Anda di halaman 1dari 4

‫طالب العلم‬

Thalibul ‘ilmi Lelahmu Memuliakanmu

Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam, bahkan ayat yang pertama turun
adalah ayat yang mengajak untuk belajar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,” (QS. Al ‘Alaq: 1)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga sampai bersumpah dengan sarana untuk


memperoleh ilmu, yaitu pena. Dia berfirman, “Nun, demi kalam dan apa yang mereka
tulis,” (QS. Al Qalam: 1)

Sunah juga menguatkan kedudukan ilmu sampai-sampai menjadikan usaha untuk


memperoleh ilmu sebagai jalan ke surga. Rasulllah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,

‫ك َط ِريْقا ً َي ْل َتمِسُ فِ ْي ِه عِ ْلما ً َس َّه َل هللاُ ِب ِه َط ِريْقا ً إِلَى ْال َج َّن ِة‬
َ َ‫َمنْ َسل‬

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Anak-anak kita ada kalanya hati mereka jenuh saat terus belajar mencari ilmu,
menghafal Al Qur’an, hadist, do’a-do’a dan materi lainnya, mendengarkan nasehat
dari ustadz ustadzah. Merasa lelah saat setiap hari harus belajar, belajar dan belajar.
Merasa penat karena harus duduk tertib, diajarkan adab, adab dan adab. Anteng,
tanpa mainan. Merasa berat dengan perjuangan menuntut ilmu sebagai bekal
penerus dakwah Rasulullah SAW untuk meraih kembali kegemilangan Islam.

Biji emas bagaikan tanah sebelum digali dari tambang

Calon ahli ilmu tidak akan tinggal diam. Ia tempuh perjalanan jauh dari rumahnya
untuk menuntut ilmu. Ia akan dapatkan ilmu yang membuatnya mulia dan tinggi
derajatnya di sisi Rabb-Nya, ia akan dapatkan pengganti asyiknya mainan.

Tentunya kita juga belajar dari generasi hebat terdahulu, bagaimana beliau-
beliau rahimakumullah, begitu besar semangatnya dalam menuntut ilmu. Sangat
kuat ghirah perjuangannya untuk terus belajar. Rela menempuh perjalanan bermil-mil
untuk mempelajari 1 bab ilmu. Bahkan hanya untuk mendapatkan 1 hadist, beliau
tempuh perjalanan siang dan malam di tengah gurun pasir yang tandus, di bawah
panas terik matahari dan dingin malam yang menggigit, dengan perbekalan yang
sangat terbatas. Namun, beratnya perjuangan itu justru terasa ringan karena
nikmatnya ilmu yang beliau-beliau rasakan. Sebagaimana Imam Ahmad yang ditanya
oleh sahabatnya karena terlihat sangat bersemangat dan tidak mengenal lelah dalam
menuntut ilmu, “ Kapankah engkau akan beristirahat? “dan MasyaaAllah beliau
menjawab dengan mantab, “ Nanti, istirahatku ketika kakiku telah menapak di surga.”

 Niatkan menuntut ilmu dalam rangka berjuang fi sabilillah

“Barangsiapa yang meninggal namun belum sempat berjuang di jalan Allah dan tidak


pernah dalam dirinya (berniat) untuk berjuang di jalan Allah, maka ia
meninggal dalam keadaan munafiq.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai)

Mari niatkan setiap langkah anak-anak kita dalam rangka berjuang menuntut ilmu di
sini, adalah semata-mata untuk mengharap keridhoan Allah, niat berjuang fi sabilillah.
Kita mengamanahkan anak-anak belajar di kuttab dan Al Qur’an bukan sekedar untuk
mendapatkan nilai-nilai bagus di rapor, bukan sekedar meraih pujian dari ustadz
ustadzah, bukan sekedar mengejar target hafalan, bukan sekedar untuk mengejar
gelar, pekerjaan, jabatan, kekuasaan atau popularitas. Melainkan untuk bekal
beramal dalam rangka meningkatkan kualitas ketaatan, mendapatkan derajat tinggi
dan kemuliaan di hadapan Allah. “.. niscaya Allah mengangkat (derajat) orang-orang
yang yang beriman dan orang-orang yang berilmu, beberapa derajat” (QS. Al
Mujadilah: 11). Prestasi-prestasi duniawi hanyalah salah satu jembatan bagi kita
mengukir prestasi akhirat. Sebagaimana ilmuan-ilmuan terdahulu luar biasa dalam
ketaatan kepada Allah dan luar biasa pula dalam bidang ilmu pengetahuan/sains.
Terus berlelah-lelah berjuang mendapatkan ilmu agar semakin menjadi hamba-Nya
yang bertakwa. Ya, agar lelah ini berujung pada ridha-Nya, berbuah jannah-Nya.

Wahai ayah dan bunda, mari kita tegarkan hati kita mengantarkan putra-putri kita
berjuang menuntut ilmu di jalan Allah. Perjuangan yang akan menjadikan mereka
generasi emas kebanggaan, memakaikan mahkota cahaya untuk ayah dan bunda
kelak dan mengalirkan pahala yang terus mengalir tiada henti. Mari kita belajar dari
ibunda para ulama terdahulu, salah satunya, Ibunda Sufyan Ats Tsauri;

“ Wahai anakku, tuntutlah ilmu dan ibu akan mencukupimu dengan hasil memintal.
Wahai anakku, jika kamu menulis 10 kalimat, lihatlah apakah hatimu bertambah
khusyuk dan taat, jika tidak demikian, ketahuilah sungguh itu membahayakanmu dan
tidak membawa manfaat untukmu.” Beliau mendukung penuh, memberikan
pembiayaan dan motivasi kuat untuk pendidikan putranya. Beliau juga membimbing
dan mengarahkan bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk menambah khusyuk dan
taat kepada Allah.

Sebagaimana diteladankan juga oleh ibunda Imam Syafi’i, Fathimah binti Ubeidillah
yang mengasuh Syafi’i sendirian semenjak ditinggal meninggal oleh suami. Ibunya
berbesar hati melepasnya di usia 10 tahun untuk menuntut ilmu ke Mekkah. Kita juga
meneladani kecerdasan ibunda Imam Syafi’i dalam membentuk kecerdasan dan
kepribadian Imam Syafi’i hingga beliau berhasil menjadi imam besar.
 Cahaya Ilmu yang memuliakanmu..

“ Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah: 15-16)
“ Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang telah diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al A’raf: 157)

“ Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarmu.” (QS. Al Baqarah:


282).  Hamba yang senantiasa bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah akan
dicintai-Nya dan makhluknya, berada dalam kesenangan, tenang hatinya, baik
perbuatannya dan berwibawa penampilannya karena cahaya Allah yang memancar
dari tubuhnya. Dengan hanya melihat hamba tersebut jiwa merasakan
kenikmatan. “Itulah karunia Allah, diberikannya kepada siapa saja yang
dikehendakinya dan Allah mempunyai karunia yang besar.”( QS. Al Hadid: 21)

Hasan al Bashri menjabarkan “Orang-orang yang beriman adalah kaum yang


tawadhu’ (rendah hati dan tunduk). Sungguh demi Allah, pendengaran, penglihatan
dan anggota badan mereka semuanya tunduk. Sampai-sampai engkau mengira
mereka sedang sakit, padahal mereka sehat. Akan tetapi mereka diliputi rasa takut
kepada Allah. Mereka menjauh dari tipuan dunia karena ilmu mereka tentang akhirat.
Mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan
kami.’” Beliau melanjutkan, “ Engkau akan menjumpai orang yang mencapai tingkat
takwa, yaitu orang yang tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu, semakin
merendah, semakin tawadhu’.”

Imam Asy Syafii juga berpesan, “Barangsiapa mendalami ilmu agama


(Islam) , mulialah kedudukannya. Barangsiapa yang belajar Al Qur’an, besarlah harga
dirinya. Barangsiapa mendalami ilmu fiqih, kuatlah kesehariannya. Barangsiapa
menulis hadist, kuatlah hujjahnya. Barangsiapa yang belajar ilmu hisab (hitungan)
sehatlah pikirannya. Barangsiapa belajar bahasa arab, haluslah tabiatnya. dan
barangsiapa tidak menjaga dirinya dari dosa dan kemaksiatan, tidaklah bermanfaat
ilmu baginya.”

Nikmatnya menjadi penuntut ilmu..

Mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah. Dikelilingi malaikat, dido’akan dan
dimohonkan ampunan kepada Allah. Mendapatkan rahmat dan ketentraman, serta
disebut namanya dihadapan penduduk langit. “ Tidaklah suatu kaum duduk untuk
berdzikir kepada Allah kecuali malaikat akan mengayomi mereka, rahmat Allah
meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka di
hadapan makhluk yang berada di sisi-Nya.” (HR. Muslim) Sukses dalam menjalani
kehidupan dunia dan akhirat. “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia
maka wajib baginya memiliki ilmu dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat
maka wajib baginya memiliki ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya maka
wajib baginya memiliki ilmu.” (HR. Tirmidzi) Mendapat kebaikan dari Allah. “ Barang
siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka ia akan diberikan kepahaman dalam
ilmu agama.” (Muttafaq alaih)Mengalirkan pahala meskipun sudah meninggal
dunia. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda “ Apabila manusia meninggal
dunia, terputus amalnya kecuali 3 hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak sholih yang mendoakan.”Istiqomah dalam ketaatan. “Wahai pembawa ilmu,
beramallah dengan ilmu itu, barangsiapa yang sesuai antara ilmu dengan amalnya
maka mereka akan selalu istiqomah dalam ketaatan.”( HR. Ad Darimi)

Maka, ketika kita merasa kelelahan dalam perjuangan menuntut ilmu ini, mari kita
kuatkan kembali keimanan kita. Mari kita kuatkan kesabaran kita, bersabar dengan
ujian dalam menuntut ilmu, bersabar dalam ujian-ujian kehidupan dunia, yang
sebenarnya hanya sebentar saja. Ya, kita di dunia ini hanyalah seperti sekian menit
saja dibandingkan lamanya masa di akhirat. “ Barangsiapa bersabar dengan
kesusahan yang sebentar saja maka ia akan menikmati kesenangan yang
panjang” (Thariq bin Ziyad)

Mari kita kobarkan semangat kita untuk meraih derajat tinggi dan mulia di sisi-Nya.
Sesungguhnya cita-cita kita tidak terhenti pada kebahagiaan dunia, melainkan
akhirat. “ Bersemangatlah kalian kepada apa yang bermanfaat bagi kalian, mintalah
pertolongan Allah dan jangan malas.” (HR. Bukhori & Muslim). Mari kita panjatkan
do’a yang diajarkan Rasulullah SAW, “ Ya Allah, aku sungguh-sungguh memohon
kepadamu ketegaran dalam urusan agama ini dan tekad kuat berada di atas
petunjuk-Mu” .  Juga do’a dalam firman-Nya, QS. Thaha: 114, “ Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu.”

Kita renungkan kembali nasehat Imam Asy Syafi’i,“ Barangsiapa belum


merasakan pahitnya belajar walau sebentar, Ia akan merasakan hinanya kebodohan
sepanjang hidupnya. Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya, maka
bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya. Demi Allah, hakekat seorang
pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.”

Wahai para penuntut ilmu, calon generasi peradaban Islam, Hendaklah ilmu yang kita
miliki menjadikan kita semakin takut untuk bermaksiat dan semakin semangat dalam
taat kepada Allah. Menjadikan kita terus berjuang untuk mewujudkan kegemilangan
Islam. Bersemangatlah, berlelah-lelahlah, karena lelahmu akan memuliakanmu..

Anda mungkin juga menyukai