Anda di halaman 1dari 46

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

MATA KULIAH
Farmakoterapi
Gangguan Syaraf dan Psikiatri

POKOK BAHASAN
EPILEPSI

Dr. Rini Hendriani, M.Si., Apt.


UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS FARMASI

BIDANG FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
Pendahuluan
• Epilepsi : kejadian kejang (seizure) yg
terjadi berulang/ kambuhan (min. 1x24
jam)
• Berasal dr bhs yunani epilepsia yg berarti
datang atau serangan
• Kejang : terjadi akibat aktivitas neuron yg
berlebihan (ditandai perubahan aktivitas
listrik yg diukur dgn EEG)
• Manisfestasi kejang tergantung dr daerah
otak yg terlibat
Definisi
EPILEPSI:
Kelainan susunan saraf pusat krn gangguan pelepasan
muatan listrik di otak, terjadi secara tiba-tiba, dpt berulang,
biasanya memiliki satu atau lebih manifestasi :
• Hilang kesadaran
• Kontraksi otot klonik atau spasme tonik lokal atau menyeluruh
• Gangguan sensorik
• Gangguan psikis
• → Gangguan SSP yg timbul sec spontan, singkat dan berkala yg disebabkan
oleh pelepasan muatan listrik yg cepat, mendadak dan berlebihan dari
neuron tertentu di otak (disfungsi neurologist), dg gejala utama berupa
penurunan sampai hilangnya kesadaran dan kejang secara periodik.
• Setiap episode disfungsi neurologist disebut seizure.
Epidemiologi
• 50 juta orang diseluruh dunia, dgn proporsi epilepsi aktif :
– Negara maju : 4-10/1000 orang
– Negara dgn penghasilan rendah/menengah : 7-14/1000 orang
• Tiap tahun terdiagnosa 2,4 juta orang (30-50 kasus/100.000 orang,
negara dgn penghasilan rendah 2x)
• Kejadian ini berhubungan dgn a.l
• resiko endemik malaria & neurocysticercosis [Sistiserkosis
adalah infeksi jaringan yang disebabkan oleh bentuk larva
(cysticercus) Taenia, yang disebut sistiserkus akibat termakan
telur cacing pita Taenia, dari cacing pita babi (Taeniasolium)];
• cedera akibat kecelakaan & kelahiran,
• variasi infrastruktur medis & ketersediaan program kesehatan.
(WHO, 2016)
Etiologi
Berdasarkan etiologi, epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok:
• epilepsi primer/ idiopatic epilepsy
• Sekitar 80% pasien epilepsi, tdk diketahui etiologinya
• Tidak ditemukan kelainan anatomi (penyakit) spesifik sbg
penyebab serangan dlm otak. Disebabkan kelainan genetik
dlm SSP

• epilepsi sekunder/epilepsi simptomatik.


• Epilepsi yg diketahui penyebabnya : dapat di deteksi
adanya gangguan anatomi (penyakit) dlm otak sbg
pencetus terjadinya serangan.
• Mis. tumor, cedera kepala, hipoglikemia, infeksi meningeal
atau penghentian konsumsi alkohol sec mendadak pd
pecandu alkohol, dll
Etiologi

• Epilpesi sekunder umumnya disebabkan


– kerusakan otak dr cidera prenatal atau perinatal (cth. Kehilangan oksigen/
trauma selama kehamilan, BBLR)
– Kelainan bawaan atau cacat genetik
– Cedera kepala berat
– Stroke (pembatasan jumlah oksigen ke otak)
– Infeksi otak (meningitis/radang selaput otak, ensefalitis/peradangan pada
jaringan otak, neurocysticercosis)
– Sindrom genetik tertentu
– Tumor otak
– Sindrom metabolik (hiponatremia, hipoglikemia)
– Obat tertentu (tramadol, teofilin, bebeapa antidepresan, amfetamin, imipenem
dll)
Patofisiologi

Gangguan pada saluran ion natrium-kalium/kalsium karena defisiensi enzim Na K


ATP ase sehingga membran sel syaraf ?dak stabil dan ?mbul depolarisasi yang
berlebih (?mbul serangan)
Ke?dakstabilan suatu membran sel syaraf atau ke?dakstabilan pada sel-sel
disekeliling sel syaraf
Gangguan fungsi yaitu jumlah neurotransmiter eksitasi meningkat (ase?lkolin, asam
glutamat) dan neurotransmiter inhibisi turun (GABA)
Seizure tjd pd neuron serebral tertentu yg mengalami hipereksitasi atau berada dlm
kondisi depolarisasi
Jika seizure dimulai dr korteks dan menyebar kedua sisinya menghasilkan general
seizure
Jika seizure dimulai dr fokus tertentu dan terbatas pd satu sisi otak tertentu dan
terbatas pd satu sisi otak menghasilkan par?al seizure
Kejang terjadi akibat eksitasi yg berlebihan atau gangguan inhibisi neuron
KLASIFIKASI
Berdasarkan serangan kejang epilepsi

I. Partial seizure (lokal/fokal)


A. Simple (tanpa adanya gangguan kesadaran)
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh

B. Complex (disertai gangguan kesadaran)


• Dimulai sbg simple partial seizure diikuti dg gangguan kesadaran
• Tanda gejala spt simple partial seizure (perilaku aneh) (berkhayal)
• Gangguan kesadaran pd onset, gejala spt simple partial seizure
• pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah,
meringis, dll tanpa kesadaran

C. Partial seizure yg berkembang mjd generalized seizure


– Simple partial seizure→generalized seizure
– Complex partial seizure →generalized seizure
– Simple→ Complex→ generalized seizure
KLASIFIKASI
(lanjutan)

II. Generalized seizure/KEJANG


GENERALISATA aktivasi terjadi pd kedua
hemisfere otak secara
A. Tonic-clonic seizure (Grand Mal) bersama-sama

B. Absence seizure (Petit Mal)


• Typical seizure (hanya gangguan kesadaran)
• Atypical absence seizure
C. Clonic seizure (Berulang-ulang, gerakan menyentak)
D. Tonic seizure (Kekakuan otot)
E. Atonic seizure (Kehilangan kekuatan otot/akinetik)
F. Myoclonic seizure (gerakan menyentak, terisolasi)
KLASIFIKASI (lanjutan)

III. Seizure epileptik tak terklasifikasi


Semua seizure yg tdk dpt diklasifikasikan krn
data yg belum cukup dan yg tdk termasuk
klasifikasi di atas spt gerakan ritmus mata, dan
mulut

IV. Status epileptikus (perpanjangan partial


atau generalized seizure tanpa adanya pemulihan
diantara rangsangan)
Manisfestasi Klinis

Kejang umum t.d :


• Tonic-clonic convulsion = grand mal
– merupakan bentuk paling banyak terjadi
– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur
– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
– terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
Manisfestasi Klinik

• Abscense attacks = petit mal


– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot à jatuh, tapi bisa
segera recovered
Kejang parsial
Petit Mal
Identifikasi Epilepsi
Dimulai dg wawancara kpd penderita dan
keluarganya. Informasi yg dibutuhkan:
• Frekuensi dan durasi terjadinya serangan kejang
• Faktor pemicu
• Waktu pd saat terjadinya seizure
• Adanya aura
• Aktivitas iktal → peningkatan tekanan kandung kemih
• Keadaan postikal → seizure lama tanpa adanya pemulihan
Identifikasi (lanjutan)
Pemeriksaan yg dilakukan:
1. Pemeriksaan fisik & neurologi
2. Pemeriksaan laboratorium
Hitung darah lengkap, kimia darah, kadar
elektrolit, infeksi dll)
3. Pemeriksaan lain, meliputi:
– EEG (Elektro Encephalogram)
– CT (Computed Tomography)
– MRI (Magnetic Resonance Imaging)
– PET (Positron Emission Tomography)
PENANGANAN

Tujuan pokok terapi:


Membebaskan pasien dr bangkitan epilepsi, tanpa mengganggu fungsi normal SSP
agar pasien dpt menunaikan tugasnya tanpa gangguan
• Mengurangi / mengontrol frekuensi serangan epilepsi
• Meniadakan efek samping dan interaksi obat
• Mewujudkan kualitas hidup terbaik bagi penderita

Ada 2 macam Terapi:


1. Nonfarmakologi
❖ Pembedahan (jk krn tumor serebri)
❖ Menghindari faktor pencetus bangkitan epilepsi (alkohol, kelelahan, Diet
ketogenik: diet tinggi lemak, rendah karbohidrat & protein
❖ Stimulator saraf vagus
2. Farmakologi
– Penggunaan antikonvulsi/antiepilepsi
Hal-hal yang harus dihindari
• Lelah akibat kurang tidur
• Stres
• Tidak mengonsumsi obat antiepilepsi secara teratur
• Mengonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
• Penggunaan obat-obatan tertentu (yg dapat menyebabkan
kejang atau yg berinteraksi dengan obat antiepilepsi)
• Saat menstruasi yaitu ketika otak dipengaruhi oleh
perubahan hormon-hormon pada masa tersebut
• Lampu berkedip atau cahaya yang menyilaukan
Terapi Farmakologi
Prinsip terapi obat antiepilepsi:
1. Menentukan tipe epilepsi
2.Memilih obat utama yg paling sesuai dg tipe serangan
3.Menitrasi dosis utk memperoleh respon yg diinginkan
4.Terapi tunggal dipilih
5.Mempertimbangkan terapi multi obat yg rasional
6.Memberikan pendidikan kpd pasien
7.Mempertimbangkan penghentian pengobatan

• Mulai terapi dgn dosis terkecil & dpt ditingkatkan sesuai kebutuhan
• Variasi individu thd respon obat : pemantauan ketat & penyesuaian dosis
• Bila suatu obat gagal mencapai terapi yg dikehendaki à pelan-pelan
dihentikan & ganti dgn obat lain (jgn politerapi)
Prinsip Umum Terapi Epilepsi

• Terapi sesuai dgn jenis epilepsi


• Monoterapi : mengurangi potensi efek samping,
meningkatkan compliance, tdk ada bukti
politerapi lebih baik
• Hindari/minimalkan penggunaan antiepilepsi
sedatif : tolerasi, efek pd intelegensia, memori,
kemampuan motorik bisa menetap selama
pengobatan
• Bila mungkin, mulai terapi dgn 1 antiepilepsi non
sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau
politerapi
• Lakukan monitoring kadar obat dlm darah`
MONITORING TERAPI
Tujuan :
• Memastikan terapi epilepsi telah dilakukan sesuai dg
pedoman serta utk mencegah tjd kegagalan dlm terapi
Meliputi:
• Identifikasi dg teliti bentuk epilepsi, utk mencegah
kesalahan dlm diagnosis
• Pengkajian pilihan obat dan dosis yg digunakan
• Upaya penggantian obat didasarkan pd hasil
pemantauan klinik
• Penilaian kualitas hidup pasien
• Meminimalisasikan ketidakpatuhan penderita
PENILAIAN HASIL TERAPI

• Penilaian klinis secara prospektif


• Penderita harus mempunyai catatan
harian seizure & keparahannya
• Pengkajian penggunaan obat
• Penilaian kualitas hidup penderita
Algoritma
Penatalaksanaan
Epilepsi
Pemilihan obat : tergantung jenis epilepsi

Chisholm-Burns et al, 2016, Pharmacotherapy Principles & Practice, 4th edition, New York : McGraw-Hill Education.
golongan obat Antiepilepsi
• Golongan
Barbiturat
• Golongan
Hidantoin
• Golongan
Oksazolidindion
• Golongan
Benzodiazepin
• Golongan
Suksinimida
• Karbamazepin
• Asam Valproat
• Antiepilepsi lain
ANTIEPILEPSI

BARBITURAT


• Berdasarkan onset durasi, terbagi 3 gol krj


pendek, menengah, panjang
• Barb kerja pendek bukan berarti potensial
toksisitas rendah, lebih larut lemak shg mudah
mencapai SSP dg konsentrasi tinggi → ES
• Memiliki aktivitas antiepilepsi, membatasi
penyebaran lepasan kejang didlm otak dan
meningkatkan ambang serangan epilepsi
ANTIEPILEPSI

BARBITURAT
• Interaksi dg obat lain;
– Menurunkan metabolisme hidantoin
– Meningkatkan metabolisme kortikosteroid
– Menurunkan efektifitas kontrasepsi oral
– Menurunkan konsentrasi griseofulvin
– Menurunkan wkt paruh doksisiklin
– Menurunkan konsentrasi digoksin dlm plasma
– Disulfiram menurunkan metabolisme barbiturate
– Aditif dg antikonvulsan lain
• Efek merugikan
– Dpt tjd hipotermia, krn tjd depresi pusat termoregulator
– Penekanan ganglia simpatik shg tekanan darah drop
– Depresi miokardiak
• Toksisitas
– Depresi SSP yg berlebihan, penekanan respirasi, kematian
OBAT-OBAT ANTIEPILEPSI
Hidantoin
Hidantoin merupakan senyawa laktam dari asam
ureidoasetat ( 2,4-diokso-imidazolidin ).
Keuntungan dari senyawa ini adalah bahwa ia
bekerja anti konvulsi kuat
Mekanisme Kerja:
• Menstabilkan membran sel saraf thd depolarisasi dg
mengurangi masuknya ion-ion Na dlm neuron pd keadaan
istirahat atau depolarisasi
• Menekan & mengurangi influks ion Ca slm depolarisasi &
menekan perangsangan sel yg berulang-ulang
OBAT-OBAT ANTIEPILEPSI(lanjutan)
KARBAMAZEPIN
Karbamazepin merupakan turunan dibenzazepin
Dosis : Permulaan sehari 200-400 mg dibagi dalam beberapa dosis yang
berangsur-angsur dapat dinaikkan sampai 800-1200 mg dibagi dalam
2-4 dosis. Pada manula setengah dari sosis ini. Dosis awal bagi anak-
anak sampai usia 1 tahun 100 mg sehari, 1-5 tahun 100-200 mg sehari.
5-10 tahun 200-300 mg sehari dengan dosis pemeliharaan 10-20 mg/
kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis
Mekanisme Kerja:
• Mengurangi penghambatan impuls abnormal dlm otak dg menghambat kanal Na shg
mhambat potensial kerja berulang dlm fokus epilepsi
Indikasi:
• Serangan epilepsi parsial
• Serangan tonik-klonik
Efek Samping:
• Stupor, koma, depresi pernafasan, pusing, vertigo, ataksia, pandangan kabur,
mual ,muntah, anemia aplastik, agranulositosis, trombo-sitopenia, hepatotoksik
OBAT-OBAT ANTIEPILEPSI(lanjutan)
ASAM VALPROAT
Dosis : Oral semula 3-4 dd 100-150 mg d.c. Dari garam
natriumnya tablet ( tablet e.c ) untuk kemudian
berangsur-angsur dalam waktu 2 minggu dinaikkan sampai
2-3 dd 300-500 mg, maksimal 3 gram sehari. Anak-anak
20-30 mg/kg sehari. Asam bebasnya memberikan kadar
plasma yang 15 % lebih tinggi (lebih kurang sama dengan
persentase natrium dalam Na-valproat ) tetapi lain
daripada itu tidak lebih menguntungkan.
Mekanisme Kerja:
• Mengurangi perambatan lepasan listrik abnormal dlm otak
• Memperkuat kerja GABA pd sinaps-sinaps inhibisi
Indikasi:
• Efektif utk serangan mioklonik
Efek Samping:
• Mual, muntah, sedasi, ataksia, tremor, ruam kulit, trombositopenia
OBAT-OBAT ANTIEPILEPSI(lanjutan)
Suksinimida
Siksinimida berbeda konstitusinya secara kimia dengan
definilhidantoin hanya dengan penggantian gugus NH pada
posisi 1 dengan CH2 berbeda dengan fenitoin, suksinimida
hanya berkhasiat pada berbagai epilepsi tipe petit mal
sedangkan gejala grand mal akan lebih diperkuat dengan
pemberian obat ini
Mekanisme Kerja:
• Mengurangi perambatan aktivitas listrik abnormal dlm otak
Etoksuksimida
Dosis : 1-2 dd 250-500 mg sebagai tablet e.c. ( enterik coated )
berhubung rasanya tidak enak dan bersifat merangsang
Indikasi:
• Serangan absence
Efek samping:
• Mual, muntah, mengantuk, letargi, malas, gelisah, agitasi,
ansietas, ketidakmampuan utk konsentrasi, urtikaria, sindrom
Steven-johnson, leukopenia, anemia aplastik, trombositopenia
OBAT-OBAT ANTIEPILEPSI(lanjutan)

BENZODIAZEPIN
Indikasi:
• Status epileptikus
Efek Samping:
• Mengantuk, kelelahan, ataksia, malas,
perubahan tingkah laku
OBAT-OBAT ANTIEPILEPSI(lanjutan)

GABAPENTIN & LAMOTRIGIN


Mekanisme Kerja:
• Gabapentin mrp analog GABA
• Lamotrigin: menghambat glutamat & pelepasan
aspartat, menghambat kanal Na
Indikasi:
• Serangan partial
• Serangan tonik-klonik
Chisholm-Burns et al, 2016, Pharmacotherapy Principles & Practice, 4th edition, New York : McGraw-Hill Education.
Status Epilepticus

• Kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih


atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa pemulihan
kesadaran di antara dua kejadian tersebut
• Merupakan kondisi darurat yg memerlukan
pengobatan yang tepat untuk meminimalkankerusakan
neurologik permanenmaupun kematian
• Kejang >30 menit àcedera signifikan & kehilangan sel
saraf krn aktivitas listrik yg berlebihan & kebutuhan
metabolik otak
Patofisiologi (cont)
• Perubahan sistemik pd SE
– Fase I : terjadi 30 menit pertama
• Peningkatan aktivitas otonom : hipertensi, takikardia,
hiperglikemi, hipertemia, berkeringat, banyak berliur
• Aliran darah meningkat ke otak (pasokan O2)
• Hipoksia otot : aritmia ventrikel & asidosis berat
• Rhabdomyolysis : hipotensi, syok, hiperkalemia, cedera ginjal
akut
– Fase II : terjadi setelah 30-60 menit
• Hilangnya autoregulasi serebral, penurunan aliran darah otak,
peningkatan tekanan intrakranial, hipotensi sistemik
• Kebutuhan metabolik otat tetap tinggi, tubuh gagal
mengkompensasi à hipoglikemik, hipertermia, gagal napas,
hipoksia, asidosis respiratori & metabolik, hiperkalemia,
hiponatremia & uremia
• Aktivitas fisik tdk jelas, aktivitas listrik otak masih ada
Penatalaksanaan Terapi
• Tujuan terapi
– Menghentikan kejang (fisik & EEG), mencegah
kekambuhan & meminimalkan efek samping AED
– Pengobatan komplikasi SE
• Tatalaksana terapi
– Non farmakologi
• Pantau tanda vital (HR, BP, T)
• Pelihara ventilasi, berikan oksigen
• Cek gas darah utk memantau asidosi respiratori atau
metabolik
• Kadang terjadi hipoglikemi à berikan glukosa
– Farmakologi à dengan obat-obatan
Chisholm-Burns et al, 2016, Pharmacotherapy Principles & Practice, 4th edition, New York : McGraw-Hill Education.
Evaluasi Outcome
• Mulai pengobatan secepat mungkin
– Terapi first line (emergency) hrs segera menghentikan kejang
(fisik & EEG)
– Lakukan pemeriksaan fisik & lab à menentukan penyebab &
komplikasi utk pengobatan yg tepat
• Setelah kejang berhenti & pasien stabil, tinjau regimen
terapi
– Monitor & evaluasi konsentrasi AED
– Pasien dgn multiple AED, perlahan turunkan dosis hingga
menjadi monoterapi dgn memantau aktivitas kejang
– Pantau tanda-tanda toksisitas obat & kejang sampai
konsentrasi obat telah stabil
– Evaluasi profil obat & ganti obat/dosis utk meminimalkan
interaksi (jika memungkinkan)
Terapi Epilepsi pada Ibu Hamil
Setiap OAE mengandung risiko malformasi janin.
Prinsip penggunaan OAE dalam kehamilan:

1. OAE dipilih untuk sindrom atau tipe bangkitan (jika mungkin, monoterapi)

2. Lakukan pemantauan kadar obat total dan bebas

3. Gunakan dosis paling rendah untuk mengendalikan bangkitan dengan
optimal
4. Hindari kadar puncak yang tinggi
5. Asam valproat jangan digunakan sebagai obat pilihan pertama karena
tercatat paling sering berhubungan dengan malformasi kongenital. Jika asam
valproat merupakan terapi yang paling optimal dalam mengontrol kejang,
sejumlah cara harus dilakukan untuk meminimalkan risiko pada janin.
Terapi Epilepsi pada Ibu Hamil
Lamotrigin dan
Gabapentin : tidak
ditemui efek
teratogen pada
hewan uji tapi data
pada manusia tidak
cukup.

Pemberian suplemen
asam folat dan
vitamin K
diperlukan selama
wanita hamil
mengkonsumsi
o b a t - o b a t
antiepilepsi
Kesimpulan
• Epilepsi berdasarkan
etiologi
• Primer
• Sekunder
• Epilepsi berdasarkan
serangan kejang
• Partial seizure
• Generalized seizure
• Seizure epileptik tak
terklasifikasi
• Status epileptikus

Setiap OAE mengandung risiko


malformasi janin.
Sekian dan Terima Kasih

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta


astaghfiruka wa atubu ilaik.
Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”.

Anda mungkin juga menyukai