PEMBAHASAN
Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 33 tahun dinyatakan mati tenggelam. Tidak
Berdasarkan hasil pemeriksaan luar didapatkan adanya kaku jenazah yaitu pada sendi
rahang, sendi siku kiri, dan kedua sendi lutut. Kaku jenazah merupakan kekakuan otot yang
terjadi sekitar 2 jam postmortem dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam posmortem,
keadaan ini kemudian menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai
menghilang. Kaku mayat akan dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan
tungkai. Pada korban tidak terdapat kaku mayat tetapi terjadi cadaveric spasm yang
menyerupai kaku mayat. Cadaveric spasme terjadi pada otot tangan dan kaki korban.
Kejadian ini terjadi karena kelelahan dari otot yang aktif saat korban berusaha untuk tidak
tenggelam. Saat korban berusaha untuk tidak tenggelam dengan menggerakkan tangan dan
kaki menyebabkan ATP yang diperlukan aktin dan miosin sangat berkurang sehingga aktin
dan miosin tertumpuk dan terjadi kekakuan. Kekakuan ini menunjukkan tanda kejadian
intravital dan lambat hilang. Hal ini dipengaruhi suhu lingkungan yang rendah sehingga
cadaveric spasme karena pada jenazah ditemukan derik udara seluruh tubuh yang
merata terjadi biasanya pada hari ketiga sampai hari keenam ditandai dengan
dapat diperkirakan kekauan pada daerah perut dan punggung sudah menghilang namun
Pada jenazah terdapat lebam mayat berwarna merah gelap pada seluruh punggung
yang tidak hilang dengan penekanan. Lebam mayat terjadi mengikuti gaya gravitasi. Pada
kasus tenggelam lebam mayat akan lebih banyak ditemukan di daerah kepala karena kepala
saat tenggelam merupakan bagian terbawah. Lebam mayat pada jenazah banyak ditemukan
di daerah anterior tubuh. Hal ini menunjukkan jenazah sejak awal posisinya telungkup
sama saat ditemukan. Lebam mayat akan muncul setelah 30 menit kematian somatis dan
mencapai puncak 8-12 jam kemudian setelah itu lebam mayat tidak akan hilang dengan
penekanan karena terjadi perembesan darah akibat kerusakan pembuluh darah ke dalam
jaringan di sekitarnya. Warna lebam mayat merah gelap yang menandakan kematian akibat
asfiksia.
Pembusukan korban sudah terdapat diseluruh tubuh. Pembusukan akan lebih cepat
terjadi di udara terbuka. Tanda pembusukan yang ditemukan pada jenazah adalah warna
kulit coklat kehijauan, kulit menggelembung dan mudah terkelupas, keluar cairan lumpur
yang bergelembung dari mulut dan pada kedua lubang hidung keluar darah bercampur air,
ketiga sampai hari keenam. Pada kasus ini jenazah ditemukan terapung pada hari ke-2.
Percepatan waktu pembusukan ini mungkin karena kondisi air sungai Banjarmasin yang
Pada pemeriksaan luar kasus tenggelam dapat ditemukan beberapa tanda yang
1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.
3. Kulit telapak tangan dan telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput (washer
woman's hands/feet).
4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine atau goose skin pada lengan, paha dan bahu
mayat.
5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang
bersifat melekat.
6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut atau hidung.
Pada kasus ini, tanda yang ditemukan yaitu . Kaku tubuh terasa basah, dingin, pucat,
washer woman hands/feet. Terdapat buih putih halus dan cairsan yang keluar dari mulut
atau hidung Cutis anserina terjadi karena kontraksi dari muskulus erektor pilli sedangkan
pada korban kulit telah menggelembung dan terkelupas. Buih putih yang keluar dari mulut
terjadi karena pengkocokan air dengan surfaktan paru sehingga terbentuk mukus yang
berbuih.
Dari surat permintaan visum korban hanya dimintakan untuk pemeriksaan luar saja tanpa
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium oleh penyidik. Sehingga pemeriksaan khusus yang
mendukung terjadinya tenggelam di air tawar tidak terbukti dan untuk membuktikan penyebab kematian
Penentuan saat kematian pada kasus ini jika dilihat dengan adanya tanda- tanda pembusukan lanjut
namun belum ditemukan adanya larva lalat maka diperkirakan waktu kematian antara 24-36 jam sebelum
B. Asfiksia
Asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian yang sering ditemukan dalam kasus kedokteran
forensik di dunia. Apabila ditemukan jenazah di air akan terdapat kemungkinan korban hidup atau mati
ketika ia memasuki air serta mencari penyebab kematiannya apakah karena tenggelam.
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara
pernafasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan adanya obstruksi pada saluran pernapasan,
dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan
menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan
karbondioksida. Salah satu kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia adalah tenggelam.
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar. Penyebab asfiksia
wajar karena penyakit seperti difteri, tumor laring, asma bronkiale, pneumotoraks, pneumonia, COPD,
reaksi anafilaksis, dan lain-lain. Penyebab asfiksia tidak wajar karena emboli, listrik, racun (barbiturat),
dan adanya halangan udara masuk ke saluran pernapasan secara paksa. Penyebab asfiksia menurut
London :
1. Hipoksik-hipoksia
Keadaan dimana oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah: kadar oksigen yang
memang rendah atau gangguan masuk Hipoksia jenis ini disebabkan dua hal yaitu tidak adanya oksigen
(misalnya terkurung dalam lift, mendaki gunung terlalu tinggi) dan gangguan mekanik (saluran nafas
tidak bisa mendapatkan oksigen), yang terdiri dari ekstraluminer (dicekik, digantung, strangulasi) dan
biasanya karena intraluminer (tersedak, edema laring (menghirup gas panas), menghirup gas beracun, air
2. Anemik-hipoksia
Keadaan dimana darah tidak dapat membawa O2 yang cukup untuk metabolisme): biasanya Hb
yang kurang atau volume darah yang kurang (bersifat akut maupun kronis). Bisa dikarenakan penyakit
akibat produksi eritrosit dan sel darah lain menurun karena depresi sumsum tulang, kurang nutrisi,
kehilangan darah kronis ,perdarahan akut, destruksi eritosit berlebihan atau karena trauma (luka tusuk).
3. Stagnan-hipoksia
Diakibatkan karena terjadi kegagalan sirkulasi, biasanya gangguan pembuluh darah, jantung, vagal
4. Histotoksik-hipoksia (HH)
d. HH metabolit : gangguan metabolisme karena end product tidak dapat dieliminir, contoh uremia,
keracunan CO2
Misalnya pada kasus keracunan sianida. Sianida membuat warna jenazah menjadi merah terang.
Sianida saling berikatan dengan hemoglobin, dibawa ke jaringan tubuh, ke mitokondria, enzim sitokrom
oksidase dilumpuhkan saat berikatan dengan sianida, pernapasan sel terganggu, terjadi disosiasi oksigen,
5. Suffocation :
a. smothering / pembekapan
b. chocking / tersedak
6. Tenggelam/drowning
Karena asfiksia merupakan mekanisme kematian, maka secara menyeluruh untuk semua kasus akan
1. Muka dan ujung-ujung ekstremitas sianotik (warna biru keunguan) yang disebabkan tubuh mayat
2. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’s spot merupakan bintik-bintik
3. Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya pembekuan darah dan
meningkatnya fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal ini akibat meningkatnya kadar CO2 sehingga darah
dalam keadaan lebih cair. Lebam mayat lebih gelap karena meningkatnya kadar HbCO2.
4. Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan adanya fenomena kocokan pada
pernapasan kuat.
1. Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi pada mayat laki-laki akibat kongesti /
3. Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea apponeurotika, laring, kelenjar timus dan
kelenjar tiroid.
4. Busa halus di saluran pernapasan.
5. Edema paru.
6. Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti fraktur laring, fraktur tulang lidah dan
Tenggelam (drowning) adalah suatu suffocation dimana jalan napas terhalang oleh air / cairan
sehingga terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru. Kondisi umum dan faktor risiko yang
1. Pria cenderung lebih banyak tenggelam daripada wanita, terutama pria berusia 18-24 tahun.
4. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat, air yang sangat dalam, terperosok
5. Terperangkap misalnya setelah peristiwa kapal karam, kecelakaan mobil yang mengakibatkan
9. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh, kekerasan antar
1. Submerse drowning
2. Immerse drowning
Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat masuk ke dalam
1. Dry drowning
2. Wet drowning
Dry drowning adalah mati tenggelam dengan inhalasi sedikit air sedangkan wet drowning adalah
1. Asfiksia.
Mekanisme kematian pada tenggelam pada umumnya adalah asfiksia, mekanisme kematian yang
dapat juga terjadi pada tenggelam adalah karena inhibisi vagal, dan spasme larynx. Adanya mekanisme
kematian yang berbeda-beda pada tenggelam, akan memberi warna pada pemeriksaan mayat dan
pemeriksaan laboratorium, dengan kata lain kelainan yang didapatkan pada kasus tenggelam tergantung
Terendam dalam medium cair mengakibatkan kematian dengan berbagai mekanisme. Kebanyakan
kematian individual terjadi akibat dari terhirupnya cairan (wet drowning), menghasilkan gangguan
pernapasan dan selanjutnya hipoksia serebri. Sebagian, diperkirakan sekitar 15-20%, tidak menghirup
cairan (dry drowning). Kemungkinan lain, kematian dapat tertunda setelah episode near drowning.
Kematian biasanya terjadi akibat ensefalopati hipoksia atau perubahan-perubahan sekunder dalam paru-
paru. Pada beberapa kasus, khususnya dimana keadaan terapung dipertahankan secara buatan, kematian
Sekitar 15-20% kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning dimana tidak terdapat
inhalasi cairan yang banyak. Salah satu usulan adalah bahwa masuknya air secara tiba-tiba kedalam
mulut dan tenggorok menghasilkan laringospasme yang hebat dengan akibat asfiksia. Kemungkinan lain,
provokasi serupa dapat merangsang jalur saraf sensoris simpatis ke derajat tertentu dimana terdapat
inhibisi reflex vagal pada jantung dan asystolic cardiac arrest. Cara kematian lain menyebutkan dimana
terdapat suatu sistem yang menghubungkan spasme arteri koronaria dengan pendinginan tiba-tiba pada
kulit.
Seorang perenang yang mahir sekalipun dapat menjadi lemah secara bertahap sebagai hasil dari
hipotermia dan tenggelam. Tubuh yang terendam menghangatkan cairan yang bersentuhan dengannya,
dan dengan segera yang berdekatan dengan permukaan tubuh. Air menyerap panas sekitar 25 kali lebih
cepat daripada udara. Terdapat tiga fase klinis dari hipotermia yang dimulai dengan fase eksitatorik
dimana menggigil berhubungan dengan kebingungan mental, fase adinamik dimana terdapat kekakuan
otot dan sedikit penurunan kesadaran, dan fase paralitik yang dicirikan oleh keadaan tidak sadar yang
menuntun kepada aritmia jantung dan kematian. Fase-fase ini memiliki hubungan penting terhadap
resusitasi pada korban near drowning, sebagian besar karena fase paralitik dapat menirukan keadaan
mati.
1. Beberapa korban sesaat bersentuhan dengan air yang dingin terutama leher atau jatuh
2. Korban saat menghirup air, air masuk ke laring menyebabkan laringeal spasme.
Mekanisme kematian karena asfiksia. Pada korban ditemukan tanda-tanda asfiksia tetapi tanda-tanda
tenggelam pada organ dalam tidak ada karena air tidak masuk.
3. Korban saat masuk ke dalam air ia akan berusaha untuk mencapai permukaan sehingga
menjadi panik dan terhirup air, batuk dan berusaha untuk ekspirasi. Karena kebutuhan oksigen maka ia
akan lebih banyak menghirup air. Lama-lama korban akan sianotik dan tidak sadar. Selama tidak sadar,
korban akan terus bernafas dan akhirnya paru tidak dapat berfungsi sehingga pernafasan berhenti. Proses
Pada orang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah posisi, umumnya korban akan
2. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan timbul, dan berusaha
untuk bernafas mengambil udara, akan tetapi oleh karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan
dan terinhalasi, sehingga berat jenis badan sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan
3. Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan akan berlangsung dan
4.Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat mengapungkan tubuh korban
5. Pada waktu tubuh mengapung oleh karena terbentuknya gas pembusukan, tubuh dapat
pecah terkena benda-benda disekitarnya, digigit binatang atau oleh karena pembusukan itu sendiri,
dengan demikian gas pembusukan akan keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang
terakhir
2. Undeterminated.
3. Pembunuhan.
4. Bunuh diri.
Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelam (drowning) yang dapat kita jumpai, yaitu :
1. Kapal tenggelam.
Penyebab mati tenggelam (drowning) yang termasuk undeterminated yaitu sulit kita ketahui cara
Ada 2 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian pembunuhan pada kasus mati tenggelam
(drowning), yaitu :
1. Biasanya tangan korban diikat yang tidak mungkin dilakukan oleh korban
Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus
3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh korban.
Pada pemeriksaan luar autopsi, tidak ada patognomonis untuk mati tenggelam. Ada
1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.
2. Lebam mayat biasanya sianotik kecuali mati tenggelam di air dingin berwarna
merah muda.
3. Kulit telapak tangan / telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput (washer
woman's hands/feet).
4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine / goose skin pada lengan, paha dan bahu
mayat.
5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang
bersifat melekat.
6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut / hidung.
7. Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air / bahan setempat berada dalam
Ada 5 tanda penting yang yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning) pada
2. Saluran napas mayat berisi buih. Kadang-kadang berisi lumpur, pasir, atau
rumput air.
Pada daerah tropis, tubuh mayat pada kasus mati tenggelam (drowning) mulai
membusuk pada hari ke-2 sedangkan di daerah dingin, membusuk setelah 1 minggu.
Pembusukan tersebut ditandai oleh terkelupasnya kulit ari. Jika pembusukannya merata,
tubuh mayat akan mengapung di permukaan air. Keadaan ini disebut floaten. Floaten
biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Volume gas pembusukan dapat terjadi
2 kali lipat dari berat tubuh. Apabila berat badan korban 40 kg maka gas pembusukan
terbentuk 80 kg sehingga resultan gaya tekan gas pembusukan ke atas terhadap air yaitu
80-40 jadi 40. Sehingga badan akan terapung. Saat gas pembusukan pada saluran nafas
dan organ lain menghilang oleh karena perut jenazah yang biasanya akan pecah,
Air segar yang diaspirasi dengan cepat melewati septum alveolar dan dinding
kapiler dan meninggalkan paru-paru dalam bentuk darah yang kini telah diencerkan. Air
laut secara osmotik bersifat hipertonik, 3-4 kali lebih kuat dari plasma (sekitar 3.5%
garam terlarut), sehingga ditarik keluar cairan dari darah kedalam ruang alveolar.
untuk menjelaskan penimbunan cairan di dalam jaringan paru setelah inhalasi air laut.
Fenomena yang mirip dapat terjadi dengan inhalasi air segar. Pada hal ini mekanisme
yang terjadi berhubungan dengan kemampuan yang lebih besar dari air segar untuk
Kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke dalam
a. Wet drowning
Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernafasan setelah korban
tenggelam. Kematian terjadi setelah korban menghirup air. Jumlah air yang dapat
mematikan, jika dihirup paru-paru adalah sebanyak 2 liter untuk orang dewasa
b. Dry drowning
Pada keadaan ini, cairan tidak masuk ke dalam saluran pernafasan, akibat spasme
Terjadi gejala bebertapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat dari dalam
c. Immersion syndrome
Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks
vagal yang menyebabkan cardiac arrest. Keadaan tersebut hanya dapat dijelaskan
oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel dan dapat dibuktikan bahwa pada orang
yang masuk ke air dingin atau tersiram air yang dingin, dapat mengalami
ventricular ectopic beat. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor
pencetus.
C. Patofisiologi
1.Beberapa korban sesaat bersentuhan dengan air yang dingin terutama leher atau
jatuh secara horizontal ia mengalami vagal refleks.
2.Korban saat menghirup air, air yang masuk ke laring menyebabkan laringeal
asfiksia tapi tanda-tanda tenggelam pada organ dalm tidak ada karena air tidak
masuk.
3.Korban saat masuk ke dalam air ia akan berusaha untuk mencapai permukaan
sehingga menjadi panik dan terhirup air, batuk dan berusaha untuk ekspirasi.
Karena kebutuhan oksigen maka ia akan lebih banyak menghirup air. Lama –
lama korban menjadi sianotik dan tidak sadar. Selama tidak sadar korban akan
terus bernapas dan akhirnya paru tidak dapat berfungsi sehingga pernapasan
Mekanisme tenggelam dalam air tawar diawali air tawar akan dengan cepat
diserap dalam jumlah yang besar sehingga terjadi hemodilusi yang hebat sampai
biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam plasma meningkat dan natrium
cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan, terjadi penurunan tekanan
sistole dan dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk
beberapa saat masih berdenyut lemah, terjadi anoksia cerebri yang hebat, hal ini
(drowning), yaitu:
1.Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.
Sehingga lebam mayat sering menonjol pada wajah dan kepala. Lebam mayat
mati tenggelam di air dingin berwarna merah muda (pink-cerah) sebagai akibat
3.Kulit telapak tangan dan telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput
waktu tepat yang mengakibatkan keadaan ini, perubahan dapat dilihat setelah
4.Kadang-kadang terdapat cutis anserine atau goose skin pada lengan, paha dan
bahu mayat. Hal ini terjadi akibat kontraksi otot erektor rambut hal ini cukup
dikenal. Cutis anserina tidak spesifik dan dapat dijumpai pada tubuh yang tidak
terendam.
5.Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang
bersifat melekat.
6.Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut atau hidung.
7.Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air atau bahan setempat berada
1. Cadaveric spasme.
5. Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
7. Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.
Pada kasus mati tenggelam (drowning), dapat kita temukan tanda-tanda adanya
kekerasan berupa luka lecet pada belakang kepala, siku, lutut, jari-jari tangan, atau
yaitu :
Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif
percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur,
percobaan getah paru (lonsef proef) yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali)
dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris permukaan paru- paru.
Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung
eritrosit. Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar
dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur
cacing. Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru (lonsef proef), yaitu :
3. Hasilnya negatif.
Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan ada
sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu
korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain. Jika hasilnya
Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
simpulkan bahwa tidak ada hal hal yang menyangkal bahwa korban mati karena
tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka kemungkinan
diatome adalah mencari ada tidaknya diatome dalam paru-paru mayat. Diatome
merupakan ganggang bersel satu dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru
harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru,
dan jenis diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut.
perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan H2SO4.
Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan sampai hancur membubur & berwarna
hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu sentrifus hingga terdapat endapan
hitam. Endapan kemudian diambil menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek
gelas.
dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif palsu
pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronis. Untuk hepar atau lien,
tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari penyerapan
abnnormal gastrointestinal.
hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut dengan
menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar 1,055; air laut
1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4 yang telah diketahui
berat jenisnya.
NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam dalam air
tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada jantung kanan.
Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma. Korban yang mati
tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada jantung kiri daripada
jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit meningkat dalam plasma.