Anda di halaman 1dari 16

Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL)

Menuju Makassar Kota Dunia

Muchlas M. Tahir; Riskasari


Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
muchlasmtahir7@gmail.com; saririska7@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pedagang Kaki Lima (PKL) dan penanganannya oleh
Pemerintah Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar sebagai pusat keramaian yang
banyak menarik perhatian para Pedagang Kaki Lima dalam mencari rezeki dengan menjual barang
dagangannya karena memudahkan untuk menjumpai konsumen dari pada mereka yang berada pada lokasi
berdagang yang tetap seperti pasar tradisional maupun pasar modern. Penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif analitis dimana penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian
kualitatif.Penelitian ini difokuskan pada konflik yang terjadi serta langkah penanganan yang dilakukan
oleh pemerintah terkait pedagang kaki lima (PKL di Kota Makassar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pemerintah belum mampu menemukan solusi untuk menghasilkan kebijakan pengelolaan Pedagang kaki
lima yang bersifat manusiawi dan sekaligus efektif.

Kata kunci: PKL, Penertiban PKL ,Makassar Kota Dunia.

Abstract
This study aimed to analyze the street vendors (PKL ) and its handling by the Government of Makassar .
This research was conducted in the city of Makassar as centers that attract many street vendors in
seeking fortune by selling his wares because it makes it easy to meet consumer than those who are on
fixed trading locations such as traditional markets and modern markets.
Study is a descriptive analytical research where this research can be classified into qualitative research.
This study focused on the conflict as well as the measures taken by the government related to hawkers
(street vendors in the city of Makassar. The results showed that the Government has not been able to find
solutions to produce Street vendors management policy that is humane and also effective .

Keywords : street vendors, street vendors of Control , the World City of Makassar .

193
I. PENDAHULUAN ataupun menambah penghasilan. Dari uraian
Berdasarkan undang-undang Nomor 32 tersebut dapat diketahui bahwa sektor
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, informal pedagang kaki lima mempunyai
otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah peranan yang sangat besar untuk
kabupaten merupakan peluang dan sekaligus meningkatkan perekonomian terutama
tantangan. Peluang disinibagi pemerintahan masyarakat ekonomi lemah dan sektor ini
daerah yang memiliki potensi sumber daya juga menyerap tenaga kerja yang mempunyai
alam yang memadai untuk mengelola sendiri keahlian yang relatif minim. Pedagang kaki
potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah lima selalu memanfaatkan tempat-tempat
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang senantiasa dipandang sebagai profit
yang kurang memadai justru merupakan misalkan pusat kota, tempat keramaian
tantangan. hingga tempat-tempat yang dinilai berpotensi
Munculnya otonomi daerah untuk menjadi objek wisata. Mereka hanya
menyebabkan terjadinya pergeseran berfikir bahwa apa yang mereka lakukan
paradigma dari sistem pemerintahan yang adalah untuk mencari nafkah tanpa
bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem memperdulikan dampak aktifitas mereka
pemerintahan yang desentralisasi, yaitu terhadap lingkungan sekitarnya.
dengan memberikan keleluasaan kepada Di sisi lain keberadaan pedagang kaki
daerah dalam mewujudkan daerah otonom lima mengganggu keindahan dan
yang luas dan bertanggung jawab, untuk ketertibanserta keteraturan tata ruang kota.
mengatur dan mengurus kepentingan Beberapa kali pemerintah telah memberikan
masyarakat setempat sesuai kondisi dan peringatan terhadap pedagang kaki lima yang
potensi wilayahnya. Pemberian otonomi masih berjualan di pusat-pusat kota akan
kepada daerah pada dasarnya bertujuan dikenakan denda namun masih tetap tidak
meningkatkan daya guna dan hasil guna merubah kondisi Kota Makassar. Untuk
penyelenggaraan pemerintah daerah, mewujudkan Makassar sebagai kota dunia
terutama dalam pelaksanakan pembangunan tentunya ada banyak kriteria yang harus
dan pelayanan terhadap masyarakat serta dipenuhi dan dilakukan pemerintah Kota.
untuk meningkatkan pembinaan kesatuan Salah satunya yaitu kota yang tertib dan
politik dan kesatuan bangsa. bersih dari aktivitas pedagang kaki lima yang
Dampak dari otonomi daerah yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas
paling pesat berkembang di Kota Makassar serta keindahan kota. Masalah terbesar yang
yaitu dengan meningkatnya jumlah pedagang dihadapi saat ini oleh pemerintah Kota yaitu
kaki lima yang berjualan dipinggir jalan sulitnya memberikan pemahaman kepada
dibandingkan sejak beberapa puluh tahun pedagangakan arti pentingya kesadaran dan
yang lalu dan jumlah mereka terus kerjasama mereka dalam penataan kota.
bertambah setiap tahunnya. Perkembangan Kondisi inilah yang menuntut
pedagang kali lima dari waktu kewaktu pemerintah kota untuk turuntangan
sangat pesat jumlahnya, karena pedagang dalammengatasi permasalahan ini. Seringkali
kaki lima dapat lebih mudah untuk dijumpai penggusuran dan pemindahan lahan berjualan
konsumennnya dari pada mereka yang berada pedangang kaki lima dilakukan, namun masih
pada lokasi berdagang yang tetap seperti banyak hambatan yang ditemui diantaranya
pasar tradisional maupun pasar modern. adalah jumlah pedagang kaki lima yang lebih
Situasi tempat dan keramaian dapat banyak dibandingkan aparat yang bertugas
dimanfaatkan untuk mencari rejeki halal serta masih banyaknya tempat pedagang kaki
sebagai pedagang kaki lima, dengan lima yang membutuhkan relokasi untuk
memanfaatkan keterampilan yang dimiliki mewujudkan Makassar yang rapih dan tertib.
sebagai salah satu modal untuk mencari Hal ini merupakan masalah yang sangat

194
kompleks karena akan menghadapi dua sisi pemerintah dalam menertibkan PKL di Kota
dilematis. Pertentangan antara kepentingan Makassar dalam menuju Kota Dunia.
hidup dan kepentingan pemerintahan akan
berbenturan kuat dan menimbulkan friksi II. TINJAUAN TEORI
diantara keduanya. Analisis Sosial Pedagang Kaki Lima
Para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang Pedagang kaki lima adalah suatu usaha
umumnya tidak memiliki keahlian khusus yang memerlukan modal relatif sedikit,
mengharuskan mereka bertahan dalam suatu berusaha dalam bidang produksi dan
kondisi yang memprihatinkan, dengan begitu penjualan untuk memenuhi kebutuhan
banyak kendala yang harus di hadapi kelompok konsumen tertentu. Usahanya
diantaranya kurangnya modal, tempat dilaksanakan pada tempat-tempat yang
berjualan yang tidak menentu, kemudian dianggap strategis dalam lingkungan yang
ditambah dengan berbagai aturan seperti informal.Pedagang kaki lima menurut An-nat
adanya Perda yang membatasi lokasi (2003:30) bahwa istilah pedagang kaki lima
keberadaan mereka. Melihat kondisi seperti merupakan peninggalan dari zaman
ini, maka seharusnya tindakan pemerintah penjajahan Inggris. Istilah ini diambil dari
menjalankan aturan dalam penertiban ukuran lebar trotoar yang waktu dihitung
Pedagang Kaki Lima (PKL) tetap atas dengan feet (kaki) yaitu kurang lebih 31 cm
pertimbangan kemanusiaan yang mampu lebih sedikit, sedang lebar trotoar pada waktu
memberikan solusi bagi masyarakat yang itu adalah lima kaki atau sekitar 1,5 meter
berprofesi sebagai Pedagang Kaki Lima lebih sedikit. Jadi orang berjualan di atas
(PKL). trotoar kemudian disebut pedagang kaki lima
Tahun ini fokus pembangunan (PKL). Sedangkan Karafir (2007:4)
Makassar berada pada infrastruktur, mengemukakan bahwa pedagang kaki lima
transportasi, dan penghijauan dengan adalah pedagang yang berjualan di suatu
melakukan penataan pedistrian, pembenahan tempat umum seperti tepi jalan, taman-taman,
sistem persampahan. Penataan infrastruktur emper-emper toko dan pasar-pasar tanpa atau
yang saat ini sedang dilakukan harus adanya izin usaha dari pemerintah. Dari
didukung dengan tata ruang melalui kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
penertiban PKL guna memudahkan bahwa pedagang kaki lima adalah mereka
pemerintah dalam menata Kota Makassar. yang berusaha di tempat-tempat umum tanpa
Selanjutnya pembenahan sistem persampahan atau adanya izin dari pemerintah.
dilakukan dengan membangun TPA Bintang, Secara garis besar karakteristik PKL
dan kucuran dana ke kelurahan dilakukan (Ismawan:2002), digambarkan sebagai
untuk membuat short cut atau tol road dengan berikut:
mendekatkan anggaran ke masyarakat. 1. Informalitas. Sebagian besar PKL bekerja
Guna mewujudkan makassar kota diluar kerangka legal dan pengaturan yang
dunia dengan perencanaan pembangunan di ada, maka keberadaan mereka pun tak
Makassar dilakukan melalui pendekatan diakui oleh pemerintah setempat.
politik, teknokratif, partisipatif, botton up, 2. Mobilitas. Aspek informalitas dari PKL
dan top down, (Makassartoday.com, juga membawa konsekuensi tiadanya
10/3/2016). jaminan keberlangsungan aktifitas yang
Berdasarkan pada uraian permasalahan dijalani, sehingga usaha ini merupakan
diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji secara sektor yang relatif mudah dimasuki dan
mendalam tentang kondisi dilematis tersebut ditinggalkan. Apabila terdapat peluang
GHQJDQ PHQJDQJNDW -XGXO ³3HQHUWLEDQ maka dengan banyak pelaku yang turut
Pedagang kaki Lima (PKL)Menuju serta, sebaliknya apabila terjadi perubahan
MakassarKota Dunia. Tujuan dari penelitian peluang ke arah negatif pelakunya akan
ini adalah untuk mengetahui upaya berkurang.

194
3. Kemandirian. Umumnya para pedagang 4. Adanya eksplotiasi anak-anak usia
mencari modal sendiri tanpa mendapatkan sekolah.
bantuan dari pemerintah. Lembaga 5. Terjadinya persaingan yang tidak sehat
keuangan lokal dengan berbagai antara sektor informal dan sektor formal.
peraturan dan prinsip keberhati-hatian 6. Rentannya pemerasan oleh pihak-pihak
membatasi kemungkinan berhubungan tertentu karena ketiadaan perlindungan
dengan para PKL, karena tiadanya hukum.
jaminan yang dimiliki mereka. 7. Munculnya setoran ilegal (pungutan liar)
4. Hubungan dengan sektor formal. yang mesti dibayarkan kepada pihak
Meskipun kehadiran mereka tidak diakui, tertentu di luar setoran resmi.
namun peranan mereka dalam membantu Masalah dan keuntungan yang muncul
sektor formal sangatlah besar, terlebih lagi dari kehadiran PKL bagi perkotaan
dalam hal pendistribusian barang kepada (Soegijoko: 2001) :
konsumen. Masalah Keuntungan
Sedangkan menurut Badan Pusat Mengganggu kegiatan Mampu
Statistik(BPS), karakteristik sektor perkotaan lainnya menyediakan
informal sebagai berikut: sehingga lapangan kerja
1. Mandiri. Pada umumnya usaha yang menimbulkan sehingga mampu
dilakukan tanpa ada bantuan dari kesemrawutan. menyerap tenaga
pekerja/buruh, artinya dikerjakan kerja.
langsung oleh pemimpin perusahaan. Tidak tertatanya Menyediakan
2. Modal. Modal yang dikeluarkan dalam dengan baik barang yang
melakukan usaha berasal dari milik dikarenakan tidak murah bagi
sendiri. tersentuh oleh hukum. masyarakat.
3. Waktu. Rata-rata waktu kerja sektor Sulit diprediksi Bisa menjadi
informal dalam sehari, paling lama pertumbuhannya cikal bakal
adalah 9 jam. sehingga sulit untuk sektor formal.
4. Pinjaman. Dalam menjalankan usaha ditata.
mayoritas, mereka tidak memanfaatkan
bantuan pinjaman pemerintah ataupun Dewanto (2004) dalam skripsinya
bank lokal. Tetapi mencari pinjaman menjelaskan masalah-masalah yang
lainnya, yang berasal dari keluarga ditimbulkan oleh PKL, yaitu :
atau kerabat terdekat. Beberapa alasan, 1. Menurunkan Kualitas fisik suatu kawasan
mereka yang tidak mendapatkan tertentu karena tidak tertata,
bantuan dari pemerintah adalah ketidak 2. Mengganggu sirkulasi pergerakan
tahuan adanya bantuan, ketidak tahuan masyarakat,
dalam prosedur pengajuan atau 3. Menimbulkan kesan kumuh,
penerimaan bantuan dan penolakan 4. Terganggunya lahan parkir karena
proposal dari lembaga yang digunakan sebagai lahan usaha oleh PKL,
bersangkutan. 5. Penggunaan trotoar sesuai fungsi
Kegiatan ekonomi informal perkotaan peruntukannya,
kehadirannya membawa beberapa 6. Kehadiran PKL menimbulkan sampah
permasalahan bagi perkotaan di antaranya, yang tidak sedikit setiap harinya.
yaitu (URDI 2005) :
1. Penyalahgunaan penggunaan peruntukan Upaya Relokasi dan Pemberdayaan PKL
ruang publik. Kehadiran PKL di suatu kota pada
2. Munculnya ancaman keamanan dasarnya tidak direncanakan sehingga
lingkungan. memunculkan permasalahan bagi suatu kota
3. Terabaikannya kebersihan lokasi sektor karena tidak tertata dengan rapi. Untuk
informal. mengembalikan ketertiban suatu kota muncul

