Anda di halaman 1dari 15

eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943

http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received November, Accepted Desember, Publish Januari


hal: 37-51 Volume 1, Nomor 1 2019
Copyright @2017. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-nc-
sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

STUDI KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN PERFUSI JARINGAN


SEREBRAL PASIEN STROKE HAEMORAGIK DI RUMAH SAKIT
TK II PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2018
Mompang Tua Parlagutan1, Ade Irma Khairani1, Novalia Simanjuntak1
1
Akademi Keperwatan Kesdam I/BB Medan
manurungade@gmail.com

ABSTRAK
Stroke (cedera vaskular serebral (cerebral vascular accuident, CVA)), atau serangan otak adalah
kondisi kedaruratan ketika terjadi defisit neurologis akibat dari penurunan tiba-tiba aliran darah ke
area otak yang terlokalisasi. Stroke dapat iskemik atau haemoragik. Stroke haemoragik terjadi ketika
pembuluh darah mengalami ruptur, darah meluber ke dalam ruang di sekitar neuron. Salah satu tanda
dan gejala yang sering terjadi pada pasien Stroke Haemoragik adalah terjadinya Hipertensi. Desain
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan 2 pasien pada Penyakit Stroke Haemoragik di
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan. Adapun hasil yang didapatkan dari kedua responden pada
penyakit Stroke Haemoragik yaitu Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral kedua pasien
terpenuhi namun waktunya yang berbeda dimana pasien I Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan
terpenuhi dihari ke 3, sedangkan pasien II Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral terpenuhi
pada hari kedua, hal ini dikarenakan perbedaan hasil tekanan darah dari kedua responden. Dari hasil
diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral pasien
Stroke Haemoragik memiliki perbedaan dikarenakan adanya hasil tekanan darah yang berbeda.
Adapun saran dari hasil diatas kepada responden untuk selalu memperhatikan program pola
pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan serebral pada pasien penyakit Stroke Haemoragik.

Kata Kunci: Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral, Penyakit Stroke Haemoragik

ABSTRACT
Stroke or Cerebral Vascular Accident (CVA) or brain attack is an emergency condition when
neurological deficit occurs because a sudden decrease in blood flow to the brain is blocked. It can be
ischemic or hemorrhagic. Hemorrhagic stroke occurs when blood vessel ruptures, and blood
overflows into the space around the neurons. One of the symptoms in hemorrhagic stroke patients is
hypertension. This research used descriptive design in II hemorrhagic stroke patients at Putri Hijau
Level II Hospital, Medan. In the post intervention, it was found that the need for perfusion of the
cerebral tissues in patient I was fulfilled in the 3rd day, while in patient II it was fulfilled in the 2nd day
since there was the difference in the blood pressure in the two patients. The conclusion was that the
fulfillment of the need for perfusion of cerebral tissues in hemorrhagic stroke patients was different
due to the difference in the blood pressure. It is recommended that the respondents pay full attention
to the program of fulfillment of the need for perfusion of cerebral tissues in hemorrhagic stroke
patients.
Keywords: Fulfillment of the Need for Perfusion of Cerebral Tissues, Hemorhagic Stroke

37
PENDAHULUAN hemodinamik, kardiovaskular dan kesadaran
Stroke haemoragik atau haemoragik (Anurogo, 2008). Stroke haemoragik juga
intrakranial terjadi ketika pembuluh darah berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan
serebra ruptur. Terdapat dua jenis stroke otot tangan dan kaki (Anggriani, Zulkarnain,
haemoragik: haemoragi intraserebral dan Sulaiman, 2018). Rumah sakit sebaiknya
haemoragi subaraknoid. Haemoragik menetapkan standar operasional prosedur
intrakranial biasanya terjadi secara tiba-tiba, untuk penanganan khusus menggunakan ROM
sering kali ketika orang yang terkena terlibat agar hasil yang diperoleh dapat maksimal dan
pada beberapa aktivitas. Meskipun hipertensi seragam untuk semua masalah kekuatan otot
adalah penyebab yang paling umum, berbagai Menurut data dari Sumatera Utara
faktor dapat berkontribusi terhadap stroke tahun 2013 prevalensi stroke mencapai 6,0%
haemoragik, termasuk ruptur dinding arteri s/d 10,3%. Prevalensi stroke cenderung lebih
plak rapuh berkerak, ruptur aneurisma tinggi pada masyarakat dengan pendidikan
intrakranial, trauma, pengikisan pembuluh rendah baik yang didiagnosis nakes (16,5%)
darah. Stroke haemoragik dapat maupun diagnosis nakes atau gejala (32,8%).
mengakibatkan terjadingnya gangguan Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di
keseimbangan tubuh, hal ini seperti (Sulaiman desa, baik berdasarkan diagnosis nakes (8,2%)
& Anggriani, 2018), dalam penelitiannya maupun berdasarkan diagnosis nakes atau
mengatakan bahwa Ada hubungan bermakna gejala (12,7%).
efek postur tubuh terhadap keseimbangan Kejadian stroke di Rumah Sakit TK II
statik pada lanjut usia yang mengalami Putri Hijau Medan dari catatan Instalansi
gangguan stroke hemoragik di Desa Suka Raya Rekam Medik bulan Januari sampai bulan
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Oktober mencapai 62 jiwa. Pada bulan Januari
Serdang. penderita stroke mencapai 2 jiwa, pada bulan
Menurut World Health Organization Mei terjadi peningkatan mencapai 25 jiwa dan
(WHO, 2016) bahwa stroke merupakan pada bulan Oktober terjadi peningkatan yaitu
penyebab kedua kematian dan penyebab mencapai 35 jiwa. Dan penyakit stroke ini
keenam yang paling umum dari catat. Sekitar adalah termasuk penyakit 10 besar yang sering
15 juta orang menderita stroke yang pertama ditangani di Rumah Sakit TK II Putri Hijau
kali setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus Medan.
ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan Berdasarkan data diatas penulis tertarik
kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki- untuk menyusun studi kasus dengan judul
laki). Stroke merupakan masalah besar di Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan
negara-negara berpenghasilan rendah daripada Serebral Pada Pasien Stroke Haemoragik di
di negara berpenghasilan tinggi. Lebih dari Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.
81% kematian akibat stroke terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah Presentase
METODE
kematian dini karena stroke naik menjadi 94%
Metode penelitian ini merupakan
pada orang dibawah usia 70 tahun.
penelitian deskriptif dengan rancangan studi
Menurut Depkes (2016) disebutkan
kasus dengan menggunakan pendekatan proses
bahwa dari 10 penyebab kematian utama
keperawatan.
berdasarkan sample registrasi sistem (SRS)
Pendekatan proses keperawatan yang
diantaranya adalah penyakit tidak menular
dilakukan peneliti meliputi: (a) Pengkajian, (b)
(PTM) yaitu stroke di nomor pertama, urutan
Diagnosis Keperawatan, (c) Intervensi
kedua penyakit jantung koroner dan ketiga
Keperawatan, (d)
diabetes mellitus. Di Indonesia, jumlah
Implementasi Keperawatan ,
penderita stroke 2013 diperkirakan sebanyak
Subjek Studi Kasus: Penelitian ini akan
12,1 % (Kementrian Kesehatan R.I 2014).
dilakukan pada 2 orang pasien 1 kasus dengan
Peningkatan intrakranial akan
masalah keperawatan yang sama yaitu
menyebabkan herniasi ke arah batang otak
pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan
sehingga mengakibatkan gangguan pusat
serebral pada pasien stroke haemoragik.
pengaturan organ vital, gangguan pernafasan,

