Anda di halaman 1dari 8

“APLIKASI RADAR FERUNO 1932 Mark-2 SEBAGAI PENDETEKSI

HUJAN DAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK PADA PELAYARAN”


Azalea Salsabilla (L1C017041)
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Jenderal Soedirman

I. PENDAHULUAN merencanakan, dan memonitor pelayaran,


Pada kapal niaga tugas crew atau mengemudikan kapal dan sistem
awak kapal dibagi menjadi dua bagian komunikasi (Kuncowati,2015).
yaitu deck department dan engine Alat – alat navigasi yang
department. Yang mengoperasikan alat digunakan antara lain untuk
– alat navigasi adalah awak kapal bagian mengemudikan kapal ada kemudi manual
deck ( deck department ). Bernavigasi dan otomatis, untuk menentukan posisi
adalah merupakan bagian dari kegiatan kapal secara manual atau konvensional
melayarkan kapal – kapal dari suatu dengan alat sextan, penjera celah
tempat ke tempat lain. Alat – alat navigasi kemudian nantinya diplotkan di peta
sangat penting untuk membantu seorang pelayaran sementara dengan kemajuan
pelaut dalam melayarkan kapal. Seiring teknologi untuk mengetahui posisi kapal
dengan perkembangan jaman dan ada alat yang namanya Global Positioning
perkembangan teknologi peralatan System (GPS), untuk mengetahui baringan
navigasi juga mengalami perkembangan dan haluan kapal lain kapal dilengkapi
teknologi dari yang peralatan yang dengan Radio Detection and Range (
dioperasikan secara konvensional menjadi RADAR ). Untuk mengetahui kecepatan
dioperasikan secara elektronik bahkan ada dan baringan kapal lain ada Automatic
yang otomatis. Sistem navigasi di laut Radar Plotting Aid ( ARPA
mencakup beberapa hal diantaranya ) dan untuk merencanakan haluan dan
menentukan posisi kapal, memonitor posisi kapal secara manual
menggunakan peta berikut
perlengkapan yang diperlukan seperti Google Earth cukup akurat dalam
mistar jajar, devider, pensil, dan menentukan koordinat suatu tempat. Selain
penghapus, sedangkan dengan itu pemilihan citra Google Earth Pro karna
perkembangan jaman dan teknologi ada memiliki kualitas resolusi spasial tinggi,
alat navigasi yang namanya Electronic akurasinya tinggi, cakupan perekaman
Chart Display System ( ECDIS ), dan ada luas, dan dapat diunduh secara free.
pelaralatan komunikasi kapal dalam (Colin, et al., 2014; Paulighe 2015; Sarie.
keadaan darurat yaitu Global Maritime D, 2016; Rumpa,2020).
Distress Signal System ( GMDSS )
(Kuncowati, 2015). II. METODE PENELITIAN
Penentuan peta alur rencana Penelitian yang dibuat oleh penulis ini
pelayaran, penggunaan sarana navigasi menggunakan sistem kualitatif yang
elektronik tidak cukup hanya dengan satu merupakan penelitian tentang riset yang
sistem tetapi harus dikombinasikan dengan bersifat deskriptif dan cenderung
beberapa sistem sebab tidak kemungkinan menggunakan analisis data. Langah-
adanya ganguan permasalahan yang timbul langkah membuktikan kebenaran
pada alat navigasi seperti akurasi hipotesis:
pembacaan lokasi, sehingga diperlukan 1. Mengecek kesiapan alat Navigasi
alternatif untuk 2. Pemahaman fungsi alat Navigasi
mengontrol rencana alur pelayaran seperti 3. Memahami cara penentuan posisi kapal
menggunakan sistem navigasi datar dan posisi target yang ada di sekitar kapal
(baringan suatu benda) dengan tersebut.
menggunakan peta laut kertas dan 4. Selalu memperbaharui atau
pemanfaatan peta aplikasi Google Earth mengupdate alat navigasi sehingga sesuai
untuk evaluasi tampilan koordinat suatu dengan keadaan laut waktu itu.
benda. Penelitian Rianandra, et al., 2015), 5. Tidak selalu mengandalkan alat
bahwa Selisih antara Google Earth dengan navigasi artinya harus mampu secara
GPS selisihnya hanya pada detiknya saja, manual misalnya kapal dalam keadaan
sehingga aplikasi blackoutkapal tetap bisa
dikemudikan sehingga mengurangi Frekuensi 60 MHz. Bandwidth 25
Intermediate MHz (0.08/0.3 μs), 3MHz
kecelakaan dilaut. (0.8μs)
Teknik Doppler Tidak ada

