Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Dewa Ayu Ahadhita

NIM : 1904551054
Kelas : X2 Reguler Sore
UJIAN TENGAH SEMESTER
HUKUM AGRARIA
1. Masing-masing Mahasiswa membuat resume tertulis materi perkulihan dari awal sampai
saat ini dalam bentuk artikel bebas.

Hukum Agraria
Agraria, asal kata bahasa yunani yaitu “ager” yang berarti “tanah”. Agraria diartikan
“tanah pertanian” Agraria diartikan bumi , air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam
yang ada didalamnya . Manusia yang multi-dimensi meliputi ideologi, politik, ekonomi,
dan sosial budaya yang berhubungan dengan sumber daya alam, adanya hubungan
manusia dengan sumber daya alam, khususnya tanah yang bersifat relatif abadi, sumber
daya alam yang persediannya terbatas.

Hubungan Manusia Dengan Agraria


 Manusia selalu membutuhkan tanah untuk hidup
 Semakin berkembang kebutuhan manusia semakin banyak sumber daya alam yang
diperlukan
 Jumlah sumber daya alam termasuk tanah terbatas, sehingga tampak semakin
berkurang
 Timbulnya ketidak seimbangan antara persediaan dengan kebutuhan sumber daya
alam
Hubungan Manusia Dengan Manusia Mengenai Agraria
 Keterbatasan sumber daya alam yang ada mengakibatkan tidak semua ornaf
mempunyai tanah
 Timbul interaksi antar manusia dengan manusia lainnya mengenai tanah
 Mencegah adanya konflik antar manusia, mencegah agrarian lahir kebijakan (politik)
yang disebut “ Negara Menguasai Agraria”
Hak Menguasai Negara Atas Agraria
 Mengatur dan menyeleganggarakan peruntukan, penggunaan,persediaan, dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang ada didalamnya
 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hokum antara orang-orang dengan
bumi, air, ruang angkasa, serta kekayaan alam yang ada didalamnya
 Menentukan dan mengatur hubungan hokum antara orang-orang san perbuatan-
perbuatan hokum mengenai bumi, air, ruang angkasa serta kekayaan alam yang
didalamnya.
Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang ada di dalamnya sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun
masyarakat yang adil dan makmur. Agar bumi,air, ruang angkasa, serta kekayaan alam
yang ada di dalamnya dapat dipergunakan secara baik dan tepat perlu ditunjang oleh
kaidah-kaidah hukum yang dalam tata hukum di Indonesia disebut sebagai Hukum
Agraria.

Agrarian terdapat dalam 2 (dua) arti, yakni :


