A. Konsep Dasar Bayi Prematur
A. Konsep Dasar Bayi Prematur
Disusun oleh :
KIKY RUSYANA
NIM 3720180028
A. PENGERTIAN
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2010).
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari
pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. Prematuritas
dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan
berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan
morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO,
belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung
dari terakhir haid / menstruasi ibu.
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta.
2. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi
(Sacharin, 2009).
a. Diabetes Maternal
b. Hipertensi Kronik
c. UTI
3. Sosial Ekonomi
c. Malnutrisi
d. Kehamilan remaja
1. Resiko Demografik
a. Ras
d. Belum menikah
2. Resiko Medis
c. Anomali uterus
a. Nutrisi buruk
a. Stres
b. Iritabilitas uterus
f. Defisiensi progesteron
g. Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2010)
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik
menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi
rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan
antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan,
infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi
prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa
menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar sebelum
waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum
matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar. Persalinan preterm dapat
diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah
penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali . Faktor resiko mayor adalah
kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan
32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor
atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
2500 gr-3250 gr
Biasanya normal
Masalah :
Ketidak stabilan
Kesulitan menyusu
Ikterik
Penampilan :
Lanugo banyak
31 mg-36 gestasi
Masalah :
Ketidak stabilan
Pengaturan glukosa
RDS
Ikterik
Anemia
Infeksi
Kesulitan menyusu
Penampilan :
24 mg-30 mg gestasi
500 gr-1400 gr
Masalah : semua
Penampilan :
(Bobak. Ed 4. 2010)
o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
a. Sistem Pernapasan
b. Sistem Pencernaan
~ Enzim penurunan
c. Kestabilan Suhu
~ Aktivitas kurang
d. Sistem Ginjal
~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium
e. Sistem Syaraf
~ Kemotaksis terbatas
~ Opsonization penurunan
g. Fungsi Liver
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di
luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan
tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat
(brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di
dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg
adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 34 ˚C agar
ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator
berkisar antara 50%-60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada
bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat
diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara
berangsur-angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan
suhu lingkungan 27˚C-9˚C. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botolbotol hangat
disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur
bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C
adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada
bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena
radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi
dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di
kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara
ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan
sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang
rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat
dikenal sedini-dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepatnya.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh
ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan
ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang
dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini
berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat
premature (<30>Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang
melahirkan premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada
perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk
menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik
lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI
perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan
menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi
prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung. 1). Bayi prematur
dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung
disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum
mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali
sehari. 2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada,
diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi
prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks
hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa
orogastrik 12X sehari. Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori
(110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini
lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum
dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama
harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk
mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah.
Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian
minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau
lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada
hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung
(orogastrik intubation). Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali
adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit
setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan
setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik
oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada
masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan
(nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal
dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta
tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun
dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui
para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan
bayi.
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang bayi
memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan
tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang
mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih
cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan
limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak
berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu
hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk
selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang
menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena
itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau
penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun dingin.
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati – hati
menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang
infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam
bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK.
Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain, menimang,
menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan
berwarna cerah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45
mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
v Hb (Hemoglobin)
v Ht (Hematokrit)
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/ mm³.
v Trombosit
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Ibu
- Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
- Riwayat perkawinan.
Bayi
- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
- Inspeksi
3. Kulit tipis, transparan dan mengkilapantung dalam lipatan (tidak ada lemak su
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm) murmur
jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)
b. Makanan / Cairan
c. Neurosensori
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di gerakan, fontanel
mungkin besar / terbuka lebar
d. Pernafasan
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt) mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan (RDS)
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Kulit transparan
Kuku pendek
f. Seksualitas
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis pria tidak
turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
g. Data Penunjang :
Pengobatan :
- Cettrazidine 2 x 75 mg
- Mikasin 2 x 10 mg
- Aminosteril 15 cc
Perhatian Khusus:
- O2
- Observasi TTV
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- GDS : 63
2. Diagnosa Keperawatan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot,
penurunan energi / kelelahan.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang koordinasi reflek
mengisap dan menelan.
f. Resiko tinggi hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak mampuan
merasakan dingin berkeringat.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
h. Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang keadaannya
anaknya
3. Intervensi Keperawatan
Pasien tidak sesak lagi Pantau warna kulit dan mukosa Mencegah pasien menjadi
bibir sianosis dan tetap
Tidak terjadi sianosis mempertahankan suhu tubuh
pasien dalam keadaan hangat
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim.
f. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak
mampian merasakan dingin dan berkeringat
Setelah diberikan asuhan Pertahankan cuci tangan yang 1. Sebagai universal precaution
keperawatan selama 3x24jam benar
2. Mencegah terjadinya infeksi
diharapkan infeksi tidak terjadi
dengan kriteria hasil : Pertahankan kesterilan alat
3. Peningkatan suhu terjadi
Observasi tanda – tanda vital, karena berbagai faktor, salah
Tidak terjadi tanda-tanda
infeksi terutama suhu tubuh satunya adalah proses penyakit
atau infeksi
TTV normal
4. Terjadinya stomatitis
Tekankan pentingnya oral meningkatkan resiko terhadap
hygiene yang baik infeksi/pertumbuhan sekunder
5. Menurunkan risiko
Hindari atau batasi prosedur kontaminasi, membatasi
invasif. Taati tehnik aseptik masuknya agen infeksi
Berikan antibiotik sesuai 6. Digunakan untuk
indikasi mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profilaktik pada
klien imunosupresi
h.Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang keadaannya
anaknya
Setelah diberikan asuhan Beri penjelasan kepada Agar keluarga mengerti tentang
keperawatan selama 1x24 jam keluarga tentang penyebab bayi penyakit pasien
diharapkan kecemasan orang prematur
Mengurangi kecemasan dan
tua pasien berkurang dengan
kriteria hasil: Beri kesempatan pada keluarga memotivasi keluarga dalam
untuk menanyakan hal-hal yang perawatan pasien
Orang tua pasien tidak tampak tidak diketahui
cemas Untuk mengetahui tentang
Lakukan evaluasi setelah informasi yang telah
Ekspresi wajah tenang memberikan penjelasan pada disampaikan apakah benar-
keluarga benar sudah diterima atau
belum
Libatkan orang tua dalam
perawatan pasien Dapat memberi support dalam
proses penyembuhan pasien.
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi :
Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
Bayi tidak mengalami infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Asculapius FKUI