Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH COVID-19 TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG


KAKI LIMA (PKL) DI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR
KABUPATEN BANYUMAS

Oleh:
IRFAN RENDI PAHLEVI
NIM C1A018098

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
PURWOKERTO
2021

i
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH COVID-19 TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG


KAKI LIMA (PKL) DI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR
KABUPATEN BANYUMAS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi


pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:

IRFAN RENDI PAHLEVI


NIM C1A018098

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
PURWOKERTO
2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Irfan Rendi Pahlevi

NIM : C1A18098

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya;
bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
atau pikiran saya, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiasi, maka
saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik yang saya peroleh terkait
dengan skripsi ini.

Purwokerto, 21 April 2021

Yang membuat pernyataan

Irfan Rendi Pahlevi

C1A018098
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulisan proposal skripsi yang berjudul “Dampak Pandemi Covid-
19 Terhadap Pendapatan PKL di Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas” dapat
terselesaikan dengan baik.

Penyusunan proposal skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Istiqomah, S.E, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
2. Bapak Drs. Oke Setiarso, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan pengarahan yang tak terbatas waktu dari awal hingga akhir studi.
3. Para dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman yang telah
memberikan bekal ilmu dan pengetahuan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan
skripsi serta untuk bekal hidup di kehidupan mendatang.
4. Kedua orang tua penulis, Bapak Dite dan Ibu Reni yang selalu memberikan dorongan,
semangat serta dukungan moril maupun materil, serta doa tulus yang tiada hentinya.
5. Teman-teman semester 1 sampai semester 6 yang sudah menemani masa perkuliahan.
6. Para pelaku PKL di Kecamatan Purwokerto Timur yang sudah bersedia membantu dalam
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kesediaan pembaca untuk memberikan
kritik dan saran demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada


pembaca seandainya terdapat kesalahan-kesalahan di dalam skripsi ini dan penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

iv
Purwokerto, 21 April 2021

Irfan Rendi Pahlevi

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii
HALAMAN KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI ..vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii

I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Ruang Lingkup Penelitian 10
E. Manfaat Penelitian 10

II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 12


A. Telaah Pustaka 12
B. Penelitian Terdahulu 29
C. Kerangka Berpikir 33
D. Pengembangan Hipotesis 35

III. METODE PENELITIAN 37


A. Desain Penlitian 37
B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 43
C. Teknik Analisis Data 44

DAFTAR PUSTAKA 48

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Pedagang Kaki Lima di Purwokerto 6


Tabel 1.2 Perhitungan Penentuan Ukuran Sampel 41

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 35

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Coronavirus Disease-2019 adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh jenis coronavirus baru, yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-COV-2). Pertama kali muncul di Wuhan, China pada

Desember 2019. Gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk

kering dan rasa lelah. Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa

menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti: Middle East Respiratory

Syndrome (MERS-CoV), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV),

dan Pneumonia. Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang

telah diidentifikasi, yaitu: HCoV-229E, HCoV-OC43, HCoV-NL63, HCoV-

HKU1, SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut) dan

MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah). Sampai tanggal 15 Maret

2021, dilaporkan terdapat 120.399.298 kasus di dunia. Dari jumlah itu

sebanyak, 2.664.622 orang meninggal dunia, dan 96.944.566 orang dinyatakan

pulih.

Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) menyebar ke negara lainnya

mulai Januari 2020. Indonesia sendiri mengumumkan adanya kasus covid 19

dari Maret 2020. Per tanggal 15 Maret 2021, tercatat 120.399.298 juta kasus

di dunia, 2.664.622 orang meninggal dunia, dan 96.944.566 orang sembuh. Di

Indonesia sampai dengan tanggal 15 Maret 2021 terkonfirmasi sebanyak

1
743.198 kasus dari 34 provinsi, 109.963 kasus aktif, 22.138 orang meninggal

dunia dan 611.097 orang sembuh. Kasus tertinggi berada di DKI Jakarta

dengan total 183.735 kasus, disusul Jawa Timur 84.152 kasus dan Jawa Barat

83.579 kasus. Hal ini menandakan ada peningkatan jumlah kasus Covid-19

pada setiap harinya.

Melihat adanya peningkatan terhadap kasus Covid-19 ini pada setiap

harinya pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang dapat

menyelesaikan kasus ini, antara lain dengan mensosialisasikan gerakan Social

Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan

memutus mata rantai infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman

dengan manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak

langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal. Pemerintah juga

meliburkan aktivitas sekolah dan perkuliahan dengan diganti pembelajaran

secara online dan memberlakukan bekerja didalam rumah, namun kondisi ini

justru malah dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk berlibur dan belum

bisa untuk mengatasi permasalahan bencana covid 19. (Yanti et al., 2020).

Selain itu, pemerintah juga menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB). Langkah PSBB dinilai langkah yang efektif untuk

memutus penyebaran Covid-19, bahkan dinilai lebih tepat jika dibandingkan

dengan lockdown. Dengan PSBB sektor vital seperti rumah sakit, pasar atau

minimaker tetap buka namun tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Akibat adanya kebijakan tersebut membuat ruang pergerakan

masyarakat menjadi lebih sempit yang akhirnya berdampak terhadap banyak

2
sektor di dunia salah satunya yaitu pada sektor ekonomi. Menurut Bholane

dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pandemi ini menyebabkan terjadinya

penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan pada tahun 2020

meningkat menjadi 2,9 persen, justru menurun menjadi 2,4 persen. Selain itu,

sektor manufaktur di China terdampak hebat oleh pandemi Covid-19.

Penurunan aktivitas sektor manufaktur ini akan merugikan negara-negara lain

yang memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan China seperti Vietnam,

Singapura dan Korea Selatan. Hal ini menyebabkan aktivitas manufaktur

secara global semakin tertekan.

Sedangkan dampak yang dialami sektor ekonomi di Indonesia akibat

pandemi Covid-19 yaitu: pertama banyaknya para pekerja yang dirumahkan

dan kena PHK lebih dari 1,5 juta dimana dari jumlah ini 90 persen

dirumahkan dan 10 persen kena-PHK. Sebanyak 1,24 juta orang adalah

pekerja formal dan 265 ribu pekerja informal. Selanjutnya dampak kedua,

PMI Manufacturing Indonesia mengalami kontraksi atau turun hingga 45,3

pada Maret 2020. Padahal dari angka terakhir yaitu Agustus 2019, PMI

Manufacturing masih berada diangka 49. Adapun PMI Manufacturing ini

menunjukkan kinerja industry pengolahan, baik dari sisi produksi, permintaan

baru, hingga ketenagakerjaan. Ketiga, impor pada triwulan I 2020 turun 3,7

persenyear-to-date (ytd). Keempat, Inflasi/ peningkatan harga secara umum

dan terus menerus Maret 2020 mencapai 2,96 persenyear-on-year (yoy).

Inflasi ini disumbangkan oleh harga emas perhiasan dan beberapa komoditas

pangan. Kelima, 12.703 penerbangan di 15 bandara dibatalkan sepanjang

3
Januari-Maret 2020. Rinciannya yaitu 11.680 untuk penerbangan domestik

dan 1.023 untuk penerbangan internasional. Keenam, kunjungan turis turun

hingga 6.800 per hari, khususnya turis dari Cina. Ketujuh, angka kehilangan

pendapatan disektor layanan udara mencapai Rp 207 miliar. Sekitar Rp 4,8

diantaranya disumbang dari penerbangan dari dan ke Cina. Delapan,

penurunan okupansi/penempatan pada 6 ribu hotel turun hingga 50 persen.

Selain itu, kata Sri, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama juga

memperkirakan potensi kehilangan devisa pariwisata bisa mencapai setengah

dari tahun lalu. Tidak hanya sektor-sektor diatas yang terkena dampaknya,

para pelaku usaha UMKM pun mendapat dampak negatif akibat adanya covid-

19.

