anggota Majelis Kehormatan Ad
Hoc yaitu orang yang menjalankan profesi dibidang hukum serta mempunyai pengetahuan dan
menjiwai Kode Etik Advokat.
3. Majelis dipilih dalam rapat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang khusus dilakukan untuk itu yang
dipimpin oleh Ketua Dewan Kehormatan Cabang/Daerah atau jika ia berhalangan oleh anggota Dewan
lainnya yang tertua,
4. Setiap dilakukan persidangan, Majelis Dewan Kehormatan diwajibkan membuat atau menyuruh
membuat berita acara persidangan yang disahkan dan ditandatangani oleh Ketua Majelis yang
menyidangkan perkara itu.
5. Sidang-sidang dilakukan secara tertutup, sedangkan keputusan diucapkan dalam sidang terbuka. 
Bagian Keenam
CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 15
(1) Setelah memeriksa dan mempertimbangkan pengaduan, pembelaan, surat-surat bukti dan
keterangan saksi-saksi maka Majelis Dewan Kehormatan mengambil Keputusan yang dapat berupa:
a. Menyatakan pengaduan dari pengadu tidak dapat diterima;
b. Menerima pengaduan dari pengadu dan mengadili serta menjatuhkan sanksisanksi kepada teradu;
c. Menolak pengaduan dari pengadu.
(2) Keputusan harus memuat pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasarnya dan menunjuk pada
pasal-pasal Kode Etik yang dilanggar.
(3) Majelis Dewan Kehormatan mengambil keputusan dengan suara terbanyak dan mengucapkannya
dalam sidang terbuka dengan atau tanpa dihadiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan, setelah
sebelumnya memberitahukan hari, tanggal dan waktu persidangan tersebut kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.
(4) Anggota Majelis yang kalah dalam pengambilan suara berhak membuat catatan keberatan yang
dilampirkan didalam berkas perkara.
(5) Keputusan ditandatangani oleh Ketua dan semua Anggota Majelis, yang apabila berhalangan untuk
menandatangani keputusan, hal mana disebut dalam keputusan yang bersangkutan. 
Bagian Ketujuh
SANKSI-SANKSI
Pasal 16 
1. Hukuman yang diberikan dalam keputusan dapat berupa:
a. Peringatan biasa.
b. Peringatan keras.
c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu.
d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.
2. Dengan pertimbangan atas berat atau ringannya sifat pelanggaran Kode Etik Advokat dapat
dikenakan sanksi:
a. Peringatan biasa bilamana sifat pelanggarannya tidak berat.
b. Peringatan keras bilamana sifat pelanggarannya berat atau karena mengulangi kembali melanggar
kode etik dan atau tidak mengindahkan sanksi peringatan yang pernah diberikan.
c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu bilamana sifat pelanggarannya berat, tidak
mengindahkan dan tidak menghormati ketentuan kode etik atau bilamana setelah mendapat sanksi
berupa peringatan keras masih mengulangi melakukan pelanggaran kode etik.
d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi bilamana dilakukan pelanggaran kode etik dengan
maksud dan tujuan merusak citra serta martabat kehormatan profesi Advokat yang wajib dijunjung
tinggi sebagai profesi yang mulia dan terhormat.
3. Pemberian sanksi pemberhentian sementara untuk waktu tertentu harus diikuti larangan untuk
menjalankan profesi advokat diluar maupun dimuka pengadilan.
4. Terhadap mereka yang dijatuhi sanksi pemberhentian sementara untuk waktu tertentu dan atau
pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi disampaikan kepada Mahkamah Agung untuk diketahui
dan dicatat dalam daftar Advokat. 
Bagian Kedelapan
PENYAMPAIAN SALINAN KEPUTUSAN
Pasal 17
Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah keputusan diucapkan, salinan
keputusan Dewan kehormatan Cabang/Daerah harus disampaikan kepada:
a. Anggota yang diadukan/teradu;
b. Pengadu;
c. Dewan Pimpinan Cabang/Daerah dari semua organisasi profesi;
d. Dewan Pimpinan Pusat dari masing-masing organisasi profesi;
e. Dewan Kehormatan Pusat;
f. Instansi-instansi yang dianggap perlu apabila keputusan telah mempunyai kekuatan hukum yang
pasti. 
