BAB I Dan 2 Dan 3 Sudah Lengkap Prosedur
BAB I Dan 2 Dan 3 Sudah Lengkap Prosedur
PENDAHULUAN
(UV) yang tidak dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh diri
manusia. Pada dasarnya, sinar ultra violet dari matahari memiliki manfaat
tulang dan juga dalam pertahanan sistem imun tubuh (Prietl et al., 2013;
pada daerah tropis yang disinari matahari dengan intensitas yang lebih
tubuh manusia yaitu sinar ultraviolet/UV (200 – 400 nm), sinar tampak
(400 -760 nm), dan sinar inframerah (lebih dari 760 nm). Dari beberapa
sebagian kecil dari spektrum sinar matahari dan sinar ini kurang dari 1%
oleh matahari (Lan KL et al., 20160 Jika kulit terpapar sinar matahari,
maka akan timbul dua tipe reaksi melani seperti penambahan melani
baru. Akan tatapi, apabila kulit tarpapar sinar UV secara terus menerus
karena itu, untuk menjaga kulit dari efek buruk radiasi sinar UV, maka
sedikit yang menggunakan zat aktif dari senyawa aktif bahan alam karena
surya dari bahan – bahan kimia sintetis dapat menyebabkan iritasi dan
dalam pembuatan krim tabir surya. Oleh karena itu, pada penelitian ini
sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk UV-A (Suryanto,
2012). Oleh karena itu dibutuhkan tabir surya yang dapat melindungi kulit
Kulit bawang merah (Allium cepa L.) dan kulit bawang putih
limbah yang terbuang dan tersedia cukup banyak. Kulit bawang merah
fenolik adalah kulit bawang merah (Allium cepa L.). Pemanfaatan limbah
bagian umbinya saja sedangkan kulit bawang merah yang kaya serat dan
flavonoid?
c. Manakah nilai sun protection factor (spf) yang tertinggi antara ekstrak
spektrofotometer uv vis ?
c. nilai sun protection factor (spf) yang tertinggi antara ekstrak kulit
spektrofotometer uv vis
1.5.1 Peneliti
Alkoloid
Flavonoid
Skrining Taning
Saponin
Glikosida
Bawang merah adalah tanaman tertua yang di budidaya oleh manusia dan
telah dikenal dan digunakan beberapa ribu tahun yang lalu. Tanaman bawang
merah diperkirakan berasal dari Asia Tengah yaitu daerah disekitar India,
Pakistan, sampai Palestina. Bangsa Mesir telah mengenal bawang merah sejak
3200-2700 SM dan bangsa Yunani Kuno sejak 2100 SM. Hal ini diketahui dari
bukti peninggalan sejarah seperti patung, tungu dan batu-batu pada jaman
tersebut.
Penyebaran bawang merah telah meluas. Oleh karena itu, bawang merah
memiliki sebutan yang berbeda pada tiap negara. Dikalangan nasional bawang
merah disebut dengan Shallot. Namun, untuk kepentingan ilmiah nama bawang
merah adalah Allium cepa atau Allium ascalonicum (Rahayu dan Berlian, 2004).
Gambar 2.1 Bawang merah (Allium cepa L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
(Jaelani, 2007).
dan berkembang disekitar permukaan tanah sehingga tanaman ini tidak tahan
umbi lapis yang berwarna keunguan dan berbau tajam dengan daun berwarna
hijau dan berbentuk tabung panjang dengan ujung yang lancip (Latief, 2012).
Gambar 2.2 Bawang merah (Allium cepa L.)
Dalam setiap umbi dapat dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas.
tanaman sehingga bila dipanen akan dihasilkan umbi sejumlah tersebut. Pada
daun yang baru bertunas belum terlihat adanya lubang di dalamnya, setelah
daun itu memanjang dan membesar, lubang tersebut terlihat sehingga daun
seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar
kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada
didalamnya. Demikian seterusnya sehingga jika dipotong melintang dibagian
yang bersifat bakterisida dan fungisida terhadap bakteri dan cendawan, bahan
aktif minyak atsiri terdiri dari sikloaliin, metilallin, kaemferol dan floroglusin.
Bawang merah merupakan salah satu sayuran baik umbi maupun daunnya
digunakan sebagai pengharum serta penyedap rasa makanan. Selain itu, bawang
merah juga sering digunakan dalam berbagai ramuan tradisional. Bawang merah
bawang merah juga dapat mengobati batuk, haid tidak teratur, kencing manis, obat
Bawang putih atau garlic termasuk salah satu jenis sayuran umbi yang
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
(Rukmana, 1995).
Gambar 2.3 Bawang putih (Allium sativum L.)
liar (Allium longicurpis Regel). Keluarga atau genus Allium ada sekitar 500
keatas, jumlah daun bisa mencapai lebih dari 10 helai. Bentuk pipih rata, tidak
sampai ke dalam tanah yang pada dasarnya adalah kelopak daun. Batang
pangkal atau bagian dasar berentuk cakram. Perakaran bawang putih berupa
umbi-umbi kecil yang disebut siung. Daun-daun yang tidak berumbi akan
gasing dimana setiap umbi mempunyai sekitar 3-12 siung. Bunga bawang
biji untuk keperluan generatif. Tangkai bunga bawang putih tidak timbul
berupa minyak atsiri yang mudah menguap dan alisin yang mengandung
sulfur dengan struktur tidak jenuh dan dapat terurai menjadi dialil-disulfida.
Allisin merupakan zat aktif yang dapat digunakan sebagai antibiotik. Senyawa
lain yang terkandung dalam bawang putih adalah scordinin, fosfor, selenium,
kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tidak dapat memasuki kulit
(mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar). Tabir surya dapat melindungi
kulit dengan cara menyebarkan sinar matahari atau menyerap energi radiasi
matahari yang mengenai kulit, sehingga energi radiasi tersebut tidak langsung
mengenai kulit.
secara fisik atau kimia dapat digunakan untuk menyerap sinar matahari secara
dari bahaya sinar UV, yaitu dengan membentuk butir-butir pigmen (melanin)
yang akan memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar
matahari, maka akan timbul dua tipe reaksi melanin, seperti penambahan
berlebihan dan terus-menerus, maka akan terbentuk noda hitam pada kulit
Tidak toksik dan dapat diterima secara dermatologis merupakan hal yang
penting. Sebagai kosmetik, tabir surya sering digunakan pada penggunaan harian
pada daerah permukaan tubuh yang luas. Selain itu, tabir surya juga dapat digunakan
pada bagian kulit yang telah rusak karena matahari. Tabir surya juga mungkin
digunakan pada semua kelompok umur dan kondisi kesehatan yang bervariasi
dijelaskan sebagai berikut molekul bahan kimia tabir surya yang menyerap energi
dari sinar UV, kemudian mengalami eksitasi dari ground state ketingkat energi yang
lebih tinggi. Sewaktu molekul yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih
rendah akan melepaskan energi yang lebih rendah dari energi semula yang diserap
untuk menyebabkan eksitasi, maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi setelah
diserap energinya oleh bahan kimia maka akan mempunyai energi yang lebih rendah.
Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan kurang atau tidak menyebabkan efek
pigmentasi (% Tp) .
a. Nilai % Te
eritema yaitu banyaknya jumlah energi sinar UV yang diteruskan pada radiasi
oleh proses inflamasi yang terjadi 2-3 jam setelah sengatan sinar matahari
b. Nilai % Tp
potensi proteksi kulit terhadap sinar matahari pada radiasi sinar UV A (320-
400 nm) dan UV B (290-320 nm) yang dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik
yaitu :
pigmentasi (Whenny et al, 2015). Profil tabir surya sebagai Sunblock apabila
eritema tanpa rasa sakit. Kategori proteksi ekstra tabir surya digunakan
untuk melindungi jenis kulit sensitif (Whenny et al, 2015). Profil tabir surya
sebagai proteksi ekstra apabila memiliki persentase transmisi eritema 1-6 %
terjadinya eritema pada kulit normal (Whenny et al, 2015). Profil tabir surya
Fast tanning adalah kemampuan suatu molekul kimia tabir surya yang
penggelapan yang maksimal. Profil tabir surya sebagai Fast tanning apabila
pigmentasi 45-86 %.
surya untuk mencegah kerusakan kulit. Tabir surya dengan SPF menyatakan
lamanya kulit seseorang berada dibawah sinar matahari tanpa mengalami luka
bakar, sedangkan angka SPF menyatakan berapa kali daya tahan alami kulit
Penentuan nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara
in vitro. Metoda pengukuran nilai SPF secara in vitro secara umum terbagi
dalam dua tipe. Tipe pertama adalah dengan cara mengukur serapan atau
transmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa atau
pengenceran dari tabir surya yang akan diuji. Nilai EE x I adalah suatu
2.4 Spektrofotometri
monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada panjang gelombang yang
penting yaitu:
1. Sumber cahaya
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk
daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu
2. Monokromator
yang berbeda.
