Anda di halaman 1dari 13

MONOGRAFI

TUMBUHAN KITOLOD (Isotoma longiflora)

1.1. NAMA LOKAL


Kitolod (Isotoma longiflora) merupakan tumbuhan yang memiliki banyak nama
lokal di beberapa daerah. Tumbuhan ini sering disebut juga sebagai tanaman korejat,
tanaman ki tolod, bunga jangar, bunga katarak, bunga tetes mata, bunga bintang lima,
daun tolod (Sunda), tumbuhan kendali, tumbuhan jarojet, lidah payau, dan bunga
sangkobak (Jawa).

Gambar 1. Tumbuhan kitolod

1.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi tanaman kitolod adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Sympetalae
Ordo : Campanulatae / Asterales / Synandrae
Famili : Campanulaceae

1
Genus : Isotoma
Species : Isotoma longiflora (L.) C. Presl.
Sinonim : - Hippobroma longiflora (L.) G. Presl
- Laurentia longiflora (L.) Peterm.

(Tjitrosoepomo, 2013).

1.3. DESKRIPSI MORFOLOGI

Gambar 2. Akar Gambar 3. Irisan batang melintang


Ujung daun

Tepi

pangkal

Tulang daun

Gambar 4. Daun Gambar 5. Habitus dan letak bunga

Kitolod (Isotoma longiflora) termasuk ke dalam tumbuhan herba menahun.


Tumbuhan ini hidup sepanjang tahun dan akan tumbuh subur pada musim penghujan.
Sedangkan pada musim kemarau beberapa individu akan mengering. Kitolod mampu
tumbuh dengan tinggi 60 cm. Berikut ini adalah penjelasan morfolodi dari tumbuhan
kitolod.

2
1. Akar
Kitolod (Isotoma longiflora) memiliki akar serabut berwarna putih pucat.
Akarnya menyebar pada habitat tempatnya tumbuh. Panjang akar dapat mencapai 15
cm. akar sangat mudah untuk dicabut pada habitatnya yang lembab.
2. Batang dan Daun
Batang kitolod berair, tidak berkayu dan berbentuk silindris. Batang berwarna
hijau dan sedikit beruas pada batang yang masih muda. Arah tumbuh batang serong
ke atas atau condong (ascendens). Permukaan batang tumbuhan ini halus,
percabangan berada pada pangkal (Yayasan Peduli Konservasi Alam Indonesia,
2008). Diameter batang mencapai 1-2 cm, dengan lingkar batang mencapai 0,5-2 cm.
Daun tumbuhan kitolod (Isotoma longiflora) merupakan daun tunggal dan
berwarna hijau. Umumnya daun bagian sisi atas berwarna hijau lebih gelap,
sedangkan daun pada sisi bawah berwarna hijau pucat. Permukaan daun kasar dengan
adannya bulu-bulu halus (pilosus). Pangkal daun runcing, ujung daun meruncing, dan
tepi daunnya bergerigi (dentatus) (Gambar 4). Bentuk pertulangan daun kitolod
adalah menyirip dengan urat-urat daun menyebar tidak banyak. Daging daun tipis
seperti kertas (chartaceus). Letak daun pada batang tersebar dan berselang-seling
(Gambar 7). Panjang daun dapat mencapai 12 cm dan lebar 2,5-3,5 cm.

Urat daun

tulang
anak
daun

Ibu tulang daun

Gambar 6. urat daun Gambar 7. kedudukkan daun pada batang

3
kuncup
tangkai sari
Putik

Buah
muda

Sepal

Gambar 7. Bunga dan buah kitolod Gambar 8. Benang sari, kelapa sari, dan putik
Bunga berbulu

Benang sari

Gambar 9. Mahkota bunga (petal) Gambar 10. Irisan membujur bunga

Bunga diketiak daun

Gambar 11. Letak bunga

3. Bunga
Bunga kitolod (Isotoma longiflora) termasuk bunga biseksual yang memiliki
putik dan benang sari dalam satu bunga, bunga ini terletak melekat pada ketiak daun
(flos axillaris). Tumbuhan ini memiliki bunga tunggal, berwarna putih, termasuk
dalam bunga lengkap. Bunga memiliki panjang 10 cm dengan lebar 4 cm. Bunga
kitolod berbentuk terompet, tegak memanjang, mahkota bunga bercumlah 5 dan
berbentuk bintang, termasuk bunga simetris. Permukaan bunga berbulu halus.
Mahkota bunga (petal) saling berlekatan (sympetalous). Sedangkan kelopak bunga
(sepal) berwarna hijau dan memiliki jumlah yang sama dengan jumlah mahkota bunga

