I. Kasus Fraktur Cruris
I. Kasus Fraktur Cruris
2. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri Perut di seluruh lapangan
Perut.
Anamnesis Terpimpin : Pasien mengalami keluhan tersebut
setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien mengendarai motor,
berboncengan dan tiba – tiba menabrak mobil dari arah
berlawanan.
Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kanan. Riwayat pingsan
disertai muntah saat kejadian. Awalnya nyeri dialami pada ulu hati
namun lama kelamaan ke seluruh perut.
3. Pemeriksaan Fisis
Primary Survey
Airway : Lancar
Breathing : 24x/menit
Circulation : TD = 100/60 mmHg, Nadi = 90x/menit
Suhu : 36,7°C
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5); Pupil bulat isokor (d : 3 mm)
1
Secondary Survey
a. Regio Femur dekstra
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi : nyeri tekan (+)
b. Regio Antebrachii dekstra
Inspeksi : hematom dan udem (+)
Palpasi : nyeri tekan (+)
c. Regio Abdomen
Inpeksi : dalam batas normal
Auskultasi : menurun
Palpasi : Nyeri tekan seluruh lapangan abdomen
Perkusi : Tympani
d. Rectal Touche dalam batas normal
e. Regio Vertebra dalam batas normal
f. Regio Cruris
Inspeksi : Deformitas (+) Udem (+) Hematom (+) Wound
(-)
Palpasi : Nyeri Tekan (+)
ROM : Sulit dinilai karena nyeri
2
4. Laboratorium
Kimia Klinik (Analisa gas darah)
3
5. Radiologi
4
6. Diagnosis
Diagnosis masuk
a. Fraktur Cevical II proc. spinosus
b. Trauma Tumpul Abdomen
c. Susp. S1 joint disruption (D)
d. Closed fraktur 1/3 middle tibia
7. Terapi
5
II. DISKUSI KASUS
A. Pendahuluan
Regio cruris terdiri dari dua tulang yaitu tulang tibia dan tulang fibula.
Fraktur pada regio ini dapat mengenai tulang tibia atau tulang fibula saja atau bisa
juga kedua-duanya. Fraktur ini merupakan fraktur tulang panjang yang paling
sering terjadi. Bila terjadi fraktur pada salah satu tulang, misalnya os tibia, dokter
akan mengevaluasi os fibula juga karena keduanya saling berhubungan. Seringkali
pasien yang datang dengan fraktur ini mempunyai riwayat trauma langsung akibat
benturan yang keras. Pada anak-anak dengan usia di bawah 3 tahun yang sudah
bisa berjalan, seringkali terjadi fraktur toddler.2
6
B. Epidemiologi
Fraktur tibia dan fibula adalah fraktur tulang panjang yang paling sering
terjadi. Insidens tahunan pada fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11.5
per 100 000 orang, dengan 40% kasus terjadi pada ekstremitas bawah. Pada anak-
anak sering terjadi pada usia 9 bulan hingga 3 tahun yang dikenal sebagai fraktur
toddler yaitu fraktur spiral pada distal os tibia. Predileksi paling sering terjadi
fraktur tulang panjang adalah di daerah diafisis tulang tibia. Daerah midshaft yang
terisolasi dan proksimal fibula jarang terjadi fraktur. Fraktur ini bisa sembuh jika
dideteksi dini dan ditangani secara cepat dan adekuat. Namun kehilangan tungkai
bisa terjadi apabila adanya cedera jaringan lunak, kerusakan neurovaskular, cedera
arteri poplitea, terjadinya sindroma kompartemen atau suatu infeksi seperti
gangrene atau osteomelitis.5
C. Etiologi
Fraktur tulang di regio ini dapat disebabkan oleh benturan yang keras pada
tulang saat terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan rudapaksa yang berulang seperti
pada atlet maraton. Trauma klasik biasanya melibatkan fraktur tibia yang biasanya
disebabkan oleh benturan langsung atau terkait dengan rudapaksa yang berulang
seperti pada atlet maraton. Trauma bumper adalah trauma pada proksimal fibula
yang umumnya terjadi pada pejalan kaki yang disebabkan oleh tabrakan bumper
otomatis. Karena nervus peroneal letak berdekatan dengan fibula, maka nervus
tersebut gampang cedera. Pada fraktur stress memberi gambaran hanya sedikit
penebalan pada korteks atau sedikit reaksi periosteal dan tidak kelihatan pada
pemeriksaan foto polos kruris. Untuk mendiagnosa fraktur stress dibutuhkan
modalitas kedokteran nuclear atau MRI.4
7
D. Anatomi
Tubuh manusia terdiri dari tulang-tulang yang membentuk sistem rangka.