38
Fokus Studi: Studi kasus ini terfokus 1 Alasan masuk Klien Klien
RS mengalami mengalami
perawatan pada pemenuhan kebutuhan perfusi penurunan penurunan
jaringan serebral pada pasien stroke kesadaran kesadaran
haemoragik di Rumah Sakit TK II Putri Hijau 2 Keluhan utama Keluarga klien Keluarga klien
Medan. saat masuk RS mengatakan mengatakan
klien terasa klien terasa
Instrumen Penelitian: Alat atau pusing setelah pusing, tidak
instrumen pengumpulan data dalam selesai mandi mau bicara dan
wawancara menggunakan format pengkajian sore tubuh gemetar
asuhan keperawa keperawatan medikal bedah. 3 Keluhan utama Keluarga klien Keluarga klien
Metode Pengumpulan Data: (a) saat mengatakan mengatakan
Wawancara, (b) Observasi dan Pemeriksaan pengkajian klien terasa klien terasa
pusing setelah pusing, tidak
Fisik, (c) Studi Dokumentasi. selesai mandi mau bicara dan
sore tubuh gemetar
HASIL
4. Riwayat Pada tanggal Pada tanggal 10
Pengkajian penyakit 04 Juli 2018 Juli 2018 pada
sekarang pada pukul pukul 16.00
a. Identitas dan Hasil Anamnesa 23.00 pasien pasien dibawa
dibawa ke ke Rumah Tk II
Tabel 1. Identitas Pasien dan Hasil Rumah Tk II Sakit Putri
Sakit Putri Hijau dengan
Anamnesa Hijau dengan klien
klien mengalami
No Identitas Kasus 1 Kasus 2 mengalami penurunan
Pasien penurunan kesadaran
1 Diagnosa Stroke Stroke kesadaran dengan GCS
2 medis Haemoragik Haemoragik 5. Riwayat dengan GCS E:2V:2M:4
kesehatan E:2V:4M:2.
3 Nama Tn.M Ny. T
yang lalu
4 Umur 53 tahun 59 tahun Hipertensi Hipertensi
5 Jenis Laki-laki Perempuan 6. Riwayat
6 kelamin SMP SMA keluarga
7 Pendidikan Wiraswasta Pensiunan
8 Pekerjaan Menikah Menikah 7. Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
9 Status Islam Islam
10 Agama Batak/Indonesia Batak/Indonesia
11 Suku/bangsa Indonesia Indonesia Menonton Menonton
televisi televisi
Bahasa
12 Alamat Jl. Benteng Hilir Jl. Camar XIII
gg.rambutan no.104 Medan
Dusun I Deli c. Hasil Observasi (Pemeriksaan Fisik)
serdang Tabel 3 Hasil Observasi (Pemeriksaan
BPJS
13 Ditanggung BPJS Fisik)
oleh 05 Juli 2018
14 Tanggal dan Pukul 23.00 10 Juli 2018 No Observasi Kasus 1 Kasus 2
masuk 05 Juli 2018 Pukul 16.00
rumah sakit Pukul 09.00 10 Juli 2018
Tanggal dan Pukul 10.00
jam
pengkajian

b. Keluhan Utama dan Riwayat Sakit


Tabel 2. Keluhan Utama dan Riwayat
Sakit
No Data Fokus Kasus I Kasus II

39
1) Keadaan a. Keadaan umum a. Keadaan umum perifer : tidak i. Clubbing finger :
umum pasien lemah pasien lemah ada sianosis tidak ada
b. Kesadaran b. Kesadaran apatis i. Clubbing finger j. Tekanan darah :
somnolen c. GCS E:2M:2V:4 : tidak ada 180/100 mmHg
c. GCS d. Posisi pasien j. Tekanan darah : k. Central Vien
E:2M:4V:2 telentang 187/105 mmHg Pressure : tidak
d. Posisi pasien e. Terpasang alat k. Central Vien terpasang
telentang infasiv yaitu infus B4 Pressure : tidak
e. Terpasang alat Dextrose 5% 500 (Bladder) terpasang a. Tingkat kesadaran :
mL/
infasiv yaitu 8 jam (satu botol) 6) apatis
infus RL 500 ditangan kiri a. Tingkat
mL/
8 jam ditangan dikarenakan pasien kesadaran : b. Orientasi : tidak
kiri mengalami somnolen dapat berorientasi
f. Akral hangat hipoglikemia dan b. Orientasi : tidak terhadap waktu,
diteruskan dengan dapat tempat, dan orang
infuse RL 500 mL/8 berorientasi
jam terhadap waktu,
f. Akral hangat tempat, dan c. Memori : tidak
orang dapat mengingat
2) Tanda- c. Memori : tidak jangka panjang dan
tanda vital dapat jangka pendek
: mengingat
Tekanan a. 187/105 mmHg a. 180/100 mmHg jangka panjang
darah dan jangka d. Sensorium : ada
Respirasi b. 26x/i b. 24 x/i pendek gangguan
Nadi c. 94 x/i c. 92 x/i d. Sensorium : ada e. Kemampuan wicara
Suhu d. 36,5oC d. 37,5 oC gangguan : ada gangguan
e. Kemampuan f. Saraf cranial : ada
3) Pemeriksa a. Bentuk thorak : a. Bentuk thorak : wicara : tidak gangguan dalam
an fisik : simetris simetris baik kemampuan
B1 b. Pergerakan b. Pergerakan f. Saraf cranial : menelan di nervus
(Breathing) pernapasan : pernapasan : ada gangguan IX Glosofaringeal,
thorakal thorakal abdominal pada otot wajah kepala klien susah
abdominal di nervus VII digerakkan dan
c. Pola nafas : c. Pola nafas : reguler fasialis, susah mengangkat
ireguler gangguan bahu di nervus XI
d. Frekuensi d. Frekuensi pendengaran di Asesorius, dan
pernapasan : pernapasan: 26x/i nervus VIII klien tidak bisa
30x/i auditorius, menggerakkan
e. Vocal premitus e. Vocal premitus : gangguan lidah sehingga
B2 : merata pada merata pada kedua dalam kesulitan menelan
(Bleeding) kedua lapang lapang paru kemampuan di nervus XII
4) paru menelan di Hipoglosus.
f. Suara abnormal f. Suara abnormal nervus IX
paru : tidak ada paru : tidak ada glosofaringeal,
g. Nyeri dada : g. Nyeri dada : tidak kepala klien
tidak ada ada susah
h. Batuk : tidak h. Batuk : tidak ada digerakkan dan
B3 (Brain) ada susah
mengangkat
5) a. CRT : <2 detik a. CRT : <2 detik bahu di nervus
b. Distensi vena b. Distensi vena XI Asesorius,
jugularis : tidak jugularis : tidak ada dan klien tidak
ada pembesaran pembesaran bisa
c. Suara jantung : c. Suara jantung : menggerakkan
normal normal lidah sehingga
d. Chest pain : d. Chest pain : tidak kesulitan
tidak ada ada menelan di g. Fungsi motorik :
e. Palpitasi : tidak e. Palpitasi : tidak ada nervus XII terjadi kelemahan
ada Hipoglosus. pada anggota satu
f. Edema : tidak f. Edema : tidak ada g. Fungsi motorik sisi anggota gerak
ada : terjadi tubuh
g. Baal : kebas g. Baal : kebas pada kelumpuhan/kel
pada ekstremitas atas dan emahan pada h. Fungsi sensori :
ekstremitas bawah bagian kiri anggota gerak dapat terjadi
bawah h. Perubahan warna bawah hemihipestesi
h. Perubahan kulit perifer : tidak h. Fungsi sensori : i. Reflek fisiologis :
warna kulit ada sianosis dapat terjadi muntah
hemihipestesi

40
i. Reflek j. Reflek patologis : e. Pembesaran e. Pembesaran prostat
fisiologis : baik reflek bisep kanan prostat : tidak : tidak ada
j. Reflek (-), reflek trisep ada pembesaran pembesaran
patologis : kanan (-) f. Hernia : tidak f. Hernia : tidak ada
reflek bisep kiri ada
(-), reflek bisep k. Kaku kuduk : g. Secret pada g. Secret pada MUE :
kanan (-) terjadi ketegangan MUE : ada ada
k. Kaku kuduk : otot pada kuduk h. Verikokel : h. Verikokel : tidak
terjadi tidak ada ada
B5 (Bowel ketegangan otot i. Hidrokokel : i. Hidrokokel : tidak
dan pada kuduk BAB tidak ada ada
7) reproduksi a. Frekuensi : 1 x j. Wasir : tidak j. Wasir : tidak ada
) BAB sehari ada
a. Frekuensi : 1 x b. Karakteristik :
sehari coklat lembek Muskuloskletal Muskuloskletal
b. Karakteristik : c. Riwayat a. Kekuatan otot : a. Kekuatan otot :
coklat lembek penggunaan 2 2 3 2
c. Riwayat pencahar : tidak ada 0 0 3 2
penggunaan
pencahar : tidak BAK b. Kekakuan : ada
ada a. Frekuensi : 900 cc pada kedua kaki b. Kekakuan : ada
pada anggota gerak
BAK b. Karakteristik : c. Kontraktur : tubuh sinistra
a. Frekuensi : 800 kuning pekat tidak ada c. Kontraktur : tidak
cc c. Terpasang foley kontraktur ada kontraktur
b. Karakteristik : chateter d. Spastik : tidak
kuning pekat ada spastik d. Spastik : tidak ada
c. Terpasang foley a. Bentuk abdomen e. Flasit : tidak ada spastik
chateter luka : simetris flasit e. Flasit : tidak ada
f. Pola latihan flasit
a. Bentuk b. Keluhan nyeri gerak : pasif f. Pola latihan gerak :
abdomen luka : tekan : tidak ada pasif
simetris Integumen
b. Keluhan nyeri c. Peristaltik usus : a. Warna : sawo Integumen
tekan : tidak ada 12x/i matang a. Warna : kuning
c. Peristaltik usus : d. Hepar : tidak ada b. Integritas kulit langsat
10x/i pembesaran klien tampak b. Integritas kulit
d. Hepar : tidak e. Limpa : tidak ada kering klien tampak kering
ada pembesaran pembesaran c. Turgor >2 detik
e. Limpa : tidak f. Masa tumor : tidak d. Suhu : 36,5oC c. Turgor >2 detik
ada pembesaran ada masa tumor
f. Masa tumor : d. Suhu : 37,5oC
tidak ada masa g. Asites : tidak ada Data
tumor Psiko-
g. Asites : tidak h. Shifting dullness : Sosial a. Pola a. Pola komunikasi:
ada tidak ada 9) komunikasi: pasien dapat
h. Shifting pasien kurang berkomunikasi
dullness : tidak i. Perkusi abdomen : dapat dengan baik
ada timpani berkomunikasi
i. Perkusi dengan baik
abdomen : j. Spider necvi : tidak b.Orang yang b.Orang yang paling
timpani ada Anogenetal paling dekat dekat dengan
j. Spider necvi : dengan partisipan: anaknya
B6 (Bone tidak ada partisipan:
muskloskl Anogenetal a. Gangguan fungsi anaknya.
etal) reproduksi : tidak c. Hobby: c. Hobby: memancing
8) a. Gangguan ada gangguan memancing d.Penggunaan waktu
fungsi d.Penggunaan senggang:
reproduksi : waktu menonton
tidak ada b. Libido : tidak ada senggang:
gangguan gangguan menonton e. Dampak dirawat
b. Libido : tidak c. Karakteristik e. Dampak dirumah sakit: klien
ada gangguan mamae : simetris dirawat jadi terlalu
c. Karakteristik dirumah sakit: memikirkan
mamae : d. Keputihan :tidak klien jadi terlalu penyakitnya
simetris ada keputihan memikirkan
d. Keputihan penyakitnya
:tidak ada f. Hewan ternak f. Hewan ternak
keputihan dirumah: tidak dirumah: tidak ada