4
(sepal). Kelopak bunga ini juga saling berlekatan (gamosepalus) dengan tipe berbagi
(partitus), yaitu hanya sebagian kecil daun-daun mahkota yang berlekatan, panjung-
panjungnya panjang tetap bebas.
Berdasarkan letak bakal buah, bunga kitolod termasuk kedalam bunga epigin
(epigynus). Dasar bunga berbentuk mangkuk dengan bakal buah yang tenggelam,
hiasan bunga memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding letak bakal buah
(Tjitrosoepomo, 2013). Benang sari berjumlah 5 dan terletak melekat dapa tajuk
bunga. kepala sari berwarna hijau keputihan, dengan benang sari berwarna putih.
Panjang kepala sari sekitar 0,3-0,5 cm. dengan lebar 0,2 cm. Sedangkan putik
memanjang berjumlah satu dan berwarna hijau. Kedudukan kepala putik lebih tinggi
dibanding kepala sari. Penyerbukan bunga dilakukan sendiri tanpa bantuan hewan
atau perantara lain.
4. Buah dan Biji
Buah tumbuhan kitolod (Isotoma longiflora) merupakan buah sejati tunggal,
berbentuk lonceng, merunduk, memiliki biji yang banyak, dan merekah dengan dua
ruang. Buah berwarna hijau saat masih muda dan akan menguning seiring bertambah
tua. Buah akan mengering dan berubah warna menjadi cokelat saat masak. Biji
berbentuk bulat telur, berjumlah banyak, berwarna putih saat masih muda dan akan
berubah warna menjadi hitam saat sudah tua. Perbanyakan atau perkembangbiakan
tumbuhan ini dapat dilakukan dengan biji, stek batang, atau anakan.

Bakal buah

Dasar bunga

Gambar 12. Bakal buah Gambar 13. Buah

Sepal

Biji
muda

Gambar 14. Irisan uah membujur Gambar 15. Biji

5
1.4. HABITAT DAN PERSEBARAN
Kitolod (Isotoma longiflora) merupakan tumbuhan liar (Steenis, 2006) yang
banyak tumbuh pada tempat lembab, seperti dinding yang lembab, perkarangan rumah,
dan pada permukaan dinding selokan. Kitolod banyak tumbuh di dataran tinggi juga
ditemukan pada dataran tendah.

Gambar 16. Habitat kitolod di selokan

Kitolod banyak tersebar di Indonesia, khususnya pada pulau Jawa yang sangat
mudah dan melimpah untuk didapatkan. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli dari
Hindia Barat yang dapat dijumpai dipulau Jawa (Ghofroh, 2017) pada dataran rendah
hingga 1100 m dari permukaan laut di daerah-daerah yang lembab tetapi pada tanah-
tanah pinggiran atau selokan yang berawa, dibawah pagar, pada dinding-dinding tua
serta ditempat terbuka (Herdianto, 2016; Badrunasar & Harry, 2017). Tumbuhan ini juga
ditemukan berasal dan tersebar di Benua Amerika, tepatnya Amerika Serikat dan
Amerika Selatan (Romadhona, 2018).
Tumbuhan kitolod (Isotoma longiflora) dapat dijumpai pula pada daerah tropis
seperti Hawaii, Karibia, Jamaika, dan di seluruh Indonesia, hingga sebagian di Amerika
Utara (Dalimarta, 2008). Kitolod biasanya tumbuh di sekitar semak, aliran sungai, atau
pada tempat-tempat lain yang memiliki kelembaban yang cukup. Pertumbuhannya yang
lebih sering berada di semak-semak membuat tanaman ini sering tidak terlihat memiliki
banyak manfaat dan bahkan hanya dianggap sebagai salah satu jenis tanaman liar pada
umumnya.

1.5. KANDUNGAN SENYAWA TANAMAN


Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun dan bunga kitolod (Isotoma
longiflora) positif mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, dan tanin. Daun kitolod