III. HASIL DAN DISKUSI Sistem radar navigasi laut terdiri dari unit
(PEMBAHASAN)
scanner dan unit display. Unit scanner
3.1. Radar Navigasi Laut Furuno 1932
merupakan sistem transceiver yang
Mark-2 tersusun dari antena, Tx/Rx Switching,
Radar navigasi laut Furuno 1932 magnetron, modulator, limiter, Microwave
Mark-2 adalah radar yang digunakan pada Integrated Circuit (MIC), dan IF amp.
kapal laut untuk mendeteksi kapal lain, Blok diagram rangkaian dan peralatan
daratan maupun benda lain di sekitarnya. yang terdapat dalam unit scanner
Dengan bantuan radar ini, seorang ditunjukkan dalam Gambar 1. Sedangkan
navigator kapal akan mendapatkan rute unit display radar ini tersusun dari A/D
yang aman dan cepat bagi kapalnya, converter, signal processor, control
meskipun di malam hari, cuaca yang section, D/A converter dan layar CRT
berkabut gelap, atau di pelabuhan yang seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.
padat kapalnya. Spesifikasi radar ini Gambar 1. Rangkaian dan Peralatan
ditunjukkan dalam Tabel 1 (Furuno, 2013 penyusun unit scanner (Furuno, 2013
dalam Awaludin et al, 2013). dalam Awaludin et al, 2013).
Tabel 1. Spesifikasi Radar Furuno 1932
MARK-2 (Furuno, 2013 dalam Awaludin
et al, 2013).

Parameter Spesifikasi
Frekuensi X Band (9410±30 MHz)

Gambar 2. Perangkat penyusun unit


Power Output 4 kW
display (Furuno, 2013 dalam Awaludin
Jarak Maksimum 60 km
Kecepatan rotasi 24 rpm et al, 2013).
antena
Jenis antena 3.5 ft centre-fed waveguide
slotted array
Lebar berkas Vertikal: 27o, Horisontal:
sinyal 2,4o
Lebar pulsa sinyal 0.08μs/2100Hz,
0.3μs/1200Hz,
0.8μs/600Hz
Jenis polarisasi Horisontal
(Pedersen, 2004 dalam Awaludin et al,
2013). Kelemahan lain dari daya ini adalah
apabila terjadi hujan yang sangat deras di
lokasi radar, maka pendeteksian akan
mudah menjadi kabur karena atenuasi
(Awaludin et al, 2013).
Antena yang digunakan dalam
3.2. Spesifikasi Radar Navigasi Laut radar ini tidak dilengkapi dengan motor
Furuno 1932 Mark-2 untuk pergerakan elevasi sehingga hanya
Untuk dapat diaplikasikan sebagai bisa digunakan untuk satu elevasi saja.
radar cuaca, spesifikasi radar navigasi laut Meskipun demikian, antena ini memiliki
Furuno 1932 Mark-2 harus mendukung lebar berkas vertikal yang lebar yaitu 27º.
untuk pendeteksian butiran hujan. Untuk aplikasi pendeteksian hujan, lebar
Frekuensi pada band X yang dimiliki radar berkas vertikal yang dapat digunakan
ini sangat mendukung untuk pendeteksian hanya setengahnya yaitu 13,5º yang masih
butiran hujan dengan peka hingga butiran jauh lebih besar dibandingkan lebar berkas
yang lebih kecil seperti butiran awan hujan radar cuaca yang hanya berkisar 4º,
dan salju. Akan tetapi, tidak adanya teknik sehingga mampu menjangkau elevasi yang
Doppler membuat kemampuan ini tidak lebar (Awaludin et al, 2013).
dapat dioptimalkan (Awaludin et al, 2013). Namun hal ini juga menimbulkan
Dengan daya keluaran 4kW, radar masalah karena sejumlah kecil tetes hujan
ini mampu mendeteksi target bangunan dalam volume sampel pada jarak yang
atau daratan hingga 60km. Apabila sangat dekat, dimana volume berkasnya
digunakan untuk mendeteksi butiran hujan masih kecil, akan terpantau dengan baik,
maka jarak maksimumnya akan turun. sedangkan sejumlah tetes hujan yang sama
Umumnya radar cuaca band X yang dalam volume sampel pada jarak yang
mempunyai daya 4kW hanya mampu lebih jauh akan
mendeteksi butiran hujan hingga 30km,
misalnya Local Area Weather Radar
(LAWR)
menghasilkan nilai yang sangat rendah radar cuaca yang sistem penghilang
karena terjadi integrasi clutter-nya berfungsi menghilangkan
beberapa volume. Hal ini clutter daratan atau bangunan dan
diilustrasikan dalam Gambar 4-1 meloloskan target hujan. Untuk itu perlu
dibangun sistem penghilang clutter baru
(DHI, 2012 dalam Awaludin et al, 2013).
seperti pada radar cuaca yang dilengkapi
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
dengan pendeteksian faktor reflektivitas
koreksi volume terhadap sinyal hasil
radar (Awaludin et al, 2013).
pendeteksian. Selain itu semua, polarisasi
horisontal yang dimiliki antena ini 3.3. Analisis Hasil Uji menggunakan

memungkinkan radar untuk mendeteksi Radar Furuno 1932 Mark-2

butiran hujan dengan sangat baik Pengujian dan pengukuran dilakukan pada
mengingat bentuk butiran hujan adalah titik koordinat 6.894966° LS dan
lonjong dalam sisi horisontal. 107.586468° BT. Unit scanner radar

Sistem tampilan unit display radar Furuno 1932 yang di sebelahnya terdapat
ini masih menggunakan monitor CRT AWS yang memiliki rain gauge berada di
monokrom dengan 8 level kuantisasi lantai lima (puncak gedung), sedangkan

warna hijau sehingga sangat sulit unit display beserta sistem akuisisi dan
membedakan antara target hujan, daratan sistem pengolah sinyal radar berada di
dan bangunan. Untuk itu perlu dibangun lantai dua, seperti ditunjukkan dalam
sistem tampilan yang baru dengan range Gambar 3. Radar tersebut digunakan untuk
warna yang lebar. Selain itu, sistem memantau target hujan yang bergerak
penghilang clutter-nya berfungsi mendekat ke arah radar.
menghilangkan clutter hujan dan Gambar 3. Foto unit scanner radar
meloloskan target daratan atau bangunan, yang dilengkapi rain gauge
sehingga hujan akan tertutup oleh target
daratan atau bangunan.
Konsekuensinya, sistem pendeteksian
faktor reflektivitas radar tidak dimiliki
oleh radar ini. Hal ini berbeda dengan
hujan yang bergerak tersebut telah sampai
di lokasi radar yaitu pada pukul 14:00,
intensitas hujan yang terpantau adalah 5,4
mm/jam yang merupakan hujan yang
sangat deras.
Gambar 4. Perbandingan data
reflektivitas radar hasil dari sistem
akuisisi dan pengolah sinyal radar
(kiri) dengan tampilan plotter unit
display radar (kanan)

Radar Furuno 1932 yang telah


dilengkapi sistem akuisisi dan pengolah
sinyal radar ini digunakan untuk
memantau hujan pada tanggal 7 Januari
2013 pada jam 13:00, dan hasilnya berupa
citra reflektivitas yang kemudian
dibandingkan dengan tampilan plotter unit
display radar. Untuk eksperimen ini,
sampel yang diambil hanya untuk sudut
pengamatan antara . Hasil pengujian ini
Gambar 5. Data intensitas hujan AWS
ditunjukkan dalam Gambar 4
pada 7 Januari 2013
memperlihatkan bahwa pergerakan hujan
terdeteksi dengan baik dan ground clutter
yang berada di jarak antar 0-3 km dapat
tereduksi dengan baik. Nilai reflektivitas
radar dari hujan yang berhasil dideteksi
mempunyai nilai antara 15 sampai 30 dBZ.
Berdasarkan data rain gauge AWS pada
Gambar 5 dapat dilihat saat