Bagian Kesembilan
PEMERIKSAAN TINGKAT BANDING DEWAN KEHORMATAN PUSAT
Pasal 18
1. Apabila pengadu atau teradu tidak puas dengan keputusan Dewan Kehormatan Cabang/Daerah, ia
berhak mengajukan permohonan banding atas keputusan tersebut kepada Dewan Kehormatan Pusat.
2. Pengajuan permohonan banding beserta Memori Banding yang sifatnya wajib, harus disampaikan
melalui Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal yang
bersangkutan menerima salinan keputusan.
3. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima Memori Banding yang bersangkutan selaku
pembanding selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak penerimaannya,
mengirimkan salinannya melalui surat kilat khusus/tercatat kepada pihak lainnya selaku terbanding.
4. Pihak terbanding dapat mengajukan Kontra Memori Banding selambat-lambatnya dalam waktu 21
(dua puluh satu) hari sejak penerimaan Memori Banding.
5. Jika jangka waktu yang ditentukan terbanding tidak menyampaikan Kontra Memori Banding ia
dianggap telah melepaskan haknya untuk itu.
6. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak berkas perkara dilengkapi dengan
bahan-bahan yang diperlukan, berkas perkara tersebut diteruskan oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah kepada dewan Kehormatan Pusat.
7. Pengajuan permohonan banding menyebabkan ditundanya pelaksanaan keputusan Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah.
8. Dewan kehormatan Pusat memutus dengan susunan Majelis yang terdiri sekurangkurangnya 3 (tiga)
orang anggota atau lebih tetapi harus berjumlah ganjil yang salah satu merangkap Ketua Majelis.
9. Majelis dapat terdiri dari Dewan Kehormatan atau ditambah dengan Anggota Majelis Kehormatan Ad
Hoc yaitu orang yang menjalankan profesi dibidang hukum serta mempunyai pengetahuan dan
menjiwai Kode Etik Advokat.
10. Majelis dipilih dalam rapat Dewan Kehormatan Pusat yang khusus diadakan untuk itu yang dipimpin
oleh Ketua Dewan Kehormatan Pusat atau jika ia berhalangan oleh anggota Dewan lainnya yang
tertua.
11. Dewan Kehormatan Pusat memutus berdasar bahan-bahan yang ada dalam berkas perkara, tetapi
jika dianggap perlu dapat meminta bahan tambahan dari pihak-pihak yang bersangkutan atau
memanggil mereka langsung atas biaya sendiri.
12. Dewan Kehormatan Pusat secara prorogasi dapat menerima permohonan pemeriksaan langsung
dari suatu perkara yang diteruskan oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah asal saja permohonan
seperti itu dilampiri surat persetujuan dari kedua belah pihak agar perkaranya diperiksa langsung oleh
Dewan Kehormatan Pusat.
13. Semua ketentuan yang berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat pertama oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah, mutatis mutandis berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat banding oleh Dewan
Kehormatan Pusat. 
Bagian Kesepuluh
KEPUTUSAN DEWAN KEHORMATAN
Pasal 19
1. Dewan Kehormatan Pusat dapat menguatkan, merubah atau membatalkan keputusan Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah dengan memutus sendiri.
2. Keputusan Dewan kehormatan Pusat mempunyai kekuatan tetap sejak diucapkan dalam sidang
terbuka dengan atau tanpa dihadiri para pihak dimana hari, tanggal dan waktunya telah diberitahukan
sebelumnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Keputusan Dewan Kehormatan Pusat adalah final dan mengikat yang tidak dapat diganggu gugat
dalam forum manapun, termasuk dalam MUNAS.
4. Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah keputusan diucapkan, salinan
keputusan Dewan Kehormatan Pusat harus disampaikan kepada:
a. Anggota yang diadukan/teradu baik sebagai pembanding ataupun terbanding;
b. Pengadu baik selaku pembanding ataupun terbanding;
c. Dewan Pimpinan Cabang/Daerah yang bersangkutan;
d. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang bersangkutan;
e. Dewan Pimpinan Pusat dari masing-masing organisasi profesi;
f. Instansi-instansi yang dianggap perlu.
5. Apabila seseorang telah dipecat, maka Dewan Kehormatan Pusat atau Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah meminta kepada Dewan Pimpinan Pusat/Organisasi profesi untuk memecat orang
yang bersangkutan dari keanggotaan organisasi profesi. 
Bagian Kesebelas
KETENTUAN LAIN TENTANG DEWAN KEHORMATAN
Pasal 20
Dewan Kehormatan berwenang menyempurnakan hal-hal yang telah diatur tentang Dewan Kehormatan
dalam Kode Etik ini dan atau menentukan hal-hal yang belum diatur didalamnya dengan kewajiban
melaporkannya kepada Dewan Pimpinan Pusat/Organisasi profesi agar diumumkan dan diketahui oleh
setiap anggota dari masing-masing organisasi. 

BAB X
KODE ETIK & DEWAN KEHORMATAN
Pasal 21
Kode Etik ini adalah peraturan tentang Kode Etik dan Ketentuan Tentang Dewan Kehormatan bagi
mereka yang menjalankan profesi Advokat, sebagai satu-satunya Peraturan Kode Etik yang
diberlakukan dan berlaku di Indonesia.
BAB XI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 22
1. Kode Etik ini dibuat dan diprakarsai oleh Komite Kerja Advokat Indonesia, yang disahkan dan
ditetapkan oleh Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasehat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat & Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat
Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI) dan Himpunan Konsultan
Hukum Pasar Modal (HKHPM) yang
dinyatakan berlaku bagi setiap orang yang menjalankan profesi Advokat di Indonesia tanpa terkecuali.
2. Setiap Advokat wajib menjadi anggota dari salah satu organisasi profesi tersebut dalam ayat 1 pasal
ini.
3. Komite Kerja Advokat Indonesia mewakili organisasi-organisasi profesi tersebut dalam ayat 1 pasal
ini sesuai dengan Pernyataan Bersama tertanggal 11 Februari 2002 dalam hubungan kepentingan
profesi Advokat dengan lembaga-lembaga Negara dan pemerintah.
4. Organisasi-organisasi profesi tersebut dalam ayat 1 pasal ini akan membentuk Dewan kehormatan
sebagai Dewan Kehormatan Bersama, yang struktur akan disesuaikan dengan Kode Etik Advokat ini. 
Pasal 23
Perkara-perkara pelanggaran kode etik yang belum diperiksa dan belum diputus atau belum
berkekuatan hukum yang tetap atau dalam pemeriksaan tingkat banding akan diperiksa dan diputus
berdasarkan Kode Etik Advokat ini.
 
BAB XXII
PENUTUP
Pasal 24
Kode Etik Advokat ini berlaku sejak tanggal berlakunya Undang-undang tentang Advokat

25. Konsultan Pajak


Konsultan Pajak adalah profesi yang dijalankan oleh profesional yang memberikan jasa profesional kepada Wajib
Pajak Konsultan pajak adalah setiap orang yang dalam lingkungan pekerjaannya secara bebas
memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Untuk menjadi
Konsultan Pajak, setiap orang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Warga Negara Indonesia;
2. Bertempat tinggal di Indonesia;
3. Memiliki serendah-rendahnya ijazah Strata Satu (S-1) atau setingkat dengan itu dari
Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang Terakreditasi, kecuali bagi
pensiunan pegawai Direktorat Jenderal Pajak ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak;
4. Tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan pada Pemerintah/Negara, atau Badan Usaha
Milik Negara/Daerah
5. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
6. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
7. Memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; lihat Pajak Akuntansi dan Konsultan Akuntansi
8. Bersedia menjadi anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia dan tunjuk pada Kode Etik Ikatan Konsultan
Pajak Indonesia;
9. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai