Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan


pengembangan kurikulum. Bagi para pelaku pendidikan di bidang ini, khususnya guru, kepala
sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah, sangat naif jika tidak sepenuhnya memahami
keberadaan, kegunaan, dan urgensi dari setiap model pengembangan kurikulum.

Salah satu fungsi dari pendidikan dan kurikulum bagi para pendidik adalah untuk
mempersiapkan siswa untuk kehidupan masa depan mereka. Oleh karena itu, beberapa
karakteristik dasar dapat diringkas dari kurikulum dan pendidikan implementasi, yaitu, kesadaran
tujuan, orientasi masa depan dan kesadaran atas penyesuaian.

Pemahaman kurikulum itu sendiri merupakan salah satu unsur kemampuan mengajar yang
harus dimiliki oleh para guru. Kemampuan mengajar merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran siswa, salah satunya adalah kemampuan mengembangkan kurikulum.

Pemerintah menerapkan kurikulum baru 2013 sebagai alternatif dari kurikulum 2006.
kurikulum ini merupakan inovasi dan penyempurnaan dari kurikulum KTSP 2006 dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia. Karena dengan adanya kurikulum 2013, siswa menjadi lebih
aktif dan menjadi fokus pada pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.

Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan masyarakat


sebagai badan utama pendidikan juga memerlukan pembangunan sosial. Berdasarkan hal ini
pemerintah mengupayakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai produk dari proses
pendidikan melalui guru. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kurikulum sebagai modal dasar
agar pembelajaran dapat berkembang dengan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian model konsep kurikulum dan model pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana model konsep kurikulum?
3. Bagaimana model pengembangan kurikulum?
C. Tujuan penulisan
1. Menganalisis model-model kurikulum (Tyler, Administratif, dan grassroot)
2. Membandingkan pengembangan model kurikulum (Tyler, Administratif, dan
grassroot)
3. Menyusun model kurikulum terbaru yang sesuai dengan situasi saat ini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Konsep Kurikulum dan Model Pengembangan Kurikulum


Model ini merupakan konstruksi teoritis dari konsep diri. Kurikulum adalah seperangkat
rencana kegiatan pendidikan yang didasarkan pada tujuan, pokok, isi, bahan, metode, dan
strategi pembelajaran, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran. Oleh karena itu,
model konseptual kurikulum merupakan dasar pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain,
metode pengembangan kurikulum yang didasarkan pada konsep kurikulum sebelumnya.
Perkembangan kurikulum tidak dapat dinyatakan secara jelas dalam semua aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, agama, politik, budaya, dan
sosial), proses pengembangan, kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat, dan arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang harus diperhatikan dalam membuat
rencana studi. Model pengembangan kurikulum merupakan prosedur alternatif untuk merancang,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan
kurikulum harus mampu menggambarkan proses sistem perencanaan pembelajaran yang
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
Dalam praktiknya, pengembangan kurikulum seringkali hanya menekankan pada
penyelesaian mata pelajaran. Dengan kata lain, isi atau materi yang harus dipelajari siswa hanya
terfokus pada mata pelajaran yang terstruktur, sistematis, dan logis. Dengan mengabaikan
pengetahuan dan keterampilan aktual yang sesuai dengan perkembangan sosial.
Untuk mengembangkan kurikulum yang baik, pengembangan kurikulum harus
memahami berbagai model pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum dalam
hal ini mengacu pada langkah-langkah atau prosedur yang sistematis dalam rangka
mempersiapkan pengembangan kurikulum. Dengan memahami hakikat model pengembangan
kurikulum dan berbagai model pengembangan alternatif, diharapkan para pengembang
kurikulum dapat bekerja lebih sistematis, sistematik dan optimal. Sehingga dapat mewujudkan
harapan ideal untuk menempuh kurikulum adaptif dari berbagai minat, teori, dan praktik.
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Berdasarkan perkembangan para ahli kurikulum, saat ini banyak model pengembangan
kurikulum yang telah diajukan. Dilihat dari keluasan pengembangan kurikulum itu sendiri dan
tahapan pengembangan menurut metode, masing-masing model memiliki karakteristik tertentu.
Artikel ini hanya memperkenalkan beberapa model, yang dapat dikembangkan oleh guru sesuai
dengan kebutuhan mereka sendiri. Model pengembangan kurikulum dengan pendapat yang
berbeda antara lain:

1. Model Tyler

Taylor mengatakan dalam bukunya “Basic Principles of Curriculum and Instruction”


(Prinsip Dasar Kurikulum dan Instruksi, 1949) bahwa, pengembangan kurikulum harus
ditangani secara logis dan sistematis. Dia mencoba menjelaskan pentingnya isi rasional,
menganalisis dan menginterpretasi kurikulum serta rencana pengajaran lembaga pendidikan.
Model pengembangan kurikulum Tyler mungkin yang terbaik, dengan menekankan pada
tahap perencanaan. Meskipun Taylor mengusulkan model pengembangan kurikulum yang
komprehensif, para pendidik menyambut hangat bagian pertama dari model tersebut
(pemilihan target).

langkah pengembangan kursus:

a. Langkah 1: Tyler merekomendasikan agar perencana kursus menentukan tujuan


keseluruhan tentatif dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu: kebutuhan
siswa, masyarakat (peran yang diperlukan), dan topik.
b. Langkah 2: Setelah menentukan beberapa tujuan umum, perencana
mendefinisikannya dengan menyaring melalui dua filterasi, yaitu filosofi pendidikan
dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi tujuan pembelajaran yang spesifik dan
menyebutkannya serta pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai filterasi
pertama untuk tujuan ini. Kemudian perlu untuk menggambarkan nilai-nilai yang
diperoleh dan menggambarkannya dengan menekankan empat tujuan demokratis.
Untuk dinilai, pendidik harus menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang baik.Psikologi
pembelajaran memberikan konsep waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
waktu untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Taylor juga menyarankan para
pendidik untuk fokus pada cara belajar yang tepat:
1) Mengembangkan kemampuan berpikir
2) Menolong dalam memperoleh informasi
3) Mengembangkan sikap masyarakat
4) Mengembangkan minat
5) Mengembangkan sikap kemasyarakatan
c. Langkah 3: melakukan penyeleksian pengalaman belajar yang menunjang dalam
pencapaian tujuan. Dalam penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan
persepsi yang telah dimiliki oleh para peserta didik.
d. Langkah 4: mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan
berbagai prosedur evaluasi.
e. Langkah 5: mengarahkan pengalaman belajar dan mengaitkan hal tersebut dengan
evaluasi terhadap nilai efektif perencanaan dan pelaksanaan.
f. Langkah 6: mengevaluasi pengalaman belajar. Evaluasi adalah hal terpenting dalam
hal pengembangan kurikulum.

Berdasarkan hal tersebut Tyler (1949) menegaskan agar membedakan antara konten
pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman belajar. Karena pengalaman belajar
merupakan pengalaman yang dialami oleh peserta didik sebagai hasil belajar dan interaksi
mereka dengan konten dan kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang
mereka peroleh harus bermuara pada pemberian pengalaman para pelajar yang dirancang dengan
baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi kurikulum tersebut, terlihat bahwa
kurikulum dapat dipahami dari segi yang sempit atau luas.

2. Model Administratif
Model adminidtratif merupakan model pengembangan kurikulum paling lama, model ini
sering disebut  “garis dan staf”  atau  “top down”  atau “ line staff”. Munculnya model ini
berawal dari inisatif dan gagasan pengembangan dari para administrator pendidikan dan
mengggunakan prosedur administrasi. Pengembangan model ini berpusat pada wewenang dari
pemerintahan pusat. Pemerintahan pusat melalui pejabat pendidikan yang berwenang misalnya,
dirjen pendidikan membentuk komisi pengarah pengembangan kurikulum. Anggota
komisi pengarah pengembangan kurikulum ini terdiri dari penjabat di bawah dirjen, para ahli
pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan.

Beberapa tugas dari komisi pengarah kurikulum ialah:


1) menyiapkan rumusan falsasfah
2) merumuskan konsep-konsep dasar
3) merumuskan landasan 6
4) merumuskan kebijaksanaan
5) merumuskan strategi utama 
6) merencanakan garis-garis besar kebijaksanaan
7) memberikan garis-garis besar kebijaksanaan
8) membentuk tujuan umum pendidikan.
Setelah pihak tersebut menyelesaikan tugasnya, ia akan dengan cermat membentuk dan
meninjau serta membentuk komisi kerja untuk pengembangan kurikulum. Anggota komite terdiri
dari ahli kurikulum dan pendidikan, ahli mata pelajaran perguruan tinggi, dan profesor mata
pelajaran senior. Tugas tim pengembangan adalah menulis lebih banyak lokakarya praktis yang
menerjemahkan dari konsep dasar dan kebijakan yang digariskan oleh tim pelatih. Tugas
kelompok kerja pengembangan kursus adalah:
1) merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum
2) memilih dan menyusun sekeuens bahan pelajaran strategi pengajaran dan evaluasi
3) serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru.

Setelah semua tugas dari tim kerja pengembang kurikulum, hasil kerja dari komisi ini
kemudian dikaji oleh tim pengarah serta para ahli yang kompeten atau penjabat yang kompeten.
Selanjutnya diadakan pengakajian tahap selajutnya adalah uji coba. Pelaksanaan uji coba
rancangan kurikulum tersebut adalah sebuah komisi yang ditunjuk panitia pengarah yang
anggotanya sebagaian besar terdiri dari kepala sekolah. Setelah penelitian uji coba, komisi
pengarah menelaah atau mengevaluasi sekali lagi  rancangan kurikulum tersebut baru kemudian
memutuskan pelaksanaanya. Apabila sudah diputuskan untuk memakai pengambangan
kurikulum maka komisi pengarah pengembangan akan memerintahkan sekolah-sekolah untuk
melaksanakan kurikulum tersebut.
Pengembangan kurikulim model adminitratif tersebut menekankan kegiatannya pada orang-
orang terlibat pada yang terlibat sesuai denagan tugas dan fungsinya masing-masing. Berhubung
pengembangan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah
dilaksanakan pada Negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara dengan kemampuan
tenaga pengajaranya masih rendah. Kelemahan-kelemahan model ini sebagi berikut:
1) kurang pekanya terhadap adanya perubahan masyarakat, di samping juga karena
kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara nasional sehingga kadang-kadang
melupakan atau mengambaikan adanya kebutuhan dan kekhususan yang ada pada tiap
daerah
2) pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis,
karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui gass staf hirarkis dari atas ke
bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas;
3) pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan
kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan
masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan
macam-macam kepanitian
4) pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan
kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan
masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan
macam-macam kepanitiaan.

3. Model Grass Roots


Jika pada pemgembangan model administratif kegiatan pengembangan kurikulum berasal
dari atas, model ini inisatif justru berasal dari bawah, yaitu dari para penganjar yang merupakan
para pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model pengembangan kurikulum administratif
bersifat sentralisasi, sedangakan model grass roots akan berkembang pada sistem pendidikan
yang bersifat desentralisasi. Model ini mendasarkan diri pada anggapan bahwa penerapan suatu
kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksanaanya di sekolah sudah diikutsertakan sejak mula
pengembangan kurikulum itu.
Dalam model pengmbangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau
keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan
atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu bidang studi
atau beberapa bidang studi  ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.
Pengembangan model grass roots ini juga menuntut adanya kerja antara guru antara sekolah
secara baik, di samping juga harus ada juga kerja sama dengan pihak di luar sekolah khususnya
orang tua dan mayarakat.
Pada pelaksanaanya, para administrator cukup memberikan bimbingan dan dorongan kepada
staf pengajar. Setelah menyelesaikan tahap tertentu, bisanya diadakan lokakarya untuk
membahas hasil yang telah dicapai dan sebaliknya merencanakan kegiatan yang akan dilakuakan
selanjutnya. Pengikut lokakarya di samping para pengajar dan kepala sekolah juga melibatkan
orang tua dan anggota masyarakat lainya, serta para konsultan dan para narasumber yang lain.
Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitasnya
biaya maupun kemampuan bahan-bahan kepustakaan, pengembangan model grass roots akan
dilaksanakan lebih baik. Orientasi yang demokratis dari rekayasa Model Grass Roots
bertanggung jawab membangkitkan apa yang menjadi dua aksioma kemantapan sebuah
kurikulum:
a. bahwa sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru-guru
dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan (konstruksi) dan pengembangannya
b. bukan hanya para professional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain harus
dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum.
Hal ini didasarkan pada atas pertimbangan bahwa guru adalah peracana, pelaksana, dan juga
penyempurna dari pengajaran di sekolah. Dialah yang paling tahu kebutuhannya di kelas, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal ini sesuai
dengan prinsip-prinsip pengemnbangan kurikulum yang dikemukakan oleh Smith, Stenley dan
Shores dalam Nana Syaodih Sukmadinata (1999: 163):
a. The curriculum will improve only as the professional competence of teacher improves
b. The competence of teacher will be improved only as the teacher become involved
personally in the problems of curriculum revision
c. If teacher share in shaping the goals to be attained, in selecting, definding, and sloving
the problems tobe encountered, and in judging, and evaluating the rusults, their
involvement will be most nearly assured.
d. As people meet in face-to-face groups, the will be able to understand one another better
and to reach a consensus on basic principles, goals and plans.
Guru adalah sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum yang efektif, digambarkan pada (4) prinsip
yang menjadi dasar Model Grass Roots, yaitu:
a.  kurikulum akan baik apabila kemampuan profesioanl guru baik
b. kompetensi guru akan membaik apabila guru terlibat secara pribadi dalam masalah
masalah peibaikan (revisi) kurikulum
c. jika guru urun rembug dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam
memilih, mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan
dan menilai hasil maka keterlibataimya paling terjamin
d. karena orang bertemu dalam kelompok, tatap muka, mereka akan dapat memahami satu
sama lain lebih baik dan untuk mencapai suatu konsensus berdasarkan prinsip-prinsip
dasar, tujuan-tujuan dan rencana-rencana
Secara singkat diagram kerja pengembangan model grass roots sebagai berikut:
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungking hanya berlaku untuk
bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang
studi sejenis  pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi sekolah atau daerah lain. 
Keuntungan dari model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada pelaksana,
mengikutsertakan pihak bawah khususnya para staff mengajar dan memungking terjadinya
kompetensi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada giliranya akan
melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
C. Pengembangan Model Kurikulum Saat Ini
Pada situasi saat ini para pendidik harus mampu menciptakan model kurikulum yang efisien
dan efektif penerapannya dalam situasi pandemic saat ini. Saat ini seluruh aktivitas dilaksanakan
secara online dan menciptakan pengalaman yang tidak efektif dan efisien bagi para pendidik
serta peserta didik. Hal ini yang menyebabkan perlunya mengembangkan model kurikulum yang
mampu diterapkan dan menghasilkan pengalaman yang lebih baik bagi seluruh pihak. Model
kurikulum ini bernama Flexibelity Situation, saya mendapatkan inspirasi dari seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) pada masa pandemi ini. Sebagai
seorang calon pendidik, saya mengamati bahwa model pembelajaran yang saat ini diterapkan
tidak menghasilkan output yang efisien dan membekas diingatan para murid. Mereka cenderung
bosan dan tidak memperhatikan jalannya pembelajaran. Serta peran orang tua yang menjadi
peranan penting menjadi bahan perhatian saya untuk menciptakan pengembangan model
kurikulum yang mampu menghasilkan output yang lebih baik.
Pada pengembangan model ini, perlunya mengasah pemahaman para wali murid agar lebih
mampu mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya pada saat pembelajaran berlangsung atau
saat menyelesaikan suatu tugas sekolah. Pada situasi ini, perlunya memperhatikan kesiapan para
wali murid untuk membantu para pendidik dalam mengarahkan para peserta didik.
Langkah-langkah dalam mengimplementasikan model pengembangan kurikulum ini, sebagai
berikut:
1) Para pendidik harus memahami kemampuan para wali murid
Konsep pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan berpikir para wali murid agar
dalam mengarahkan anak-anaknya, wali murid mampu menjadi perantara yang bisa
membentuk kerangka berpikir anak. Hal ini bisa tercipta dengan membangun
komunikasi yang baik antar pendidik dan wali murid.
2) Konsep pembelajaran yang unik dan humanis
Para pendidik harus mampu menciptakan suasana kelas yang lebih unik dan mudah
diterima oleh para siswa atau wali murid. Dengan menerapkan hal ini, para siswa
akan lebih bersemangat dan mengikuti berjalannya pembelajaran dengan baik
3) Memastikan kesiapan perangkat peserta murid dalam pembelajaran
Para pendidik harus memastikan bahwa seluruh murid atau walinya memiliki
perangkat yang mampu menunjang proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keberadaan model pengembangan kurikulum memiliki peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum dan mempelajari model-model pengembangan kurikum
2. Pada saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan
kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-
masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada yang menitikberatkan pada
pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan
kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum.
3. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan
mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang
diharapkan.
4. Pengembangan model kurikulum harus mampu menyesuakan dengan situasi yang ada
saat ini.
Daftar Pustaka

Burhan, N. (1988). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Sebuah Pengantar Teoritis dan
Pelaksanaan). Jogjakarta: BPFE.

DKK, N. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Pratek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Oemar, H. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai