Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA EKSPERIMENTAL II
Percobaan M2
“Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell”

Hari: Jumat Tanggal : 15 Oktober 2021 Jam ke: 11-12

Oleh:
Adhelya Syalsabillah Nili Wijaya (081911333060)
Adinda Putri Widjaja (081911333089)
Ahmad Andi Rizqi (081911333025)

Dosen Pembimbing:
Jan Ady, S.Si., M.Si.
Dr. Siswanto, M.Si.

Laboratorium Fisika Material


Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
2021
PERCOBAAN M2

“Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell”

ABSTRAK

Metode Rockwell merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pengujian
kekerasan material, karena sederhana dan tidak menghendaki keahlian khusus. Dalam
pengerjaannya digunakan kombinasi variasi indentor dan beban untuk bahan metal dan
campuran, mulai dari bahan lunak sampai keras. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda uji (spesimen) yang
berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut
serta ketebalan minimalnya (h2-h0). Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum adalah
berbagai jenis logam, yaitu kuningan, besi, aluminium, dan stainless steel, yang kemudian akan
diukur nilai kekerasannya dan seperangkat Rockwell Tester TH500. Untuk uji kekerasan
dilakukan dengan meletakkan spesimen pada papan indentor dan membuat kontak dengan
indentor sampai bahan terpenetrasi dan nilai tertentu ditunjukkan oleh jarum skala, dan
akhirnya skala-skala ini diklasifikasikan menurut tingkat kekerasannya. Selain itu, dapat dilihat
pula bahwa urutan kekerasan untuk bahan uji mulai dari yang paling keras sampai yang paling
lunak adalah besi – stainless steel – kuningan – aluminium.

Kata kunci : kekerasan, uji Rockwell, logam, indentor


A. TUJUAN diketahui, khususnya untuk material
Menentukan kekerasan suatu yang dalam penggunaanya akan
material dalam bentuk daya tahan mengalami pergesekan (frictional force)
material terhadap benda uji (spesimen) dan deformasi plastis. Deformasi plastis
yang berupa bola baja ataupun kerucut sendiri adalah keadaan dari suatu
intan yang ditekankan pada permukaan material ketika material tersebut
material uji tersebut serta ketebalan diberikan gaya yang menyebabkan
minimalnya. struktur mikro dari material tersebut
sudah tidak bisa kembali ke bentuk
B. PENDAHULUAN asalnya lagi.
Kekerasan (hardness) adalah Di dalam aplikasi manufaktur,
salah satu sifat mekanik (mechanical pengujian material dilakukan dengan
properties) dari suatu material. Makna dua pertimbangan, yaitu untuk
dari kekerasan sendiri dapat bervariasi mengetahui karakteristik suatu material
menurut kelompok bidang ilmu yang baru, dan melihat mutu untuk
berbeda. Sebagai contoh, untuk insinyur memastikan suatu material memiliki
mineralogi, kekerasan adalah ketahanan spesifikasi kualitas tertentu.
terhadap goresan, sedangkan untuk
insinyur lubrikasi, kekerasan adalah C. DASAR TEORI
ketahanan terhadap mekanisme Dari pendahuluan singkat diatas,
keausan, dan masih banyak pengertian maka kekerasan suatu material dapat
kekerasan yang berbeda. Meskipun didefinisikan sebagai ketahanan
begitu, satu mekanisme yang dapat material tersebut terhadap gaya
menghubungkan semua pengertian penekanan dari material lain yang lebih
diatas adalah tegangan alir plastis dari keras. Penekanan tersebut dapat berupa
material uji. Dalam percobaan ini, mekanisme penggoresan (scratching),
kekuatan tegangan alir plastis bahan ini pantulan, ataupun indentasi dari
dilihat dari kemampuan suatu material material keras terhadap suatu
untuk menahan beban indentasi atau permukaan benda uji. Berdasarkan
penetrasi (penekanan). mekanisme penekanan tersebut, dikenal
Kekerasan suatu material harus 3 metode uji kekerasan, yaitu metode
gores, metode elastik / pantul (rebound),
dan metode indentasi. Pada metode
indentasi terdapat 4 jenis uji kekerasan - Untuk indentor tipe C;

yang dapat dilakukan, yaitu metode


Brinell, metode Vickers, metode
Indentor yang dipakai dalam
Rockwell, dan uji kekerasan mikro.
metode Rockwell ada 2, yaitu bola baja
Karena eksperimen ini hanya tentang uji
keras ukuran 1/16, 1/8, ¼, dan ½ inci
kekerasan dengan metode Rockwell,
(1,588; 3,175; 6,350; dan 12,70 mm),
maka penjelasan dasar teori untuk
serta ujung kerucut dari intan.
metode lain dirasa tidak perlu untuk
dipaparkan.
Metode Rockwell merupakan
metode yang paling umum digunakan
karena sederhana dan tidak memerlukan
keahlian khusus. Dalam percobaan,
digunakan kombinasi variasi indentor
dan beban untuk bahan metal dan
campuran, mulai dari bahan lunak
sampai keras. Uji ini sebenarnya
mengukur kedalaman dari indentasi dan
mengkonversikannya menjadi nilai
kekerasan dalam keadaan spesifik. Tabel 1. Pemetaan beban major untuk
Bahan uji akan diberi beban minor yang tiap tipe dalam uji Rockwell
diikuti dengan pemberian beban major
yang lebih besar. Hal ini akan Skala yang umum dipakai dalam
mengindentasi bahan uji yang kemudian pengujian Rockwell adalah HRA (untuk
kedalamannya dihitung dan material yang sangat keras), HRB
dikonversikan. Konversi ini memiliki (untuk material yang lunak), dan HRC
rumus, yaitu: (untuk material dengan kekerasan
- Untuk indentor tipe B; sedang).
D. ALAT DAN BAHAN 6. Melepas load cell agar beban yang
Bahan : Berbagai jenis logam sudah dimuat ditimpakan pada
yang akan diukur nilai indentor. Skala akan menunjukkan
kekerasannya, nilai tertentu.
diantaranya kuningan, 7. Nilai skala tersebut menyatakan
besi, aluminium, dan nilai kekerasan spesimen uji yang
stainless steel. kita ukur.
Alat : Seperangkat Rockwell
Tester TH500. Tabel 2. Skala, Indentor, dan Material
dalam uji kekerasan Rockwell
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Persiapan uji → memilih skala
indentor sesuai dengan jenis bahan
yang akan diukur. Menghubungkan
skala indentor dengan jenis material
disajikan pada tabel 2.
2. Memasang indentor sesuai dengan
yang dipilih.
3. Meletakkan spesimen uji pada meja
spesimen, dan rotasikan searah
jarum jam hingga meja spesimen F. DATA HASIL PENGAMATAN DAN
naik keatas menuju indentor. ANALISIS
4. Setelah spesimen uji melakukan Untuk pembacaan jurnal yang
kontak dengan indentor, tahan. lebih nyaman, data eksperimen beserta
Kemudian memutar load cell secara analisisnya telah diletakkan pada bagian
kontinu (sesuai tabel 2). lampiran.
5. Memutar alat spesimen hingga
jarum kecil pada skala menunjuk G. PEMBAHASAN
titik merah dan jarum panjang Pada eksperimen ini praktikan
menunjukkan titik di sekitar C atau belajar tentang uji kekerasan dengan
B (menunjuk angka 0). metode Rockwell. Ada banyak metode
pengukuran kekerasan suatu bahan Dapat diperhatikan juga bahwa
seperti metode gores, metode elastik, semakin terangkat indentor setelah
dan metode indentasi. Salah satu dari beban major diangkat, maka semakin
metode indentasi tersebut adalah keras bahan tersebut. Hal ini karena
metode Rockwell. kekerasan suatu bahan berhubungan erat
Dasar dari percobaan ini adalah dengan tegangan alirnya. Jika sebuah
penetrasi bahan. Mengacu pada gambar bahan diberi gaya, maka tegangan alir
1, suatu bahan akan diletakkan pada alat yang kuat cenderung dapat
penguji Rockwell TH500. Kemudian mengembalikan bahan ke bentuk
bahan akan diberi beban minor / beban semula tanpa mengalami deformasi
awal untuk memberi inden pada bahan, plastis. Kebalikannya juga berlaku,
terinden sejauh B, dan skala diset pada dimana tegangan alir bahan yang kecil
bulatan merah / hitam. Setelah itu, cenderung sulit mengembalikan bentuk
beban major diaplikasikan untuk bahan ke semula, sehingga lebih mudah
menginden bahan uji lebih jauh, sampai terjadi deformasi plastis.
D. Lalu, beban major diangkat. Disini,
Kemudian percobaan dilakukan
indentor akan terangkat karena sifat
untuk indentor skala B dan C, dengan 4
fisik bahan uji yang mencirikan
bahan uji, yaitu kuningan, besi,
kekerasannya, dengan jarak
aluminium dan stainless steel.
terangkatnya indentor adalah R. Maka,
Percobaan dilakukan sesuai dengan
nilai RB adalah nilai yang dapat
petunjuk. Dari percobaan, praktikan
dikonversi untuk mendapatkan nilai
mendapatkan data hasil pengamatan
kekerasan suatu bahan.
sesuai dengan yang tertera pada tabel
(terlampir). Dari sana, dapat dianalisis
beberapa hal.
Pertama, untuk uji dengan
indentor tipe B tidak memberikan nilai
kekerasan dan ketebalan minimal yang
bervariasi, yang artinya keempat bahan
memiliki kekerasan yang tidak terlalu

Gambar 1. Proses indentasi uji Rockwell berbeda. Hal ini tidak benar, karena
keempat bahan berbeda dan memiliki H. KESIMPULAN
nilai kekerasan yang cukup berbeda Dari percobaan didapatkan bahwa
pula. Praktikan mengasumsikan Untuk TA (HR) nilai data 1 sebesar
kesalahan ini terjadi akibat indentor tipe 2.14 mm, data 2 sebesar 2.06 mm, data
B yang sudah usang, berkarat, dan bola 3 sebesar 1.84 mm, data 4 sebesar
indentornya juga sudah tidak ada. Hal 2.1284 mm, data 5 sebesar 1.82 mm,
ini membuat perhitungan kekerasan data 6 sebesar 2.02 mm, data 7 sebesar
THB untuk keempat bahan sangat tidak 1.707 mm, data 8 sebesar 2.0824 mm,
ideal. data 9 sebesar 2.08 mm, dan data 10
Kedua, untuk uji dengan indentor sebesar 2.1654 mm. Untuk TB (HR)
tipe C memberikan nilai kekerasan dan nilai data 1 sebesar 1.96 mm, data 2
ketebalan minimal yang variatif, yang sebesar 2.22 mm, data 3 sebesar 2.16
artinya indentor tipe C bekerja dengan mm, data 4 sebesar 1.98 mm, data 5
baik. sebesar 2.127 mm, data 6 sebesar
Yang terakhir, setelah 1.9154 mm, data 7 sebesar 2,1 mm, data
menganalisis data dari uji kekerasan 8 sebesar 2.1 mm, data 9 sebesar 2.06
metode Rockwell ini, praktikan dapat mm, dan data 10 sebesar 2.02 mm. Pada
mengurutkan bahan mana saja yang tipe Diamond Cone terdapat dua nilai
paling kuat hingga yang paling lunak. yaitu nilai TC (HR) dan TD (HR).
Penentuan ini berkorelasi dengan nilai Untuk menghitung kekerasan TC (HR)
(h2-h0)-nya yang sebenarnya adalah dan TD (HR) menggunakan persamaan
jarak terangkatnya indentor. Sesuai 1, sehingga dapat diperoleh masing-
dengan pembahasan diatas, makin masing data. Untuk TC (HR) nilai data
terangkat indentor, maka semakin kecil 1 sebesar 0.7086 mm, data 2 sebesar
jaraknya, dan artinya kekerasan bahan 0.6824 mm, data 3 sebesar 0.5366 mm,
lebih kuat. Sehingga, didapati bahwa data 4 sebesar 0.5444 mm, data 5
urutan bahan yang paling keras hingga sebesar 0.5934 mm, data 6 sebesar 0.68
yang paling lunak adalah besi – mm, data 7 sebesar 0.72 mm, data 8
stainless steel – kuningan – aluminium. sebesar 0.74 mm, data 9 sebesar 0.668
mm, dan data 10 sebesar 0.4554 mm.
Untuk TD (HR) nilai data 1 sebesar
0.24 mm, data 2 sebesar 0.46 mm, data mm, data 8 sebesar 0.6914 mm, data 9
3 sebesar 0.66 mm, data 4 sebesar 0.22 sebesar 0.6844 mm, dan data 10 sebesar
mm, data 5 sebesar 0.24 mm, data 6 0.44mm.
sebesar 0.44 mm, data 7 sebesar 0.3088

DAFTAR PUSTAKA

Callister, W. D., Jr. 1984. Introduction to Material Science and Engineering. John Wiley
and Sons: New York.
Ashby, Michael F. 1992. Materials Selection in Mechanical Design. Pergamon Press:
United Kingdom.
LAMPIRAN

A. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data hasil pengamatan sekunder Rockwell pada indentor Diamond cone

No Indentor Nilai TC (HR) Nilai TD(HR)

1 Diamond cone 64,57 88

2 Diamond cone 65,88 77

3 Diamond cone 73,17 67

4 Diamond cone 72,78 89

5 Diamond cone 70,33 88

6 Diamond cone 66 78

7 Diamond cone 64 84,56

8 Diamond cone 63 65,43

9 Diamond cone 66,6 65,78

10 Diamond cone 77,23 78


Tabel 2. Data hasil pengamatan sekunder Rockwell pada Ball indentor

No Indentor Nilai TA (HR) Nilai TB (HR)

1 Ball indentor 23 32

2 Ball indentor 27 19

3 Ball indentor 38 22

4 Ball indentor 23,58 31

5 Ball indentor 39 23,65

6 Ball indentor 29 34,23

7 Ball indentor 44,65 25

8 Ball indentor 25,88 25

9 Ball indentor 26 27

10 Ball indentor 21,73 29

B. ANALISIS DATA
Ball Indentor
Pengujian Kekerasan TA(HR)
1. Data ke-1
( ( ))
( )

2. Data ke-2
( ( ))
( )

3. Data ke-3
( ( ))
( )

4. Data ke-4
( ( ))
( )

5. Data ke-5
( ( ))
( )

6. Data ke-6
( ( ))
( )

7. Data ke-7
( ( ))
( )

8. Data ke-8
( ( ))
( )

9. Data ke-9
( ( ))
( )

10. Data ke-10


( ( ))
( )
 Pengujian Kekerasan TB(HR)
( )
( )

( ( ))
1. Data ke-1
( ( ))
( )

2. Data ke-2
( ( ))
( )

3. Data ke-3
( ( ))
( )

4. Data ke-4
( ( ))
( )

5. Data ke-5
( ( ))
( )
6. Data ke-6
( ( ))
( )

7. Data ke-7
( ( ))
( )

8. Data ke-8
( ( ))
( )

9. Data ke-9
( ( ))
( )

10. Data ke-10


( ( ))
( )
Diamond Cone
 Pengujian Kekerasan TC(HR)
( )
( )

( ( ))
1. Data ke-1
( ( ))
( )

2. Data ke-2
( ( ))
( )

3. Data ke-3
( ( ))
( )

4. Data ke-4
( ( ))
( )

5. Data ke-5
( ( ))
( )
6. Data ke-6
( ( ))
( )

7. Data ke-7
( ( ))
( )

8. Data ke-8
( ( ))
( )

9. Data ke-9
( ( ))
( )

10. Data ke-10


( ( ))
( )
 Pengujian Kekerasan TD(HR)
( )
( )

( ( ))
1. Data ke-1
( ( ))
( )

2. Data ke-2
( ( ))
( )

3. Data ke-3
( ( ))
( )

4. Data ke-4
( ( ))
( )

5. Data ke-5
( ( ))
( )
6. Data ke-6
( ( ))
( )

7. Data ke-7
( ( ))
( )

8. Data ke-8
( ( ))
( )

9. Data ke-9
( ( ))
( )

10. Data ke-10


( ( ))
( )
Tabel hasil analisis data :

h2 - h0 (mm)
NO Nilai TA(HR) Nilai TB(HR) Nilai TC(HR) Nilai TD(HR)
Ball Indentor Diamond Cone
1 2,14 1,96 0,7086 0,24
2 2,06 2,22 0,6824 0,46
3 1,84 2,16 0,5366 0,66
4 2,128 1,98 0,544 0,22
5 1,82 2,127 0,5934 0,24
6 2,02 1,9154 0,68 0,44
7 1,707 2,1 0,72 0,3088
8 2,0824 2,1 0,74 0,6914
9 2,08 2,06 0,668 0,6844
10 2,1654 2,02 0,4554 0,44

Grafik 1. Grafik hubungan antara nilai TA(HR) dan h2-h0

Grafik Hubungan antara Nilai TA(HR) dan h2-h0


2,5

2
h2-h0 (mm)

1,5

0,5

0
0 20 40 60 80 100
Nilai TA(HR)

Grafik 2. Grafik hubungan antara nilai TB(HR) dan h2-h0


Grafik Hubungan antara Nilai TB(HR) dan h2-h0
2,25

2,2

2,15
h2-h0 (mm)

2,1

2,05

1,95

1,9
0 20 40 60 80 100
Nilai TB(HR)

Grafik 3. Grafik hubungan antara nilai TC(HR) dan h2-h0

Grafik Hubungan antara Nilai TC(HR) dan h2-h0


0,8
0,7
0,6
h2-h0 (mm)

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100
Nilai TC(HR)
Berdasarkan hasil uji kekerasan sekunder dan grafik yang telah dibuat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa apabila nilai T (HR) semakin besar, maka nilai (ℎ2 − ℎ0) menjadi semakin
kecil. Artinya, nilai (ℎ2 − ℎ0) semakin kecil menandakan bahwa tingkat kekerasan suatu bahan
samakin besar.

Anda mungkin juga menyukai