RESUME MATERI: TAKSONOMI, SISTEMATIKA DAN KLASIFIKASI
A. Pengertian Taksonomi, Sistematika, dan Klasifikasi
1. Taksonomi. Berasal dari bahasa Yunani taxis (susunan) dan nomos (hukum/aturan), dikemukakan sebagai teori klasifikasi tumbuhan pada tahun 1813 oleh Candolle. Jadi, taksonomi adalah teori dan praktek pada pengklasifikasian makhluk hidup. Taksonomi dibedakan menjadi 2, taksonomi mikro dan makro. Tingkat spesies menggunakan taksonomi mikro, sedangkan tingkat yang lebih tinggi menggunakan taksonomi makro. Taksonomi mengkaji tentang proses penemuan, deskripsi, klasifikasi dan memberikan nama suatu organisme. Taksonomi dilakukan melalui tiga tahap (Adisoemarto, 2008; Burhanuddin, 2010), yaitu taksonomi alfa, beta dan gama. Taksonomi alfa, yaitu tahapan menetapkan ciri-ciri dari spesies berserta nama ilmiahnya; taksonomi beta yaitu menggolongkan spesies kedalam kategori yang lebih tinggi; sedangkan taksonomi gama yaitu tahapan menganalisis variasi intraspesifik dan mempelajari evolusi. Sederhananya, taksonomi adalah proses pengelompokkan dan pemberian nama makhluk hidup berdasarkan tingkatan taksa. 2. Sistematika. Berasal dari kata Latin, systema, yang berarti cara penyusunan atau cara penataan. Simpson (1961) mendefinisikan sistematika sebagai kajian ilmiah terhadap bermacam-macam organisme dan keanekaragamannya serta segala hubungan biologis diantara mereka. Sederhananya, sistematika adalah ilmu tentang keanekaragaman organisme, atau gabungan antara taksonomi dan filogenetika 3. Klasifikasi. Klasifikasi ialah proses pengaturan atau penggolongan makhluk dalam kategori golongannya yang sesuai secara bertingkat dengan hasil akhir berupa sistem klasifikasi. Sedangkan identifikasi adalah pengamatan pada makhluk hidup yang akan diklasifikasikan dengan menetukan nama. Identifikasi merupakan tahapan pertama sebelum melakukan klasifikasi. Singkatnya, identifikasi adalah gambaran secara umum, sedangkan klasifikasi adalah pengelompokkan sesuai jenis-jenisnya. Jadi, urutannya: identifikasi – klasifikasi – sistem klasifikasi. B. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu-Ilmu Lain 1. Data yang diperoleh dari berbagai disiplin ilmu sangat berguna bagi taksonomi. 2. Taksonomi menjadi dasar dari ilmu lainnya (khususnya Biologi). 3. Identifikasi objek penelitian sangat ditentukan dengan pendekatan taksonomi. 4. Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan taksonomi, yaitu morfologi, anatomi, embriologi, sitologi, fisiologi, fitokimia, penyebaran geografi, genetika, biomolekuler. 5. Taksonomi berperan menyelidiki hubungan kekerabatan makhluk hidup dan evolusi Dalam Biologi, taksonomi memiliki peran: 1) Merupakan ilmu yang menyediakan gambaran sangat jelas mengenai keanekaragaman makhluk hidup yang ada di bumi; 2) Menyediakan sebagian besar informasi yang diperlukan untuk penyusunan kembali filogeni kehidupan; 3) Menyediakan informasi yang diperlukan oleh seluruh cabang biologi; 4) Taksonomi menyediakan berbagai macam klasifikasi yang berisi penjelasan dan heuristik tinggi pada sebagian besar cabang biologi. Contohnya: biokimia, embriologi, filogeni, genetika, sitologi, mikrobiologi, anatomi, fisiologi, dll.; 5) Berhubungan dengan sistematika, taksonomi memberi kontribusi konseptual penting yang susah diperoleh bagi ahli biologi eksperimental. Jadi, taksonomi berkontribusi memperluas biologi dan keseimbangan yang lebih baik dalam ilmu biologi secara keseluruhan. C. Sejarah Perkembangan Ilmu Taksonomi Pada masa Yunani Kuno muncul pemikiran asal mula makhluk hidup. Hippocrates (460377 SM) mengelompokkan tipe-tipe hewan tetapi belum menunjukkan indikasi klasifikasi bermanfaat. Taksonomi pertama kali dicetuskan filosuf Yunani, yaitu Aristoteles (384-322 SM) yang dianggap bapak klasifikasi biologi. Aristoteles mempelajari zoologi (hewan laut), menurutnya, hewan dapat dikarakterisasi menurut cara hidup, aksi, kebiasaan perilaku, dan bagian tubuh. Ia membedakan ciri-ciri seperti memiliki darah versus tak memiliki darah, dua kaki versus empat kaki, berambut versus berbulu, dengan atau tanpa cangkang luar, dll. Seorang naturalis Inggris, John Ray merevisi konsep penamaan dan penggambaran organisme. Metode klasifikasi ke bawah adalah prinsip pembagian logis, yaitu: membagi kelompok lebih besar (superodinat) secara dikotomi menjadi dua kelompok yang lebih kecil (subordinat). Taksonomi hewan mengalami sedikit kemajuan abad ke-17 dan ke-18. Ilmu alam abad ke-18 didominasi dua tokoh, yaitu: Buffon (1707-1788) dan Linnaeus. Carolus