41
ada yang yang memberi Leukosit 12.200 11.600 L : 40 – 48
memberi makan makan dan %
dan melakukan melakukan aktivitas Trombosit 199.000 273.000 P : 37 – 43
aktivitas sehari- sehari-hari Masa perdarahan 1’10” 1’30” %
hari
g. Hubungan
Masa 7” 6’45” 5 –
dengan orang g. Hubungan dengan pembekuan 10.103/µL
lain: interaksi orang lain: interaksi Kimia Klinik
sosial baik jiwa sosial baik jiwa 143 56 150 –
sosial secara sosial secara Glukosa 400.103/µL
kooperatif kooperatif. sewaktu 1 – 6 menit
h. Keluarga yang 1 – 10
dihubungi bila h. Keluarga yang menit
diperlukan: dihubungi bila <200
anaknya diperlukan:
anaknya
mg/dL
Data
Spiritual a. Ketaatan
beribadah: a. Ketaatan beribadah:
10) pasien pasien mengatakan e. Analisa Data
mengatakan taat taat beribadah
beribadah selama dirumah
selama dirumah sakit Tabel 5. Analisa Data
sakit
b. Harapan: pasien N Symptom Penyebab Masalah
mengatakan b. Harapan:pasien o
yakin dapat mengatakan yakin 1 Diskrasis Gangguan
Kasus 1
segera sembuh dapat segera
dan sehat
Data Subjektif : darah perfusi
sembuh dan sehat
kembali kembali - Keluarga jaringan
c. Keyakinan klien serebral
terhadap c. Keyakinan terhadap mengatakan Thrombus
penyembuhan: penyembuhan: sebelum ke
pasien yakin pasien yakin bahwa rumah sakit
bahwa sabar sabar menjalani kepalanya Embolus otak
menjalani perawatan dirumah terasa pusing
perawatan sakit penyakitnya jika tekann
dirumah sakit akan sembuh.
penyakitnya
darahnya Penyumbatan
akan sembuh. tinggi. pembuluh
Pola Data Objektif : darah otak
kegiatan/a Pasien Pasien memerlukan - Klien tampak
ktivitas memerlukan bantuan dalam lemah
11)
4) bantuan dalam pemenuhan ADL - TTV : TD: Gangguan
pemenuhan ADL 187/105 perfusi
Skala aktivitas dapat mmHg jaringan
Skala aktivitas disimpulkan bahwa Pols : 94 x/menit serebral
dapat pasien memiliki
disimpulkan
Temp : 36,5°C
ketergantungan
bahwa pasien RR : 30 x/menit
memiliki - Pada hasil CT-
ketergantungan Scan head
perdarahan
subarachnoid
- Klien tampak
d. Hasil Pemeriksaan Diagnostik tidak sadar
- GCS E:2 M:4
Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Diagnostik V:2 kesadaran
somnolen
Hasil
Jenis Nilai
Pemeriksaan Kasus Kasus Rujukan 2 Kasus 2 Diskrasis Gangguan
1 2 Data Subjektif : darah perfusi
Darah Rutin - Keluarga jaringan
Hemoglobin 18,4 15,0 L : 13 – 16 klien serebral
g/dL mengatakan Thrombus
Hematokrit 50,2 43,3 P : 12 – 14 kepalanya
g/dL terasa pusing
jika tekanan

42
darahnya Embolus otak 36,5°C, RR: 30 Temp: 37,5°C,
tinggi x/menit, pada hasil pada hasil CT-Scan
- Keluarga CT-Scan head head intracerebral
klien Penyumbatan perdarahan hemorrhage
mengatakan pembuluh subarachnoid, dithalamus kiri
kepala klien darah otak klien tampak tidak dengan perifocal
terasa panas sadar, kesadarn edema
dan nyeri sonolen, GCS E:2 intraventrikular
(mulai dari Gangguan M:4 V:2 hemorrhage,
kepala dan perfusi kesadaran apatis
leher) jaringan dengan GCS
serebral E:2M:5V:4

Data Objektif :
- Klien tampak
lemah Intervensi Keperawatan
- TTV: TD:
180/100 Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan
Pols: 92 x/i
RR: 26 x/i N Diagnosa
Temp: 37,5°C Tujuan/Hasil Intervensi
o Keperawatan
- Pada CT-Scan
head
intracerebral
hemorrhage
dithalamus
kiri dengan
perifocal
edema
intraventrikul
ar hemorrhage
- Kesadaran
apatis dengan
GCS E:2 M:2
V:4

Diagnosa Keperawatan

Tabel 6 Diagnosa Keperawatan

KASUS 1 KASUS 2
1. Gangguan perfusi 1. Gangguan perfusi
jaringan serebral jaringan serebral
berhubungan berhubungan
dengan diskrasis dengan diskrasis
darah terjadi darah sehingga
thrombus terjadi thrombus
mengakibatkan mengakibatkan
embolus otak embolus otak
terjadi terjadi
penyumbatan penyumbatan
pembuluh darah pembuluh darah
otak sehingga otak sehingga
terjadi gangguan terjadi gangguan
perfusi jaringan perfusi jaringan
serebral hasil serebral hasil
pemeriksaan TTV, pemeriksaan TTV,
TD: 187/105 TD: 180/100
mmHg, Pols: 94 mmHg, Pols: 92
x/menit, Temp: x/i, RR: 26 x/i,

