Anda di halaman 1dari 6

PAPER

PERENCANAAN INTERVENSI KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

OLEH

MARIA ANNE FEBIANI

1807010034

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN INTERVENSI PANGAN DAN GIZI

A. Diagnosa Masalah Konsumsi Pangan dan Gizi

Seperti yang diketahui bahwa diagnosa masalah konsumsi pangan dan gizi ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya terkait kondisi pangan dan
gizi disuatu daerah untuk menetapkan permasalahan. Berdasarkan hasil analisis sederhana
di RT 002/ RW 001 Desa Poco Rutang Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat
diketahui bahwa masyarakat RT 022/RW 001 ini, mayoritas bekerja sebagai petani. Hal
ini dikarenakan wilayah kecamatan lembor sendiri sebagian besar merupakan wilayah
persawahan sehingga menyebabkan masyarakat banyak yang berprofesi sebagai petani.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, untuk kebutuhan pangan beras untuk masyarakar RT
002/RW001 ini tidak kekurangan karena didukung oleh wilayah yang didominasi oleh
persawahan.
Namun, meskipun demikian, untuk pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami bahan
pangan lainnya seperti buah-buahan maupun sayuran untuk masyarakat RT 002/RW 001
ini dirasa masih sangat kurang. Masyarakat lebih cendrung untuk membeli bahan pangan
seperti sayuran maupun buah-buahan dipasar dibandingkan melakukan penanaman secara
mandiri. Padahal sebenarnya, masyarakat memiliki lahan-lahan kosong seperti disekitaran
rumah yang dapat digunakan untuk menanam tanaman pangan sehingga dapat mengurangi
biaya ekonomi untuk konsumsi sehari-hari.
Menurut data yang diperoleh, pada tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah
penderita stunting di kecamatan lembor sebanyak 253 orang dan tersebar diseluruh wilayah
kecamatan lembor termasuk di RT 002/RW 001. Sedangkan untuk Kabupaten Manggarai
Barat sendiri, prevalensi stunting pada tahun 2020 sebanyak 27,9 %. Dimana, salah satu
penyebab munculnya masalah ini sendiri adalah adanya kekurangan gizi. Jika dilihat dari
kesuburan wilayah, seharusnya tidak terjadi masalah gizi di wilayah kecamatan lembor
khususnya di RT 002/RW 001.
Jika di kaji dari aspek budaya, hal ini bisa saja terjadi di RT 002/RW 001 Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat karena pada dasarnya masyarakat Manggarai masih
sangat menganut sistem patriarki. Dimana budaya patriarki ini sendiri adalah sebuah
sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam
sebuah organisas sosial. Jika dikaitkan dengan status gizi, budaya patriarki memiliki
kontribusi besar terhadap status gizi seorang ibu hamil maupun seorang anak. Hal ini dapat
diliat dari bagaimana budaya patriarki turut berpengaruh terhadap perilaku makan seorang
ibu maupun anak baik dari segi frekuensi makannya, pola makannya, kesukaan makanan
maupun pemilihan makan ibu yang kemudian outputnya adalah status gizi ibu hamil
tersebut.
Pada umumnya nilai-nilai sosial budaya patriarki di Manggarai termasuk di RT
002/RW 001, menempatkan peran kaum ibu dalam hal pengelolaan makanan dan
pemenuhan gizi keluarga di tingkat rumah tangga sebagai bagian dari peran domestic
perempuan. Konsekuensi dari budaya patriarki ini adalah, dimana ayah lebih sering
diutamakan dalam mengkonsumsi makanan yang telah disajikan oleh ibu. Kemudian anak
menempatkan posisi kedua dan ibu diposisi terakhir. Jika dikaji lebih dalam, dapat dilihat
bahwa pola makanan yang ada didalam keluarga diatur menurut kedudukan yang ada
didalam keluarga tersebut. Dimana makanan untuk ayah dan juga laki-laki dewasa lebih
diutamakan dengan porsi lebih banyak dan jenis lauk yang lebih bervariasi dibandingkan
untuk ibu hamil maupun anaknya.
Jika dilihat dari perilaku makan ibu hamil yaitu pada pemilihan makanan, ibu
cendrung mengkonsumsi lauk seadanya saja. Sedangkan lauk yang memiliki manfaat besar
bagi nutrisi ibu hamil tersebut lebih diutamakan untuk dikonsumsi kaum ayah maupun
anak. Hal ini membuat kaum ibu yang sedang hamil mendapatkan asupan makanan yang
lebih sedikit dari yang sebenarnya dibutuhkan. Kemudian, budaya patriarki menyebabkan
kaum ibu khususnya disini yang sedang hamil, lebih memprioritaskan kebutuhan gizi atau
asupan nutrisi keluarganya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Konsep istri harus patuh
terhadap suami menyebabkan perempuan tidak mampu menolak segala keputusan yang
diambil oleh suami tersebut. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan masalah gizi pada
ibu hamil maupun bagi seorang anak yang masih bertumbuh dan berkembang, sehingga
menimbulkan tingginya prevalensi kejadian stunting di RT 002/RW 001 Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

B. Sasaran Spesifik
Setelah melakukan diagnosa masalah pangan dan gizi, maka selanjutnya adalah
menemukan sasaran spesifik. Berdasarkan permasalahan yang diahadapi di RT 002/RW
001 Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, maka sasaran spesifiknya adalah :
1. Ibu hamil dan bayi yang berusia kurang dari 2 tahun di RT 002/RW 001 Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat
2. Kaum bapak dari RT 002/RW 001 kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat
3. Semua masyarakat RT 002/RW 001 Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai
Barat.
C. Tujuan Intervensi dan Seleksi Pangan dan Gizi
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat dengan kesadaran gizi yang
tinggi kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya perbaikan gizi masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dan individu untuk mengakses pangan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan dengan gizi seimbang yang diperlukan bagi
kehidupan yang sehat, yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik dalam
jumlah maupun mutu gizinya, aman, merata dan terjangkau yang dilakukan dengan
memanfaatkan pekarangan rumah atau disekitar rumah untuk menanam tanaman
pangan.
3. Menurunkan angka kejadian stunting hingga 50% dengan mengatasi atau memperbaiki
serta meningkatkan status gizi masyarakat.
4. Meningkatkan pemanfaatan halaman rumah sebagai lahan untuk ditanami berbagai
tanaman pangan yang baik sehingga memudahkan masyarakat dalam meningkatkan
konsumsi. Peningkatan ini diharapkan terjadi sebanyak 100 %
5. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi pada masyarakat terutama pada
kelompok rentan seperti WUS, ibu hamil. Ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah,
lansia dan lain sebagainya
6. Program Intervensi

1. Mengadakan seminar atau pun penyuluhan mengenai Pentingnya ASI eksklusif


bagi perkembangan anak. Sasarannya sendiri adalah kaum ibu di RT 002/RW
001 Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Program ini dilakukan
dengan melakukan kerjasama antara puskesmas dan juga PKK kecamatan.
2. Melaksanakan program suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, ibu
menyusui dan ibu nifas serta fortifikasi makanann bagi kelompok rentan gizi.
Serta melanjutkan program pemberian makanan tambahan ( PMT ) pemulihan
bagi balita gizi kurang dan ibu hamil miskin yang KEK, dilakukan di RT
002/RW 001 Kecamatan Lembor.
3. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE dan
Kampanye, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan masyarakat untuk berperilaku sadar gizi. Dalam kampanye
pendidikan gizi ini materi dilakukan juga melalui pendekatan budaya, agar
masyarakat lebih memeprhatikan pentingnya nutrisi bagi kelompok-kelompok
rentan oleh karena itu, Sasarannya disini adalah semua masyarakat RT 002/RW
001 Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, termasuk tokoh
masyarakat.
4. Petugas kesehatan melakukan pemantauan gizi dengan melakukan surveilans
gizi setiap 4 bulan sekali untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
kelompok rawan gizi khusunya bayi dan ibu hamil.
5. Melakukan kerjasama antara dinas pertanian, tenaga kesehatan, PKK, dan
Kader posyandu melalui intervensi sensitive gizi berupa penguatan
ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfatan pangan. Hal ini dilakukan
dengan menggerakkan masyarakat RT 002/RW 001 untuk memanfaatkan
pekarangan rumah untuk ditanami berbagai jenis pangan. program ini
merupakan program Pekarangan Pangan Lestari ( P2L). P2L ini dititik beratkan
pada pemberdayaan kelompok masyarakatRT 002/RW 001, dengan
memanfaatkan pekarangan sebagai lumbung pangan untuk ditanami berbagai
jenis tanaman sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk
dikonsumsi keluarga.
7. Evaluasi
Evaluasi ini sendiri dilaksanakan pada saat program intervensi sudah berjalan. Evaluasi
dilakukan untuk melihat, sejauh mana program intervensi berjalan dengan lancar,
apakah terdapat kekurangan atau tidak. Apabila ada kekurangan, diharapkan agar
pelaksana program dapat segera memperbaiki segala sesuatu yang dinilai kurang
efektif. Evaluasi ini sendiri dilakukan pada saat program berjalan atau pada saat
program telah selesai dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai