Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan

adiktif. Dalam Undang Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 narkoba dijelaskan

sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau pun bukan tanaman,

baik sintesis ataupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan sampai

menghilangkan rasa nyeri, serta dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam berbagai golongan. Narkoba telah merambat ke seluruh

elemen masyarakat, tidak terkecuali dengan para remaja. Kaum muda dan

remaja merupakan kelompok yang paling rentan terhadap pengaruh

penyalahgunaan narkoba karena mereka adalah kelompok sosial yang paling

energik dan dinamis (Gizyativa, 2019). Penyalahgunaan Narkoba merupakan

salah satu permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah

maupun masyarakat, karena penyimpangan tersebut dapat menyebabkan

rusaknya moral generasi penerus bangsa (Nursyifa, 2020).

Kasus penyalahgunaan narkoba oleh remaja di Indonesia terus

menerus meningkat setiap tahunnya (Shafila, 2020). World Drugs Reports

2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC),

menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari

penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba.

Sementara di Indonesia, BNN selaku focal point di bidang Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)


mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak

3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. Tahun 2019, jumlah

penduduk yang memakai narkoba di Jawa Timur berjumlah 519.477 orang

laki-laki (93%) dan 34.632 orang perempuan (6,40%). Jawa Timur

merupakan salah satu dari 5 wilayah dengan kasus dan tersangka narkoba

terbanyak yaitu 1.140 kasus dan 1.373 tersangka (Polri & BNN, 2020).

Tahun 2018, angka penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar mencapai

angka 2,29 juta orang, sedangkan pada tahun 2019 penyalahgunaan

narkoba dikalangan anak dan remaja meningkat sebanyak 24-28% (BNN,

2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5

Maret 2021 di SMAN 1 Krucil dengan metode wawancara pada 10 siswa

SMAN 1 Krucil menunjukkan hasil 7 siswa (70%) dari 10 siswa

mengatakan bahwa tidak pernah mengikuti seminar atau penyuluhan

tentang narkoba dan sedikit mengetahui tentang pengertian narkoba dan

bahayanya. Sedangkan 5 siswa (50%) dari 10 siswa menjadi perokok aktif, 4

siswa (40%) dari 10 siswa menjadi perokok pasif dan 1 siswa (10%) pernah

merokok namun sudah berhenti.

Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah serius yang

berpotensi menjadi ancaman bagi generasi muda. Meningkatnya kasus

penyalahgunaan narkoba disebabkan karena masih rendahnya

pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja (Adius, 2020). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Andika (2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap remaja dengan upaya pencegahan penyalahgunaan

narkoba. Remaja menjadi target utama para pengedar narkotika mengingat


perkembangan emosional yang masih labil karena masa remaja merupakan

masa dalam tahap pencarian identitas sehingga sering mudah dipengaruhi

untuk mencoba atau menggunakan narkotika supaya diterima secara social

di lingkungannya (Badan Pusat Statistik, 2018).

Sementara itu dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan

narkoba pada remaja dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan

jangka panjang. Menurut Ibrahim (2019) dampak jangka pendek dapat dilihat

dari perubahan perilaku sebab penyalahgunaan obat yang didefinisikan

sebagai pola penggunaan berulang obat yang mengarah pada konsekuensi

yang merusak seperti kegagalan dalam memenuhi tanggung jawab peran

utama seseorang. Perubahan perilaku tersebut diantaranya, kinerja menurun

di sekolah, meningkatnya ketidakhadiran atau keterlambatan, ketidakjujuran

atau sering berbohong serta mencuri, bermasalah dan bisa melakukan

tindakan kriminal, kemarahan yang tidak terkontrol dan mudah tersinggung,

mengurangi motivasi, energi, harga diri dan disiplin. Sedangkan dampak

jangka panjang yang akan dirasakan adalah depresi (karena tidak

semangat), demensia atau kehilangan ingatan, kelemahan otot, bicara yang

tidak cerdas dan beberapa kerusakan saraf dibagian tertentu. Hal ini karena

efek ketergantungan pada obat-obatan terlarang mengubah respons

terhadap sensasi yang semuanya dikendalikan Center Nervous System

(CNS) atau sistem saraf pusat rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi

(Hashimu, 2017).

Penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja harus segera

ditindaklanjuti karena dapat merusak generasi muda. Ada tiga tingkat

intervensi yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah


penyalahgunaan narkoba, yaitu primer, sekunder, tersier. Primer merupakan

tindakan preventif yang berbentuk pemberian informasi melalui berbagai

bentuk materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang ditujukan

kepada remaja langsung dan keluarga. Sekunder adalah upaya

penyembuhan, sedangkan tersier adalah rehabilitasi (Amanda, Humaedi,

Santoso, 2017). Fitriani (2011) menyatakan pendidikan kesehatan

merupakan upaya yang ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik

pada individu maupun masyarakat. Ada beberapa metode yang bisa

digunakan untuk melakukan edukasi kesehatan seperti metode pendidikan

individual (bimbingan dan penyuluhan, interview), metode bimbingan

kelompok (ceramah, seminar), dan metode pendidikan massa. Edukasi

kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah

sikap, serta mengarahkan pada perilaku yang diinginkan (Fitriani, 2011).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Julaecha (2019)

menyatakan bahwa ada pengaruh bermakna antara penyuluhan bahaya

penyalahgunaan napza terhadap sikap remaja.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

menganalisis pengaruh edukasi tentang bahaya narkoba terhadap sikap

upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah pada penelitian ini “adakah pengaruh edukasi tentang bahaya

narkoba terhadap sikap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba pada

remaja?”
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis adakah pengaruh edukasi tentang bahaya

narkoba terhadap sikap upaya pencegahan penyalahgunaan

narkoba pada remaja

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi sikap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

pada remaja sebelum di lakukan edukasi tentang bahaya narkoba

2. Mengidentifikasi sikap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

pada remaja setelah di lakukan edukasi tentang bahaya narkoba.

3. Menganalisis pengaruh edukasi tentang bahaya narkoba terhadap

sikap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat beguna sebagai sumber data baru

yang bisa digunakan sebagai pemecahan yang ada kaitannya

dengan penyalahgunaan narkoba. Dan sebagai tambahan

pengetahuan dari hasil penelitian untuk dikembangkan pada

penelitian berikutnya.

1.4.2 Bagi profesi keperawatan

Setelah dilakukan penelitian ini dapat memberikan informasi

baru bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan jiwa tentang

pengaruh edukasi bahaya narkoba terhadap sikap pencegahan

penyalahgunaan narkoba pada remaja


1.4.3 Bagi lahan penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru bagi lahan

penelitian tentang edukasi bahaya narkoba terhadap sikap

pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja.

1.4.4 Bagi responden

Dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan remaja

tentang bahaya narkoba.

1.4.5 Bagi peneliti

Dapat menambah pemahaman terhadap ilmu pengetahuan

tentang pengaruh edukasi terhadap sikap pencegahann

penyalahgunaan narkoba pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai