Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Pengasuh: Dr. Drs. T.M. Jamil, M.Si.

Nama: Muhammad Hanif Ghifari


NIM: 2007101010133
Jurusan: Pendidikan Dokter
Tahun: 2020

MENERUSKAN PERJUANGAN PAK HATTA

Tak terasa sudah tujuh dekade lebih Indonesia merasakan kemerdekaannya terhadap
penjajahan negara lain. Kemerdekaan bangsa ini tak terlepas dari jasa dan perjuangan seorang
pahlawan bangsa yang sangat besar, yakni Pak Muhammad Hatta. Jasa-jasanya terhadap
bangsa ini tak dapat terhitung lagi, bahkan pengabdiannya terhadap bangsa ini benar-benar
didedikasann hanya untuk menyejahterakan rakyatnya serta membangun Indonesia yang
baru-baru saja merdeka hingga nikmat kemerdakaan itu dapat kita rasakan saat ini. Sifat
santun, jujur, amanah, bersahaja, dan kesederhanaan beliau ini sangat melekat pada dirinya
dalah segala aspek kehidupan beliau. Bahkan beliau juga menanam sifat-sifat tersebut kepada
istri dan keluarganya.

Banyak kisah yang menceritakan bagaimana sifat kesederhanaan beliau sebagai


seorang wakil presiden. Pernah pada tahun 1952 saat beliau bersama istrinya ingin
melaksanakan ibadah haji, pak Presiden Soekarno memberi penawaran kepada beliau dan
istrinya agar biaya perjalanan menggunakan pesawat dapat ditanggung oleh negara. Namun,
penawaran ini ditolak oleh beliau karena beliau ingin pergi berhaji bukan sebagai wakil
presiden, melainkan sebagai rakyat biasa. Beliau tak ingin menggunakan keuangan negaranya
hanya untuk memfasilitasi kepentingan pribadi beliau. Pernah juga pada saat itu beliau rela
menabung agar dapat membeli sepatu Bally idamannya walaupun keinginannnya tak
tersampaikan hingga akhir hayatnya. Bukan itu saja, istri beliau yang saat itu ingin membeli
mesin jahat baru yang diinginkan pun juga harus menabung. Padahal, dengan kedudukannya
sebagai wakil presiden dan dengan jasa-jasanya yang sangat besar terhadap bangsa Indonesia
bisa saja beliau meminta agar segala hal yang beliau inginkan.
Kisah ini tak hanya sampai disitu saja, saat beliau tidak lagi menjabat sebagai wakil
presiden, beliau hanya mendapatkan uan pension sebesar tiga ribu rupiah. Nominal ini
sebenarnya sangatlah kecil bagi sosok pahlawan yang jasa dan pengabdiannya ini sudah
sangat banyak terhadap Indonesia. Beliau merasa cukup terhadap penghasilannya itu
walaupun hanya bersumber dari gaji pensiun, royali buku karangan dan sebagai dosen tamu
di beberapa universitas.

Benar apa yang pernah dikatakan oleh beliau bahwa Indonesia merdeka bukanlah
tujuan dari akhir kita. Kemerdekaan Indonesia ini menjadi jembatan emas agar tujuan-tujuan
lain dari Negara Indonesia ini dapat tercapai seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 pada Alinea keempat, yakni “melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.” Masih banyak tujuan dari bangsa Indonesia ini yang harus kita capai
bersama demi kemajuan Bangsa Indonesia kedepan.

Kendati demikian, semakin bertambahnya usia negeri ini bukannya menampakkan


adanya peningkatan, bahkan justru mengalami penurunan dalam berbagai aspek. Bahkan
semakin lama Indonesia ini sudah semakin jau dari cita-cita dari pendiri bangsa. Seperti yang
dapat kita lihat hapir 90% dari sumber daya alam yang ada di Indonesia ini dikuasai oleh
pihak asing dan hanya sebahagian kecil saja penghasilan dari kekayaan alam tersebut
diberikan kepada Indonesia. Bukan hanya iu saja, masalah kemiskinan di Indonesia masih
susah juga untuk diatasi dan terus saja meningkat dari tahun ke tahun.

Seharus masalah-masalah yang ada di Indonesia ini menjadi focus pembicaran bagi
para wakil rakyat ini demi mewujudkan tujuan serta cita-cita bangsa Indonesia ini. Namun,
apa yang dapat kita lihat sekarang tidaklah demikian. Hanya sedikit saja para wakil rakyat
yang memikirkan terhadap rakyat dan bangsanya, selebihnya hanya ingin memuaskan hasrat
pribadinya saja. Padaha mereka tidak sadar bahwa mereka bisa menduduki posisi tersebut
berkat suara rakyat. Hal ini membuat kami sebagai remaja penerus bagsa sangatlah kesal
terhadap sikap para wakil rakyat sekarang. Semenjak meninggalnya Pak Hatta tidak ada lagi
para pemimpin dan wakil rakyat bis akita jadikan pedoman kedepannya.

Untuk itu kami sebagai remaja penerus bangsa yang akan menjalankan tongkat estafet
kepemimpinan berikutnya dalam menyongsong kemerdekaan ini akan terus berusaha
memajukan Indonesia ini dengan terus meningkatkan nilai intelektualitas dan keaktivan dala
berbagai bidang organisasi kemasyarakatan yang nantinya bisa menjadi kader-kader penerus
bangsa yang bisa memajukan Indonesia ini seperti dimana pada saat Pak Hatta berjuang dan
memajukian Indonesia ini

Anda mungkin juga menyukai