Menurut penelitian Astuti, UMKM di Indonesia pergerakannya mulai

terganggu akibat pandemi. Jumlah UMKM di Mojokerto yang terdampak

pandemi sebanyak 1.625 umkm dan usaha mikro,kecil dan menengah

mengalami penurunan omset pendapatan. Dikarenakan daya beli masyarakat

yang menurun dan bahan produksi yang menurun akibat adanya pembatasan

keluar masuk antar daerah akibat pandemi ini. Dengan kondisi ekonomi yang

tidak ada kepastian, menyebabkan sektor UMKM dalam skala besar maupun

skala kecil terpaksa harus merumahkan pekerjaannya untuk sementara waktu

dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Tidak hanya sektor UMKM yang

terdampak pandemi,namun juga ketenagakerjaan yang ada di Mojokerto,selain

itu pandemi ini telah mengubah sistem pendidikan dan kesehatan,perilaku

sosial dan budaya masyarakat. Dan pandemi covid-19 ini telah membuat

4
sektor usaha kecil maupun usaha besar terpaksa di-PHK dan sebagia

dirumahkan dengan batas waktu yang tidak ditentukan untuk mengurangi

jumlah pekerja karena jumlah produksi yang menurun akibat adanya pandemi

ini. Tidak hanya jumlah produksi yang menurun namun juga permintaan dari

konsumen menurun akibat pandemi ini. Dan pandemi covid-19 ini telah

membuktikan bahwa sektor UMKM dan ketenagakerjaan berperan penting

terhadap perekonomian di Mojokerto. Sektor UMKM merupakan salah satu

yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap perekonomian di tengah

terjadinya pandemi karena secara umum UMKM mempunyai penghasilan dari

perputaran perdagangan yang dilakukan setiap harinya. Disaat UMKM tidak

mampu untuk menopang krisis ekonomi lagi akibat pandemi,maka

perekonomian di Mojokerto menurun drastis akibat dari sektor manufaktur

dan pariwisata.

Dewasa ini kondisi pedagang kaki lima merupakan kelompok marjinal

dalam piramida masyarakat kota yang mempunyai posisi tawar menawar yang

sangat tidak menguntungkan. Pedagang kaki lima biasanya tidak dianggap

sebagai entitas masyarakat kota yang seringkali terjadi pembenaran-

pembenaran yang pada akhirnya bermuara pada penempatan posisi yang

semakin menekan para pedagang kaki lima. Mayoritas masyarakat Indonesia

bekerja di sektor informal sebesar 56,84% dari jumlah penyerapan tenaga

kerja. Kondisi yang sama terjadi di Provinsi Jawa Tengah, lebih tepatnya di

Kabupaten Banyumas. Jawa Tengah mampu menyerap 60,29% sedangkan

Kabupaten Banyumas mampu menyerap 69,19% dari jumlah penyerapan

5
tenaga kerja. Kelebihan di sektor informal yaitu mudahnya masuk tanpa

adanya seleksi pendidikan, modal relatif kecil dan tidak terikat pada jam kerja.

Perluasan wilayah perkotaan tentunya berpengaruh signifikan terhadap

existensi masyarakat dalam membuka lowongan pekerjaan sendiri dan juga

memicu pendapatan yang lebih efektif. Semakin luas lahan untuk mencari

rezeki tentunya memicu persaingan yang semakin ketat, sehingga hal tersebut

memunculkan ide ide dalam menggoda konsumen agar tertarik dengan produk

yang dijualnya. Berikut daftar Pedagang Kaki Lima di wilayah Purwokerto

Timur:

Tabel 1.1 Jenis PKL di Purwokerto


Jenis Dagangan Jumlah
Pedagang Makanan 39
Pedagang Minuman 31
Jasa 12
Pedagang Mainan dan Aksesoris 13
Total 95
Sumber : Data Primer

Banyaknya pedagang kaki lima yang ada di wilayah Purwokerto Timur

tidak lain adalah lokasi yang sangat strategis. Salah satu tempat yang strategis

untuk berjualan antara lain: Sekitar universitas, Alun-alun, dan tempat

keramaian lainnya yang merupakan tempat lalu-lalang banyak orang dari

berbagai kalangan. Batasan dalam penelitian ini yaitu sampel yang diambil

adalah PKL yang ada di wilayah Purwokerto Timur. PKL tidak hanya menjual

makanan dan minuman saja, namun banyak dari mereka menjual hasil karya

sendiri seperti halnya mainan. Peneliti mengambil sampel pada pedagang kaki

6
lima di wilayah Purwokerto Timur dengan alasan bahwa pertumbuhan PKL di

Purwokerto Timur kian meluas (Banyumas, 2020).

Kota Purwokerto merupakan Ibu Kota Kabupaten Banyumas yang

menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perkantoran dan pusat bisnis

sehingga memicu masyarakat untuk mendirikan usaha guna membuka

lapangan pekerjaan sendiri (sektor informal). Kota Purwokerto memiliki luas

wilayah yang terdiri dari 4 (empat) Kecamatan yang terdiri dari Kecamatan

Purwokerto Utara, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Purwokerto

Barat, dan Kecamatan Purwokerto Timur. Pemerintah Kabupaten Banyumas

belum lama ini telah melakukan sosialisasi ke desa-desa dalam rangka

penegasan Rencana Detail Tata Ruang dan Kawasan (RDTRK) Perkotaan

Purwokerto. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperluas wilayah perkotaan

Purwokerto yang wilayah sebelumnya terdiri dari empat kecamatan bertambah

menjadi tujuh kecamatan melalui rencana pemekaran wilayah perkotaan.

Batasan dalam penelitian ini yaitu sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah PKL yang ada di wilayah Purwokerto. PKL tidak hanya

menjual makanan dan minuman saja, namun banyak dari mereka menjual hasil

karya sendiri seperti halnya mainan. Peneliti mengambil sampel pada

pedagang kaki lima di wilayah Purwokerto dengan alasan bahwa pertumbuhan

PKL di Purwokerto kian meluas (Banyumas, 2020). Alasan kuat lainnya

karena semua roda ekonomi beberapa bulan ini mengalami pemberhentian,

sehingga peneliti ingin sekali melihat perubahan yang terjadi terhadap

pendapatan mereka akibat pandemi covid-19.

7
Pandemi covid1-19 yang sampai saat ini masih melanda menyebabkan

pendapatan semua sektor mengalami penurunan, penyebabnya tidak lain ialah

pemerintah menerapkan PSBB, pembatasan jam malam, dan penganjuran

kewajiban pada masyarakat untuk stay at home dan penerepan social

distancing menyebabkan jumlah penjualan PKL menurun yang secara

langsung memnyebabkan penurunan pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan

penelitian Khaeruddin et al pendapatan sebelum pandemi dan pada saat

pandemi menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan, banyak dari para

pedagang di Desa Bantar Jaya mengalami penurunan pendapatan pada saat

pandemi Covid-19 ini, mereka juga mengalami krisis dimana harga bahan

baku yang meningkat menyebabkan pendapatan pun berkurang. Sehingga

dalam penelitian ini, penulis ingin memfokuskan tentang pendapatan yang

diterima oleh PKL di Kecamatan Purwokerto Timur yang disebabkan oleh

adanya pandemi Covid-19.

B. Rumusan Masalah

Pandemi covid-19 menyebabkan semua sektor terdampak seperti

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Semua sektor kewalahan dalam

menghadapi pandemi yang saat ini sedang melanda, pemerintah berusaha

menekan penyebaran virus corona dengan berbagai upaya agar penularan tidak

terus meluas. PSBB, pembatasan jam malam, gerakan social distancing, dan

penganjuran kewajiban masyarakat supaya stay at home. Namun hal-hal

tersebut sangat berdampak kepada para pedagang kaki lima.

8
Kab. Banyumas terutama kota Purwokerto merupakan salah satu kota

paling tertib dalam hal penegakan aturan-aturan dalam upaya menekan

penyebaran covid-19. Polisi, Dishub, Satpol PP, TNI, dan Bupati bersatu

untuk menegakan aturan-aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah agar

masyarakat tertib melaksanakannya. Razia masker, PSBB, serta pembatasan

jam malam merupakan upaya yang dilaksanakan. PSBB dan pembatasan jam

malam merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan

penjualan. Hasil survei BPS menyatakan bahwa sebanyak 82,85 persen pelaku

usaha mengalami penurunan pendapatan, sisanya sebesar 14,6 persen tetap

dan 2,55 persen mengalami kenaikan pendapatan.

Ketertarikan peneliti tentang bagaimana dampak pandemi Covid-19

terhadap pendapatan PKL sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan PKL di

Kecamatan Purwokerto Timur. Ada sebanyak 95 PKL, dengan rincian 39

pedagang makanan, 31 pedagang minuman, 12 PKL sektor jasa, dan 13

pedagang mainan dan aksesoris yang nantinya akan diteliti apakah pendapatan

yang diterima PKL secara keseluruhan mengalami perubahan berupa

penurunan atau tidak.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka pertanyaan

penelitian yang diajukan adalah “Dampak Covid-19 terhadap tingkat

pendapatan PKL di Kecamatan Purwokerto Timur?”

C. TujuanPenelitian

9
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak Covid-19

terhadap tingkat pendapatan PKL di Kecamatan Purwokerto Timur.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi

pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya dibuat suatu

batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini

termasuk ke dalam ruang lingkup ekonomi mikro. Pembahasan dalam

ekonomi mikro tentang bagaimana cara mengalokasikan pendapatannya untuk

membeli barang dan jasa. Dalam penelitian ini akan membahas tentang

dampak Covid-19 terhadap tingkat pendapatan PKL di Kecamatan Purwokerto

Timur, yang mana pendapatan dan PKL termasuk ke dalam ruang lingkup

ekonomi mikro.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang hendak diteliti, manfaat dari apa yang

akan penulis teliti yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat dijadikan bahan

referensi dan sumbangan pemikiran oleh peneliti lain dalam mengadakan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan krisis ekonomi yang

disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap PKL.

10
2. Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan yang bermanfaat, khususnya bagi pemerintah pusat maupun

daerah dalam menetepkan dan menyusun kebijakan dalam menghadapi

krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

11
BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Telaah Pustaka

1. Corona Virus Disease-19

Coronavirus Disease-2019 adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh jenis coronavirus baru, yaitu Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2). Pertama kali muncul di Wuhan,

China pada Desember 2019. Gejala Covid-19 yang paling umum adalah

demam, batuk kering dan rasa lelah. Namun, beberapa jenis virus corona

juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti:

a. Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).

b. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

c. Pneumonia.

Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah

diidentifikasi, yaitu:

a. HCoV-229E.

b. HCoV-OC43.

c. HCoV-NL63.

d. HCoV-HKU1.

e. SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).

f. MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).

12
g. COVID-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus

(menyebabkan wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada

Desember 2019, dan menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020.

Indonesia sendiri mengumumkan adanya kasus covid 19 dari Maret

2020.

Covid-19 ini dapat menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti:

a. Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).

b. Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.

c. Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang

terkena pengidap.

Per tanggal 15 Maret 2021, tercatat 120.399.298 juta kasus di

dunia, 2.664.622 orang meninggal dunia, dan 96.944.566 orang sembuh.

Di Indonesia sampai dengan tanggal 15 Maret 2021 terkonfirmasi

sebanyak 743.198 kasus dari 34 provinsi, 109.963 kasus aktif, 22.138

orang meninggal dunia dan 611.097 orang sembuh. Kasus tertinggi berada

di DKI Jakarta dengan total 183.735 kasus, disusul Jawa Timur 84.152

kasus dan Jawa Barat 83.579 kasus.

Kasus Covid-19 di Indonesia pertama kali dijangkit oleh dua warga

negara Indonesia, wanita berusia 64 tahun dan putrinya 31 tahun. Kedua

pasien tersebut sempat melakukan kontak fisik dengan warga negara

Jepang yang terkena Covid-19 pada 14 Februari 2020 lalu. Beberapa hari

kemudian, pasien terkena batuk. Setelah melakukan pemeriksaan, pasian

dibolehkan pulang ke rumah, namun batuknya tidak sembuh juga.

13
Akhirnya, 26 Februari 2020, pasien kembali ke rumah sakit dan mulai

merasakan batuk yang disertai sesak napas. Lalu pada 28 Februari 2020,

mendapatkan kabar bahwasanya warga Jepang yang sempat ditemui positif

terkena Covid-19. Selanjutnya, kedua pasien tersebut menjalankan tahapan

pemeriksaan di rumah sakit dan dipindahkan ke Rumah Sakit Penyakit

Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara dan dinyatakan positif

terjangkit covid-19.

Dalam waktu kurang dari sebulan sejak awal kemunculannya

jumlah kasus tercatat sebanyak 1.677 dengan 103 orang sembuh dan 157

lainnya meninggal dunia. Jumlah tersebut dianggap cukup besar,

mengingat kasus pertama terjadi di awal Maret namun, belum ada sebulan

pasien positif sudah lebih dari seribu.

Hal ini berdampak terhadap seluruh sistem kehidupan dan aktivitas

sosial di seluruh sektor terutama bagi masyarakat di wilayah Indonesia.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan

kasus luar biasa ini, antara lain dengan mensosialisasikan gerakan Social

Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi

bahkan memutus mata rantai infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga

jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak melakukan

kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal.

Pemerintah juga meliburkan aktivitas sekolah dan perkuliahan diganti

dengan pembelajaran secara online dan memberlakukan bekerja didalam

rumah, namun kondisi ini justru malahan dimanfaatkan oleh banyak

14
masyarakat untuk berlibur dan belum bisa untuk mengatasi permasalahan

bencana covid 19. (Yanti et al., 2020).

Selain itu, pemerintah juga menetapkan kebijakan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB). Langkah PSBB dinilai langkah yang efektif

untuk memutus penyebaran Covid-19, bahkan dinilai lebih tepat jika

dibandingkan dengan lockdown. Dengan PSBB sektor vital seperti rumah

sakit, pasar atau minimaker tetap buka namun tetap memperhatikan

protokol kesehatan. Namun PSBB ini berdampak pada dunia usaha.

Terutama pada sektor pedagang kaki lima yang menajajakan dagangannya

pada malam hari, sebagai contoh seperti penjual nasi goreng, sate, dan

wedang ronde, dan lain-lain. Rata-rata pedagang kaki lima tersebut mulai

menjajakan dagangannya selepas maghrib sampai dini hari, akan tetapi

dengan adanya kebijakan PSBB yang hanya memperbolehkan berjualan

sampai jam 21.00 membuat penjualan para pedagang kaki lima menurun.

Namun pada tanggal 14 Maret 2020 pemerintah mengumumkan

paket stimulus untuk menjaga kinerja perekonomian yang tengah tertekan

akibat wabah virus Covid-19. Menteri Koordinator Bidang Perkonomian

Airlangga Hartarto mengatakan, paket stimulus yang diberikan untuk

mengurangi dampak virus Covid-19 ke perekonomian, pemerintah

mengalokasikan anggaran Rp22,9 triliun. Dengan adanya ancaman

penyebaran penuluran covid 19 ini dan imbauan pemerintah dengan

imbauan pemerintah tidak melakukan aktifitas di tempat keramaian,

15
diharapkan paket stimulus yang diberikan dapat memberi stimulus

perekonomian masyarakat agar lebih membaik.

2. Usaha Mikro (Pedagang Kaki Lima)

Menurut Evens dan Korff , “definisi pedagang kaki lima adalah

bagian dan sektor informal kota yang yang mengebangkan aktivitas

produksi barang dan jasa di luar kontrol pemerintah dan tidak terdaftar”.

Usaha mikro adalah badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sesuai

Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah, yakni:

a. Memiliki aset atau kekayaan bersih hingga Rp 50 juta, tidak termasuk

tanah atau bangunan tempat usaha.

b. Omzet penjualan tahunan hingga Rp 300 juta.

Sementara, berdasarkan perkembangannya, usaha mikro

diklasifikan menjadi dua, yaitu:

a. Livelihood, yakni usaha mikro yang sifatnya untuk mencari nafkah

semata. Jenis usaha mikro yang satu ini dikenal luas sebagai sektor

informal. Contohnya, pedagang kaki lima.

b. Micro, yakni usaha mikro yang sudah cukup berkembang, namun

memiliki sifat kewirausahaan dan belum bisa menerima perkerjaan

subkontraktor serta belum bisa melakukan kegiatan ekspor.

Dasar Hukum Usaha Mikro

Banyak orang mengira, usaha mikro yang umum kita temui seperti

pedagang kaki lima tidak memiliki hukum yang mengatur

16
keberadaanya. Padahal, usaha mikro memiliki dasar hukum yakni Undang-

Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Dalam UU ini, telah diatur semua mulai dari kriteria, aspek perizinan serta

bagaimana peran serta pemerintah pusat dan daerah dalam pemberdayaan

usaha mikro. Bahkan, pada pasal 13 ayat 1 (a) dalam UU No. 20 Tahun

2008 disebutkan, pemerintah berkewajiban menentukan peruntukan

tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, sentra industri,

lokasi pertanian rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima dan

lokasi lainnya. Selain itu, ada juga pasal-pasal yang menyebutkan bahwa

pemerintah perlu memberikan kemudahan akses pembiayaan bagi usaha

mikro serta membebaskan biaya perizinan untuk usaha mikro. Ini artinya,

usaha mikro bukan merupakan anak tiri dalam perekonomian Indonesia.

Bahkan faktanya, usaha mikro merupakan salah satu tulang punggung

perekonomian. Usaha mikro secara nyata membuktikan mampu menyerap

tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor lain. Penyerapannya pun

cukup besar yakni mencapai 97%. Selain itu, Kementerian Koordinator

Perekonomian juga mencatat peran usaha mikro terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 60,34%.

Perizinan Usaha Mikro

Usaha mikro sebagai entitas bisnis tentu memiliki perizinan meski

bentuk badan usahanya adalah usaha perorangan. Cuma, yang

membedakan dengan jenis usaha lainnya (PT misalnya) adalah bentuk dan

mekanisme perizinannya yang berbeda. Jika badan usaha menengah

17
hingga besar diharuskan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP),

yang merupakan ketentuan perizinan yang diwajibkan Kementerian

Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag), maka usaha mikro

memiliki bentuk perizinan lain, yakni Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK).

IUMK memiliki dasar hukum Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014

serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. IUMK ini kemudian

diperkuat dengan Nota Kesepahaman antara Menteri Dalam Negeri,

Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri Perdagangan Nomor 503/555/SJ

Nomor 03/KB/M.KUKM/I/2015 dan Nota Kesepahaman Nomor 72/M-

DAG/MOU/I/2015 Tentang Pembinaan Pemberian Izin Usaha Mikro dan

Kecil. Adanya nota kesepahaman dikarenakan perizinan untuk usaha

mikro dan kecil sangat berhubungan erat dengan Kementerian Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop-UKM). Ada pula aturan-aturan

yang kemudian dibuat untuk meningkatkan hubungan antar lembaga,

seperti Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Jenderal Bina

Pembangunan Daerah, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,

Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kemenkop-

UKM, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan

Asippindo.

Ada beberapa keuntungan yang akan didapatkan oleh pelaku usaha

mikro jika memiliki IUMK, yakni:

18
1. Memiliki kepastian usaha dan perlindungan usaha di lokasi yang telah

ditetapkan.

2. Mendapatkan pendampingan dalam usaha untuk semakin

mengembangkan usaha.

3. Mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan, baik ke bank maupun

lembaga non-bank.

4. Mendapatkan pemberdayaan dari pemerintah pusat dan daerah serta

lembaga lainnya.

Aspek Perpajakan Usaha Mikro

Sama dengan badan usaha lain, usaha mikro sebagai entitas bisnis

juga diwajibkan membayar Pajak Penghasilan (PPh) yang sifatnya final.

Sebelumnya pajak untuk usaha mikro ini diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang mengatur besaran tarif pajak

yang dibebankan kepada wajib pajak usaha mikro. Besaran tarif PPh Final

bagi usaha mikro yang diatur dalam PP ini adalah 1%. Namun, agar usaha

mikro semakin berkembang, pemerintah melakukan revisi terhadap PP ini

dan pada tahun 2018 munculah PP Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak

Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh

Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. PP pengganti

Nomor 46 Tahun 2013 ini telah efektif berlaku sejak 1 Juli 2018 lalu.

Dalam PP Nomor 23 Tahun 2018 ini besaran PPh Final diturunkan, dari

sebelumnya 1% menjadi 0,5%. Diturunkannya PPh Final untuk usaha

mikro ini segera disosialisasikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan

19
dampaknya cukup signifikan bagi dunia perpajakan Indonesia. Pasalnya,

dengan penurunan tarif PPh Final, wajib pajak dari pelaku usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM) semakin meningkat.

Pembayaran PPh Final 0,5% Usaha Mikro

Bagi pelaku usaha mikro, pembayaran PPh Final 0,5% bisa

dilakukan melalui aplikasi OnlinePajak. Berikut tata cara membayar PPh

Final 0,5% untuk usaha mikro lewat OnlinePajak.

1. Mendaftar pada OnlinePajak dan masuk pada fitur PPh Final 0,5%.

2. Membuat faktur penjualan. Pelaku usaha mikro tinggal mengisi nama

barang penjualan, jumlah dan harga. Aplikasi milik OnlinePajak akan

menghitungnya secara otomatis.

3. Menyetor PPh Final 0,5%. Pelaku usaha mikro langsung terhubung

dengan Cash Management OnlinePajak untuk melakukan pembayaran

via online, sekaligus langsung membuat e-billing.

4. Setelah melakukan penyetoran, pelaku usaha mikro akan mendapatkan

bukti pembayaran atau Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).

Setelah itu status setoran akan berubah menjadi “LUNAS”.

3. Teori Pendapatan

Menurut Suarjana dan Wahyuni (2017) mengungkapkan bahwa

pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang

maupun barang. Berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk

20
memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk

berwirausaha.

Menurut Theodurus M.Tuanakotta (2000) pendapatan (Revenue)

dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan atau

usaha. Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan.

Mengingat pentingnya sangat sulit mendefinisikan pendapatan sebagai

unsur akuntansi pada dirinya sendiri. Pada dasarnya pendapatan adalah

kenaikan laba. Seperti laba pendapatan adalah proses arus penciptaan

barang atau jasa oleh suatu perusahaan selama suatu kurun waktu tertentu.

Umumnya, pendapatan dinyatakan dalam satuan moneter (uang). Rumus

pendapatan:

TR = P x Q

Keterangan :

TR = Total Revenue

P = Price of Product

Q = Quantity

Faktor yang mempengaruhi pendapatan dalam suatu perusahaan

atau usaha:

a. Kondisi dan kemampuan penjual, kemampuan seorang penjual dalam

mempengaruhi konsumen supaya mereka mau membeli produk yang

dijualnya dan mendapatkan penghasilan yang diharapkan.

21
b. Kondisi pasar, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan

dan situasi pasar, jenis pasar, golongan konsumen di pasar tersebut,

lokasi penjual, frekuensi konsumen dan selera konsumen dalam pasar

tersebut.

c. Modal, merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat

dalam mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal

merupakan pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara

langsung pada proses produksi maupun dalam prasarana produksi,

sehingga mampu mendorong kenaikan produktivitas dan output.

Modal menurut KBBI adalah uang yang digunakan sebagai pokok atau

induk untuk melakukan kegiatan perdagangan. Baik harta benda

berupa uang maupun barang, selama mampu dan bisa digunakan

Selain itu, menurut (Allam et al.2019) Dalam penelitiannya

menyatakan bahwa variabel modal, jam kerja dan jenis dagangan

bepengaruh terhadap tingkat pendapatan PKL di pasar sunmor

Purwokerto. Variabel modal berpengaruh positif dan signifikan

dimungkinkan karena dengan adanya modal memungkinkan penjual untuk

menyediakan berbagai pilihan kebutuhan konsumen baik dari kualitas dan

kuantitasnya. Konsumen akan lebih tertarik untuk membeli banyak barang

kebutuhan pada satu penjual yang menyediakan macam kebutuhannya

secara lengkap. Variabel jam kerja juga berpengaruh positif dan signifikan

dimungkinkan karena semakin lama waktu berjualan, maka juga membuka

peluang bagi konsumen untuk membeli barang dagangannya. Artinya

22
semakin lama waktu berjualannya, maka akan memiliki waktu untuk

berinteraksi dengan konsumen sehingga pendapatan dapat meningkat.

Variabel jenis dagangan berpengaruh positif dan signifikan juga artinya

ketika jenis dagangan yang diperdagangkan semakin bervariasi, maka akan

meningkatkan pendapatan karena konsumen dapat memilih berbagai jenis

pilihan barang yang ingin dibelinya.

Selain itu, adapun faktor yang mempengaruhi pendapatan suatu

usaha di masa pandemi:

1. Social distancing, menurut (Telkom Indonesia, 2020) Social

Distancing merupakan serangkaian tindakan pengendalian infeksi yang

dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran

penyakit menular seperti Covid-19.

2. PSBB, berdasarkan UU 6/2018, Pasal 1 angka 11 Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB) adalah istilah kekarantinaan kesehatan di

Indonesia yang didefinisikan sebagai “Pembatasan kegiatan tertentu

penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit

dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah

kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.

3. Harga bahan baku meningkat, menurut Yusniaji dan Widajanti (2013)

bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk

diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau

produk akhir dari perusahaan.

23
4. Kesulitan penjualan, menurut Fitriani dalam Mulyadi (2008) penjualan

adalah suatu kegiatan yang terdiri dari transaksi penjualan barang atau

jasa, secara kredit maupun secara tunai.

5. Teknologi, menurut KBBI teknologi adalah metode ilmiah untuk

mencapai tujuan praktis atau ilmu pengetahuan terapan. Adapun lebih

lanjut teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-

barang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

6. Bantuan dana, menurut Asmara (2018) salah satu bentuk bantuan yang

diberikan pemerintah adalah bantuan dana bergulir. Dana bergulir

mulai diterapkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun

2000.