3. Kuvet
Kuvet adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan
yang akan dianalisis. Kuvet biasanya terbuat dari kwars, plexiglass, kaca, plastik
dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. semua
macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
4. Detektor
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik
yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk
5. Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
2002).
gambar 2.4
larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap sinar radiasi tersebut
(Harnita, 2006).
yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
2007), yaitu:
sama
A=axbxc
Keterangan :
A = absorban
a = absorpsivitas molar
1. Metode regresi
Y = ax + b
2. Metode Pendekatan
As . Cb
C=
Ab
Keterangan:
C = konsentrasi sampel
As = serapan sampel
Ab = serapan baku
Cb = konsentrasi baku
berbeda dimana setiap frekuensi bisa dilihat sebagai warna yang berbeda. Radiasi
inframerah juga mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat
oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya
bilangan gelombang 4000 - 200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini
akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah
sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metoda
Sebagai sumber cahaya yang umum digunakan adalah lampu tungsten, Narnst
(Dachriyanu, 2004).
pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia
makhluk hidup dan bersifat essensial bagi proses metabolisme sel tersebut.
metabolisme yang khas pada suatu tanaman yang dihasilkan oleh suatu organ
tapi tidak dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi bagi tanaman
2.5.3 Alkaloid
warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi
hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin
tumbuhan dilakukan pengujian sebanyak tiga kali yaitu uji mayer, uji wagner
dan uji dragendorf. Hasil positif alkaloid pada uji mayer ditandai dengan
terbentuknya endapan putih. Pada uji wagner menunjukkan hasil yang positif
1990).
2.5.4 Flavonoid
merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua
yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim
2.5.5 Tanin
golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, berasa pahit dan kelat
(Harborne, 1987). Tanin dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu tanin terhidrolisa
oleh reaksi penambahan FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksil yang ada
2.5.6 Saponin
merupakan bukti terpecaya akan adanya saponin. Sifat yang dimiliki saponin
antara lain mempunyai rasa pahit, membentuk busa yang stabil dalam larutan
busa dan dapat bertahan tidak kurang dari 10 menit serta tidak hilang setelah
penambahan HCl 2M. Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya
enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
2.6 Simplisia
apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
dan belum berupa zat kimia murni. Pengeringan simplisia nabati dilakukan
Cara pembuatan simplisia ada beberapa tahapan yaitu sortasi basah, perajangan,
a. Sortasi Basah
asing lainnya dari bahan simplisia, seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta kotoran lain yang dibuang. Tanah mengandung bermacam-
macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia
dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Prasetio dan Inoriah,
2013).
b. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
c. Pengeringan
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penutunan mutu atau
dalam sel bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. (Prasetio dan Inoriah,
2013).
pengeringan dan luas permukanaan bahan. Daun dan bunga tidak dikeringkan
d. Sortasi kering
bahan organik asing dan simplisia rusak akibat proses sebelumnya (Depkes, 1985).
2.7 Ekstraksi
isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan pelarut tertentu untuk
mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini
fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan
fraksi padat lainnnya tidak dapat larut. Ekstraksi atau penyarian merupakan
peristiwa perpindahan masa zat aktif yang semula berada didalam sel tanaman
faktor, seperti sifat dari bahan mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan
tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari
tanaman. Sifat dari bahan mentah tanaman merupakan faktor utama yang
komponen kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan-bahan alam yang
1. Metode maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang
yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin (Ditjen POM,
1986). Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah
antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).
2. Metode perkolasi
simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel
dalam keadaan jenuh. Gerakkan kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan tekanan penyari dari cairan atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang
b. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka
(Sulaiman, 2007).
kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-
minyak menguap yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu
1. Metode sokletasi
Sokletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif
sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa
sifon atau jika diidentifikasi kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda
lagi (Ditjen POM, 1986). Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode
sokletasi adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan.
a. Karena pelarut diatur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah disebelah
c. Bila dilarutkan dengan skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
2. Metode Refluks
Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana
menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali kelabu alas bulat sambil
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal, misalnya pada
penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman daun raja (Ditjen
POM, 1986).
Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak
molekul air yang menetes kedalam corong pisah penampung yang telah diisi
4. Metode infundasi
air pada suhu 90oC selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara
infundasi. Infundasi penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula
didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari.
Secara umum penyari akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang
2.8 Pelarut
bentuk cairan dan padatan, tiap molekul saling terikat akibat adanya gaya tarik
pembentukan larutan. Apabila terdapat zat terlarut dalam suatu pelarut, maka
partikel zat terlarut tersebut akan menyebar ke seluruh pelarut. Hal ini
a. Pelarut Polar
senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan
tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol,
Polar dibagi menjadi dua yaitu polar protik dan aprotik. Pengertian dari polar
protik dan aprotik adalah protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom
elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik
polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari pelarut
protik polar ini adalah air (H2O), metanol (CH3OH), dan asam asetat (CH3COOH).
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam
kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikatan dipol besar. Biasanya
ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau nitrogen.