195
gagasan relokasi. Relokasi yaitu suatu upaya ditertibkan bukan sebagai sektor penggerak
menempatkan kembali suatu kegiatan ekonomi, maka terjadi kesalahan presepsi
tertentu ke lahan yang sesuai dengan dalam memandang sektor informal
peruntukannya (Harianto:2001). (Mubyarto:2004), sehingga pendekatkan yang
Ramdhani (2005) menerangkan hal-hal diterapkan pun tidak menyentuh akar
yang menjadi pertimbangan dalam penentuan permasalahan. Untuk itu diperlukan dukungan
lokasi relokasi PKL, yaitu : pemerintah dalam pertumbuhan sektor
1. Kestrategisan lokasi, yaitu konsumen informal, dengan cara menjamin serta
mudah menjangkau lokasi usaha PKL mengatur perkembangan mekanisme pasar
karena adanya aksesibilitas yang dan melindungi dari ancaman monopoli
mendukung. perusahaan besar yang bersifat formal. Oleh
2. Faktor visual, memberikan kesan karena itu, pemerintah mempertimbangkan
harmonis dan asri sehingga mudah lagi keberadaan sektor informal, jika
menarik minat konsumen, keberadaan sektor informal mampu
3. Hirarki pembangunan, jangkauan diberdayakan dengan baik, bisa menjadi
pelayanan yang efektif dan efisien, potensi daerah dalam mengurangi angka
4. Sewa atau penjualan tanah/ kios yang pengangguran.
murah sehingga tidak memberatkan Upaya untuk mewujudkan
pedagang. pemberdayaan para PKL di Bandung
Apriyanto (2003) memberikan (Maulana:2004), yaitu :
tambahan bahwa lokasi untuk relokasi PKL : 1. Memberikan kebijakan yang melindungi
1. Memperhatikan faktor lokasi dan keberadaan PKL,
permintaan barang. 2. Memanfaatkan lahan yang kurang
2. Mempunyai akses masuk kedalam pasar produktif menjadi lokasi berjualan PKL,
yang memadai, minimal 2 jalan untuk 3. Merelokasi tempat-tempat berjualan para
akses masuk dan akses keluar. PKL,
3. Dekat dengan terminal atau stasiun kereta 4. Melakukan penyuluhan dan pelatihan
sehingga memudahkan pergerakan yang dilakukan oleh pemerintah, untuk
konsumen dan pedagang. mengembangkan keahlian para PKL.
4. Prasarana dan sarana pendukung yang
memadai seperti; drainase, listrik, gas, air Faktor yang Menyebabkan Pedagang
bersih dan tempat pembuangan sampah Memilih Lokasi untuk Usaha
(TPS). Tujuan utama dari kegiatan
Dapat disimpulkan relokasi adalah perdagangan adalah untuk menjual barang
usaha memindahkan PKL dari lokasi yang dagangan dengan mendapatkan keuntungan.
tidak sesuai ke sebuah lokasi yang dinilai Umumnya kegiatan perdagangan dilakukan
layak menampung pedagang dengan ditempat-tempat yang mudah dijangkau oleh
memperhatikan semua aspek. Khususnya konsumen. Begitu pula dengan kegiatan
aspek ketertiban, keindahan dan kebersihan. perdagangan PKL yang menjual dagangan di
Meski kehadirannya dianggap lokasi-lokasi yang ramai, untuk memperoleh
melanggar, para PKL dikenakan retribusi keuntungan ekonomi. Sasaran penjualan
yang menyebabkan mereka merasa produk PKL ditujukan kepada masyarakat
dilegalisasi sehingga pertumbuhan dari golongan ekonomi menengah ke bawah,
perdagangan menjadi pesat (Perwira:2004). sehingga harga yang ditawarkan relatif murah
Umumnya PKL tidak mendapatkan subsidi dibandingkan dengan harga yang ditawarkan
apapun dari pemerintah, modal yang di pertokoan.
dikeluarkan diperoleh dari meminjam sanak Ardhiansyah (2003) menerangkan
family atau orang-orang terdekat. terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
Pemerintah memandang sektor lokasi kegiatan dagang PKL, yaitu :
informal hanya sebagai ancaman yang harus 1. Faktor Keramaian Lokasi.

196
2. Kemungkinan konsumen berbelanja whatever government choose to do or not to
tinggi. do (apa pun yang dipilih pemerintah untuk
3. Kenyamanan dan keamanan dilakukan atau tidak dilakukan). Dye
4. Lokasi dagang PKL yang dianggap aman mengatakan bahwa bila pemerintah memilih
dan nyaman, yaitu lokasi yang bebas dari untuk melakukan sesuatu maka harus ada
ancaman yang mengganggu. Seperti tujuan dan kebijaksanaan Negara itu harus
penertiban atau gangguan dari preman- meliputi semua tindakan pemerintah, bukan
preman. semata-mata pernyataan keinginan
pemerintah atau pejabat pemerintah saja.
Tinjauan Tentang Kebijakan Publik Sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh
Menurut Van Meter dan Van Horn pemerintah pun termasuk kebijaksanaan
dalam Abdul Wahab (2005, h. 55) Negara. Sebab hal tersebut akan mempunyai
implementasi kebijakan itu merupakan pengaruh atau dampak yang sama besarnya
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh dengan sesuatu yang dilakukan oleh
individu-individu, pemerintah maupun swasta pemerintah (Agustino, 2006).
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan Kebijakan merupakan serangkaian
yang telah di tetepkan dalam keputusan tujuan dan sasaran dari program-program
kebijakan-kebijakan sebelumnya. Sementara pemerintah, yang menurut Edward III dan
itu, dalam Abdul Wahab (2005, h. 65) Sharkanskydapat ditetapkan secara jelas
mengikuti pandangan Mazmanian dan dalam peraturan-peraturan perundang-
Sebatier bahwa proses implementasi undangan atau dalam bentuk pidato-pidato
kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya pejabat teras pemerintah ataupun berupa
menyangkut perilaku badan-badan program-program dan tindakan-tindakan yang
administratif yang bertanggung jawab untuk dilakukan pemerintah.Kebijaksanaa Negara
melaksanakan program dan menimbulkan adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
ketataan pada diri kelompok sasaran, dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-
melainkan pula menyangkut jaringan pejabat pemerintah (Agustino, 2006).
kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial, Menurut David Easton dalam
yang langsung atau tidak langsung dapat Winanrno (2012) mendefinisikan kebijakan
mempengaruhi perilaku dari semua pihak sebagai akibat aktifitas pemerintah (the
yang terlibat, yang pada akhirnya impact of government activity).Menurut Carl
berpengaruh kepada dampak baik yang I. Friedrich dalam Agustino (2006)
diharapkan maupun yang tidak diharapkan. mendefinisikannya sebagai rangkaian
Terdapat banyak literature ilmiah yang tindakan yang diusulkan seseorang,
telah menyajikan definisi tentang kebijakan kelompok, atau pemerintah dalam suatu
public (public plicy).Masing-masing ahli lingkungan tertentu, dengan ancaman dan
memberikan penekanan yang berbeda-beda peluang yang ada.Kebijakan yang diusulkan
dalam mendefinisikan makna kebijakan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan
public tersebut.Perbedaan ini timbul karena potensi sekaligus mengatasi hambatan yang
masing-masing ahli mempunyai latar ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
belakang yang berbeda-beda.Konsekuensi Untuk mendefinisikan tentang masalah
dari hal tersebut adalah pada penggunaan kebijakan kita harus merujuk pada definisi
pendekatan dan model kebijakan public itu dari kebijakan publik itu sendiri seperti yang
sendiri sehingga akhirnya menemukan juga telah dijelaskan di atas.Masalah kebijakan
bagaimana kebijakan publik tersebut merupakan sebuah kesenjangan dari
didefinisikan. implementasi sebuah kebijakan di dalam
Namun demikian, beberapa ada pula masyarakat. Terjadinya ketidakserasian antara
yang memiliki kesamaan pendapat dengan isi dari kebijakan terhadap apa yang terjadi di
Thomas R. dye (Winarno, 2012). Dye lapangan merupakan masalah dari kebijakan
mendefinisikan kebijakan public sebagai tersebut.

197
Maraknya PKL berbuntut pada umumnya kurang terorganisir, tidak memiliki
munculnya berbagai persoalan.Ada aggapan izin usaha, tidak tentu lama jam kerja, masih
bahwa keberadaan PKL yang semrawut dan bergerombol, modalnya relative kecil, lebih
tidak teratur mengganggu ketertiban, bertumpu pada kemampuan individual. Jalan
keindahan serta kebersihan lingkungan. kartini ini merupakan salah satu sarana yang
Lokasi berdagang yang sembarangan bahkan penting bagi PKL dalam melakukan aktivitas
cenderung memakan bibir jalan sangat usahanya untuk mempertahankan
mengganggu lalu lintas baik bagi pejalan kaki kelangsungan hidup yang sejahtera, baik dari
maupun pengendara motor atau mobil. Selain segi sosial maupun ekonomi.
itu, parkir kendaraan para pembeli yang tidak Tata ruang kota yang menjadi acuan
teratur juga sangat mengganggu untuk pembangunan sistem tranportasi
ketertiban. Belum lagi masalah limbah atau perkotaan jarang dijadikan sebagai bahan
sampah. Selama ini para PKL belum sadar rujukan bersama. Penyusunan rencana kota
akan pentingnya kebersihan sehingga cenderung tak banyak melibatkan masyarakat
keindahan di lingkungan pun sulit atau kurang aspiratif sehingga kota
diwujudkan. Mutu barang yang kehilangan visi pengembangannya.
diperdagangkan juga harus diperhatikan, Kota Makassar dibangun cenderung
sehingga nantinya tidak merugikan bagaimana kepentingan kepala daerahnya,
konsumen. baik Wali kotanya maupun gubernurnya.
Masalah kemacetan, sejatinya Akibatnya, kota sangat rentan terhadap
bukanlah permasalahan sektoral lagi, tekanan kepentingan modal (kapital). Faktor
melainkan menjadi bagian dari beragam lain yang harus dibenahi adalah lemahnya
permasalahan kota yang saling terkait satu kesiapan kelembagaan dan tumpang tindihnya
dengan lainnya. Banyak faktor yang menjadi kepentingan masing-masing instansi. Selain
penyebab timbulnya kemacetan.Beberapa itu, kepemimpinan dalam pengelolaan sistem
faktor penyebab kemacetan, di antaranya transportasi perkotaan menajdi sangat penting
pertama daya tampung ruas jalan yang untuk mencegah terjadinya kasus
overload dengan jumlah kendaraan yang korupsi.Biaya pembangunan transportasi
lewat.Beberapa jalan yangsebenarnya tidak SHUNRWDDQ \DQJ GL NRUXSVL VXGDK ³MDPDN´
mampu lagi menampung aktivitas kendaraan dilakukan di negeri ini sehingga kualitas dan
pada jam-jam puncak. kuantitasnya sangat jauh dari yang
Selain daya tampung ruas jalan, diharapkan.
beberapa traffic light yang sudah tidak akurat Kata kunci untuk membangun sistem
lagi (kurang berfungsi) turut menjadi transportasi perkotaan yang baik sehingga
penyebab meningkatnya angka kemacetan. tidak menimbulkan masalah kemacetan
Faktor lainnya yang menyumbang angka adalah apakah pembangunannya akan
kemacetan terbesar yaitu pedagang kaki lima membantu memecahkan persoalan sosial
(PKL). Tak bisa dielakkan aktivitas PKL, ekonomi masyarakat hingga masalah hak
khususnya yang ada di sekitar jalan-jalan di asasi manusianya, atau hanya menambah
pusat kota yang menggunakan badan jalan beban baru dengan cara meminggirkan
ikut menyumbang kemacetan. Kemacetan mereka. Harapan kita bersama semoga
terjadi dipenuhi pedagang kaki lima (PKL), kelemahan-kelamahan tersebut tidak menjadi
pejalan kaki, becak, dan sepeda motor. celah untuk memunculkan pola tindak
Kemacetan tersebut disebabkan banyaknya pragmatis guna kepentingan sekelompok
kendaraan pribadi yang terjadi di pusat kota orang atau atas nama kepentingan umum.
tersebut secara bersamaan. Masalah keberadaan PKL serta upaya
Pedagang kaki lima merupakan salah untuk menghilangkannya atau menggusurnya
satu usaha di sector informal yang bergerak di sesungguhnya merupakan fenomena lama
daerah perkotaan, yang memilliki yang dialami oleh pemerintah di kota-kota
karakteristik kegiatan usaha/cara kerja pada besar. Sejak terjadinya krisis ekonomi,

