Daftar Isi
1. Pengetahuan Dasar GNSS Geodetik .................................................................................. 0
1.1 Pengertian GNSS .......................................................................................................... 2
1.2 Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GNSS ............................................................. 2
1.3 Klasifikasi Receiver GNSS ............................................................................................. 4
1.4 Sinyal GNSS .................................................................................................................. 5
1.5 Perencanaan Persiapan Survey GNSS .......................................................................... 6
i
Daftar Isi
Modul GNSS Geodetik
5. Konfigurasi Trimble NetR9 dan Trimble R4 Untuk Pengukuran Metode RTK Radio ......... 52
5.1 Trimble Net R9 Sebagai Mobile Base station ............................................................ 53
5.2 Trimble R4 Sebagai Rover Station ............................................................................. 59
5.1.1 Pengaturan Survey Syle RTK Radio ..................................................................... 60
5.1.2 Pembuatan File Baru (Jobs) ................................................................................ 62
5.1.3 Melakukan Export dan Import Data ................................................................... 63
6. Konfigurasi Trimble Net R9 dan Trimble R4 Untuk Pengukuran Metode Statik ............... 52
6.1 Konfigurasi Trimble NetR9 Untuk Pengukuran Statik ............................................... 53
6.2 Konfigurasi Trimble R4 Untuk Pengukuran Statik Pada Trimble Slate Controller ..... 58
6.2.1 Pengaturan Survey Style Statik........................................................................... 58
6.2.2 Pembuatan File Baru ( Jobs ) .............................................................................. 59
6.2.3 Melakukan Pengukuran ( Measure ) .................................................................. 59
6.2.4 Proses Download Data Pengamatan ke Komputer ............................................ 60
ii
Modul GNSS Geodetik
Daftar Isi
Modul GNSS Geodetik
Modul
Daftar Isi :
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Pengertian GNSS
Prinsip dasar penentuan posisi dengan GNSS
Klasifikasi receiver GNSS
Sinyal GNSS
Perencanaan persiapan survey GNSS
Pertanyaan Ulasan
Pembahasan Objektif pada Bab ini
Modul GNSS Geodetik
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Diskusi :
Pengertian GNSS
Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GNSS
Klasifikasi Receiver GNSS
Sinyal GNSS
Perencanaan Persiapan Survey GNSS
Global Positioning System (GPS) merupakan suatu konstelasi yang terdiri tidak
kurang dari 24 satelit yang meyediakan informasi koordinat posisi yang akurat
secara global. GNSS mempergunakan satelit dan komputer untuk melakukan
penghitungan posisi dimanapun di muka bumi ini. Sistem ini dimiliki,
dioperasikan dan dikontrol oleh United States Departement of Defenses (DoD).
GNSS dapat dipergunakan secaral global dimanapun dan oleh siapapun dimuka
bumi ini secara gratis.
Global Navigation Satellite System (GNSS) merupakan istilah singkatan dari
suatu sistem satelit navigasi yang menyediakan posisi geospasial dalam lingkup
global.
GNSS beroperasi secara penuh sejak Desember 2009. Seiring itu GLONASS
punya Russia mempunyai cakupan seluruh dunia dengan 18 satelit yang
tersedia sejak Desember 2009, dan satelit GALILEO milik Eropa juga COMPASS
milik China sedang dikembangkan.
GLONASS (GLObal'naya NAvigatsionnaya Sputnikovaya Sistema, atau Global
Navigation Satellite System) merupakan sistem navigasi ruang angkasa milik
Russia yang bisa disamakan dengan sistem GNSS milik Rusia. Satelit berjumlah
21 pada 3 bidang orbit datar.
Konsep dasar penentuan posisi dengan GNSS adalah reseksi jarak, yaitu
dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GNSS yang
koordinatnya telah diketahui. Secara vektor, prinsip dasar penentuan posisi
dengan GNSS diperlihatkan pada gambar berikut.
GNSS
R = r -
(diperlukan)
R (dicari) r (diketahui)
Pusat bumi
Gambar 1 : Prinsip dasar penentuan posisi dengan GNSS (pendekatan vektor)
Pada pengamatan dengan GNSS, yang dapat diukur adalah jarak antara
pengamat dengan satelit (bukan vektornya), agar posisi pengamat dapat
ditentukan maka dilakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus
secara simultan. Gambar berikut adalah ilustrasi prinsip dasar penentuan
posisi dengan GNSS.
Koordinat titik-titik yang dihasilkan dari suatu survai GNSS adalah posisi titik 3-
D yang mengacu pada datum WGS-84 dalam sistem koordinat kartesian
(X,Y,Z) dan geodetik (L,B,H).
Tipe Navigasi
Receiver GNSS untuk penentuan posisi pada dasarnya dapat dibagi atas
receiver tipe navigasi, tipe pemetaan (mapping), dan tipe geodetic. Receiver
tipe navigasi yang kadang disebut tipe genggam (handheld receiver) umumnya
digunakan untuk penentuan posisi absolute secara instan yang tidak menuntut
ketelitian tinggi. Receiver navigasi tipe sipil dapat memberikan ketelitian posisi
sekitar 5-10 m, dan tipe militer sekitar 3-5 meter. Harga receiver tipe navigasi
umumnya relative murah.
Seperti halnya receiver tipe navigasi, receiver GNSS tipe pemetaan (mapping)
juga memberikan data pseudorange (kode C/A). hanya bedanya, pada receiver
tipe pemetaan, data tersebut direkam dan dapat kemudian dipindahkan ke
computer untuk diproses lebih lanjut. Oleh sebab itu, tidak seperti halnya
receiver tipe navigasi, receiver tipe pemetaan dapat digunakan untuk
penentuan posisi secara diferensial, dan dalam hal ini ketelitian yang dapat
diperoleh adalah sekitar 1-2 meter.
Dari ketiga receiver GNSS untuk penetuan posisi, tipe geodetic adalah tipe
receiver yang relative paling canggih, paling mahal dan juga memberikan data
yang paling presisi. Oleh sebab itu, receiver tipe geodetic umumnya digunakan
untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian yang relative tinggi dari orde
cm sampai mm, seperti untuk pengadaan titik – titik control geodesi,
pemantauan deformasi, dan studi geodinamika. Berdasarkan pada jumlah data
yang diamati, dikenal tipe geodetic satu frekuensi dan dua frekuensi. Tipe
geodetic satu frekuensi hanya merekam data pseudorange dan fase dari sinyal
L1, sedangkan tipe dua frekuensi juga merekan data dari sinyal L2.
Pada dasarnya sinyal GNSS cukup kompleks. Ini disebabkan sinyal GNSS
didesain untuk memenuhi beberapa objektif, untuk keperluan sipil maupun
militer seperti yang dijabarkan pada Tabel berikut.
Sinyal GNSS dapat dibagi atas 3 komponen yaitu penginformasi jarak (kode),
penginformasi posisi satelit (Navigation message), dan gelombang pembawa
(Carrier wave) ( Hasanuddin Z.Abidin, 1994).
Modul
Daftar Isi :
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Metode Penentuan Posisi
Pengolahan Data Pada Pengukuran GNSS Geodetik
Metode Penentuan Posisi Pengukuran GNSS Geodetik
Absolute
Differential
Static
Rapid static
Static PPP Post Process
Kinematik
Stop and go
Real Time PPP (RT-PPP)
Pengolahan Data Pada Pengukuran GNSS Geodetik
Pertanyaan Ulasan
Pembahasan Objektif dari Bab ini
Modul GNSS Geodetik
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Post-processing / Realtime
Post-processing Realtime Post-processing Realtime
PPP
Pseudo-kinematik Kinematik
Statik Singkat
Kinematik
Gambar 9 : Metode Pengamatan Absolute Statik dan Kinematik ( Hassanuddin Z. Abidin , 2006)
akan ditentukan bisa dalam keadaan diam atau bergerak, dan data yang
digunakan yaitu pseudorange, phase atau phase-smoothed pseudorange.
Metode pengamatan ini digunakan untuk kegiatan survey dan pemetaan,
survey geodetik, dan navigasi presisi.
Tabel 2 : Faktor dilakukannya proses diferensial pada data GNSS (Hasanuddin Z. Abidin 1994)
Pada metode pengukuran ini titik yang akan ditentukan posisinya tidak
bergerak, pengamatan yang dilakukan bisa secara absolute maupun diferensial,
data pengamatan bisa menggunakan pseudorange dan/atau phase yang
selanjutnya dilakukan pengolahan data setelah pengamatan (post process),
keandalan dan ketelitian yang diperoleh cukup tinggi yaitu di orde milimeter
sampai centimeter, dan biasanya digunakan untuk penentuan titik-titik kontrol
survey pemetaan maupun survey geodetik.
Metode pengukuran statik singkat ini dilakukan dengan sesi pengamatan yang
lebih singkat (5-20 menit), prosedur pengumpulan data di lapangan sama
dengan pengukuran statik, lama pengamatan tergantung pada panjang
baseline, jumlah satelit, serta geometri satelit pengamatan ini berbasiskan
metode pengamatan diferensial dengan menggunakan data phase. Persyaratan
mendasar adalah penentuan ambiguitas phase secara cepat sehingga menuntut
penggunaan piranti lunak pemroses data GNSS yang andal dan canggih. Pada
saat melakukan pengukuran di lapangan memerlukan kondisi satelit geometri
yang baik, tingkat bias dan kesalahan data yang relatif rendah, serta
lingkungan yang relatif tidak menimbulkan multipath, selain itu alat GNSS yang
digunakan diharapkan mempunyai data dual frekuensi. Ketelitian relatif posisi
titik yang diperoleh adalah dalam orde centimeter, pengukuran statik singkat
ini diantaranya digunakan untuk survey pemetaan dengan orde tidak terlalu
tinggi, perapatan titik dan survey rekayasa.
Gambar 13 : Metode Pengukuran Statik PPP (Precise Point Positioning) Online Post Process
Pada metode pengukuran ini dilakukan pergerakan alat GNSS sebagai rover
dan stop selama beberapa puluh detik dari titik ke titik, dinamakan juga survey
semi kinematik, mirip dengan pengukuran kinematik, hanya titik yang akan
ditentukan posisinya tidak bergerak dan alat GNSS diam beberapa saat di titik
tersebut. Perlu diperhatikan ambiguitas phase pada titik awal harus ditentukan
sebelum alat GNSS rover bergerak, untuk mendapatkan tingkat ketelitian
berorde centimeter.
Up-Link Station
User Penerima
Gambar 16 : Metode pengukuran Statik dan Kinematik PPP (Precise Point Positioning) Real-Time
Gambar 17 : Informasi dari satelit yang diperoleh stasiun referensi secara global (Trimble, 2012)
Gambar 18 : Diagram alur proses Precise Point Positioning Real - Time (Trimble, 2012)
Modul
Daftar Isi :
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Receiver i50 adalah salah satu type receiver dari CHCNAV. Yang
memiliki spesifikasi sebagai berikut :
- GNSS board dengan dual frequensi dengan 432 Channel,
- dapat menerima konstelasi GPS: L1,L2, L5 ; GLONASS:
L1,L2 ; Galileo: E1, E5A, E5B ; BeiDou: B1, B2, B3 ; SBAS: L1 ; dan
QZSS: L1, L2, L5.
- dilengkapi dengan internal radio 2 Watt,
- internal celluler modem,
- bluetooth,
- WIFI,
- dual battery,
- serta memiliki kemampuan Mobile Base station yang dinamakan
dengan APIS.
i50 juga dilengkapi lampu led yang informatif.
Led Satelite
Led batre B
Led batre A
Led wifi
Tombol power
Tombol start/stop logging data
statik
Aplikasi landstar
HCE300
Instalasi alat dibagi menjadi dua yaitu BASE dan ROVER. Receiver i50
bisa digunakan sebagai base maupun rover karena keduanya memiliki
kemampuan Transmit dan receive koreksi baik menggunakan metode
RTK Radio maupun RTK mobile base station.
Untuk pengukuran di lapangan, pastikan batre sudah terisi (dengan di
charge terlebih dahulu).
Instalasi BASE
Receiver yang dijadikan base dipasang diatas tripod menggunakan
tribach dan tribach adapter serta pasangkan pole extention agar
antenna radio internal mendapat ruang yang cukup. Tripod dan tribach
(tribach adapter) harus tegak lurus terhadap titik BM (sentering).
Instalasi ROVER
Receiver yang dijadikan rover dipasang di pole. Data kolektor HCE300
dipasang menggunakan braket.
Modul
Daftar Isi :
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
Pendahuluan
Tujuan Pelatihan
Kerangka Pelatihan
1. Nyalakan data
3. Pilih Project - Project
kolektor HCE300
(tekan tombol power) 4. Klik
New
2. Jalankan aplikasi
Landstar 7