Linnaeus memiliki pemikiran erat dengan prinsip klasifikasi ke bawah dengan pembagian logis. Salah satu pemikirannya, spesies merefleksikan ciri-ciri yang tetap dan tidak berubah. Buffon bukan seorang taksonomis dan sedikit tertarik dalam klasifikasi kategori lebih tinggi. Buffon memberikan dampak yang besar dalam perkembangan ilmu taksonomi. Pertama, penggunaan sterilitas sebagai penghalang dalam penentuan kriteria spesies melandasi konsep spesies biologis. Kedua, penekanan pada interpretasi ciri-ciri biologis (penggunaan banyak ciri). Buffon telah meletakkan dasar pendekatan klasifikasi baru. Teori evolusi Charles Darwin (1859) menyatakan bahwa semua makhluk hidup memiliki nenek moyang yang sama dan berevolusi melalui seleksi alam. Setelah periode Darwin berkembang teori berkaitan dengan keanekaragaman hewan, diantaranya neo-Darwinisme, teori endosimbiotik, punctuated equilibrium, teori evolusi netral. J.S Huxley (1940) memberi nama sistematika baru sebagai suatu sistematika yang menyebabkan pengevaluasian kembali konsep spesies dan pendekatan taksnomi. Abad ke-19 Sampai ke-20, terjadi peningkatan yang sangat pesat spesies-spesies yang dikenali, mulailah berkembang tentang teori evolusi darwin, sehingga klasifikasi bisa berdasarkan hubungan kekerabatan. Selain itu, Mendel menemukan hukum pewarisan sifat mahluk hidup. Pertengahan abad ke-20, DNA, gen dan perkembangan molekuler semakin maju sehingga menyebabkan pengklasifikasian mahluk hidup juga bisa didasarkan dari genetik dan biologi molekuler. D. Karakter dalam Ilmu Taksonomi Hewan Berdasarkan sel penyusunnya, dibedakan menjadi protozoa (sel tunggal/uniseluler) dan metazoa (kumpulan sel/uniseluler). Metazoa dikelompokkan berdasarkan simetri tubuh, notokorda, lapisan embrionik, dan rongga tubuh. 1. Simetri tubuh adalah istilah yang menggambarkan simetri yang dapat dibentuk suatu individu jika diambil garis memotong pada tubuhnya. a. Simetri bilateral, yaitu tubuh suatu individu hanya memiliki satu simetri, jika dipotong melewati mulut dan anus, sehingga terdapat bagian yang sama disisi kiri dan kanan. Ciri-ciri dari simetri bilateral: 1) Tubuh terbagi menjadi dorsal (atas/punggung) dan ventral (bawah /perut). 2) Tubuh terbagi menjadi anterior (atas/kepala) dan posterior/caudal (bawah/ekor). Contoh: Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Arthropoda, Mollusca dan Chordata. b. Simetri radial, yaitu tubuh suatu individu memiliki banyak simetri, biasanya tubuhnya tersusun melingkar. Hewan yang bersimetri radial disebut radiata. Ciri-ciri dari simetri radial: tubuhnya hanya terbagi menjadi oral (atas) dan aboral (bawah). Contoh: Porifera, Coelenterata, dan Echinodermata yang tergabung dalam kelompok Radiata. 2. Notokorda adalah tali penunjang tubuh yang terbuat dari tulang rawan atau tulang keras yang terletak pada metazoa. Berdasarkan ada tidaknya notokorda, metazoa dibedakan menjadi: a) Vertebrata atau hewan bertulang belakang; dan b) Invertebrata atau hewan tidak bertulang belakang. 3. Lapisan embrionik merupakan lapisan yang terbentuk akibat hasil diferensiasi sel pada masa perkembangan embrio. Macam-macam lapisan embrionik: a. Diploblastik, yaitu tubuh tersusun atas lapisan ektoderm/epidermis (luar) dan lapisan endoderm (dalam), kadang terdapat lapisan mesoglea. Contoh: Porifera dan Coelenterata. b. Triploblastik, yaitu tubuh tersusun atas lapisan ektoderm/epidermis, lapisan mesoderm (tengah), dan lapisan endoderm. Contoh: Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Arthropoda, Mollusca, Echinodermata dan Chordata. 4. Ada-tidaknya saluran pencernaan, metazoa dibagi menjadi: a. Parazoa (tidak punya saluran pencernaan). Misalnya: Porifera. b. Enterozoa (memiliki saluran pencernaan). Terbagi menjadi: 1) Enterozoa komplit (saluran pencernaan lengkap, dari mulut hingga anus). Misalnya: metazoa pada umumnya (kecuali Porifera, Coelenterata dan Platyhelminthes); 2) Enterozoa inkomplit (saluran pencernaan belum lengkap, hanya mulut tanpa anus), misalnya: Platyhelminthes dan Coelenterata. 5. Rongga tubuh merupakan bagian yang berada dekat mesoderm pada hewan triploblastik. Macam-macam rongga tubuh: a. Selomata, yaitu rongga tubuh berkembang menjadi mesenteron yang berisi organ dalam yang dibatasi mesoderm, dan menghubungkan bagian dorsal dan ventral. b. Pseudoselomata, yaitu rongga tubuh semu yang merupakan saluran tubuh yang memisahkan alat pencernaan dari dinding terluar, dan tidak dibatasi mesoderm. c. Aselomata, yaitu hewan yang tidak memiliki rongga tubuh.