6
memiliki kandungan senyawa alkaloid, saponin, flavonoida, dan polifenol (Hariana,
2008). Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan melalui analisis dengan
menggunakan GC-MS ekstrak kitolod mengandung komponen senyawa flavonoid
eskuletin sebanyak 3.64%, 4 etenil 2 metoksi fenol sebanyak 3.59%, alkaloid sebanyak
1.2%, dan saponin sebanyak 1.75% (Siregar, 2015).
Selain itu, lebih terperinci, kitolod memiliki kandungan senyawa kimia
diantaranya senyawa alkaloid yaitu lobelamin, isotomin dan lobelin. Pada bagian
daunnya terkandung senyawa kimia seperti alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.
Hasil penapisan fitokimia pada simplisia dan ekstrak herba kitolod mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin, polifenolat, monoterpenoid, sesquiterpenoid,
triterpenoid dan steroid (Herdianto, 2016). Menurut Paramita (2015), hasil uji fitokimia
ekstrak heksana dari tumbuhan kitolod menunjukan bahwa tumbuhan mengandung
senyawa steroid dan alkaloid, sedangkan ekstrak metanol menunjukkan bahwa tumbuhan
mengandung senyawa flavonoid, fenolik, steroid dan alkaloid.
Tanaman ini juga digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan luka, pengobatan
penyakit kelamin, asma, bronkhitis, rematik dan epilepsi di daerah Yucatan, China.
Pengobatan herbal di China menggunakan tanaman ini untuk mengobati penyakit kanker,
gigitan ular dan sebagai anestesi lokal (Safitri, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Safitri dkk. (2009), menunjukkan bahwa ekstrak metanol bunga, batang dan daun kitolod
juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Semakin tinggi nilai
konsentrasi perasan daun kitolod (Isotoma longiflora) maka semakin tinggi pula daya
hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Malik dan Melani, 2014).
Getah tanaman kitolod mengandung racun, tetapi bagian tanaman yang lain
memiliki efek anti radang, antineoplastik, analgesik atau penghilang rasa nyeri dan
hemostatik atau menghentikan perdarahan. Adapun manfaat lain yang ditemukan pada
kandungan senyawa didalam tanaman kitolod, yaitu :
1. Senyawa Alkaloid

Gambar 17. Struktur alkaloid

7
Senyawa alkaloid yang terdapat pada tanaman kitolod atau korejat dapat
menyembuhkan berbagai penyakit, khususnya pada mata seperti miopi, hipermetropi,
katarak, tumor mata, hingga kebutaan namun getah tanaman ini mengandung racun,
sehingga dalam mengonsumsinya perlu diperhatikan dosis penggunaannya.
2. Senyawa Saponin

Gambar 18. Struktur saponin


Saponin termasuk senyawa fitokimia yang dapat menghambat peningkatan kadar
glukosa darah dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus halus dan
menghambat pengosongan lambung. Dengan melambatnya pengosongan lambung,
maka absorpsi makanan akan semakin lama dan kadar glukosa darah akan mengalami
perbaikan.
Proses penyembuhan luka bakar menggunakan ekstrak etanol 70% daun kitolod
juga terjadi karena adanya kandungan senyawa saponin yang berfungsi sebagai
senyawa yang dapat memacu pembentukan kolagen. Mekanisme saponin dalam
penyembuhan luka bakar adalah dengan memacu pembentukan kolagen, yaitu struktur
protein yang berperan dalam proses penyembukan luka (Ruswanti, 2014; Wardani,
2009). Pada fase ini kolagen akan bekerja menghubungkan jaringan-jaringan pada
luka bakar untuk membantu mengembalikan kekuatan jaringan kulit dan
mempercepat penyembuhan luka bakar (Sentat, 2015).
3. Senyawa Flavonoid

Gambar 19. Struktur flavonoid

8
Flavonoid dalam tumbuhan umumnya mempunyai empat fungsi: 1) sebagai
pigmen warna; 2) Fungsi fisiologi dan patologi; 3) Aktivitas farmakologi dianggap
berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan
kapiler; dan 4) Menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah. Flavonoid
dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktifitas
seperti anti inflamasi, anti kanker, anti fertilitas, antiviral, anti diabetes, anti depresan,
dan anti diuretic.
Senyawa flavonoid memiliki aktivitas dalam mencegah terjadinya infeksi bakteri
terhadap luka (Fitri, 2015). Selain itu senyawa flavonoid juga memiliki aktivitas
sebagai antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu
mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka
(Ruswanti dkk, 2014). Menurut Oktiarni (2012), flavanoid juga berfungsi sebagai
antioksidan sehingga mampu menghambat zat yang bersifat racun. Antioksidan
mampu menetralisir radikal bebas yang dapat menyerang dan menyebabkan
kerusakan pada sel-sel protein, lipid, dan karbohidrat.
4. Senyawa Polifenol

Gambar 20. Struktur polifenol


Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan efek
melindungi terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan
pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini.

1.6. MANFAAT DAN PENGGUNAAN KITOLOD


Bagian tumbuhan kitolod yang digunakan adalah daun, bunga, atau seluruh tanaman.
Meskipun begitu, tumbuhan ini memiliki getah yang beracun sehingga untuk sekali
minum ata penggunaan lainnya tidak boleh lebih dari tiga lembar daun (Badrunasar &
Harry, 2017). Berikut ini adalah manfaat lain dari tumbuhan kitolod sebagai tanaman obat
bagi masyarakat.

9
1. Bronkhitis (Radang Tenggorokan)
Sebanyak tiga lembar daun segar dicuci bersih, lalu direbus dengan dua gelas
air bersih hingga tersisa satu gelas. Setelah dingin, airnya disaring dan diminum.
Pengobatan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
2. Sakit Gigi
Sebanyak dua lembar daun dicuci bersih, lalu ditumbuk hingga halus.
Hasilnya ditaruh pada lubang gigi yang sakit dan tidak diminum secara langsung.
3. Obat Luka
Daun kitolod (Isotoma longiflora) segar secukupnya dicuci bersih, lalu
ditumbuk hingga halus. Hasilnya ditempelkan pada luka, lalu dibalut dengan kain
bersih. Penggantian ramuan dan balutan sekitar 2–3 kali sehari.
4. Obat Mata
Menurut beberapa peneliti pengobat herbal seperti Burkill (1935) dan Allen
(1943) sebagaimana dikutip oleh Romadhona (2018), air yang diperoleh dari bagian
tanaman kitolod bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati iritasi mata.
Kandungan dari ekstrak daun kitolod adalah Alkaloid, Flavonoid, dan Saponin.
Sedangkan kandungan dari bunga kitolod adalah Alkaloid, Flavonoid, Saponin, dan
Tanin.
Kandungan dari tanaman kitolod yang sering dipakai untuk tetes mata adalah
sebagai antibakteri sehingga dapat membersihkan mata dari bakteri. Jadi, penggunaan
daun maupun bunga kitolod sebagai obat tetes mata untuk membersihkan mata sesuai
dengan kandungan yang ada pada tanaman kitolod.
Cara penggunaannya yaitu dengan cara direndam lalu diteteskan kemata
(Emilda, dkk., 2017). Daun dan bunga kitolod dapat digunakan menjadi obat tetes
mata dengan cara yang berbeda. Daun dapat dipotong kecil-kecil kemudian direndam
kedalam air semalaman, lalu air rendaman daun kitolod dimasukkan ke dalam wadah/
tempat tetes mata dan dapat digunakan untuk tetes mata.
Sedangkan bunga kitolod dimanfaatkan dengan cara petik bunga kitolod
beberapa tangkai, pilihlah bunga yang masih segar, belum layu dan jika bisa baru
merekah. Pisahkan bunga dari pangkalnya dengan cara dicabut perlahan. Siapkan satu
gelas air bersih dingin atau hangat yang sudah direbus sebelumnya. Kemudian
masukan ke dalam gelas dan diamkan beberapa menit (rendam selama 5 – 15 menit).
Teteskan ujung tangkainya pada bagian mata yang sakit. Pada saat penggunaan, mata
akan terasa perih dan sepat, setelah rasa perih menghilang, lanjut teteskan, ulangi

10
minimal 3 kali sehari. Namun, kandungan getah kitolod sangat berbahaya. Dalam hal
ini tidak dianjurkan untuk meneteskan langsung ke mata tanpa proses perendaman
(RSJS Prof. Dr. Soerojo, 2020).
5. Mengatasi Iritasi
Disamping itu Burkill (1935) sebagaimana dikutip oleh Romadhona (2018),
berpendapat bahwa daun tanaman kitolod juga bisa digunakan untuk mencegah
berbagai gangguan iritasi. Bagian tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan
adalah seluruh bagian tanaman. Sebelum menggunakan tanaman bunga kitolod,
usahakan mencuci bersih bersih bagian tanaman yang akan digunakan (Romadhona,
2018).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kitolod (Isotoma longiflora)


merupakan tumbuhan herba menahun yang tumbuh liar dan banyak ditemukan
perkarangan rumah di pulau Jawa. Kitolod memiliki kandungan berupa bunga kitolod
(Isotoma longiflora) positif mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, dan tanin. Daun
kitolod memiliki kandungan senyawa alkaloid, saponin, flavonoida, dan polifenol.
Dengan kandungan senyawa tersebut, tumbuhan ini banyak dimanfaatkan masyarakat
sebagai obat tradisioanal. Kitolod digunakan untuk menyembuhkan luka, pengobatan
penyakit kelamin, asma, bronkhitis, rematik dan epilepsi, kanker, gigitan ular, iritasi, dan
obat tetes mata. Namun getah kitolod mengandung racun dan tidak dianjurkan oleh
beberapa peneliti untuk digunakan secara langsung dan berlebihan.

1.7. DAFTAR PUSTAKA


Badrunasa, Anas, & Harry Budi S. 2017. Tanaman Liar Berkhasiat Obat. Bogor: Firda
Press.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda.
Emilda, Muslihatul Hidayah, dan Heriyati. 2017. Analisis Pengetahuan Masyarakat
tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Studi Kasus Kelurahan
Situgede, Kecamatan Bogor Barat). Sainmatika. Vol. 14 (1): 11-21. Diakses
dari https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/sainmatika/article/download/1106/942.
Fitri, N. 2015. Penggunaan Krim Ekstrak Batang dan Daun Suruhan (Peperomia
pellucida L. H. B. K) dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus
Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Biopendix. Volume 1, Nomor 2: 193-203.

11
Ghofroh, Ain Ainul. 2017. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Kitolod (Isotoma
longiflora) terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Bakar (Combustio)
Derajad II A pada Mencit (Mus musculus). Skripsi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Diakses dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/11374/1/13670009.pdf.
Herdianto, FA., Hazar, S., dan Fitrianingsih, SP. 2016. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak
dan Karakterisasi Fitokimia Herba Kitolod (Isotoma longiflora (L.) C.Presl)
Terhadap Candida Albicans. Jurnal Prosiding Farmasi. Volume 2, Nomor 2.
Malik, E., Melani Dewi. 2014. Pengaruh Perasan Daun Kitolod (Isotoma longiflora)
terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara
In Vitro. Jurnal Farmasetis Vol. 3 (2): 37 - 41. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kendal. Diakses dari
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1282853&val=171
47&title=PENGARUH%20PERASAN%20DAUN%20KITOLOD%20Isotom
a%20longiflora%20TERHADAP%20DAYA%20HAMBAT%20PERTUMBU
HAN%20BAKTERI%20Staphylococcus%20aureus%20SECARA%20IN%20
VITRO.
Oktiarni, D., Manaf, S., dan Suripno. 2012. Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava Linn.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Mencit (Mus
musculus). Jurnal Gradien. Volume 8. Nomor. 1.
Paramita, S., Eryanti, Y., dan Yuda Teruna, H. 2015. Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak Metanol Tumbuhan
Kitolod (Isotoma longiflora (Wild.) Presl) Terhadap Bacillus subtilis dan
Pseudomonas aeruginosa. Jurnal JOM FMIPA. Volume 2, Nomor 2.
Romadhona, Nadya Lutfi. 2018. Kitolod. Poltekkes Kemenkes Surabaya. Diakses dari
https://pdfcoffee.com/qdownload/kitolod-pdf-free.html.
Rumah Sakit Jiwa Soerojo. 2020. Bunga Kitolod untuk Kesehatan. Magelang. Diakses
pada 5 Juni 2021 dari https://rsjsoerojo.co.id/2020/03/13/kitolod-untuk-
kesehatan/.
Ruswanti, E., Cholil., dan Indra Sukmana, B. 2014. Efektifitas Ekstrak Etanol Daun
Pepaya (Carica papaya) 100% Terhadap Waktu Penyemuhan Luka. Jurnal
Kedokteran Gigi. Volume 2. Nomor 2.
Safitri, I., Inayah., Hamidy, M.Y., dan Syafril, D. 2009. Isolasi dan Uji Aktifitas
Antimikroba Ekstrak Metanol Bunga, Batang dan Daun Sapu Jagad (Isotoma
longiflora (L.) Presl.) Terhadap Staphylococcus aureus. Jurnal JIK. Jilid 3.
Nomor 1.
Sentat, T dan Permatasari, R. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea
Americana Mill.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Punggung Mencit
Putih Jantan (Mus nusculus). Jurnal Ilmiah Manuntung. Volume 1, Nomor 2.
Siregar, R.M. 2015. Antibacterial Activity of Kitolof (Laurentia longiflora (L.) Preterm.)
Leaf and Flower Extract Against Several Conjuncitivity Causing Bacteria.
Bogor Agricurtural University 1 (L), 8.
Steenis, V. 2006. Flora. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Pradya Paramita.

12
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wardani, L.P. 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper
betle Linn.) pada Kulit Punggung Mencit. [Skripsi]. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.
Yayasan Peduli Konservasi Alam Indonesia. 2018. Tumbuhan Obat Halimun
Melestarikan Kekayaan Sumberdaya Alam dan Kearifan Lokal. Sukabumi:
Yayasan Peduli Konservasi Alam Indonesia dan Kelompok Masyarakat Desa
Sinasari. Diakses dari http://peka-indonesia.org/wp-
content/uploads/2015/02/buku-tanaman-obat.pdf.

13

Anda mungkin juga menyukai