Rangka manusia terdiri dari 206 tulang. Tulang-tulang ini difiksasi satu sama lain
membentuk kerangka dan memberi perlindungan pada visera. Secara garis besar
rangka manusia yang terdiri dari 206 tulang tersebut dibagi menjadi dua, yaitu
rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh). Rangka
aksial yang disebut juga dengan rangka sumbu tubuh terdiri dari tulang-tulang
yang membentuk sumbu tubuh, diantaranya adalah tulang tengkorak, tulang
hyoid, tulang belakang (vertebrae), tulang dada (sternum) dan tulang rusuk
(costa). Tulang apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka
apendikuler terdiri atas bahu, tulang-tulang tangan, telapak tangan, panggul,
tungkai, dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak,
tangan dan kaki seperti yang diperlihatkan Gambar 1. [9]
Substantia
compacta
Substantia
spingiosa
Gambar 1 : Gambaran tulang secara makroskopis
8
berada diantara keduanya dinamakan metaphysis dan pada tempat ini terjadi
pertumbuhan ke arah memanjang (peralihan kartilago menjadi osseum). [9]
9
Gambar 3 dan 4 memperlihatkan bagian-bagian khas dari sebuah tulang
panjang. Diafisis adalah bagian tengah tulang yang terbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah
bagian tulang yang melebar di dekat ujung batang. Daerah ini terutama disusun
oleh tulang trabecular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah.
Sumsum merah terdapat juga di bagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-
anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang,
tetapi kemudian diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan semakin dewasanya
anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hematopoietic menjadi terbatas hanya
pada bagian pada sternum dan krista iliaka, walaupun tulang-tulang yang lain
masih berpotensi untuk aktif lagi bila diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat
pada tulang orang dewasa, terutama terdiri dari sel-sel lemak.[9]
10
Gambar 3 : Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang.
11
Gambar 4 : Growing Long Bone
12
Os Tibia
Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior,
oleh fossa intercondyloidea anterior, eminentia intercondyloidea dan fossa
intercondyloidea posterior. Fossa intercondyloidea anterior mempunyai bentuk
yang lebih besar daripada fossa intercondyloidea posterior. Tapi eminentia
intercondyloidea membentuk tuberculum intercondylare lateral. Facies articularis
dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies articularis condylus
lateralis hamper bundar. Condylus lateral lebih menonjol daripada condylus
medialis.[9]
Corpus tibia mempunyai tiga buah permukaan, yaitu (1) facies medialis,
(2) facies lateralis, (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo
anterior, (2) margo medialis, dan (3) margo interosseus. Ujung distal tibia
membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis mempunyai facies superior,
anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada facies posterior terdapat
sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan m.flexor dgitorum
longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk
persendian dengan ujung distal fibula. Facies articularis inferior pada ujung distal
tibia membentuk persendian dengan facies anterior tali.[9]
Facies medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat
dipalpasi secara keseluruhan. Facies lateralis berbentuk konkaf, ditempati oleh
serabut otot. Bagian distalnya menjadi konveks, berputar kearah ventral kemudian
melanjutkan diri menjadi bagian ventral ujung distal tibia. Facies posterior berada
di antara margo medialis dan margo interosseus. Pada bagian proximal terdapat
linea popliteal, suatu garis oblique dari facies articularis menuju ke margo
13
medialis. Pada facies inferior di permukaan dorsalnya terdapat facies articularis
yang disebut facies articularis fibularis. Di sebelah inferior dari condylus tibia
terdapat tonjolan kearah anterior disebut tuberositas tibia. Di bagian distalnya
melekat ligamentum patellae. [9}
(a) (b)
Gambar 5 : Os Tibia (Anterior & Posterior View)
14
N. Ischiadicus merupakan saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang
mempersarafi kulit regio cruris dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio
femoris, seluruh otot pada cruris dan pedis, serta seluruh persendian pada
extremitas inferior. Nervus ini berasal dari medulla spinalis L4- S3, berjalan
melalui foramen infra piriformis, berada di sebelah lateral n.cutaneus femoris
posterior, berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah
dorsal terdapat m.quadratus femoris, di sebelah ventral terdapat caput longum
m.biceps femoris selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan
m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa popliteal. Lalu saraf ini bercabang
dua menjadi n.tibialis dan n. peroneus communis seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 5 .[9]
15
E. Gambaran Radiologi Fraktur
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa
perubahan letak fragmen tulang. Gejala klinis yang terjadi pada fraktur adalah
pembengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang abnormal, krepitasi, kehilangan
fungsi dan rasa sakit. Terdapat dua penyebab utama yang menyebabkan fraktur
yaitu trauma seperti trauma langsung atau tidak langsung dan peristiwa patologis
seperti stress fraktur atau kelemahan tulang. Secara garis besar fraktur dapat
dibagi menjadi fraktur komplit dan fraktur inkomplit. [7],[10]
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan
melintang. Fraktur ini bisa menyebabkan tulang terbagi menjadi dua segmen dan
biasanya disertai dengan displasia dari fragmen tersebut. Fraktur komplit sering
terjadi pada orang dewasa dan bisa diklasifikasikan berdasarkan arah fraktur
tulang (Direction of the break), jumlah garis fragmen (The degree of the damage
to the bone), hubungan dengan dunia luar, dan penggeseran fragment tulang
(displacement).[7]
16
Gambar 7 : Fraktur berdasarkan Orientasi patah
a. Fraktur Transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang arah garis patahnya
melintang seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8. Pada
fraktur ini, segmen-segmen tulang yang patah apabila
direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka
segmen-segmen tersebut akan stabil, dan biasanya mudah
dikontrol dengan bidai gips. [7],[11],[8],[12]
17
b. Fraktur Oblik
Fraktur Oblik adalah garis patah miring. Fraktur ini garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang dan cenderung
tidak stabil serta sulit untuk diperbaiki. [7],[11],[6],[12]
(a) (b)
Gambar 9 : Fraktur Oblik Os Tibia (a) Os Femur (b)
c. Fraktur spiral
Fraktur spiral adalah fraktur yang garis patahnya melingkar.
Fraktur ini biasanya timbul akibat torsi pada ekstremitas.
Fraktur ini biasanya hanya menimbulkan sedikit kerusakan
pada jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat
sembuh dengan imobilisasi luar.[7],[11],[6],[8],[12]
18
Gambar 10 : Fraktur Spiral
d. Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang
ketiga yang berada di antaranya (lihat Gambar 9) . [7]
19
e. Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi adalah pemisahan fragmen tulang (biasanya
kecil) di area perlekatan ligament atau tendon (Gambar 11).
Fraktur avulsi sering terjadi di pergelangan kaki (ankle) dan di
jari-jari. Fragmen tulang avulsi agak besar dan garis fraktur
sering terjadi secara transversal karena fraktur avulsi
menyebabakan kerusakan pada struktur perlekatan jaringan
lunak. [11][7],[12]
20
2. Fraktur berdasarkan jumlah fragment (The degree of the damage
done to the bone)
a. Fraktur segmental
Fraktur segmental terjadi apabila dua fraktur komplit yang terpisah
(sering terpisah secara transversal). Oleh itu, tulang akan terbagi
menjadi tiga fragment besar. Butterfly Fragment (Gambar 12(c)(d))
adalah fragment segitiga yang besar , sering terjadi di axis tulang
panjang. [11][7],[12]
21
Gambar 14 :Fraktur Kominutif. Fraktur yang
menghasilkan lebih dari dua fragment tulang
c. Fraktur Multipel
Fraktur multipel adalah fraktur tulang yang terjadi pada beberapa
bagian tulang yang berlainan. [11][7],[12]
22
3. Klasifikasi berdasarkan hubungan dengan dunia luar
Fraktur terbuka (open/ compound Fracture) terbagi atas tiga derajat. Grade
I yaitu robekan kulit dengan kerusakan kulit ringan. Grade II sama seperti grade I
disertai dengan memar kulit dan otot. Grade III adanya luka sebesar 6-8cm dengan
kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit. [7]
23
4. Klasifikasi berdasarkan kedudukan pergeseran fraktur (Displacement
of fracture)
24
a. Perubahan alignment (Loss of alignment)
Istillah „pergeseran‟ (displacement) adalah perubahan
alignment tulang di sepanjang axis tulang. Perubahan alignment
sering disertai beberapa derajat angulasi, rotasi, atau perubahan
kepanjangan tulang. [11]
Displaced
and
shortened
25
Gambar 19: Angulasi dan Rotasi
26
FRAKTUR INKOMPLIT (Incomplete Fracture)
27
F. Pemeriksaan Radiologi
Meskipun secara klinis fraktur dapat terlihat jelas, namun tetap dibutuhkan
pemeriksaan radiologi untuk menilai jenis frakturnya, tingkat keparahannya dan
untuk mengetahui adanya fraktur lain yang menyertai fraktur tersebut. Beberapa
modalitas yang bisa digunakan untuk mengevaluasi fraktur adalah seperti. [4]
1. Penting untuk melakukan foto paling sedikit pada 2 bidang yaitu pada
posisi AP dan Lateral.