7. Influencer, menurut Sugiharto dan Ramadhana (2018) influencer

merupakan seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain. Seorang

influencer tidak hanya harus celebrity, tetapi orang biasa pun dapat

dikatakan sebagai influencer jika orang tersebut memiliki pengikut

yang banyak dan perkataannya dapat mempengaruhi orang lain.

8. Perbankan, Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan

keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang

diterima dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang

baru.

Nurdiyanto dan Sirajuddin, faktor yang menurunkan pendapatan:

a. Faktor intern, kurangnya promosi dan pemanfaatan teknologi dalam

sektor pemasaran dapat menurunkan pendapatan. Hal tersebut

24
menyebabkan konsumen kurang mengetahui detail produk, dengan

kata lain mempengaruhi turunnya volume permintaan. Selain itu, biaya

pengiriman yang terlalu tinggi juga mempengaruhi permintaan

konsumen. Lokasi usaha yang masih mengontrak juga dapat

menurunkan pendapatan, karena pendapatan usaha digunakan untuk

membayar biaya sewa.

b. Faktor ekstern, terjadinya inflasi dan meningkatnya harga bahan pokok

mempengaruhi daya beli konsumen menjadi menurun, sehingga

menyebabkan pendapatan usaha juga ikut menurun. Adapun jika

konsumen menemukan pedagang lain yang menjual produk dan

jasanya dengan harga yang lebih murah, maka konsumen akan beralih

ke perusahaan tersebut.

Milzam et al dalam penelitiannya terhadap 21.791 UMKM dengan

282 sampel di Kota Pekalongan menyatakan bahwa terdapat penurunan

pendapatan yang dialami oleh pelaku UMKM yang disebabkan oleh

pandemi Covid-19 dengan total penurunan sebesar 53,5 persen. Adapun

usaha fashion mengalami penurunan terbesar yaitu 76 persen disusul oleh

usaha kuliner sebesar 65 persen. Penurunan ini terjadi setelah

diberlakukannya peraturan social atau physical distancing dan PSBB dari

16 Maret – 16 April 2020 selama sebulan. Usaha fashion mengalami

penurunan terbesar dikarenakan masyarakat dikondisi pandemi seperti ini

lebih mengutamakan membeli barang-barang yang lebih penting seperti

sembako atau kebutuhan kesehatan (masker, hand sanitizer, dll). Selain

25
itu, pusat perbelanjaan dan hiburan beberapa ada yang tutup dan

mengurangi jam operasional mereka untuk menurunkan aktivitas

masyarakat diluar rumah. Usaha kuliner juga mengalami penurunan yang

besar dikarenakan masyarakat lebih mengutamakan membeli bahan dan

makanan pokok yang lebih bergizi serta bisa disimpan beberapa hari

dirumah daripada membeli jajanan atau makanan-makanan yang kurang

bergizi.

Kemudian, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Asosiasi

Business Development Services Indonesia (ABDSI) terhadap 6.405

UMKM di Indonesia menyatakan bahwa pandemi Covid-19 ini

menyebabkan perubahan penjualan yang dialami oleh seluruh UMKM.

Hasil ini menunjukkan bahwa sebanyak 91,9 persen pelaku UMKM

mengakui penjualan mereka mengalami penurunan dengan rincian

sebanyak 36,7 persen responden tidak ada penjualan, yang disusul oleh 26

persen responden yang mengalami penurunan penjualan lebih dari 60

persen, 15 persen responden mengalami penurunan penjualan 31-60

persen dan 14,2 persen responden mengalami penurunan penjualan 10-30

persen. Selain itu, hanya sedikit responden yang mengaku pendapatannya

tetap yaitu 4,5 persen sedangkan responden yang mengaku mengalami

kenaikan penjualan yaitu 3,6 persen.

Selain itu, berdasarkan hasil survei BPS terhadap 34.559 pelaku

usaha yang menyebutkan bahwa terdapat perubahan pendapatan yang

diterima para pelaku usaha yang disebabkan oleh pandemi Covid-19

26
dengan rincian sebesar 82,85 persen pelaku usaha mengalami penurunan

pendapatan, sebesar 14,6 persen mengaku pendapatannya tetap dan hanya

sedikit yang mengalami peningkatan pendapatan yaitu 2,55 persen. Hasil

ini juga menunjukkan secara umum yaitu 8 dari 10 pelaku usaha cenderung

mengalami penurunan pendapatan.

4. Teori Permintaan

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang dimintapada

suatu pasar tertentudengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan

tertentu dalam periode tertentu dandalam periode tertentu. Teori permintaan

menjelaskan tentang ciri hubungan antara harga dan jumlah permintaan

yang nantinya dapat dibuat grafik kurva permintaan. Faktor yang

mempengaruhi permintaan:

1. Harga barang yang diminta, naik atauturunnya harga barang/jasa akan

mempengaruhibanyaknya barang yang diminta.

2. Tingkat pendapatan masyarakat, pendapatan masyarakat mencerminkan

daya belimasyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat akan

mempengaruhi kualitasmaupun kuantitas permintaan.

3. Jumlah penduduk, semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan

akan meningkat.

4. Selera dan estimasi, perkembangan mode, pendidikan, lingkungan akan

mempengaruhiselera masyarakat, yang akan mempunyai pengaruh

terhadap jumlah permintaan.

27
5. Harga barang lain atau substitusi, adanya barang pengganti akan

berpengaruh terhadapjumlah permintaan. Pada saat harga barang

naik,jika ada barang pengganti maka jumlahpermintaan akan

dipengaruhinya.

6. Intensitas kebutuhan, mendesak atau tidaknya atau penting tidaknya

kebutuhan seseorangterhadap jasa, mempengaruhi jumlah permintaan.

Kebutuhan primer, lebih pentingdibanding kebutuhan sekunder.

Kebutuhan sekunder lebih penting dibanding tersier,sehingga

pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda.

7. Distribusi pendapatan, makin merata pendapatan maka jumlah

permintaan semakinmeningkat, sebaliknya pendapatan yang hanya

diterima/dinikmati oleh kelompoktertentu, maka secara keseluruhan

jumlah permintaan akan turun.

Hukum permintaan menyebutkan bahwa ketika harga suatu barang

rendah, maka permintaan terhadap barang tersebut akan semakin banyak.

Begitu pula sebaliknya, ketika harga suatu barang tinggi, maka permintaan

terhadap barang tersebut akan semakin sedikit. Hal ini menyatakan jika

harga suatu barang naik pembeli akan mencari barang lain yang dapat

dikatakan sebagai pengganti barang tersebut dan begitu pula sebaliknya,

ketika harga suatu barang menurun, maka konsumen akan menambah

pembelian terhadap barang tersebut.

Namun, akibat pandemi Covid-19 ini telah menyebabkan perubahan

pada permintaan konsumen terhadap suatu produk. Diberlakukannya PSBB

28
dan kebijakan social/physical distancing oleh pemerintah akan membatasi

ruang gerak masyarakat secara keseluruhan hal ini akan berdampak pada

perlambatan kegiatan ekonomi sehingga secara langsung mempengaruhi

permintaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu,

kebijakan-kebijakan ini juga menyebabkan masyarakat lebih memilih diam

dirumah hingga batas waktu yang belum dipastikan oleh pemerintah yang

menyebabkan perubahan permintaan masyarakat terhadap suatu produk.

Saat ini, permintaan terhadap barang-barang dalam menghadapi pandemi

seperti masker, sabun cuci tangan, sarung tangan dan handsanitizer

meningkat. Dalam kondisi normal, perubahan harga mempengaruhi

permintaan suatu produk, tetapi dalam kondisi pandemi seperti ini

meskipun harga yang ditawarkan tinggi, masyarakat tetap membelinya

karena masker, handsanitizer, dan vitamin merupakan kebutuhan sandang

yang wajib dimiliki pada saat pandemi saat ini. Hal tersebut terjadi karena

ketersediaan stok di pasar yang sedikit, namun jika jumlah stok mencukupi

maka harga barang yang ditawarkan akan kembali normal.

B. Penelitian Terdahulu

Selain menggunakan dukungan landasan teori, penelitian ini

dilengkapi dengan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan pertimbangan

agar penelitian ini dapat dibandingkan dengan hasil- hasil penelitian sejenis.

Berikut merupakan beberapa referensi hasil penelitian terdahulu yang memang

29
sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini yang pernah penulis baca,

sebagai berikut:

No Penulis, tahun, tujuan Metode Hasil Penelitian


1. Sinaga dan Purba Metode Analisis: Pedagang buah dan sayur
(2020) Deskriptif tetap bertahan melakukan
Tujuan Penelitian: Kualitatif usahanya di pasar
Untuk mengetahui Variabel walaupun dalam masa
pengaruh pandemi Dependen: pandemi dan jumlah
Covid-19 terhadap Pandemi Covid- pembeli serta pendapatan
pendapatan pedagang 19. yang menurun hingga
buah dan sayur di Variabel lebih dari 50%.
Pasar Tradisional Independen:
“Pajak Pagi Pasar V” Pendapatan
Padang Bulan Pedagang.
Medan.
2. Rosita et al. (2020) Metode Analisis: Hasil penelitian
Tujuan Penelitian: Penelitian berdasarkan hasil regresi
Menjelaskan Faktor- deskriptif dengan linier berganda terbukti
Faktor yang metode kuantitatif bahwa secara simultan
mempengaruhi dengan dan parsial variabel
pendapatan pedagang menggunakan alat packaging, modal dan
kaki lima (Studi analisis regresi waktu dagang berpengaruh
Kasus Wisata Taman linier berganda. signifikan terhadap
Jomblo Kotabaru Variabel pendapatan pedagang kaki
Jambi Pasca Pandemi Dependen: lima (Studi Kasus Wisata
Covid-19) secara Pandemi Covid- Taman Jomblo Kotabaru
simultan dan parsial. 19. Jambi Pasca Pandemi
Variabel Covid-19).
Independen:
Pendapatan
Pedagang Kaki
Lima.
3. Sarni dan Sidayat Metode Analisis: Saat pandemi (bulan
(2020) Wawancara maret-juni), harga sayuran
Tujuan Penelitian: berstruktur bayam, kangkung dan
Mengetahui dampak ditujukan untuk sawi mengalami
COVID-19 terhadap memperoleh data peningkatan harga jual
pendapatan petani kuantitatif dan berkisar antara 30-33 %
sayuran sebelum dan kualitatif. dibanding sebelum
saat pandemi di kota Variabel pandemi, hal ini
ternate. Dependen: berbanding terbalik
Pandemik Covid- dengan komoditi cabe
19. yang anjlok ditingkat
Variabel petani sampai mencapai

30
Independen: 36,7 % disaat pandemi
Pendapatan Petani namun harga naik pada
bulan juliseptember.
Komoditi terong baik
sebelum maupun setelah
pandemi tetap dengan
harga stabil, tidak
mengalami kenaikan
maupun penurunan harga.
4. Kholis et al. (2020) Metode Analisis: Pandemi COVID-19
Tujuan Penelitian: Studi kasus sangat berdampak
Untuk memprediksi dengan terhadap pendapatan
dampak COVID-19 menggunakan nelayan jaring insang di
terhadap pendapatan analisis tren (time Kota Bengkulu akibat
nelayan jaring insang series). turunnya harga penjualan
di Kota Bengkulu. Variabel ikan.
Dependen:
Pandemik Covid-
19
Variabel
Independen:
Pendapatan
Nelayan
5. Andika et al. (2020) Metode Analisis: Dalam penelitian ini
Tujuan Penelitian: Metode kualitatif menunjukan bahwa
Mengkaji tentang dengan data-data dampaknya covid 19
bagaimana dampak yang berbentuk terhadap pasar tradisional
Covid-19 terhadap kata-kata. sangat berpengaruh dari
pendapatan pedagang Variabel segi berkurangnya
mikro pada pasar Dependen: konsumen yang datang
tradisional serta Pandemi Covid- karena ketakutnya warga
melihat upaya 19 sehingga membuat pasar
pemerintah dalam Variabel sepi, penurunan
menjaga stabilitas Independen: pendapatan yang membuat
harga pangan pokok Pendapatan pedagang sangat mengeluh
di tengah virus Pedagang Mikro dalam keadaan ini untuk
Corona dan upaya kehidupan sehari-hari
pemerintah mereka, serta upaya
mempersiapkan pemerintah dalam
bantuan sosial bagi stabilitas harga barang
pekerja pokok.
harian(UMKM).
6. Adinugroho et al. Metode Analisis: Persepsi & Sikap
(2020) Diskriptif Masyarakat untuk
Tujuan Penelitian: kuantitatif. mengantisipasi Covid-19
Menganalisis dampak Variabel berpengaruh positif dan

31
wabah Covid-19 Dependen: signifikan terhadap tingkat
terhadap penjualan Penjualan Jahe penjualan jahe merah,
jahe merah di merah sedangkan Pemahaman
Kawasan kota Variabel dan Pengetahuan tentang
Surakarta. Independen: Covid-19 berpengaruh
Pandemi Covid- positif tetapi tidak
19 signifikan terhadap tingkat
penjualan jahe merah.
Persepsi & Sikap
Masyarakat untuk
mengantisipasi Covid-19
paling berpengaruh dalam
penjualan jahe merah di
kawasan Kota Surakarta.
7. Khaeruddin et al. Metode Analisis: Hasil penelitian ini
(2020) Penelitian menunjukkan bahwa
Tujuan Penelitian: kuantitatif. pendapatan sebelum dan
Mengetahui faktor- Variabel saat pandemi tidak
faktor apa saja yang Dependen: menunjukkan perbedaan
mempengaruhi Pendapatan yang sangat signifikan
pendapatan UMKM UMKM. terhadap pendapatan
di masa pandemi Variabel sebelum dan saat pandemi.
covid-19. independen:
Pandemi Covid-
19.
8. Belanova (2020) Metode Analisis: Pandemi Covid-19
Tujuan Penelitian: Kualitatif menyebabkan sebanyak
Menunjukkan menggunakan 8,9 persen pengusaha
dampak awal krisis data dari Kantor termasuk usaha kecil dan
korona terhadap Statistik Republik menengah di Slovakia
UKM di Republik Slovakia. terpaksa harus menutup
Slowakia dan Variabel sementara jam operasional
mengusulkan Dependen: mereka. Sebagian
langkah-langkah Terhadap usaha pengusaha yang tetap
untuk mengurangi kecil menengah. melanjutkan aktivitas
konsekuensi Variabel mereka dan belum tutup
negatifnya. Independen: mengalami hambatan yaitu
Dampak krisis menurunnya permintaan
korona. produk dan jasa mereka.
9. Bartik et al (2020) Metode Analisis: Pandemi Covid-19
Analisis deskriptif menyebabkan 41,3 persen
kuantitatif. pebisnis menutup
Variabel sementara usahanya dan
Dependen: terdapat sedikit dari
Hasil dan Harapan mereka sekitar 1,8 persen
Bisnis Kecil. yang tutup permanen.

32
Variabel Sementara, sisanya
Independen: mereka tetap beroperasi.
Dampak Covid- Sebagian besar mereka
19. menutup sementara
usahanya karena sepi
pembeli dan alasan
kesehatan para tenaga
kerjanya.
10. Milzam et al (2020) Metode Analisis: Dari 282 sampel yang
Analisis data diteliti, terdapat penurunan
deskriptif. sebesar 53,5 persen,
Variabel dengan usaha fashion
Dependen: mengalami penurunan
Pendapatan terbesar dan disusul oleh
penjualan usaha usaha kuliner. Penurunan
kecil menengah ini terjadi setelah
Variabel diberlakukannya peraturan
Independen: social distancing dan
Dampak Pandemi PSBB dari 16 Maret – 16
Corona. April 2020 selama
sebulan.

C. Kerangka Berpikir

Pandemi Covid-19 telah menyerang hampir seluruh negara di dunia,

salah satunya yaitu Indonesia. Covid-19 ini ditemukan di Indonesia pada

tanggal 2 maret 2020. Hal ini berdampak pada beberapa sektor di Indonesia,

salah satunya sektor ekonomi. Salah satu sektor ekonomi yang paling

terdampak adalah pedagang kaki lima. Akibat adanya pandemi virus covid-19

ini pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk memutus rantai

penyebaran Covid-19 seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan

penerapan social atau physical distancing yang secara langsung

mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap suatu produk sehingga

berimbas terhadap pendapatan para pelaku pedagang kaki lima.

33
Penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2020) menyebutkan dampak

dari adanya PSBB pada sektor ekonomi yaitu banyaknya karyawan yang di

PHK, menurunnya volume dan omset penjualan, menurun jumlah pembeli,

bahan pokok naik, beberapa pasar ditutup, dan banyaknya UMKM yang

terancam bangkrut bahkan gulung tikar. Hal tersebut menunjukan bahwa

dengan adanya PSBB dan kebijakan social/physical distancing menyebabkan

adanya batasan ruang gerak masyarakat secara keseluruhan. Hal ini secara

langsung mempengaruhi permintaan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhannya.

Dalam penelitian ini menganalisis pendapatan PKL di Desa

Dukuwaluh apakah terdapat penurunan pendapatan yang diterima mereka

pada saat sebelum pandemi dibandingkan pendapatan pada saat pandemic.

Dari sini dapat diketahui bagaimana pengaruh Covid-19 terhadap tingkat

pendapatan PKL di Kecamatan Purwokerto Timur. Berikut merupakan

kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Pandemi Covid-19

PSBB PHK

34
Permintaan

Pendapatan PKL di Desa Dukuwaluh

Pendapatan normal Pendapatan saat pandemi

Pengaruh Covid-19 terhadap tingkat pendapatan


PKL di Desa Dukuwaluh

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

D. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Disebut sementara karena jawaban yang diberikan

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data, melainkan hanya didasarkan pada teori yang relevan. Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, bukan jawaban yang empiris dengan data.

Berdasarkan literatur yang dijadikan rujukan oleh penulis yaitu

penelitian oleh Sinaga dan Purba (2020) Milzam (2020), Rosita et al. (2020)

35
dan hasil survei oleh BPS dan ABDSI serta kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Terdapat penurunan tingkat pendapatan secara signifikan yang diterima

PKL pada saat pandemi.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif

yang bersifat komparatif. Menurut Sugiyono mendefinisikan penelitian

kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme. Maksud arti filsafat positivisme ialah memandang gejala atau

fenomena itu bisa diklasifikasikan, terukur, konkrit dan hubungannya

bersifat sebab akibat. Penelitian ini digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu dengan pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data

penelitian berupa angka-angka dan analisis data bersifat kuantitatif atau

menggunakan statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Sedangkan penelitian komparatif menurut Kurniawan dan

Zarah merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

perbandingan antara variabel dengan menggunakan sampel dalam kurun

waktu yang berbeda dan/atau sampel yang lebih dari satu.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dampak pandemi

Covid-19 terhadap pendapatan PKL di Kecamatan Purwokerto Timur

yaitu dengan melihat seberapa besar penurunan pendapatan yang diterima

PKL tersebut yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

37
2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pendapatan PKL di Kecamatan

Purwokerto Timur yang dilihat dari pendapatan pada saat waktu normal

dan saat pandemi. Pendapatan dalam penelitian disini maksudnya adalah

pendapatan kotor yang mana jumlah tersebut belum dikurangi biaya

pengeluarannya seperti biaya produksi, gaji pegawai dll. Kemudian,

penelitian ini hanya terbatas pada PKL saja, karena di Kecamatan

Purwoketo Timur banyak UMKM atau usaha jasa lain, yang apabila

digabung dengan usaha jasa lain dikhawatirkan data akan terlalu banyak

dan meluas. Selain itu, berdasarkan hasil survei oleh BPS sebelumnya

menyatakan bahwa PKL merupakan salah satu usaha yang paling

mengalami penurunan pendapatan terbesar yang disebabkan pandemi

Covid-19.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kecamatan Purwokerto

Timur, Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Peneliti memilih daerah

tersebut karena merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah PKL yang

cukup banyak. Kemudian, Kecamatan Purwokerto Timur merupakan salah

satu kecamatan yang memiliki berbagai sarana pelayanan publik

dibandingkan dengan tiga kecamatan lain di Purwokerto dan juga terletak

di lokasi yang pembangunan daerah cukup merata. Selain alasan

sebelumnya belum ada penelitian yang menggunakan lokasi penelitian ini,

38
Dan Kecamatan Purwokerto Timur merupakan daerah tempat tinggal

penulis sehingga diharapkan memudahkan penulis untuk melakukan

penelitian karena sudah cukup mengenal daerah ini.

4. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini adalah pada saat pandemi Covid-19

mulai masuk ke Indonesia sejak Maret lalu, namun salah satu upaya

pencegahan pemerintah yakni PSBB baru diterapkan di Kota Purwokerto

sejak pertengahan April hingga awal Juli 2020, sedangkan setelah Juli

hingga Oktober 2020 sudah tidak diberlakukan PSBB melainkan sudah

masuk ke fase New Normal. Namun pada bulan November hingga Januari

tahun ini pemerintah Kabupaten Banyumas menerapkan pembatasan jam

malam kembali. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan tentang

dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan PKL yang terjadi sejak

April hingga awal Juli 2020 selama masa ketat PSBB.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah PKL di Kecamatan

Purwokerto Timur, Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas yaitu

sebanyak 95 usaha, dengan rincian 39 pedagang makanan, 31 pedagang

minuman, 12 usaha jasa, 13 pedagang mainan dan aksesoris.

b. Sampel

39
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah disproportionate

stratified random sampling yang merupakan teknik dalam menentukan

jumlah sampel jika populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

Dalam populasi penelitian ini berjumlah 95 usaha, dengan rincian 39

pedagang makanan, 31 pedagang minuman, 12 usaha jasa, 13 pedagang

mainan dan aksesoris, maka 12 usaha jasa itu diambil semuanya sebagai

sampel, karena usaha jasa merupakan yang paling sedikit dibandingkan

dengan yang lain.

Dalam penelitian ini, penulis mempersempit populasi yaitu

jumlah PKL sebanyak 95 PKL dengan mengambil ukuran sampel

berdasarkan rumus Slovin, yaitu:

N
n=
1+ N ( e ) ²

Keterangan:

n = Ukuran sampel/jumlah responden

N = Ukuran populasi

e= Toleransi error; e=0,1

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 PKL,

dengan mengambil taraf kesalahan sebesar 10% dan hasil perhitungan

dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui

sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:

95
n=
1+ 95(0,1)²

40
95
n= =48,72
1,95

Karena populasinya berstrata, maka sampelnya juga berstrata.

Stratanya ditentukan menurut jenis usaha. Untuk perhitungan sampelnya

hanya diperuntukkan untuk pedagang makanan dan minuman saja, usaha

jasa dan pedagang mainan aksesoris tidak dihitung sampelnya karena

jumlahnya yang terlalu sedikit sehingga semuanya dijadikan sampel.

Tabel 1.2 Perhitungan Penentuan Ukuran Sampel

Usaha dan Pedagang Populasi Ukuran Sampel

Pedagang Makanan 39 39/(95-12) X (49-12) = 17


Pedagang Minuman 31 31/(95-12) X (49-12) = 14
Usaha Jasa 12 = 12
Pedagang Mainan 13 13/(95-12) X (49-12) = 6
dan aksesoris

Jumlah 95 ...
Sumber: data diolah, 2021

Berdasarkan perhitungan diatas, penulis mengambil 49 sampel yang akan

dijadikan sumber untuk melakukan penelitian terhadap PKL di Kecamatan

Purwokerto Timur.

6. Sumber Data

Menurut sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, data

dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner

terbuka yang bersumber dari responden alias sampel PKL di Kecamatan

41
Purwokerto Timur yang memuat data utama dalam penelitian ini yaitu

pendapatan PKL pada waktu normal dan saat pandemi, beserta data-data

pendukung lainnya seperti jam buka dan tutup usaha, jumlah tenaga kerja,

dan strategi usaha menghadapi pandemi Covid-19.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data resmi jumlah

penduduk di Kecamatan Purwokerto Timur yang diperoleh dari

Disdukcapil Kota Purwokerto dan sebagian data jumlah PKL di

Kecamatan Purwokerto Timur yang terdaftar di kantor Kecamatan

Purwokerto Timur.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

kuesioner terbuka yang disebarkan kepada sampel PKL di Kecamatan

Purwokerto Timur. Isi pertanyaan utama yang akan ditanyakan kepada

responden adalah tentang pendapatan yang diterima mereka pada saat

waktu normal dan saat pandemi. Jawaban pertanyaan ini yang menentukan

apakah terdapat penurunan pada pendapatan yang diterima PKL atau tidak.

Selain itu, pertanyaan-pertanyaan lainnya yang jawabannya akan dijadikan

data pendukung dalam pembahasan seperti jam operasional usaha mereka

pada waktu normal dan pandemi, untuk mengetahui apakah pandemi

Covid-19 ini menyebabkan perubahan jam operasional usaha mereka

misalnya buka lebih siang atau tutup lebih awal. Kemudian, jumlah

dagangan yang ditawarkan pada waktu normal dan saat pandemi, untuk

42
mengetahui apakah pandemi ini menyebabkan ada pengurangan jumlah

dagangan yang ditawarkan atau tetap, selanjutnya pertanyaan mengenai

strategi para PKL dalam menghadapi dan menyiasati dalam kondisi

pandemi Covid-19.

