Disusun oleh:
2O1711127
TAHUN 2020
II. RINGKASAN
merupakan salah satu penyakit dari 10 penyebab kematian yang berkaitan dengan anti
microbial resestence dan pembunuh utama penderita HIV. Pada tahun 2016, diperkirakan
terdapat 10,4 juta kasus baru (insidensi) Tuberculosis di seluruh dunia, diantaranya 6,2 juta
laki-laki, 3,2 juta wanita dan 1 juta adalah anak-anak dan diantara penderita Tuberculosis
paru tersebut, 10% diantaranya merupakan penderita HIV positif. 7 negara yang
menyumbang 64% kasusbaru Tuberculosis paru di dunia adalah india, Indonesia, tiongkok,
Filipina, Pakistan, Nigeria dan afrika selatan. Pada tahun yang sama 1,7 orang meninggal
karena tuberculosis paru termasuk di dalam nya 0,4 juta merupakan penderita HIV. Namun
secara global tingkat kematian penderita Tuberculosis paru mengalami penurunan sebanyak
Pada umumnya tuberculosis memilki kerugian yang sangat besar bila tidak ditangani
secara serius dan cepat. Meski pengetahuan pasien mengenai penyebab, gejala, tindakan, dan
cara pengobatannya. pasien tuberculosis harus tetap disarankan untuk memeriksakan diri
kesehatannya ke rumah sakit. Bagi pasien yang sedang atau akan berobat umumnya akan
ditangani di ruang isolasi dan ditangani oleh perawat dan dokter. Berdasarkan standar yang
berlaku untuk menangani pasien tuberculosis, pada dasarnya perawat dan dokter yang
bertugas akan menangani dengan langkah awal yakni memberikan tindakan oksigenasi
pernapasannya dalam waktu 1 menit atau 60 detik untuk melihat jumlah siklus pernapasan
(inspirasi dan ekspirasi penuh) menurut (Perry & Potter, 2005). Respirasi rate ini dilakukan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan tindakan oksigenasi dengan
perubahan nilai Respirasi rate pada pasien Tuberculosis di Rumah sakit .Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Analitik dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain
Cross Sectional. Teknik sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 35
responden. instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar inform consent,
Luaran dari hasil penelitian ini akan dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi,
jurnal internasional, prosiding internasional terindeks, serta buku ajar ISBN. Tingkat
Kesiapan Teknologi (TKT) dalam penelitian ini termasuk ke dalam TKT 1 Penelitian Dasar,
bidang fokus riset mengenai medikal bedaj, tema riset tentang pengembangan dan penguatan
sistem manajemen medila bedah dalam pengembangan dan pelatihan terkait indakan
keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat dilakukan dengan pemberian inhalasi sederhana dan fisioterapi dada serta
Kata kunci : Tuberculosis, bersihan jalan nafas, terapi inhalasi, respirasi rate
LATAR BELAKANG
Pada umumnya tuberculosis memilki kerugian yang sangat besar bila tidak ditangani
secara serius dan cepat. Meski pengetahuan pasien mengenai penyebab, gejala, tindakan, dan
cara pengobatannya. pasien tuberculosis harus tetap disarankan untuk memeriksakan diri
kesehatannya ke rumah sakit. Bagi pasien yang sedang atau akan berobat umumnya akan
ditangani di ruang isolasi dan ditangani oleh perawat dan dokter. Berdasarkan standar yang
berlaku untuk menangani pasien tuberculosis, pada dasarnya perawat dan dokter yang
bertugas akan menangani dengan langkah awal yakni memberikan tindakan oksigenasi
dengan tingkatan berdasarkan kondisi yang dialami saat itu
Tindakan awal yang diberikan pada pasien tuberculosis yakni tindakan oksigenasi ada
yang menggunakan nasal kanul, simple mask, rebreathing, non-rebreathing. Hal tersebut
disesuaikan dengan kesehatan pasien. Jika kesehatan pasien tidak begitu parah maka pasien
akan diberikan tindakan oksigensai menggunakan nasal kanul atau apa bila menunjukan
adanya gejala yang parah seperti sesak nafas yang berlebihan maka pasien tuberculosis akan
diberikan simple mask dan bila semakin parah maka tindakan oksigenasi yang diberikan pun
akan semakin menyesuaikan dengan tujuan mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung.
Apabila dilihat dari segi prioritas maka sebenarnya tindakan oksigenasi masuk kedalam skala
prioritas kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 kasus TB paru
mengalami peningkatan sebesar 2 juta kasus dari tahun 2015. Estimatis kasus baru
tuberculosis sebesar 10,4 juta atau 142/100.000 popolasi, dengan kasus multridrug-resistant
sebesar 480.000 kasus, Dan di Indonesia pada tahun 2017 jumlah kasus TB paru sebanyak
420.994 kasus Menempatkan indonesia berada pada peringkat 2 dengan kasus baru penderita
tuberculosis terbanyak setelah india.
Laporan Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), yaitu 0,42%
atau sebesar 1.017.290 kasus. Dan berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota
Bogor Provinsi Jawa Barat. Dalam laporan tersebut terdapat 26 kabupaten/kota di Jawa Barat
dengan kejadian prevelansi dan insiden TB BTA positif di setiap tahunnya. Kabupaten Bogor
merupakan kabupaten dengan angka kejadian TB BTA positif terbanyak di Provinsi Jawa
Barat dengan angka kejadian sebesar 4.180 kasus. (Riskesdas,2018)
Fungsi respirasi berkaitan dengan status fisiologis seseorang, ketika salah satu fungsi
terganggu maka status fisiologis seseorang akan berubah. frekuensi pernapasan merupakan
salah satu komponen tanda vital, yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui kondisi
pasien, terutama kondisi pasien kritis (Muttaqin, 2014; Smith & Roberts, 2014). Dalam hal
memberikan tindakan oksigenasi pun ada beberapa yang dapat digunakan untuk menjaga
kestabilan pola nafas pasien paru atau tuberculosis yang mengalami sesak nafas yaitu dengan
pemberian posisi semi fowler dan pemasangan oksigen. Dengan diberikannya pemasangan
oksigen pada pasien juga dapat mengurangi sesak nafas pasien. Sedangkan untuk pemberian
posisi semi fowler bertujuan untuk mengurangi resiko pengembangan dinding dada (Potter,
2005).
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka membuat Rumusan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada hubungan dari tindakan oksigenasi terhadap perubahan nilai respirasi
rate pada pasien tuberculosis di rumah sakit ”
b. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perubahan respirasi rate pada pasien tuberculosis
di Rumah Sakit Medika Dramaga Kota Bogor Tahun 2020 .
c. Untuk menganalisa Hubungan tindakan oksigenasi dengan perubahan respirasi rate pada
pasien tuberculosis di Rumah Sakit Medika Dramaga Kota Bogor Tahun 2020.
c. Urgensi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk dapat menambah wawasan ilmu keperawatan medikal, bedah
khususnya tentang pengaruh hubungan dari tindakan oksigenasi terhadap perubahan nilai
respirasi rate pada pasien tuberculosis di Rumah Sakit. Sehingga diharapkan adanya upaya
untuk mencegah terjadinya resiko terhadap perubahan nilai respirasi rate pada pasien
tuberculosis
Tinjauan Pustaka
b. Roadmap Penelitan
Recovery/Rehabilitasi
- Wellbeing
- Quality of Life
Bidang garap penelitian di departemen medikal bedah dengan bidang garap masalah fisik,
psikososial dan spiritual untuk recovery dan rehabilitasi sehingga tercapai wellbeing dan
quality of life.
1. Kasus Medik
Kasus medik adalah permasalahan atau gangguan pada sistem tubuh (persyarafan, sensorik
2. Kasus Bedah
Kasus bedah adalah permasalahan atau gangguan pada sistem tubuh (persyarafan, sensorik
a. Tinjauan Teori
1. Definisi Tuberculosis paru
Tuberculosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran nafas bawaan. Penyakit ini
disebabkan oleh mikroorganisme mycobacterium tuberculosis, yang biasanya ditularkan
melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu lainnya, dan membentuk
kolonisasi di brokiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran
cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melalui
lesi kulit (corwin, 2009).
2. Etiologi
Adapun mengenai etiologi dari TB paru menurt zulkoni (2011) adalah sebagai
berikut :
Penyebab penyakit ini adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium
termasuk dalam family myobacteriaceace dan termasuk dalam ordo actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.microti,
dan M. canettii.dari beberapa jenis tersebut, M tuberculosis merupakan jenis yang terpenting
dan paling sering dijumpai. M tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5 dan lebar
3, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacterium dapat diberi
pewarnaan seperti bakteri lainya, misalnya dengan pewarnaan gram. Namun sekali
mycobacterium diberi warna oleh pewarrnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan asam. oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai basil tahan
asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu
nocardia, rhodococcus, legionella micdadei, patozoa, isospora, dan crysptos poridium. Pada
dinding sel mycobacteria, terdapat lemak yang berhubungan dengan arabino galaktan dan
pepti doglikan dibawahnya. Srtuktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga
mengurangi efekifitas dari antibiotic. Lipoarabianomannan adalah suatu molekul lain dalam
dindig sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M.
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makorfag untuk beberpa tahun. Mycobaterium
tuberculosis adalah aerob obligat. Intraselular fakultatif karakteristik fisiologis yang dapat
berkontribusi kepada virulensi parasite, biasanya dari makrofag, dan memliki waktu generasi
lambat, 15-20 jam. Jenis-jenis tuberculosis yang sering menyerang:
a. Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakterio;ogis dan histologis.
b. Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis.
c. Tuberculosis pada sistem saraf.
4. manifestasi klinis
Gejala sistemik/umum:
b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul
Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2. Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas
berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan
meninggal. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Mekanisme respirasi berkaitan erat dengan aktivitas otot diafragma serta otot dada yang
berkontraksi dan berelaksasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan volume pada
rongga dada. Pernafasan ada dua macam yaitu pernafasan dada dan pernapasan perut.
Pernafasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. Rata-rata jumlah respirasi permenit
dapat dihitung melalui perubahan kontrasi tulang rusuk yang terjadi saat melakukan
pernafasan. Jumlah pernafasan yang terjadi tergantung dari beberapa faktor seperti usia,
aktivitas dan kondisi tubuh. Kondisi normal berdasarkan dari referensi yang ada. Dalam
kondisi sehat diperoleh 12-18 respirasi dalam semenit dan yang lain memperoleh data 16-18.
Berdasarkan umur juga diperoleh data rata-rata jumlah pernafasan yang normal sebagai
berikut :
Keefektifan pola napas pada manusia dapat di lihat dari sistem perapasan yang normal,
alveolar, penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain, peningkatan
oksigen pada tekanan subnormal dan hal ini biasanya disebabkan oleh inhalasi asap,
keracunan karbon monoksida, serta dilusi udara yang dihirup dengan gas-gas inert
(nitrogen, helium, hydrogen, metan atau gas anestetik seperti nitro oksida).
Saluran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membrane alveolar menjadi
faktor yang dalam pertukaran O2 dan CO2. Hal-hal yang dapat menjadi hambatan
dalam pertukaran gas tersebut adalah adanya obstruksi mekanik seperti tenggelam
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal. Kelemahan fungsi
kelemahan fungsi tersebut adalah trauma pada dada,seperti fraktur iga atau luka
4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama membentuk unit pernapasan terminal
5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa oksigen pada sel sel tubuh.
6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif.
7. Berfungsingnya pusat pernapasan.
Posisi semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan kepala dan dada
lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki.dimana kepala dan dada dinaikkan dengan
sudut 30-45˚ (Suparmi, 2008). Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi
tempat tidur yang meninggikan batang tubuh dan kepala dinaikkan 15 sampai 45 derajat.
Apabila klien berada dalam posisi ini, gravitasi menarik diafragma ke bawah,
memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar (Kozier, 2010). Bahwa
posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga
memperingan kesukaran napas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran alveolus
akibat tertimbunnya cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2
delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan berkurang dan akhirnya perbaikan kondisi klien
Tujuan pemberian posisi semi fowler adalah : Membantu mengatasi masalah kesulitan
1. Prosedur
d. Siapkan alat-alat.
e. Cuci tangan.
f. Buatlah posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja (sesuai dengan tinggi
perawat).
g. Sesuaikan berat badan pasien dan perawat. Bila perlu, carilah bantuan atau gunakan
h. Kaji daerah-daerah yang mungkin tertekan pada posisi tidur pasien, seperti tumit,
j. Berikan sandaran berupa bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,
untuk posisi semi fowler 30º dan posisi semi fowler 45º.
l. Lalu rapikan pasien.Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan menilai rasa
7. Metode
Tahapan proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini digambarkan diagram
sebegai berikut :
Mulai
Taha p Awal P enelitian
Studi Pendahuluan
Menentukan Topik
Studi Literatur :
Buku, Jurnal, Studi Kasus
Analisa Data