Anda di halaman 1dari 4

Ludwigia deccurens

A. Klasifikasi

Gambar 1. Ludwigia deccurens

Klasifikasi Ludwigia deccurens adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Kelas : Tracheophyta

Ordo : Myrtales

Famili : Onagraceae

Genus : Ludwigia

Spesies : Ludwigia deccurens

B. Ciri-ciri dan morfologi

• Batangnya tegak
• Bercabang
• Memiliki bunga berwarna kuning
• Tingginya dapat mencapai 1,5 meter
• Tanaman terna yang kuat

Gambar 2. morfologi Ludwigia deccurens


-Morfologi Tanaman

Gambar 3. Akar, batang, daun, bunga

Batang yang sudah tua memiliki bentuk unik, yakni segi lima. Sedangkan
untuk percabangan atau batang mudanya berbentuk segi empat. Terdapat
sapuan warna merah pada beberapa area batang. Selebihnya berwarna hijau
dengan pangkal batang berwarna coklat. Batang biasanya tegak, namun
seringkali rebah karena tanahnya tidak dapat menyangga platnya. Batang bagian
ujung, tangkai bunga, tulang daun sisi bawah dan tanaman ini memiliki banyak
percabangan atau gampang menumbuhkan tunas-tunas baru.

C. Habitat dan Persebaran

Habitat tumbuhan akuatik ini berada di kolam air tawar, rawa-rawa,


sawah bera dan di selokan. Tumbuh pada ketinggian 1600 mdpl. Tanaman
yang tumbuh di daerah kering akan memiliki kondisi yang kecil, daun berbulu
dan berbunga jarang. Persebarannya berada di benua Asia, Sri Lanka, China,
Jepang, Australia utara dan di Afrika tropis dianggap sebagai gulma.
D. Pemanfaatan
Di Jawa, tumbuhan ini terkadang digunakan sebagai obat bisul pada
hidung. Di India dan Semenanjung Malaya, daun yang berlendir digunakan untuk
obat tapel beberapa penyakit, termasuk sakit kepala, radang pada testis (orchitis),
dan pembengkakan kelenjar. Jamu rebusannya diminum untuk obat diare,
penyakit saraf, dan sebagai pereda kembung (carminative) dan obat cacing
(vermifuge). Di Nigeria, tumbuhan ini dihancurkan dan direbus digunakan sebagai
obat cacing (vermifuge) dan pencahar (laxative). Dianggap mempunyai sifat obat
bius (analgesic), dan bersama dengan herba lainnya digunakan sebagai obat
rematik.
E. Pengendalian
Pencabutan dan pendongkelan. Cara ini memang yang teraman dan juga
efektif. Setelah terkumpul dijemur hingga kering/mati. Gulma cabutan juga dapat
dimanfaatkan sebagai energi biomassa. Sayangnya biji-biji yang jatuh saat
pencabutan biasanya akan tumbuh lagi. Oleh karena itu dilakukan tambahan
perlakuan dengan cara menutup area gulma yang telah ‘bersih’ tadi dengan plastik
hitam. Semakin lama waktunya hasilnya juga akan semakin baik.

Dapat juga menggunakan bioherbisida. Cara baru dengan menggunakan


kulit jengkol. Walau penggunaan alelokimia sebagai bioherbisida belum banyak
diaplikasikan, namun cara ini sangat aman dalam proses pengendalian gulma.
Agar tercapai hasil yang efektif, maka konsentrasi dan waktu aplikasi harus
diperhatikan benar, supaya pertumbuhannya terhambat dan benih-benih padi juga
tidak ikut terdampak penggunaannya.

Referensi :

Sakpere, A. M., M. Oziegbe dan I. A. Bilesanmi. 2010. Allelopathic Effect of


Ludwigia decurrens dan L. adscendens subsp. Diffusa on Germination,
Seddling Growth and Yield of Corchorus alitoris L. Notulae Scientia
Biologicae. 2(2) : 75-80.

Anda mungkin juga menyukai