B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual

Dalam penelitian ini, konsep variabelnya adalah pandemi Covid-19 dan

pendapatan PKL. Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa menyebarnya penyakit

Covid-19 di seluruh dunia. Covid-19 merupakan penyakit menular terbaru yang

disebabkan oleh jenis coronavirus baru, yaitu Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2). Pendapatan merupakan sebuah hasil

yang diterima suatu individu dari kegiatan usaha sebagai imbalan atas kegiatan

yang dilakukan. Selain itu, pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai hasil

penjualan barang atau jasa yang diberikan, dengan kata lain merupakan hasil

yang didapatkan dari usaha seseorang sebagai balas ganti atas usaha yang

dikerjakan.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, konsep variabelnya adalah pandemi Covid-19

dan pendapatan PKL. Pandemi Covid-19 disini didefinisikan sebagai

variabel independen yang diduga memberikan dampak dan pengaruh

terhadap pendapatan PKL melalui beberapa kebijakan seperti PSBB,

social/physical distancing, dan pembatasan jam malam. Sedangkan

pendapatan PKL dalam penelitian ini merupakan variabel dependen yaitu

43
pendapatan kotor dimana jumlah tersebut belum dikurangi biaya

pengeluarannya seperti biaya produksi, gaji pegawai dll. Pendapatan disini

terdiri dari pendapatan pada waktu normal dan pandemi untuk dilihat

apakah terdapat penurunan pendapatan yang diterima PKL pada waktu

pandemi yang diuji dengan menggunakan uji beda rata-rata atau uji

wilcoxon signed rank.

C. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah kegiatan atau

tahapan yang dilakukan setelah keseluruhan data penelitian sudah terkumpul.

Kegiatan ini berupa mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah dan perhitungan untuk menguji hipotesis. Teknik

analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Menurut Kurniawan dan Zarah, statistik deskriptif digunakan untuk

menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsipkan data

yang telah terkumpul tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum. Hal-hal yang dilakukan dalam statistik deskriptif berupa

penyajian data menggunakan tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,

perhitungan persentase, perhitungan modus, median, mean (pengukuran

tendensi sentral). Tendensi sentral merupakan ukuran dalam statistik deskriptif

44
yang menunjukkan nilai sentral dari suatu data. Nilai sentral merupakan nilai

dalam data yang mewakili data tersebut.

2. Uji Normalitas

Pada analisis data penelitian kuantitatif membutuhkan syarat bahwa

data berdistribusi normal, sehingga dibutuhkan sebuah uji yang dinamakan uji

normalitas. Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan untuk melihat

apakah sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel itu terdistribusi

normal atau tidak. Terdapat berbagai cara yang dapat digunakan untuk

menguji normalitas data, salah satunya dengan uji normalitas Kolmogorov-

Smirnov dengan SPSS.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Kolmogorov-

Smirnov adalah:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05, artinya data

penelitian terdistribusi normal

b. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05, artinya data

penelitian tidak terdistribusi normal

Setelah dilakukan uji normalitas diatas, apabila data terdistribusi normal,

maka analisis data menggunakan uji beda rata-rata dengan SPSS. Namun,

apabila data tidak terdistribusi normal, maka analisis data menggunakan uji

wilcoxon signed rank test dengan SPSS.

a. Uji Beda Rata-rata

Uji beda rata-rata dikenal juga dengan sebutan uji t (t-test). Konsep

dalam uji ini adalah untuk melakukan pengujian menggunakan distribusi t

45
terhadap signifikasi perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan. Uji beda rata-rata dibagi menjadi dua,

yaitu uji paired sample t-test dan uji independent sample t-test. Hal yang

membedakan dalam kedua uji ini adalah kelompok sampel yang ingin

diujinya. Dalam penelitian ini menggunakan uji paired sampel t-test

karena sampel yang diuji dalam penelitian ini berasal dari subjek yang

sama, namun mengalami dua kondisi yang berbeda. Dalam menggunakan

uji t-test, syarat utama yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi

normal.

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho

pada uji ini adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam melakukan pengujian adalah

sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis, yaitu sebagai berikut:

Ho: tidak terdapat penurunan pendapatan secara signifikan yang

diterima UMKM pada saat pandemi.

Ha: terdapat penurunan pendapatan secara signifikan yang diterima

UMKM pada saat pandemi.

2) Menentukan toleransi kesalahan sebesar 5 persen atau 0,05.

3) Menentukan kriteria pengujian

46
Ho ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, berarti terdapat penurunan

pendapatan secara signifikan yang diterima UMKM pada saat

pandemi.

Ho diterima jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, berarti tidak terdapat

penurunan pendapatan secara signifikan yang diterima UMKM pada

saat pandemi.

4) Buat kesimpulan dari hasil uji hipotesis.

b. Uji Wilcoxon Signed Rank

Secara konsep dan dasar pengambilan keputusan, uji wilcoxon

signed rank sama dengan uji beda rata-rata, yang membedakan hanyalah

pada uji wilcoxon signed rank, datanya terdistribusi tidak normal.

47
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, H. Y., Mangifera, L., Putra, R. L. S., Rahma, F. M., Salsabila, C. A.,
Martiningsih, D. A. (2020). Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Penjualan
Jahe Merah. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya. Vol. 22, No. 2,
Desember 2020

Allam, M. A., Rahajuni, D., Ahmad, A. A., Binardjo, G. (2019). Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar Sunday
Morning (Sunmor) Purwokerto. JEBA. Vol. 21 No.2, hal 1-11

Andika, R., Pratiwi, S., Anisa, A., Putri, S. A. (2020). Dampak Covid-19
Terhadap Pendapatan Pedagang Mikro Pada Pasar Tradisional. Jurnal
Ekonomi Islam. Doi: 10.30596%2Fal-ulum.v1i1.3. Vol. 1, No. 1 (2020)

Badan Pusat Statistik. (2020). Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 Terhadap
Pelaku Usaha. Jakarta: BPS RI. Diakses dari
https://www.bps.go.id/publication/2020/09/15/9efe2fbda7d674c09ffd0978/
analisis-hasil-survei-dampak-covid-19-terhadap-pelaku-usaha.html

Bartik, A. W., Bertrand, M., Cullen, Z., Glaeser, E. L., Luca, M., Stanton, C.
(2020). The Impact of Covid-19 on Small Business Outcomes and
Expectations. Proceedings of the National Academy of Sciences. Vol.117,
hal 17565-17666. Doi:10.1073/pnas.2006991117

Bholane, K. P. (2020). Impact of Corona Outbreak on Global Economy. Puraka


UGC Care Journal. Vol. 31 No. 9, hal 126-132.

Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.


EduPsyCounsJournal. Vol.2, hal 146-153

https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/usaha-mikro

https://www.kompas.com/covid-19

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus

http://who.int

http://covid19.go.id

Khaeruddin, G. N., Nawawi, K., Devi, A. (2020) Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pendapatan Umkm Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi
Kasus Pedagang Kaki Lima Di Desa Bantar Jaya Bogor. Jurnal AKRAB
JUARA. Volume 5 Nomor 4 Edisi November 2020 (86-101)

48
Kholis, M. N., Fraternesi., Wahidin, L. O. (2020). Prediksi Dampak Covid-19
Terhadap Pendapatan Nelayan Jaring Insang Di Kota Bengkulu.
ALBACORE. Volume 4, No 1, Februari 2020, hal 001-011
Kurniawan, A. W., Puspitaningtyas, Z. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif
(Yogyakarta: Pandiva Buku)

Milzam, M., Mahardika, A., Amalia, R. (2020). Corona Virus Pandemic Impact
on Sales Revenue on Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) in
Pekalongan City. Journal of Vocational Studies on Applied Research. Vol.2
No.1, hal 7-10 . Doi: 10.14710/jvsar.2.1.2020.7-10

Rosita, R., Irmanelli., Ermaeni. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Wisata
Taman Jomblo Kotabaru Jambi Pasca Pandemi Covid-19). Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Bisnis, 11(2), November 2020, 118-124. DOI
10.33087/eksis.v11i2.203

Sarmi., Sidayat, M. (2020). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Pendapatan


Petani Sayuran Di Kota Ternate. ISBN. 978-602-74809-1-9

Sinaga, R., Purba, M. L. (2020). Pengaruh Pandemi Virus Corona (Covid-19)


Terhadap Pendapatan Pedagang Sayur Dan Buah Di Pasar Tradisional
“Pajak Pagi Pasar V” Padang Bulan. Regionomic. Vol.2/No. 02/Oktober
2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Thorik, S. H. (2020). Efektivitas pembatasan sosial berskala besar di Indonesia


dalam penanggulangan Pandemi Covid-19. Jurnal Hukum dan Keadilan.
Vol.4 No. 1, hal 115-120. Doi:10.15408/adalah.v4i1.15506

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

49
50

Anda mungkin juga menyukai