198
pembangunan perekonomian daerah dan diusahakan dasar hitung harian
pengembangan wilayah sebagai upaya d. Pendapatan mereka rendah dan tak
peningkatan pembangunan daerah dan menentu
pemerataan pertumbuhan antar daerah e. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan
mengalami hambatan dan keterbatasan dalam keterkaitan dengan usaha-usaha yang lain
pemanfaatan sumber daya alam, ketersediaan f. Umumnya dilakukan untuk dan melayani
modal, kemitraan pemerintah, masyarakat dan golongan masyarakat yang berpenghasilan
dunia usaha. rendah.
Seiring dengan perkembangan Daerah Selain itu menurut Suherman bahwa
Perkotaan dan adanya pertumbuhan penduduk ciri-ciri PKL sebagai berikut:
yang tinggi dan kurangnya ketersediaan a. Kegiatan usaha tidak terorganisir
lapangan kerja dan sarana prasarana dalam b. Tidak memiliki Surat Izin Usaha
jumlah yang banyak, sehingga banyak c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha.
masyarakat bawah mengambil alternatif Pemkot sendiri mengaku telah
untuk berprofesi sebagai PKL. melakukan pendataan, penataan, pemberian
Berkembangnya PKL dipicu oleh modal bergulir hingga pelatihan kerja melalui
gagalnya pemerintah membangun ekonomi Dinas Koperasi dan Sektor Informal.Melihat
yang terlihat dari rendah dan lambatnya kenyataan di lapangan, upaya Pemkot dalam
pertumbuhan ekonomi, tidak berkembangnya penataan PKL ternyata diangggap beberapa
usaha±usaha di sektor riil yang pada akhirnya kalangan masih terkesan setengah-setengah.
menyebabkan meningkatnya jumlah pengang- Akibatnya, upaya penertiban seringkali
guran yang sampai saat ini diprediksi kurang berujung pada bentrokan dan perlawanan fisik
lebih 40 juta penduduk sedang menganggur. dari PKL. Bersama dengan komponen
Yang menjadi perhatian kita, masyarakat lainnya, tidak jarang para PKL
seandainya pemerintah punya komitmen yang pun justru melakukan unjuk rasa menghujat
kuat dalam mensejahterakan masyarakatnya kegagalan pemerintah dalam menyediakan
harus menyiapkan dana khusus sebagai lapangan kerja untuk masyarakat miskin.
jaminan PKL yang digusur untuk memulai
usaha baru ditempat lain. Mengingat PKL Penelitian terdahulu
yang digusur biasanya tanpa ada ganti rugi Penelitian yang sebelumnya telah
karena dianggap illegal.Bagaimanapun juga dilakukan oleh Muhammmad Nur, Abdul
PKL adalah juga warga negara yang harus Yuli Andi Gani, dan M. Saleh Soeidy dengan
dilindungi hak-haknya, hak untuk hidup, judul implementasi kebijakan pemerintah
bebas berkarya, berserikat dan berkumpul. kota dalam penertiban pedagang kaki lima
Jadi yang terkena dampak dari adanya PKL (Studi Pada Kantor Satuan Polisi Pamong
yaitu para masyarakat pengguna jalan dan Praja Kota Makassar). Dimana fokus
mengurangi keindahan tatanan jalan penelitian mengacu pada masalah dan tujuan
perkotaan maupun di desa. penelitian yang dilakukan. Adapun tinjauan
Menurut Wirisardjono bahwa PKL analisis dalam penelitian ini menggunakan
adalah kegiatan sector marginal (kecil- model implementasi kebijakan A Framework
kecilan) yang mempunyai ciri-ciri sebagai for Implementation Analysis oleh Daniel
berikut: Mazmanian dan Paul A. Sebatier dengan
a. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam hal menganalisis tiga kategori besar yaitu:
waktu, permodalan maupun penerimanya. (1)Mudah tidaknya masalah dikendalikan.
b. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan (2)Kemampuan kebijakan untuk menstruktur
atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan implementasi secara tepat. (3)Variabel di luar
oleh pemerintah (sehingga kegiatannya kebijakan yang memengaruhi proses
VHULQJ GLNDWDNDQ´OLDU´ implementasi. Hasil penelitian menunjukkan
c. Modal, peralatan dan perlengkapan bahwa deskripsi dan analisis implementasi
maupun omzetnya biasanya kecil dan kebijakan Pemerintah Kota dalam penertiban

199
PKL di Kota Makassar kurang berjalan memerlukan penindakan yang tentunya juga
dengan baik sebagaimana tujuan dan maksud harus memikirkan nasib para para PKL.
implementasi kebijakan. Kebijakan yang ada Penelitian ini mengkaji upaya
belum mampu mengurai persoalan pemerintah dalam menertibkan PKL di Kota
disebabkan substansi kebijakan yang ada Makassar dalam agenda Makassar menuju
kurang relevan dengan kompleksitas Kota Dunia secara spesifik upaya yang
persoalan penanganan PKL. Diperlukan dilakukan pemerintah berdasarkan pada
adanya kebijakan yang mampu memberikan Keputusan Walikota Nomor 20 Tahun 2004.
solusi komprehensif terhadap persoalan PKL Implementasi ditelusuri dengan teknik
terutama adanya solusi terhadap eksistensi wawancara dan observasi dilapangan
PKL di Kota Makassar. sehingga diperoleh gambaran fenomena yang
nyata tentang penertiban PKL di Kota
Kerangka Pikir Makassar ini.Untuk lebih jelas dapat dilihat
Kehadiran pedagang kaki lima pada bagan kerangka pikir berikut.
merupakan salah satu unsur yang perlu
diperhatikan dalam dunia perdagangan di
Indonesia dari masa ke masa. Sebagai salah
satu sektor informal, pedagang kaki lima
tidak mungkin dihindari atau ditiadakan,
pedagang kaki lima bagi sebuah kota tidak
hanya sebagai fungsi ekonomi fungsi sosial
dan budaya.Aktivitas perdagangan terutama
pedagang kaki lima yang ada di area
Kecamatan Rappocini berkembang sangat
pesat kerena menyerap tenaga kerja yang
besar dan modal usaha yang tidak terlalu
besar, sehingga pedagang kaki lima ini
menyebar begitu cepat. Dengan
berkembangnya kawasan Kecamatan
Rappocini maka aktivitas di jalan ini semakin III. METODE PENELITIAN
tinggi pula. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
Semakin berkembangnya kawasan analitik yang bertujuan untuk mengambarkan
pedagang kaki lima yang ada di kawasan fenomena social, praktek, dan kebiasaan
Kecamatan Rappocini semakin banyak pula masyarakat.Penelitian ini berusaha
permasalahan yang timbul. Permasalahan- mengidentifikasi upaya pemerintah Kota
permasalahan yang sering terjadi di Makassar dalam penertiban PKL oleh
Kecamatan Rappocini dari hari ke hari adalah Pemerintah untuk mewujudkan Makassar
kepadatan lalu lintas, tingkat kesadaran sebagai Kota Dunia.Tipe penelitian termasuk
pedagang kaki lima untuk kebersihan sekitar pada penelititan kualitatif.Lokasi penelitian
lapak dagangannya, pedagang kaki lima yang ini di Kecamatan Rappocini Kota
tidak tertib, masalah parkir yang semakin hari Makassar.Sumber data diperoleh melalui
semakin tidak tertib, gangguan keamanan, observasi dan wawancara dan data sekunder
gerobak yang tidak dimasukan ke gudang diperoleh melalui studi kepustakaan,
pada malam hari sehingga menganggu jalur referensi-referensi, peraturan perundang-
lambat jalan Kecamatan Rappocini dan lain- undangan, dokumen, observasi, yang
lain yang menganggu penggunjung yang diperoleh dari lokasi penelitian.
ingin berbelanja di area jalan di Kecamatan Informan Penelitian
Rappocini. Dengan demikian penertiban Informan dalam penelitian ini adalah
pedagang kaki lima di Kecamatan Rappocini Kepala Dinas Perdagangan dan Pasar, Kepala