Berdasarkan hasil pengujian, nilai


reflektivitas 30 dBZ hasil pemantauan
radar merupakan hasil pendeteksian DAFTAR PUSTAKA
terhadap hujan dengan intensitas 5,4 Arleiny, Mugen S.S., Semuel D.P.,
mm/jam. Hubungan antara Z dan R yang Nurjana. 2018. Optimalisasi
terdeteksi tidak sesuai dengan persamaan Penggunaan Radar Oleh Perwira
(2-6) dari Marshall Palmer (1948), karena Jaga Untuk Mengetahui Posisi
nilai 30 dBZ apabila dimasukkan dalam Target Dan Mengurangi Bahaya
persamaan tersebut dihasilkan intensitas Navigasi Di Atas Kapal .Jurnal 7
hujan 2,7 mm/1jam. Oleh karena itu perlu Samudra Politeknik Pelayaran
dicari hubungan Z dan R yang sesuai untuk Surabaya, 3(2): 1-8.
radar ini. Awaludin, A., Ginaldi A.N., Soni A.R.
IV. KESIMPULAN 2013. Analisis Kemampuan Radar
Radar Furuno 1932 Mark-2 Navigasi Laut Furuno 1932 Mark-2

mempunyai dua bagian, yaitu unit scanner Untuk Pemantauan Intensitas

dan unit display. Untuk diaplikasikan Hujan. Sains

sebagai radar pendeteksi intensitas hujan, Dirgantara,10(2): 90-103.

spesifikasi unit scanner-nya telah Kuncowati. 2015. Analisis Pengaruh

memenuhi syarat, hanya membutuhkan Penggunaan Peralatan Navigasi


koreksi volume untuk lebar berkas Elekronik di Kapal dan Persyaratan

vertikalnya yang sangat lebar. Sedangkan Pengawakan Pada Kapal Niaga

unit display- nya belum memenuhi syarat, Terhadap Beban


karena tampilan plotter-nya yang masih Kerja Awak Bagian Deck. Jurnal
satu warna dengan 8 level degradasi dan Aplikasi Pelayaran dan
sistem penghilang clutter-nya masih Keoelabuhan, 6(1): 1-14.
menganggap hujan sebagai clutter bukan Luky, R., Sugondo H., Dadan N.R.
sebagai target sehingga dibutuhkan sistem 2018. Purwarupa Radar sebagai
akuisisi dan pengolah sinyal radar yang Pendeteksi Benda Diam
sesuai untuk pendeteksian hujan. menggunakan Ultrasonik.
Elkomika, 6(3): 317-327.
Marshall, J. S. dan Palmer, W. M. K.,
1948. The Distribution of
Raindrops wiith Size. Journal of Yulius, H.L. Salim (2013). Aplikasi GPS
Meteorology. Vol 5, Hal 165–166. Dalam Penentuan Posisi Pulau Di
Riva’atul Adaniah Wahab. 2014. Tengah Laut Berdasarkan Metode
Penggunaan Alat dan Perangkat Toponimi (Studi Kasus Pulau Morotai
Telekomunikasi Dalam Sistem Dan Sekitarnya). Seminar
Navigasi Dan Komunikasi Aktivitas Nasional Pendayagunaan
Perikanan Di Pelabuhan Perikanan Informasi Geospatial ISBN: 978- 979-
Bitung. Buletin Pos Dan 636-152-6
Telekomunikasi, (12) 4 : 279 – 290.
Rumpa, A., Maskur, M., Isman K., Tamrin
, Paduartama T. 2020. Penentuan
Rute Pelayaran Zona Pantai yang
Optimal dengan System Kombinasi
Navigasi Datar dan Navigasi
Eletronik ( Studi Kasus Alur Muara
Pelabuhan Perikanan Kabupaten
Bone ). Jurnal Airaha, 9(2): 171-
180.
Uijlenhoet, R., 2001. Raindrop Size
Distributions and Radar Reflectivity-
Rain Rate
Relationship for Radar
Hydrology. Hydrology and Earth
System Sciences, 5(4): 615-627.
Wibawa, I.P.A., Basuki R., Dian A.U. 2020.
Penggunaan Radar Reflector
Berbasis Budaya Lokal Pada Kapal
Ikan Tradisional. Engineering and
Science, 6(1): 8-
15.

Anda mungkin juga menyukai