43
1 Kasus 1 Tujuan : 1. Pantau tanda- mengakibatkan 2. Klien yang terbaca
Gangguan Perfusi tanda vital, embolus otak tampak pada kedua
perfusi jaringan jaringan seperti catat terjadi rileks tangan.
serebral adekuat adanya penyumbatan 3. Tanda-tanda 2. Tinggikan
berhubungan K.Hasil : hipertensi/hip pembuluh darah peningkatan posisi kepala
dengan diskrasis 1. TTV normal otensi otak sehingga TIK (-) 3. Pertahankan
darah terjadi 2. Klien bandingkan terjadi gangguan 4. Hasil CT- keadaan tirah
thrombus tampak tekanan darah perfusi jaringan Scan head baring,
mengakibatkan rileks yang terbaca serebral ditandai normal ciptakan
embolus otak 3. Tanda-tanda pada kedua dengan keluarga lingkungan
terjadi peningkatan tangan. klien yang tenang
penyumbatan TIK (-) mengatakan batasi
pembuluh darah 4. Hasil CT- 2. Tinggikan kepalanya terasa pengunjung/a
otak sehingga Scan head posisi kepala pusing jika ktivitas pasien
terjadi gangguan normal tekanan sesuai
perfusi jaringan 3. Pertahankan darahnya tinggi, indikasi.
serebral ditandai keadaan tirah keluarga klien 4. Pantau/catat
dengan keluarga baring, mengatakan status
klien ciptakan kepala klien neurologis
mengatakan lingkungan terasa panas dan sesering
sebelum yang tenang nyeri (mulai dari mungkin dan
kerumah sakit batasi kepala dan bandingkan
kepalanya terasa pengunjung/ leher), klien dengan
pusing jika aktivitas tampak lemah keadaan
tekanan pasien sesuai dan hasil normalnya/
darahnya tinggi, indikasi. pemeriksaan standar.
keluarga klien TTV, TD: 5. Pantau
mengatakan 4. Pantau/catat 180/100 mmHg, pemeriksaan
kepala klien status Pols: 92 x/i, RR: laboratorium
terasa panas dan neurologis 26 x/i, Temp: sesuai
nyeri (mulai dari sesering 37,5°C, pada indikasi,
kepala dan mungkin dan hasil CT-Scan seperti darah
leher), klien bandingkan head rutin,
tampak lemah dengan intracerebral elektrolit,
dan hasil keadaan hemorrhage kimia klinik.
pemeriksaan normalnya/ dithalamus kiri 6. Kolaborasi
TTV, TD: standar. dengan perifocal a.Berikan obat
187/105 mmHg, edema sesuai
Pols: 94 x/menit, 5. Pantau intraventrikular indikasi
Temp: 36,5°C, pemeriksaan hemorrhage, seperti: anti
RR: 30 x/menit, laboratorium kesadaran apatis hipertensi.
pada hasil CT- sesuai dengan GCS
Scan head indikasi, E:2M:2V:4
perdarahan seperti darah
subarachnoid, rutin,
klien tampak elektrolit,
tidak sadar, kimia klinik.
kesadarn
sonolen, GCS 6. Kolaborasi
E:2M:4V:2 Berikan obat
sesuai indikasi
seperti: anti
hipertensi.

2 Kasus 2 Tujuan : 1. Pantau tanda-


Gangguan Perfusi tanda vital,
perfusi jaringan jaringan seperti catat
serebral adekuat adanya
berhubungan hipertensi/hip
dengan diskrasis otensi
darah sehingga K.Hasil : bandingkan
terjadi thrombus 1. TTV normal tekanan darah

44
Implementasi Keperawatan

Tabel 7 Pelaksanaaan Tindakan Keperawatan

Kamis, 05 Juli 2018 Jumat, 06 Juli 2018 Sabtu, 07 Juli 2018


Dx Hari I Hari II Hari III
Kep
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
KASU I 10.00 1. Memantau tanda-tanda vital 10.00 1. Memantau tanda- 10.00 1. Memantau tanda-
WIB Hasil: WIB tanda vital WIB tanda vital
TTV: TD: 187/105 mmHg, Hasil: Hasil:
Pols: 94 x/menit, RR: 30 TTV: TD: TTV: TD: 139/92
x/menit, Temp: 36,5°C. 169/100 mmHg, mmHg, Pols: 80
Respon: Pols: 82 x/menit, x/menit, RR: 20
Klien tampak gelisah RR: 22 x/menit, x/menit, Temp:
temp: 37,3°C 36,4°C Respon:
Respon: Klien tampak
Klien sudah mulai tenang
masih gelisah

2. Meninggikan
posisi kepala
Hasil : 2. Meninggikan
10.40 2. Meninggikan posisi kepala Posisi kepala 10.40 posisi kepala
WIB Hasil : 10.40 ditinggikan WIB Hasil:
Posisi kepala ditinggikan WIB sesuai kondisi Posisi kepala
30° pasien. ditinggikan
Respon : Respon: sesuai dengan
Klien dalam posisi semi Klien tampak keadaan klien.
fowler. nyaman Respon:
Klien merasa
3. Mempertahankan nyaman.
tirah baring
ciptakan 3. Mempertahankan
11.20 3. Mempertahan lingkungan yang 11.20 tirah baring
WIB kan tirah baring ciptakan tenang. WIB ciptakan
lingkungan yang tenang. 11.20 Hasil : lingkungan yang
Hasil : WIB Klien bedrest dan tenang.
Klien bedrest dan lingkungan klien Hasil:
lingkungan klien dibatasi dibatasi Klien bedrest dan
pengunjung. pengunjung. lingkungan klien
Respon : Respon: dibatasi
Hanya istri dan anak klien Hanya istri dn pengunjung.
yang mengunjungi pada anak klien yang Respon: Hanya
saat jam besuk. mengunjungi istri dan anak
pada saat jam klien yang
besuk. mengunjungi
pada saat jam
4. Berikan besuk.
penjelasan
kepada keluarga
klien tentang 4. Berikan
12.30 4. Berikan penjelasan kepada gangguan perfusi 12.30 penjelasan
WIB keluarga klien tentang jaringan serebral WIB kepada keluarga
gangguan perfusi jaringan Hasil: Keluarga klien tentang
serebral. 12.30 tampak sudah ganggun perfusi
WIB mulai paham jaringan serebral.

45
Hasil: Keluarga tampak tentang Hasil: Keluarga
belum paham tentang penjelasan yang klien sudah
penjelasan yang diberikan diberikan. paham tentang
Respon: Keluarga Respon: penjelasan yang
mengatakan belum Keluarga diberikan.
mengerti tentang kondisi mengatakan Respon:
penyakit klien. sudah mulai Keluarga klien
mengerti tentang mengatakan
kondisi klien. sudah mengerti
tentang kondisi
5. Berkolaborasi penyakit klien.
dengan dokter
dalam pemberian
terapy obat.
Hasil: Pemberian
injeksi
furosemide 1 5. Berkolaborasi
14.00 amp/10mg telah 14.00 dengan dokter
WIB 5. Berkolaborasi dengan diberikan. WIB dalam pemberian
dokter dalam pemberian terapy obat.
terapy obat. Hasil: Pemberian
Hasil : 14.00 injeksi
Pemberian injeksi WIB furosemide 1
furosemide 1 amp/10mg amp/10mg telah
telah diberikan diberikan.

Selasa, 10 Juli 2018 Rabu, 11 Juli 2018 Kamis, 12 Juli 2018


Dx
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
Kep
KASUS 10.00 1. Memantau tanda-tanda vital 10.00 1. Memantau tanda- 10.00 1. Memantau tanda-
2 WIB Hasil: WIB tanda vital WIB tanda vital
TTV: TD: 180/100 mmHg, Hasil: Hasil:
Pols: 92 x/menit, RR: 26 TTV: TD: TTV: TD: 140/90
x/menit, temp: 37,5°C 169/100 mmHg, mmHg, Pols: 79
Pols: 80 x/menit, x/menit, RR: 23
RR: 24 x/menit, x/menit, temp:
temp: 36,3°C 37,1°C

2. Meninggikan
posisi kepala
10.40 2. Meninggikan posisi kepala Hasil : 10.40 2. Meninggikan
WIB Hasil : 10.40 Posisi kepala WIB posisi kepala
Posisi kepala ditinggikan WIB ditinggikan sesuai Hasil :
sesuai kondisi klien. kondisi klien. Posisi kepala
Respon : Respon : ditinggikan sesuai
Klien dalam posisi semi Klien tampak dengan keadaan
fowler nyaman klien
Respon :
Klien merasa
3. Mempertahankan nyaman
tirah baring
ciptakan
11.20 3. Mempertahan lingkungan yang 11.20 3. Mempertahankan
WIB kan tirah baring ciptakan tenang. WIB tirah baring
lingkungan yang tenang. 11.20 Hasil : ciptakan
Hasil : WIB Klien bedrest dan lingkungan yang
Klien bedrest dan lingkungan klien tenang.
lingkungan klien dibatasi dibatasi Hasil :
pengunjung. pengunjung. Klien bedrest dan
Respon : Respon: Hanya lingkungan klien
Hanya istri dan anak klien istri dan anak dibatasi
yang mengunjungi pada saat klien yang pengunjung.
jam besuk. mengunjungi

46
pada saat jam Respon: Hanya
besuk. istri dan anak
4. Berikan klien yang
penjelasan mengunjungi
kepada keluarga pada saat jam
12.30 4. Berikan penjelasan kepada klien tentang 12.30 besuk.
WIB keluarga klien tentang gangguan perfusi WIB 4. Berikan
gangguan perfusi jaringan jaringan serebral penjelasan
serebral 12.30 Hasil: Keluarga kepada keluarga
Hasil : WIB tampak sudah klien tentang
Keluarga tampak belum mulai paham gangguan perfusi
paham tentang penjelasan tentang jaringan serebral
yang diberikan. penjelasan yang Hasil: Keluarga
Respon: Keluarga diberikan. klien sudah
mengatakan sudah mulai Respon: Keluarga paham tentang
mengerti tentang kondisi mengatakan penjelasan yang
penyakit klien. sudah mulai diberikan.
mengerti tentang Respon: Keluarga
kondisi penyakit klien mengatakan
klien. sudah mengerti
5. Berkolaborasi tentang kondisi
dengan dokter penyakit klien.
dalam pemberian
terapy obat. 5. Berkolaborasi
14.00 5. Berkolaborasi dengan dengan dokter
WIB dokter dalam pemberian 14.00 dalam pemberian
terapy obat. WIB terapy obat.
Hasil: pemberin injeksi Hasil: pemberin
furosemide telah diberikan. 14.00 injeksi
WIB furosemide telah
diberikan.

Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan dari kedua responden mempunyai tindakan keperawatan yang
sama, namun memiliki hasil dan respon yang berbeda pada kasus 1 TTV: TD: 187/105 mmHg, Pols: 94
x/menit, RR: 30 x/menit, Temp: 36,5°C, klien tampak gelisah. Sedangkan pada kasus 2 TTV: TD: 180/100
mmHg, Pols: 92 x/menit, RR: 26 x/menit, temp: 37,5°C, klien tampak sadar.

47
PEMBAHASAN otak tertentu biasanya kejadiannya saat
Pada pembahasan ini, peneliti akan melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
membahas “Asuhan Keperawatan pada bisa juga terjadi saat istirahat.
pasien Stroke Haemoragik dengan Berdasarkan tabel pengkajian kedua
Pemenuhan Kebutuhan Perubahan Perfusi responden memiliki perbedaan yaitu kasus
Jaringan Serebral di Rumah Sakit TK II 1 berjenis laki-laki berumur 53 tahun dan
Putri Hijau Medan Tahun 2018”. Penelitian pada kasus 2 berjenis kelamin perempuan
ini telah dilakukan pada tanggal 05 Juli berumur 59 tahun. Menurut jurnal Martina
sampai 12 Juli 2018 untuk kedua (2017) menyatakan bahwa penderita stroke
responden. Dalam hal ini pembahasan yang lebih banyak wanita yaitu sebesar 56,7%,
dimaksud telah membandingkan antara American of Heart Association (AHA)
tinjauan khusus dari penelitian. Dimana memperkirakan stroke lebih sering dialami
setiap temuan berbeda diuraikan dengan oleh wanita sebanyak 60.000 lebih banyak
konsep dan pembahasan disusun dengan dbanding pria setiap tahunnya. Besarnya
tinjaun pustaka yang disajikan untuk jumlah wanita dalam kejadian stroke terjadi
menjawab tujuan khusus dari penelitian. setelah usia mencapai menopause.
Dimana setiap temua berbeda diuraikan Dan menurut jurnal Martina (2017)
dengan konsep dan pembahasan disusun menyatakan bahwa stroke paling banyak
dengan tujuan kasus. diderita usia lebih dari 50 tahun dan jarang
Peneliti melakukan penelitian pada usia dibawah 40 tahun. Data dari
terhadap partisipan yang sama-sama WHO menyebutkan jumlah penderita
memiliki penyakit Stroke Haemoragik di stroke banyak terjadi pada usia 50 tahun
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan keatas Diana urutan kedua terbanyak di
dengan lima tahap sesuai dengan proses Asia. Tingginya angka kejadian stroke pada
keperawatan yang dikembangkan oleh usia lanjut karena pada usia tersebut
American Nurse Association (ANA) yaitu berhubungan denan proses penuaan.
pengkajian, diagnosa keperawatan, Berdasarkan tabel pengkajian kedua
perencanaan, implementasi dan evaluasi. responden memiliki pendidikan yang
Doengoes (2012) kemudian berbeda, pada kasus 1 pendidikan SMP dan
mengembangkan dan mengelompokkan pada kasus 2 pendidikan SMA. Menurut
diagnosa keperawatan serta membantu Novida (2014) menyatakan bahwa
menciptakan pola komunikasi antar pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
perawat dan dapat memberikan bahasan dengan tingkat pengenalan gejala awal yang
antara diagnosa keperawatan dengan tidak baik (60,6%) lebih besar
diagnosa medis. Diagnosa keperawatan dibandingkan responden yang pendidikan
berfokus pada respon klien, sedangkan terakhirnya SD-SMP dengan tingkat
diagnosa medis berfokus pada proses pengenalan gejala awal stroke yang tidak
penyakit (Tarwoto,2013 ). baik (1,4%) dan responden yang pendidikan
terakhirnya SMA dengan tingkat
Pengkajian pengenalan gejala awal stroke yang tidak
Berdasarkan tabel 1 didapatkan dari baik (28,2%).
kedua partisipan mempunyai diagnosa Berdasarkan tabel pengkajian kedua
medis yang sama yaitu Stroke Haemoragik responden mengalami perubahan
yang didasarkan pada Pemenuhan kebutuhan perfusi tetapi terdapat beberapa
Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral. Hal kesenjangan yaitu :
ini sesuai teori yang dikemukakan oleh 1) Pada pasien I (Tn.M) kesadaran
Wijaya, 2013 Stroke Haemoragik adalah somnolen sedangkan pasien II (Ny.T)
perdarahan serebral dan mungkin kesadaran apatis
perdarahan subarachnoid, disebabkan oleh 2) Pada pasien I (Tn.M) klien mengalami
pecahnya pembuluh darah otak pada daerah kebas pada ekstremitas bawah

48
sedangkan pada pasien II (Ny.T) keperawatan Pemenuhan kebutuhan perfusi
mengalami kebas pada ekstremitas atas jaringan serebral pada pasien Stroke
dan bawah bagian kiri Haemoragik.
3) Pada pasien I (Tn.M) klien mengalami Tindakan Keperawatan
sesak sedangkan pasien II (Ny.T) tidak Berdasarkan tabel 4 didapatkan dari
mengalami sesak. kedua responden mempunyai tindakan
keperawatan yang sama, namun memiliki
Menurut Jurnal Supadi (2012) hasil dan respon yang berbeda seperti pada
menyatakan bahwa peningkatan kasus 1 TTV, TD: 187/105 mmHg, Pols: 94
intracranial akan menyebabkan herniasi x/menit, RR: 30 x/menit, Temp: 36,5°C,
kearah batang otak sehingga dengan nilai GCS E:2, M:2, V:4, klien
mengakibatkan gangguan pusat pengaturan tampak gelisah. Sedangkan pada kasus 2
organ vital, gangguan pernafasan, TTV: TD: 180/100 mmHg, Pols: 92
hemodinamik, kardiovaskuler, dan x/menit, RR: 26 x/menit, temp: 37,5°C,
kesadaran. Dan bahwa ada pengaruh elevasi dengan nilai GCS E:2 M:4 V:2, klien
posisi kepala pada klien stroke haemoragik tampak sadar.
terhadap tekanan rata-rata arterial, tekanan Evaluasi
darah dan tekanan intracranial sesudah Hasil penelitian Martina (2017)
intervensi. menyatakan bahwa evaluasi keperawatan
tindakan posisi head up 30° dapat
Diagnosa Keperawatan
memfasilitasi peningkatan aliran darah ke
Berdasarkan tabel 2 didapatkan
serebral dan memaksimalkan oksigenasi
kedua pasien yaitu pasien I dan pasien II
jaringan serebral. Hal ini dilakukan dengan
memiliki diagnosa medis serta diagnosa
tujuan mengetahui pemenuhan kebutuhan
keperawatan yang sama yaitu Stroke
perfusi jaringan serebral secara optimal dan
Haemoragik dengan diagnosa keperawatan
mengukur hasil proses keperawatan.
Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Serebral. Dimana data yang digunakan
(implementasi) baik pada Tn.M dan Ny.T
dalam menegakkan diagnosa keperawatan
maka bisa dievaluasi dengan hasil bahwa :
lebih difokuskan pada pemeriksaan kedua
a. Pasien I (Tn.M) masalah gangguan
responden dan didapatkan hasil pada pasien
perfusi jaringan serebral bisa teratasi
I dan pasien II mempunyai masalah
setelah hari ke 3 perawatan, diagnosa
keperawatan yang sama yaitu Pemenuhan
pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan
Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral
serebral teratasi sebagian pada hari ke
berhubungan dengan Gangguan perfusi
2 perawatan, dihari ke 3 masalah
jaringan serebral menyebabkan diskrasis
pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan
darah sehingga terjadi thrombus
serebral teratasi.
mengakibatkan embolus otak terjadi
b. Pasien II (Ny.T) masalah gangguan
penyumbatan pembuluh darah otak
perfusi jaringan serebral bisa teratasi
sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan
setelah hari ke 3 perawatan, diagnosa
serebral ditandai dengan keluarga klien
pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan
mengatakan kepalanya terasa pusing jika
serebral teratasi sebagian pada hari ke
tekanan darahnya tinggi, keluarga klien
2 perawatan, dihari ke 3 masalah
mengatakan kepala klien terasa panas dan
pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan
nyeri (mulai dari kepala dan leher),
serebral teratasi.
pemberian posisi.
Rencana Keperawatan
KESIMPULAN
Berdasarkan tabel 3 didapatkan dari
Setelah penulis melaksanakan asuhan
kedua partisipan mempunyai rencana
keperawatan pada pasien stroke
tindakan yang sama dengan Doengoes,
haemoragik di RS TK II Putri Hijau Medan
2012 dalam penanganan diagnose