200
Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM, Informal (PKL) dalam Wilayah Kota
Kepala Satpol PP, dan Pedagang Kaki Lima Makassar, maka Camat melakukan
(PKL).Teknik pengumpulan data yang pembinaan kepada pedagang kaki lima di
digunakan yaitu wawancara mendalam (In wilayahnya dengan melakukan :
depth Inteview).Dalam hal ini dilakukan 1. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
untuk mendapatkan data dari key Informant pedagang sektor informal (PKL).
yang dirasa perluyang terdiri dari pegawai 2. Penetapan lokasi/area yang dapat
dibidang Humas Dinas Perdagangan dan ditolerir terhadap aktivitas bagi
Pasar, Dinas Perindustrian Koperasi dan pedagang kaki lima di atas Daerah
UMKM serta Satpol PP. Penelitian ini juga Milik Jalan (DAMIJA) dan atau Daerah
menggunakan sumber data dari observasi Pengawasan Jalan (DAWASJA).
untuk mengetahui implementasi relokasi, 3. Larangan mendirikan bangunan
respon Pedagang Kaki Lima (PKL) dan permanent dan atau semi permanent pada
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan setiap peruntukan bangunan yang telah
relokasi di Kota Makassar dan dokumentasi ditetapkan sebagai tempat beraktivitas
dilakukan sebagai pelengkap penelitian ini. pedagang kaki lima (PKL).
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan 4. Larangan melaksanakan kegiatan
menggunakan teknik analisis data kualitatif berdagang di luar jadwal yang telah
model interaktif dari Miles dan Huberman ditetapkan.
(2009: 16-19), yaitu reduksi data, penyajian 5. Penyuluhan kepada pedagang kaki lima
datadan menarik kesimpulan. yang menempati tempat usaha yang
telah ditetapkan, harus menjaga
IV. HASIL PENELITIAN DAN kebersihan, keindahan, serta ketertiban
PEMBAHASAN umum sebelum dan setelah
Kebijakan Pembinaan Pedagang melaksanakan kegiatan usaha.
Kaki Lima yang ada di Kota Makassar 6. Menegur, menertibkan pedagang kaki
berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor lima yang mengganggu kepentingan
10 Tahun 1990 tentang Pembinaan umum/tidak sesuai penataan kota.
Pedagang Kaki Lima dalam Kotamadya Adapun aplikasi dari upaya penertiban
Daerah Tingkat II Ujung Pandang. Upaya pedagang kaki lima di Kecamatan Rappocini
dilakukan pemerintah Kota Makassar Kota Makassar dilakukan secara bertahap
dalam hal penataan pedagang kaki lima di dibeberapa titik-titik daerah di Kecamatan
Kecamatan Rappocini Kota Makassar Rappocini tempat pedagang kaki lima
melibatkan berbagai instansi antara lain berjualan yaitu:
dinas Perindusttrian, Perdagangan dan 1. Kelurahan Buakana
Penanaman Modal, dinas Pertamanan dan Kelurahan Buakana yang berada pada
Kebersihan, dinas Tata Ruang dan daerah strategis padat aktivitas penduduk
Bangunan dan Polisi Pamong Praja. tepatnya di Jl. Cilallang Raya yang didukung
Tiap-tiap instansi hadir program oleh kehadiran kampus UIT memberikan
dimana bertujuan untuk mengatasi masalah peluang besar bagi PKL.Namun setelah
pedagang kaki lima yang dinilai mengganggu diterapkan kebijakan penertiban PKL, kini
kebersihan dan penyebab kemacetan. kawasan Kelurahan Buakana terlihat lebih
Program tersebut antara lain program rapi dan bersih.Keberadaan PKL kini telah
pembinaan pedagang kaki lima, program teratasi di Kelurahan Buakana, dimana
Makassar Green and Clean, dan Penertiban terlihat bahwa aktivtas pedangang yang dapat
pedagang kaki lima. bertahan di daerah tersebut adalah pedangang
Hal ini dipertegas pada Keputusan yang benar-benar memiliki lokasi dalam
Walikota Nomor 20 Tahun 2004 tentang bangunan.Implementasi kebijakan pemerintah
Prosedur Tetap (Protap) Penertiban pada penertiban PKL pada poin (1), (4), dan
Bangunan dan Pembinaan Pedagang Sektor (6) yang diberlakukan karena wilayah sekitar

201
UIT kebanyak dikelola oleh pengusaha jalur padat kendaraan, selain itu merupakan
cina.Adapun PKL yang masih berjualan harus area pemukiman mahasiswa juga.
mendapat izin dari pemilik ruko berupa sewa Penertiban PKL di kawasan bonto
lahan yang dapat digunakan pada malam hari makkio, beberapa tahun terakhir ini sudah
saja. cukup teratasi, dimana PKL yang awalnya
Akses berjualan bagi PKL sejak membuka jualan di sisi jalan raya setelah
ditertibkan terlihat cukup efektif. Meskipun ditertibkan tidak lagi terlihat.Adapun PKL
masih terdapat beberapa titik di Kelurahan yang masih aktif berjualan adalah PKL yang
Buakana yang masih dijadikan sasaran PKL sudah menempati kios-kios yang disewakan
yaitu sekitar jembatan dan depan ruko oleh masyarakat setempat.Beberapa PKL
kosong arah Jln. Veteran. Namun jumlah telah mengikuti direlokasi dan menyewa kios
PKL yang berjualan ditemukan 2-4 orang dipasar yang dibuka yakni di Jln. Tidung
saja. Mariolo.
2. Kelurahan Banta-Bantaeng 4. Kelurahan Ballaparang
Kelurahan banta-bantaeng yang berada Kelurahan Ballaparang yang berada di
di arean Jl. R.S Faisalmerupakan salah satu Jln. Timah Raya.Kondisi PKL di Kelurahan
kawasan kampus keperawatan banta-bantaeng tersebut tergolong aman.Dimana tidak PKL
dan kawasan Kampus Uiversitas Negeri yang ditemui setelah dilakukan penertiban
Makassar. Upaya penertiban PKL dikawasan oleh Satpol PP.
tersebut tergolong cukup sulit. Dimana 5. Kelurahan Gunung Sari
kawasan tersebut mayoritas masyarakat Kelurahan Gunung Sari tepatnya
menengah kebawah.Sehingga masyarakat berada di Jl. Talasalapang II. Wilayah
yang tidak memiliki pekerjaan tetap memilih talasalapang hampir sama dengan wilayah
berjualan dipinggir jalan, meskipun hal Kelurahan Banta-bantaeng dan Buakan, yakni
tersebut mengakibatkan kemacetan karena merupakan area kampus yang pada
ruas jalan diisi oleh aktivitas PKL mahasiswa. Diarea Talasalapng adalah area
disepanjang jalan. kampus Unismuh Makassar, Keperawatan
Pemerintah telah beberapakali Tidung, dan UNM Tidung.
melakukan upaya penertiban seperti larangan Jumlah PKL yang beroperasi beberapa
mendidirikan bangunan permanen maupu tahun ini yakni tahun 2015-2016 terlihat
semi permanen, dan mennegur, menertibkan semakin bertambah, padahal proses
PKL yang menganggu kepentingan umum pembangunan sarana berjuala telah banyak
yakni sarana jalan raya, namun hal tersebut dibangun.Menyisir sepanjang jalan
masih tidak banyak membuahkan hasil.Hal Talasalapang dimulai dari titk lampu merah
tersebut dikarenakanKelurahan Banta- kearah talasalang I dan II, akan ditemui PKL
bantaeng merupakan area kampus yang ramai yang beroperasi, baik di siang hari maupun di
dengan usaha kos-kosan yang dijadikan malam hari. Selanjutnya pada area Talasalang
pemukiman mahasiswa dan tidak merupakan kea rah Alauddin perbatasan Makassar-Gowa
jalan utama akses kendaraan, sehingga PKL akan terlihat pada area sekitar depan
masyarakat tidak begitu menghiraukan kampus sepanjang jalan menuju kerah
teguran tersebut. Kabupaten Gowa.Beberapa upaya telah
3. Kelurahan Bonto Makkio dilakukan pemerintah, termasuk pimpinan
Kelurahan bonto Makkio taptnya Kampus Unismuh, namun jumlah PKL yang
berada di Jl. Tamalate I tidak jauh berbeda beroperasi hanya sedikit yang pindah ke
dengan akses aktivitas penduduk di lokasi yang telah disediakan.
Kelurahan yang ada di Kecamatan 6. Kelurahan Karunrung
Rappocini.Kelurahan Bonto Makkio Kelurahan Karunrung yang berada
merupakan jalur kendaraan umum jalur pada wilayah Jln. Minasa Upa dan sekitarnya
Kampus UNM Pettarani sehingga menjadi setelah dilakukan penertiban, terlihat cukup
efektif.PKL yang masih beroperasi disekitar

202
jalan raya Talasalapang dan Minasa Upa kini dijam-jam sibuk hanya PKL yang memiliki
telah berkurang.Adapun yang masih terlihat atau yang menyewa kios.Sehingga tidak
adalah PKL yang memiliki atau menyewa mengganggu pengguna jalan raya.
kios dan lokasi kios tidak menganggu sisi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
jalan raya. bahwa upaya pemerintah dalam menertibkan
7. Kelurahan Kassi-Kassi PKL di Kecamatan Rappocini Kota Makassar
Kelurahan Kassi-kassi yang berada cukup efektif walaupun terdapat beberapa
wilayah sekitaran jalan Tamalate IX, titik-titik di setiap Kelurahan yang memang
merupakan jalan raya akses masyarakat sulit dihindar dari aktivitas PKL.Seperti yang
ramai, dimana diarea tersebut terdapat berada dikawasan ramai penduduk dan tempat
fasilitas umum Puskesma, tempat Penitipan fasilitas masyarakat. Seperti yang diketahui
DQDN ,QDQJ 0DWX¶WX VZDOD\DQ GDQ NOLQLN bahwa penertiban PKL bukanlah tanpa
pengobatan sehingga area ini merupakan titik- pertimbangan yang matang, dimana sat
titik keramaian. dilakukan penertiban tetnunya akan
Setelah dilakukan penertiban dan berdampak pada pendapatan masyarakat kecil
relokasi PKL, kini kawasan tersebut terlihat pelaku PKL.Berikut data Kecamatan Jumlah
sedikit rapi.Kawasan ini memang termasuk Pedagang Kaki Lima di Kecamatan
kawasan yang sulit ditertibkan dari Rappocini Kota Makassar:
PKL.Letak yang strategis pusat akses jalan Tabel 1. Jumlah Pedagang Kaki Lima di
raya penghubung jalur kearah Jl. Toddopuli Kecamatan Rappocini
dan Jln. Pettarani membuat penertiban kurang Kota Makassar
efektif. No Kelurahan 2014 2015
8. Kelurahan Mappala 1 Buakana 53 48
Kelurahan MAppala yng berada di area 2 Banta-bantaeng 59 45
sekitar Jl. Tamalate II, merupakan area cukup 3 Bonto Makkio 51 36
ramai, karena terdapat fasilitas 4 Ballaparang 15 9
Sekolah.Namun untuk aktivitas PKL cukup 5 Gunung Sari 67 43
sedikit.Adapun PKL yang beroperasi 6 Karunrung 29 15
hanyalah PKL yang memiliki kios tetap dan 7 Kassi-kassi 58 47
kebanyakan merupakan masyarakat yang 8 Mappala 10 8
bermukim disana.Sehingga penertiban tidak 9 Rappocini 13 10
dilakukan secara rutin.
10 Tidung 9 7
9. Kelurahan Rappocini
Sumber: Arsip Kecamatan Rapocini
Letak kelurahan Rappocini berada
disekitar wilayah Jl. Inspeksi Kanal.Kegiatan
Upaya yang dilakukan pemerintah
PKL cukup banyak.Dimana berada diarea
berdasarkan pada Keputusan Walikota Nomor
fasilitas pemerintah Kantor Camat dan
20 Tahun 2004 telah dilakukan sepenuhnya,
Catatan Sipil.Aktivitas PKL terlihat banyak
hal ini dapat dilihat dari data jumlah PKL
mulai pukul 18.00-21.00.sedangkan pada
yang telah direlokasi sebanyak 96 PKL yang
siang harinya hanya beberapa yang
yang beraktivitas dijalan-jalan raya telah
beraktivitas sekitar 2 sampai 3 PKL
menempati lokasi yang disediakan, seperti
saja.Penertiban tidak rutin dilakukan diaera
pasar dan lapangan yang dapat digunakan
tersebut, karena berada fasilitas pemerintah
pada malam hari untuk berjualan. Adapun
sehingga PKL masih banyak yang takut dan
PKL yang masih beraktivitas di jam 18.00 ±
segan beraktivitas pada jam-jam kantor.
22.00 sebanyak 102 PKL. Sedangkan 70 PKL
10. Kelurahan Tidung
yang masih beraktivtas di siang hari, namun
Kelurahan tidung yang berada di
telah menempati kios tanpa menggangu akses
sekitar Jl. Mappala merupakan akses utama
jalan raya.
ke jalan raya, sehingga aktivitas PKL terlihat
cukup sedikit.Adapun yang beraktivitas

203
IV. HASIL PENELITIAN DAN Perwali No. 20 tahun 2004 tentang Prosedur
PEMBAHASAN tetap (Protap) penertiban bangunan dan
Keberadaan PKL sendiri member-kan Pembinaan PKL Kota Makassar dimana
kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi dijelaskan PKL di Kota Makassar sepenuhnya
daerah dan nasional. Oleh karenanya setiap dibina oleh setiap Pemerintah Kelurahan dan
Pemerintah Kota termasuk Kota Makassar Kecamatan yang ada di Kota Makassar.
berkewajiban melakukan pembi-naan Dari adanya beberapa Peraturan yang
terhadap PKL yang ada di daerah dalam terkait tentang penataan PKL di Kota
bentuk pemberian bimbingan untuk Makassar yang berdampak pada penertiban
peningkatan modal usaha, jaminan PKL seyogyanya Satpol PP Kota Makassar
perlindungan usaha serta keterampilan usaha melakukan pengawasan pada tempat-tempat
agar pedagang kaki lima bisa terbantukan dan yang dimaksud tersebut sebagaiamana tugas
terlindungi sebagaimana yang diatur juga Satpol PP Kota Makassar dalam penegakan
pada Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil setiap peraturan daerah Kota Makassar.
Menengah, dan di samping itu diperlukan Namun sangat disesalkan dalam
juga kebijakan dalam melakukan penataan penerapannya, jalan-jalan yang mestinya
pedagang kaki lima agar PKL tertata dengan tidak dibolehkan ditempati oleh pedagang
baik, tetap terjaga eksistensinya dan tetap kaki lima berjualan/berdagang justru masih
memberikan kontribusi bagi pendapatan ramai ditempati oleh para pedagang kaki lima
ekonomi masyarakat tanpa menyisakan Kota Makassar.
persoalan-persoalan perkotaan seperti Kebijakan yang ada belum mampu
mengganggu pengguna jalan, pemandangan menjadi solusi komprehensif bagi
perkotaan yang terlihat kumuh dan jorok. permasalahan perkotaan seperti ketertiban
Kebijakan tentang pengaturan tempat dan keindahan perkotaan dan bagi keberadaan
usaha bagi pedagang kaki lima pada dasarnya PKL itu sendiri. Hal ini terlihat dari upaya
sudah tertuang pada Keputusan Walikota yang dilakukan pemerintah bahwa masih
Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Pembinaan terdapat PKL yang masih beraktivitas di jam
Pedagang Kaki Lima Kota Makassar dimana 18.00 ± 22.00 sebanyak 102 PKL tanpa
Bab II Pasal 2 dijelaskan tentang adanya menempati kios yang telah disediakan dengan
Pengaturan Tempat Usaha disebutkan bahwa alasan bahwa letak kios yang disediakan
setiap daerah milik jalan (Damija) Kota kuang strategis dan pedangang kaki lima
Makassar tidak dibolehkan untuk ditempati harus mengeluarkan biaya sewa kios.
oleh pedagang kaki lima karena peruntukan- Tidak dapat dipungkiri bahwa
nya hanya untuk pengguna jalan. Dalam persoalan kompleks yang ditimbulkan
perkembangannya, Pemerintah Kota olehnya menjamurnya pedagang kaki lima di
Makassar juga menerbitkan peraturan daerah Kota Makassar tidak terlepas dari faktor
Kota Makassar yang lebih spesifik mengatur ekonomi dan sosial yang begitu kuat. Sulitnya
tentang adanya tempat-tempat atau jalan-jalan mendapatkan pekerjaan yang dikarenakan
yang tidak dibolehkan oleh pedagang kaki persaingan kerja yang semakin ketat, hal
lima berdagang. Adapun peraturan tersebut tersebut ditandai dengan kuatnya arus
yaitu tertuang pada Peraturan Walikota transmigrasi dari berbagai daerah ke Kota
Nomor 44 tahun 2002 tentang Penunjukan Makassar, ditambah persaingan yang ketat
Bebarapa Tempat Pelataran Yang Dapat Dan demi memperoleh pekerjaan yang layak, dan
Yang Tidak Dapat Dipergunakan Oleh adanya kesempatan atau daya tampung dunia
Pedagang Kaki Lima dalam Wilayah Kota kerja yang sangat terbatas.
Makassar dan juga Keputusan Walikota Olehnya Pemkot Makassar perlu
Makassar Nomor 651 tahun 2007 tentang mengupayakan mampu mengakomodir semua
Kawasan Segi Empat Jalan Sebagai pihak. Kebijakan penataan yang mampu
Percontohan Kebersihan dan Penegakan mengatasi pedagang kaki lima secara
Peraturan Daerah Kota Makassar. Selain itu komprehensif termasuk keberadaan pedagang

204
kaki lima saat ini. Sebagaimana yang untuk dilakukan oleh karena itu diperlukan
diungkapkan oleh Carl L. Friedrich bahwa sosialisasi secara berkelanjutan dan
³sebagai rangkaian tindakan yang diusulkan menyentuh seluruh aspek yang terkait, bukan
seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam hanya itu saja dalam mewujudkan makassar
suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman sebagai kota dunia maka tindakan tegas juga
dan peluang yang ada.Kebijakan yang perlu dilakukan dalam penataan kota yang
diusulkan tersebut ditujukan untuk tentunya harus disesuaikan dengan peraturan
memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi yang berlaku serta kebijakan yang inovatif
hambatan yang ada dalam rangka mencapai dalam mencari ³ZLQ-ZLQ VROXWLRQ´ sehingga
tujuan tertentu. yaitu terpenuhinya tidak ada pihak yang akan dirugikan.
kepentingan masyarakat SXEOLF LQWHUHVWV ´
(Apriyanto, 2003).
Demikian halnya juga yang
disampaikan oleh Abdul Wahab (2005, h. 65)
mengikuti pandangan Mazmanian dan
6HEDWLHU EDKZD ³SURVHV LPSOHPHQWDVL
kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya
menyangkut perilaku badan-badan
administratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan program dan menimbulkan
ketataan pada diri kelompok sasaran,
melainkan pula menyangkut jaringan
kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial,
yang langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi perilaku dari semua pihak
yang terlibat, yang pada akhirnya
berpengaruh kepada dampak baik yang
GLKDUDSNDQ PDXSXQ \DQJ WLGDN GLKDUDSNDQ´

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Pemerintah menghadapai suatu tantangan
besar untuk mampu membuat kebijakan
yang tepat untuk menangani masalah
Pedagang Kaki Lima (PKL). Pemerintah
dalam beberapa hal ini belum mampu
menemukan solusi untuk menghasilkan
kebijakan pengelolaan PKL yang bersifat
manusiawi dan sekaligus efektif.
2. Upaya pemerintah dalam penertiban dan
pembinaan PKL di Kecamatan Rappocini
masih belum sepenuhnya. Hal ini terlihat
dari banyaknya PKL yang masih berjualan
di emperan toko Jalan Raya dan tempat
umum yang lainnya.

Saran
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan
penertiban pedagang kaki lima di Kota
Makassar merupakan hal yang tidak mudah

205
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab. 2005. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan


Negara, Jakarta: Bumi Aksara.

Agustino, Leo. 2006. Dasar - dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

An-nat, B. 2003. Implementasi Kebijakan Penanganan PKL: Studi Kasus di Yogyakarta dan DKI ±
Jakarta. Beberapa koleksi hasil penelitian program Pascasarjana Magister Administrasi
Publik, UGM.
Apriyanto, Sarjono Yetti. 2003.Pergulatana Pedagang Kaki Lima di Perkotaan. Jakarta.
Muhammadiyah University Press.

Ardhiansyah, Juli Soemirat. 2003. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta.Gadjamada.University Press.

Azhary.2005. Negara Hukum Indonesia Analisis Normatif Tentang Unsur-Unsurnya.Jakarta: UI


Press.

Creswell, W.J. 2010.Reseach Design Qualitative and Quantitative Approach. Penerjemah Achmad
Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewanto.2004. Potret Kehidupan Pedagang Kaki Limadi Pantai Losari, Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Hanitijo, Ronny Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ismawan.2002. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Karafir.2007.Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional, Potret Ekonomi Rakyat Kecil, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Maulana.2004. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT Refika Aditama.

Mubyarto.Abustam, Muhammad Idrus2003.Gerak penduduk pembangunan dan perubahan


sosial, Jakarta: UI-Press.

Perwira, Gilang. 2004.Pedagang Kaki Lima, Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini,Jakarta: Yudistira.

Ramdhani.2005. Ketertiban Umum dan Pedagang Kaki Lima.Yogyakarta.YPAPI.

Soesastro, Hadi dkk. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah
Abad Terakhir,Yogyakarta.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.

Undang-undang

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1990 Tentang Pembinaan Pedagang Kaki Lima dalam
Kotamadya Daerah Tingkat II Ujung Pandang.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban
Umum

Jurnal

Gani, Abdul Yuli, Andi. 2006. Memunculkan Tindakan Kolektif dalam Proses Pembuatan
Kebijakan Publik (Suatu Studi Tentang Penataan PKL di Kota Malang dengan Melibatkan
Stakeholders) dalam Jurnal Ilmu Administrasi Publik.Vol. IV, No. 2, Maret-Agustus 2006,
Hal: 371-382.

Internet

http://makassartoday.com/2016/03/10/begini-konsep-makassar-menuju-kota-dunia-versi-danny/

Anda mungkin juga menyukai