Contoh dari pelarut yang termasuk kategori ini adalah aseton [(CH 3)2C=O] dan etil
asetat (CH3CO2CH2CH3).
Pelarut semi polar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, dan etil asetat.
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar.
Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana dan
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Sifat -sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan
gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat
sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang
sama. Etanol merupakan pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut
kloroform, dietil eter, etilen glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena.
Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan
heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana
kepolaritasan), titik didih, sifat racun, mudah tidaknya terbakar dan pengaruh
Secara umum pelarut yang sering digunakan adalah etanol karena etanol
banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain. Etanol mempunyai titik
didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga tidak beracun dan
air, dan juga melarutkan komponen lain seperti karbohidrat, resin dan gum.
senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa organik
etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolut (Paturau,
1982).
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah
tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida
(OH-). Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat–zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai
zat-zat hidrofilik (pecinta air) dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air
(misalnya lemak dan minyak) disebut sebagai zat-zat hidrofobik (takut air). Kelarutan
suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan
tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air (Wikipedia, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental. Sampel yang digunakan adalah kulit bawang
merah dan putih . Perlakuan yang dilakukan meliputi pengumpulan bahan, pembuatan
simplisia sehingga menjadi serbuk sehingga menghasilkan ukuran partikel dari mesh
80, partikel serbuk simplisia kulit bawang merah dan putih masing-masing di
etanol kulit bawang merah dan kulit bawang putih yang digunakan dalam
penentuan nilai sun protectin factor (SPF) 0,03 gr; 0,04 gr; dan 0,05gr.
penentuan kadar air, penentuan kadar abu total, penentuan kadar abu tidak
larut asam, penentuan kadar sari larut air, penentuan kadar sari larut etanol.
spektrofotometri UV-VIS
Maret 2020.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah kulit bawang merah (Allium cepa L.), kulit
bawang putih kulit bawang putih (Allium sativum L.), etanol pa, kloroform,
kloroform amoniak, logam magnesium (Mg), larutan besi (III) klorida (FeCl3),
asam sulfat (H2SO4) 2N, asam sulfat pekat, asetat anhidrida, pereaksi
3.4 Peralatan
reader (Berthold LB 941), pipet mikro (Socorex), plat tetes, pipet tetes, beker
ditambahkan sedikit demi sedikit 2 g iodium dan dicukupkan dengan air suling
pada wadah yang lain ditimbang sebanyak 5 g kaliu iodida lalu dilarutkan dalam 10
mL air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga
mL asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium
diambil dan diencerkan dengan air suling hingga 100 mL (Ditjen POM,
1979).
dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).
Sebanyak 17 mL asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dengan air suling hingga 100 mL
sulfat pekat dan 50 bagian kloroform. Larutan pereaksi harus dibuat baru. (Harborne,
1987).
Sebanyak 8,002 gram pellet natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling
ini adalah kulit bawang merah (Allium cepa L.) dan kulit bawang putih
Determinasi tanaman bawang merah (Allium cepa L.) dan bawang putih
Utara Medan.
Kulit bawang merah (Allium cepa L.) dan kulit bawang putih (Allium
dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran dan benda asing. Kulit bawang
merah yang telah kering ditimbang dan dimasukkan ke dalam wadah yang
porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama
30 menit dan telah ditara. Simplisia diratakan dalam krus porselen dengan
krus, panaskan pada temperatur 100ºC sampai dengan 105°C, timbang dan
dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan.
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di
udara. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas,
saring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas saring
1989).
asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu yang telah
sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap
berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, sisa
dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen
dilakukan dengan cara maserasi, penyari yang digunakan adalah etanol 70%.
ditambahkan 750 ml etanol 70% dan direndam selama 5 hari sambil sekali-
a. Pemeriksaan Alkaloid
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit
b. Pemeriksaan Flavanoid
Sebanyak 10 g sampel uji ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama
0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol,
dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah
atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI, 1995).
c. Pemeriksaan Tanin
1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau
a. Pemeriksaan Tanin
kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil dan
tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam
b. Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
Penentuan nilai SPF dari ekstrak kulit bawang merah dan putih
0,04 gr; dan 0,05gr. sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu
tentukur 250 ml lalu ditambahkan etanol 96%. Sampai tanda batas. Kemudian
Vis pada panjang gelombang 290, 295, 300, 305, 310, 315, dan 320 nm. ).
Sampel ekstrak etanol kulit bawang merah dan putih yang telah murni
tipis atau pellet dengan bantuan alat penekan brekekuatan 8-19 ton persatuan
320
SPF ¿ CF x ∑ EE ( λ ) x I ( λ ) x A( λ)
290
Keterangan :
CF : Faktor koreksi bernilai 10