Anda di halaman 1dari 14

1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentang Alam Delta

Delta merupakan daerah yang penting untuk penduduk yang berfungsi untuk tempat
tinggal, daerah pertanian dan perikanan. Istilah delta pertama kali digunakan oleh Herodotus
(sejarawan Yunani) pada 490 SM yang melihat bahwa bentuk endapan Sungai Nil di Mesir
menyerupai huruf D (atau Delta dalam bahasa Yunani). Delta yaitu tanah datar hasil
pengendapan yang dibentuk oleh sungai, muara sungai, dimana timbunan sediment tersebut
mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai. Delta berkaitan sekali dengan
bencana banjir di pesisir, gelombang air laut, erosi gelombang air laut dan badai angin menuju ke
laut. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya delta yaitu : iklim, debit
air, produk sedimen, energi gelombang, proses pasang surut, arus pantai, kelerengan paparan dan
bentuk cekunan penerima dan proses tektonik.

1.   Syarat-syarat Terbentuknya Delta


·         Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan yang minimum
·         Jumlah bahan yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak
·         Laut pada daerah muara sungai cukup tenang
·         Pantainya relative landai
·         Bahan-bahan hasil sedimentasi tidak terganggu oleh aktifitas air laut
·         Tidak ada gangguan tektonik (kecuali penurunan dasar laut seimbang dengan pengendapan
sungai, misal Delta Missisipi)
2.      Unsur-unsur Dasar Delta

2
·         Sungai : sebagai sarana pengangkut material
·         Distributary Plain : bagian delta yang berada didaratan, umumnya merupakan rawa-rawa
·         Delta Front / Delta Slope : bagian delta yang berada didepan delta plain, dan merupakan laut
dangkal
·         Pro Delta : bagian terdepan dari delta yang menuju laut lepas
3.      Klasifikasi Delta
·         Menurut Fisher, dkk (1969)

Dasar klasifikasinya adalah :


a.       proses fluvial dan influks sediment
b.      Proses laut (gelombang dan arus bawah permukaan)
Fisher membagi delta menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu :

3
-          Cuspate Delta
-          Lobate Delta
-          Elongate Delta/Bird Food Delta
·         Menurut Galloway (1975)
Galloway membagi delta berdasarkan dominasi proses fluvial, gelombang dan pasang surut,
yaitu :
a.       Bird Food Delta : jika pengaruh fluvial paling dominan
b.      Cuspate Delta : jika pegaruh gelombang paling dominant
c.       Estuarine Delta : jika pengaruh pasang surut paling dominant

2.2 Bentang Alam Pantai

Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi oleh
pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan (Thornbury, 1969). Faktor-
faktor yang mempengaruhi bentuk morfologi pantai tersebut antara lain adalah pengaruh
diatropisme, tipe batuan, stuktur geologi, pengaruh perubahan naik turunnya muka air laut, serta
pengendapan sediment asal daratan / sungai, erosi daratan dan angin.

4
Pada daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi 3 (tiga),
yaitu :
a.       Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu
dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
b.      Shore Line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relative berbentuk baris dan relative
merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa.
c.       Coast (pantai), yaitu daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh air
laut.
Ada beberapa klasifikasi pantai dengan dasar yang bermacam-macam pula dari berbagai
penyusun yang berbeda. Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi pantai dari yang sifatnya klasik
(1919) sampai sifanya modern (1980), berikut pembagiannya :

Genesa Dan Tipologi Pantai

Kepulauan Indonesia terbentuk oleh proses (endogen) rumit geologi dari gejala
konvergensi lempeng (litosfer) menghasilkan bentang alam (fisiografi) yang sangat kompleks.
Demikian halnya dengan pantai pulau-pulaunya, terbentuk seiring evolusi geologi dengan ciri
masing-masing berdasar proses dan mandala geologinya, yang kemudian terlihat pada
keragaman jenis batuan, struktur dan kelurusan, lereng pantai dan perairan bentuk muara sungai
dan lain-lain bagian bentang pantai. Kondisi iklim/cuava (atmosfer) dan laut (biosfer) mengiringi
evolusi tersebut memberi pengaruh (eksogen) pada proses pembentukan bentang alam. Kegiatan
manusia (biosfer) mulai ikut berpengaruh pada proses evolusi mengubah bentang alam melalui
upaya (anthropogenic) mengubah lingkungan untuk kepentingannya sejak zaman Anthroposen.

5
Berdasar kenyataan demikian, klasifikasi wilayah pesisir dan pantai di Indonesia akan
lebih sempurna bila didasarkan atas beberapa hal yang menyangkut proses pembentukan
(genesa) dan perubahannya yang melibatkan unsur-unsur di atas. Berdasar klasifikasi ini, dapat
lebih mudah mengenali sifat dan potensi hingga kerawanan yang dimilikinya, yang bermanfaat
sebagai dasar dalam upaya pengelolaannya berdasar keseimbangan dan kelestarian, di masa yang
akan datang. Suatu pengkelasan pantai berdasar genesa, morfologi serta kondisi perairannya
diusulkan sebagai berikut, mengikuti kriteria-kriteria:

Tektonik:

Proses tektonik akibat konvergensi gerak lempeng dan kerak adalah sebagai kendali
utama proses yang menghasilkan geologi dan bentang alam pesisir dan pantai saat ini.

a. Penunjaman (Subduction): Gerak relatif kerak Samudra Hindia dan benua Australia ke utara
menghasilkan penunjaman di bawah Sumatra, Jawa dan sebagian Sunda Kecil (NTB).
Penunjamann dicirikan oleh palung dalam samudra, lereng depan curam, jalur busur luar dan
jalur volkanik. Pesisir dan pantai jalur ini umumnya dibentuk oleh perbukitan terjal dengan
tebing lereng depan curam tanpa tutupan tumbuhan. Pantai umumnya menerima langsung
hempasan gelombang dan erosi, sementara teluk terbentuk dikontrol oleh struktur geologi yang
rumit dan batas antar litologi. Pasir pantai terbentuk di dataran sempit hasil akumulasi sedimen
sungai. Terumbu karang tumbuh di perairan yang terlindung di pantai pulau utama dan pulau-
pulau kecil.
Ciri morfologi pantai dan pesisir lainnya adalah:
- Tebing curam perbukitan pantai
- Erosi dan abrasi kuat pada tebing curam
- Pantai datar berpasir relatif lurus dengan asupan sedimen dari sungai kadang membentuk bukit
pasir (sand dune) dengan selingan rawa.
- Pola aliran sungai hampir tegak lurus pantai dengan gradient tebing curam lambah sungai
- Kegempaan kuat dan sering kejadiannya, adakalanya diikuti tsunami
- Penenggelaman bergantian dengan pengangkatan pantai atau terumbu karang mengiringi proses
penunjaman. Curah hujan tinggi dan gejala geologi di kawasan ini memberikan bentang alam

6
dengan tebing dan lereng curam. Contoh kota pantai di jalur ini adalah: Sibolga, Padang,
Bnegkulu, Cilacap, dll.

b. Tumbukan (collision): Gerak lempeng yang saling bertumbukan menghasilkan batuan


yang tercampur aduk (chaotic) yang terkerat kuat oleh struktur geologi patahan dan rekahan.
Proses tumbukan dapat diamati hasilnya di kawasan antara Flores hingga Wetar sebagai sisa
jalur volkanik dengan ciri pantai kaki volkanikdengan tutupan batu gamping terangkat, Sumba
sebagai busur luarnya denganmorfologi pantai teras terumbu terangkat, dan jalur Sabu-Rote dan
Timor sebagai jalur tumbukan dengan ciri pantai curam serta singkapan batu gamping terangkat
dengan terobosan lumpur endapan tua. Contoh kota di jalur ini adalah: Kupang, Waingapu, Baa,
dll

c. Pantai terangkat dan tenggelam : Jenis pantai yang mengalami pengangkatan dan penuruan
dapat ditemukan di berbagai pulau di kawasan yang saat ini berada pada jalur aktif tektonik yang
menghasilkan gerak tegak, di jalur tumbukan atau penunjaman. Di darat, gejala ini terlihat di
pantai yang bertutupan tumbuhan adalahtenggelamnya sebagian tumbuhan (Cassuarina sp,
mangrove, dll) atau bentukkhusus terumbu karang yang menandai gejala ini (out side stepping)
dan gejala erosi pantai. Adanya pengangkatan dapat terlihat dari bentuk undak teras pantai dan
adanya akresi pantai sementara munculnya terumbu karang membentuk daratan merupakan tanda
di bagian perairan. Penurunan daratan dapat diakibatkan oleh adamya kompaksi endapan di
pesisir, atau memang ada gejala kenaikan permukaan air laut. Contoh kota di pulau ini
adalah: Waingapu (Sumba), Tuah Pejat (Mentawai)

d. Volkanik: Jalur gunung api menempati suatu kelurusan, yang di pulau besarseperti Sumatra
dan Jawa, hasil kegiatannya membentuk kerucut yang kakinya tidak mencapai pesisir (kecuali
beberapa: Muria, Rajabasa, dll), namun di Sunda Kecil, pulau volkanik relatif kecil dan memiliki
gugusan gunung api yang muntahan kegiatannya mencapai pesisir dan masuk ke laut (Bali-
Flores, Alor). Batuan padat dan keras hasil kegiatan volkanik membentuk tebing curam pantai
pulau gunung api, diseling lereng landai kaki gunung berbatuan lepas dan pasir membentuk
pantai sempit datar. Aliran lava atau lahar seringkali langsung masuk ke laut, membentuk lereng
dasar laut dengan kemiringan dan jenis batuannya tergantung dari komposisi magmanya.

7
Pantai sempit landai dengan sungai kecil disekitarnya memungkinkan bakau tumbuh, adakalanya
bersisian atau menumpang di atas substrat pasiran danterumbu karang. Kota-kota pantai di
mintakat ini antara lain: Jepara, Denpasar, Larantuka, dll.

Klasifikasi Pantai
A.    Klasifikasi Pantai Secara Klasik
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Johnson (1919) yang didasarkan pada karakteristk
geomorfik yang disebabkan oleh ayunan muka laut. Keuntungan klasifikasi pantai ini adalah
pembagiannya yang sederhana sedangkan kelemahannya yaitu sulit dalam penerapannya, karena
kebanyakan pantai telah dipengaruhi oleh penenggelaman selama transgresi laut kala Pleistosen.
Johnson (1919) mengelompokkan pantai menjadi :
1.      Pantai Tenggelam (Submergence Coast)

Pantai yang dibentuk karena penenggelaman daratan atau naiknya muka laut. Dicirikan oleh
garis garis pantai yang tidak teratur, adanya pulau-pulau didepan pantai, teluk yang dalam, dan
lembah-lembah yang turun. Contoh pantai ini adalah :
a.       Pantai Ria : pantai yang sebelum tenggelam telah mengalami erosi darat terutama proses
fluviatil
b.      Pantai Fyord : pantai yang sebelum tenggelam mengalami proses glasiasi
Kenampakan pada peta topografi :
·         garis pantai tidak teratur
·         garis kontur berkelok-kelok tidak teratur
·         pantainya relative curam, ditandai dengan adanya garis kontur yang relative rapat
·         perkampungan disekitar pantai umumnya tidak sejajar dengan garis pantai

8
2.      Pantai Naik (Emergence Coast)

Pantai yang dibentuk oleh majunya garis pantai atau pun turunnya muka laut. Pantai ini dicirikan
oleh garis pantai yang relative lurus, relief-relief rendah, terbentuknya undak-undakan pantai dan
gosong pantai atau tanggul-tanggul dimuka pantai.
Kenampakan pada peta topografi :
·         garis pantai yang relative lurus, ditandai dengan kontur yang lurus
·         pantai yang relative landai, ditunjukkan oleh garis kontur yang renggang
·        jika dijumpai perkampungan umumnya relative sejajar dengan garis pantai
3.      Pantai Netral

Pantai yang tidak mengalami penenggelaman ataupun penaikan dan biasanya dicirikan oleh
adanya garis pantai yang relative lurus-lurus, pantainya landai dan ombak tidak besar. Beberapa
contoh pantai ini antara lain :
a.       Pantai Delta
b.      Pantai dataran fluviatil
c.       Pantai gunung api
d.      Pantai terumbu karang
e.       Pantai sesar
Kenampakan pada peta topografi :

9
·         adanya delta plain, alluvial plain, dll
·         biasanya garis kontur renggang
·         bentuk garis pantainya relative lurus melengkung
·         sungai dimuara mempunyai banyak cabang, yang seolah-olah mempunyai pola sungai
berbentuk pohon (dendritik).
4.        Pantai Majemuk
Pantai yang mempunyai kenampakan lebih dahulu terbentuk daripada yang lain. Seperti
kenampakan undak pantai, lembah yang tenggelam, yang merupakan hasil dari naik turunnya
permukaan air laut.
Kenampakan pada peta topografi :
·         adanya dataran pantai, teras-teras (emergence)
·         adanya teluk-teluk dengan kontur yang relative rapat (submergence)
·         perkampungan tidak teratur

B.     Klasifikasi Pantai Secara Genetik dan Deskriptif

Klasifikasi ini disusun oleh Valentine (1952). Ia mengemukakan bahwa kestabilan muka laut
dipengaruhi oleh fluktuasi iklim dan ketidakstabilan diastropik selama masa Kuarter. Valentine
menggabungkan pengaruh muka laut dan dinamika pantai dalam pemikirannya untuk klasifikasi
pantai yang sebagian secara genetic dan sebagian secara deskriptif (Sharma, 1986).

10
C.     Klasifikasi Pantai Secara Tenaga Geomorfik

Shepard (1963) dikutip Sunarto (1991) mengelompokkan pantai menjadi pantai primer (muda)
dan pantai sekunder (dewasa). Pantai primer terbentuk oleh tenaga-tenaga dari darat (erosi,
deposisi darat, gunungapi, sesar dan lipatan). Pantai sekunder terjadi dari hasil proses laut,
meliputi : erosi laut, deposisi laut dan bentukan oganik. Kelebihan klasifikasi ini adalah
pembagiannya yang lengkap, tetapi klemahannya sulit ditrapkan unuk menentukan pantai primer
yang telah berubah karena proses-proses laut, sehingga pantai ini tidak jelas termasuk pantai
primer atau sekunder (Sharma, 1986).
1.      Macam-macam Pantai Primer
a.       Pantai karena erosi dari daratan. Erosi baik oleh sungai maupun glacial sebelum mengalami
pengangkatan.
·         pantai erosi fluvial yang tenggelam, misalnya Pantai Ria
·         tenggelamnya lembah-lembah glacial, misalnya Pantai Fyord
b.      Pantai yang dibentuk oleh pengendapan asal darat
-          pantai hasil pengendapan fluvial, misalnya pantai delta, pantai darata alluvial yang turun
(Pantai Semarang)
-          pantai pengendapan glacial, misalnya sebagai morena yang tenggelam atau sebagai drumline
yang tenggelam
-          pantai yang karena pengendapan pasir oleh angin (prograding sand dune)
-          meluasnya tumbuh-tumbuhan pada pantai atau rawa bakau yang luas (contohnya pantai
didekat Townsvill, timur laut Queensland, Australia)
c.       Bentuk pantai akibat aktifitas vulkanisme

11
-          pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini. Cirinya jika lavanya basa bentuk pantai
tidak teratur, kalau asam bentuk pantai lebih teratur
-          pantai amblesan volkanik dan pantai kaldera
d.      Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diatrophism atau tektonik
-          pantai yang terbentuk karena patahan
-          pantai yang terbentuk karena lipatan

2.      Macam-macam Pantai Sekunder


a.       Bentuk pantai karena erosi laut
-          pantai yang berliku-liku karena erosi gelombang
-          pantai terjal yang lurus karena erosi gelombang
b.      Bentuk pantai karena pengendapan laut
-          pantai yang lurus karena pengendapan gosong pasir (bars) yang memotong teluk
-          pantai yang maju karena pengendapan laut
-          pantai dengan gosong pasir lepas pantai (offshore bars and longshore spit).
D.    Klasifikasi Pantai Secara Klimato-Genetik
Davies (1980) dikutip Sunarto (1991) mengklasifikasikan pantai secara klimato-genetik.
Klasifikasi ini didasarkan pada hubungan antara energi gelombang dengan morfologi pantai,
serta memperhatikan signifikansi peninggalan sejarah dan aspek-aspek geologis dalam evolusi
pantai. Berdasarkan aspek klimato-genetik, pantai dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam,
yaitu :

12
1.      Pantai Lintang Rendah

Pantai ini dicirikan oleh energi gelombang rendah dan lingkungan angin pasat. Sediment pantai
banyak, sehingga banyak pantai berbatu didaerah tropis. Ada beberapa pantai yang terjadi dari
kkarang dan ganggang. Terdapat hubungan antara variasi morfologi pantai dengan wilayah
hujan. Mangrove tumbuh didaerah beriklim tropik panas-basah, sedangkan gemuk pantai
terdapat dilingkungan yang briklim tropik panas-kering.
2.      Pantai Lintang Tengah

Pantai ini terdapat dilingkungan gelombang berenergi tinggi, karena aktifitas gelombang dan
abrasi bertenaga tinggi itu maka cliff dan bentukan yang berasosiasi dapat berkembang dengan
baik.

13
3.      Pantai Lintang Tinggi

Pantai ini dicirikan dengan gelombang berenergi rendah. Kebanyakan merupakan sisa-sisa
pembentukan. Gisik terbentuk dengan dominasi kerikil dan kerakal. Perkembngan morfologi
cliff dipengaruhi kuat oleh gerakan massa batuan dalam skala besar.

14

Anda mungkin juga menyukai