2. Persendian di atas dan di bawah harus terlihat di dalam foto. Hal ini
digunakan untuk menilai adanya dislokasi yang terkait terutama pada
tulang-tulang yang berpasangan seperti tulang tibia dan fibula.
3. Garis fraktur akan tampak lebih jelas kira-kira 2 minggu sesudah cedera
karena adanya resorpsi tulang. Pembentukan kalus juga dapat terjadi. Oleh
karena itu, pemeriksaan secara serial dibutuhkan bila adanya fraktur secara
klinis, tetapi tidak tampak segera sesudah cedera.
4. Foto perbandingan pada ekstremitas sisi berlawanan mungkin dibutuhkan
pada tulang rangka yang immmatur sebelum terjadi penutupan epifisis.
28
Hal ini akan membantu untuk memastikan apakah suatu fragmen tulang
tambahan/aksesoria, epifisis yang telah menjadi tulang, namun tidak
menyatu ataukah suatu fraktur.
(a) (b)
29
“Computed Tomography”
Kedokteran Nuklir
30
“Magnetic Resonance Imaging” (MRI)
Ultrasonografi (USG)
31
G. Proses Penyembuhan Tulang (Bone Remodelling)
Jika salah satu tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya akan rusak.
Selain itu, peristoeum juga akan terpisah dari tulang sehingga terjadi pendarahan
yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut akan membentuk
jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang primitive (osteogenik)
berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi
fosfat yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (callus)
disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini akan terus menebal dan meluas, bertemu
dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan meluas menyeberangi lokasi
fraktur. Penyatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan
mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru
sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya
akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya. [7][11]
32
H. Komplikasi Fraktur
Fraktur yang tidak terobati akan menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi
fraktur dapat terbagi kepada dua tipe yaitu komplikasi awal dan komplikasi lanjut.
[1]
a. Komplikasi Awal
33
Avaskular Necrosis (AVN): Ini terjadi karena aliran darah ke
tulang terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia [1]
Volkman’s Ischemia
contracture
34
Kerusakan arteri: Hal ini ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis di bagian distal, hematoma yang melebar, dan
dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan
pembedahan. [1]
I. Komplikasi Lanjut
(a) (b)
Gambar 29: (a) Contoh gambaran radiologi Fraktur Nonunion
(b) Perbedaan Malunion dan Nonunion
35
Malunion: Ini merupakan suatu keadaan dimana tulang yang patah
telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk
sudut atau miring. Contoh yang khas adalah patah tulang paha
yang dirawat dengan traksi, dan kemudian diberi gips untuk
imobilisasi dimana kemungkinan gerakan untuk rotasi dari
fragmen-fragmen tulang yang patah kurang diperhatikan.
Akibatnya, sesudah gips dibuang ternyata anggota tubuh bagian
distal memutar ke dalam atau ke luar, dan penderita tidak dapat
mempertahankan posisi tubuhnya dalam posisi netral. [1] [2]
36
III. RESUME KLINIS
Regio Cruris harus difoto dalam dua posisi yaitu AP dan lateral. Foto ini
harus mencakup 2 persendian yaitu sendi lutut dan sendi pergelangan kaki untuk
37
mendapatkan alignment tulang. Foto ini juga wajib mencakup dua persendian
yaitu sendi proksimal dan distal fraktur jika pasca reduksi.
38
Daftar Pustaka
1. Robinson PJA, Jenkins JPR, Whitehouse RW, Allan PL, Wilde P, Steven
JM. The Muskuloskeletal system. In: Sutton D, editor. Textbook of
Radiology And Imaging, 7th ed. London: Elsevier Science Ltd; 2003. p.
39
9. Bagian Anantomi FK UNHAS; Buku Ajar Anantomi Biomedik 1 ,Bab II
Osteologi, Edisi 3, 2013
40