49
kepada kasus I pada tanggal 05 Juli 2018 penelitian yang lebih mendalam lagi
sampai 12 Juli 2018 dan kasus II pada tentang studi kasus perawatan pasien
tanggal 10 Juli 2018 sampai 13 Juli 2018, Stroke Haemoragik dalam
dimana penulis dapat menarik kesimpulan pemenuhan kebutuhan Perfusi
dan memberikan saran yang mungkin dapat Jaringan Serebral.
bermanfaat bagi pembaca maupun c. Pasien dan Keluarga
paramedic yang lain. Pasien dan keluarga diharapkan selalu
Adapun kesimpulan tersebut: memperhatikan program pengobatan
a. Pengkajian yang dilakukan dengan cara
Didapatkan hasil pengkajian dari mematuhi pola nutrisi, istirahat,
kedua pasien memiliki perbedaan yaitu keteraturan minum obat sesuai
penyebab, tandagejala, umur yang anjuran dokter, serta keluarga
berbeda, tanda-tanda vital yang diharapkan.
berbeda, pemeriksaan laboratorium
yang berbeda, serta pola pemenuhan REFERENSI
nutrisi yang juga berbeda. Anggriani, Zulkarnain, Sulaiman, R. G.
b. Diagnosa Keperawatan (2018). Pengaruh ROM ( Range of
Berdasarkan dari diagnosa Motion ) Terhadap Kekuatan Otot
keperawatan didapatkan hasil kedua Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non
pasien memiliki diagnosa keperawatan Hemoragic, 3(2), 64–72. Retrieved
yang sama yaitu Pemenuhan from
Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral https://jurnal.kesdammedan.ac.id/inde
berhubungan dengan Gangguan perfusi x.php/jurhesti/article/view/46
jaringan serebral menyebabkan
diskrasis darah sehingga terjadi Dinarti, dkk. (2013). Dokumentasi
thrombus mengakibatkan embolus otak Keperawatan. Jakarta Timur: CV.
terjadi penyumbatan pembuluh darah Trans Info Media
otak sehingga terjadi gangguan perfusi
Doengoes, Marilynn E. (2012). Rencana
jaringan serebral.
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
c. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan yang ada di rumah http://www.depkes.go.id/article/view/1707
sakit meliputi pantau tanda-tanda vital, 3100005/penyakit-jantung-
tinggikan posisi kepala, pertahankan penyebab-kematian-tertinggi-
keadaan tirah baring, pantau/catat kemenkes-ingatkan-cerdik-.html
status neurologis, pantau pemeriksaan
laboratorium, kolaborasi berikan obat https://www.google.co.id/url?q=http://ww
anti hipertensi. w.depkes.go.id/resources/download/
SARAN general/hasil%2520Rikesdas%25202
a. Bagi Rumah Sakit 013.pdf
Rumah sakit hendaknya menyediakan
sarana contohnya fasilitas yang Indra Gunawan Affandi, CDK-238/vol.43
lengkap (alat-alat kesehatan) dan no.3 tahun 2016 Pengelolaan
prasarana yang lengkap dan baik guna Tekanan Tinggi Intrakranial Pada
membantu dalam pelaksanaan asuhan Stroke Fakultas Kedokteran
keperawatan dengan segera. Universitas Padjajaran Bandung
b. Pengembangan Ilmu dan Tehnologi Indonesia
Keperawatan Karmiza, Muharriza, Emil Huriani, (2014).
Hendaknya penelitian ini dapat Posisi Lateral Kiri Elevasi Kepala 30°
digunakan sebagai masukan bagi Terhadap Nilai Tekanan Parsial
peneliti lain untuk melakukan

50
Oksigen (PO2) RSUP.Dr.M Djamil Oktavianus. (2014). Asuhan Keperawatan
Padang(Jurnal Ners) April 2014 Pada Sistem Neurobehavior.
Yogyakarta: GRAHA ILMU
Kementrian Kesehatan R.I, (2014). Riset
Kesehatan Dasar. http:// Syaifuddin, H. (2013). Anatomi fisiologi:
www.depkes.go.id/resources/downlo Kurikulum Berbasis Kompetensi
ad/general/Hasil%20Riskesdas%202 Untuk Keperawatan dan Kebidanan,
013.pdf Ed.4. Jakarta : EGC
Khairani, A, I., (2017). Sanitasi Supadi, Kesmasindo, Volume 5Juli 2012,
Lingkungan Rumah dan Sosial hlm 154-168 Pengaruh Elevasi
Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Kepala Pada Klien Stroke
Hemoragik Terhadap Tekanan
Terhadap Kejadian Skabies.
Intrakranial ”RS Margono Soekarjo,
Tanggal akses 6 Juli 2018. Purwokerto (Ners Jurnal
https://jurnal.kesdammedan.ac.id/in Keperawatan)
dex.php/jurhesti/article/view/7
Sulaiman, & Anggriani. (2018). Efek
Khairani, A, I. Suharto., (2018.) Postur Tubuh Terhadap
Keperawatan Profesional. Samudra Keseimbangan Lanjut Usia Di Desa
Biru. Yogyakarta Suka Raya Kecamatan Pancur Batu.
Jurnal JUMANTIK, 3(2), 127–140.
Khairani, A, I. ., (2017). Pengaruh Retrieved from
Hospitalisasi Terhadap Tingkat http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/kes
Kecemasan Anak Preschool Di mas/article/view/2875/1714
Rumaha Sakit TK II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan Tanto, Christ. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media
LeMone, Priscilla dkk. (2017.) Buku Ajar Aesculapius
Keperawatan Medikal Bedah:
Gangguan Neurologi Diagnosis Tarwoto, 2013. Keperawatan Medikal
Keperawatan NANDA Pilihan NIC & Bedah Gangguan Sistem
NOC Edisi 5. Jakarta: EGC Persarafan. Jakarta: EGC

Martina, Adi Husada Nursing Journal, Tim Unit Penelitian dan pengabdian
Volume 3, No.2 Desember 2017 Kepada Masyarakat, (2017).
Posisi Head Up 30° Sebagai Upaya Pedoman Penulisan Karya Tulis
Untuk Meningkatkan Saturasi Ilmiah Diploma III Keperawatan.
Oksigen Pada Pasien Stroke Akper Kesdam I/Bukit Barisan
Haemoragik Dan Non Haemoragik Medan

Novida, Rizky Wardhani, Jurnal Berkala Wijaya, Andra, dkk. (2013). KMB 2
Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Keperawatan Medikal Bedah
Januari 2014, halaman 13-23 Faktor (Keperawatan Dewasa).
Yang Berhubungan Dengan Yogyakarta: Nuha Medika
Pengetahuan Tentang Stroke Pada
Pekerja Institusi Pendidikan Tinggi

51

Anda mungkin juga menyukai