1. Dalam arti luas : Diartikan sebagai bumi, air, luar angkasa, dan kekayaan alam
2. Dalam arti sempit : Diartikan sebagai tanag atau permukaan bumi
Dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 yaitu “bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat, merupakan dasar hukum bagi pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria (UU NO. 5 Th. 1960), kemudian disebut UUPA yang merupakan sumber
hukum (materiil) dalam pembinaan Hukum Agraria Nasional.
Maka Hukum Agraria adalah keseluruhan norma/kaidah baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum antar subyek hukum dengan
bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang ada di dalamnya. Tujuan Pembentukan
Hukum Agraria Meletakkan dasar-dasar yang berupa norma-norma hukum keagrariaan,
yang merupakan instrumen untuk membawa kemakmuran, kesejahteraan yang
berkeadilan bagi rakyat. Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dalam
hukum pertanahan; Meletakan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai
hak atas tanah bagi rakyat.
Tujuan Pembentukan Hukum Agraria
1. Meletakkan dasar-dasar yang berupa norma-norma hukum keagrariaan, yang
merupakan instrumen untuk membawa kemakmuran, kesejahteraan yang berkeadilan
bagi rakyat.
2. Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dalam hukum pertanahan;
3. Meletakan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak atas tanah
bagi rakyat.
Ruang Lingkup Hukum Agraria :
1. Hubungan Bangsa Indonesia dengan Agraria
 Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam dalam wilayah
Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang maha Esa dan merupakan
kekayaan nasional. Pasal 1 ayat (2) UUPA )
 Hubungan antara Bangsa Indonesia dengan bumi,air, ruang angkasa adalah
hubungan yang bersifat abadi. (Pasal 1 ayat (3) UUPA)
2. Hubungan Hukum antara Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat
Indonesia dengan Agraria.
 Hak menguasai dari Negara pada hakekatnya hanya memberi wewenang
kepada negara untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, ruang angkasa serta
kekayaan alam yang ada di dalamnya.
3. Hubungan hukum antara subyek hukum baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan Agraria.
 Kepada subyek hukum diberikan hak-hak atas tanah untuk dimiliki baik
secara individu maupun bersama-sama.
 Hak atas tanah yang dimaksud yaitu hak untuk mempergunakan permukaan
bumi termasuk juga hak mempergunakan air dan ruang angkasa yang ada
diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah.
Sifat Hukum Agraria pada awalnya kaidah – kaidah hukum agraria lebih banyak bersifat
keperdataan, apabila kemudian dilihat dari ruang lingkup hukum agraria nasional maka
diketahui bahwa hukum agraria nasional banyak melibatkan pemerintahan secara
langsung dalam persoalan agrarian, terjadi pergeseran dari sifat keperdataan menjadi
bersifat publik.
Hubungan Agraria Dengan Hukum Lainnya
1) Hukum Perdata.
Bahwa kaidah hukum agraria juga bersumber pada hukum perdata, mis.
Perjanjian jual beli tanah, bagi hasil, hibah dll;
2) Hukum Adat
Merupakan salah satu sumber dari hukum agraria, mis. Konsep hak ulayat.
3) Hukum Administrasi Negara
Kaidah-kaidah hukum Agraria berasal dari peraturan-peraturan atau putusan-
putusan yang merupakan pelaksanaan dari politik agraria pemerintah.
Kedudukan Hukum Adat Dalam Hukum Agraria Nasional
 Sebagai dasar utama dalam pembangunan hukum agraria nasional;
 Sebagai pelengkap hukum agraria nasional. ( Pasal 3, Pasal 5, Penjelasan Umum
angka II ayat (I) dan Penjelasan Pasal 16 UUPA)
Hukum Adat yang Dijadikan Dasar Utama
 Dalam hukum adat hubungan manusia dengan kekayaan alam bersifat religio
magis ( Pasal 1 ayat (2) UUPA )
 Dalam hukum adat ada hak ulayat yang merupakan hak menguasai ,
menggunakan dan memelihara wilayah hak ulayat. ( Pasal 3 UUPA )
 Dalam hukum adat juga dikenal hak perseorangan atas tanah. (Pasal 4 jo. Pasal 16
UUPA)
 Dalam hukum adat terdapat suatu asas dimana dalam hak individu selalu terlekat
hak masyarakat. ( Pasal 6 UUPA )
 Dalam hukum adat terdapat asas gotong –royong. ( Pasal 12 ayat (1) UUPA )
 Dalam hukum adat ada perbedaan antara warga pribumi dan warga asing ( Pasal
9 UUPA )
 Dalam hukum adat dikenal beberapa lembaga hak misalnya hak milik, hak
yayasan, hak pakai, hak sewa, hak menikmati hasil hutan dan hak membuka tanah
( Pasal 16 UUPA )
Hukum adat sebagai hukum pelengkap
a. Pro kepada kepentingan nasional (prinsip nasionalitas );
b. Pro kepada kepentingan negara dalam pengertian keluar;
c. Pro kepada persatuan dan kesatuan bangsa; ( Hak yang sama bagi warganegara )
d. Pro kepada sosialisme Indonesia ( (kesejahteraan bersama yang adil dan merata )
e. Tidak bertentangan dengan hukum agraria nasional dan peraturan yang lebih
tinggi.

Sejarah Hukum Agraria

Periode sebelum penjajahan sudah mengenal Hukum Agraria dalam bentuk yang sangat
sederhana, adanya pembagian wilayah yang dikuasai oleh nenek moyang Bangsa
Indonesia. Wilayah yang dikuasai oleh suatu komunitas /suku dinamakan wilayah
pengembaraan.

Menurut Van Vollenhoven, bahwa suku-suku bangsa di Indonesia masing-masing


mempunyai wilayah pengembaraan yang dinamakan “hak penguasaan” yang kemudian
dikenal dengan “hak ulayat” ( berasal dari kata wilayah)

Ketentuan Hak Ulayat yakni :


a. Ada hubungan timbal balik antara hak ulayat dengan hak individu
b. Anggota komunitas secara bersama-sama dapat mengambil manfaat dari tanah
serta semua hewan dan tumbuhan yang ada diatasnya
c. Angota suku/komunitas bersama-sama menentukan bagian mana tanah/wilayah
yang dikuasai dengan hak ulayat dan yang mana untuk keperluan perorangan;
d. Sebagian tanah diserahkan kepada kepala/pimpinan suku;
e. Suku lain dilarang menggunakan/ memamfaatkan tanah ulayat yang telah dikuasai
kecuali telah diijinkan oleh ketua suku.
f. Kepala suku bertanggung jawab atas segala peristiwa yang terjadi di daerah hak
ulayat.
Periode Kolonial
Dimulai awal abad ke-17 pada saat berdirinya VOC ( Verenigde Oost Indische
Compagnie) pada tahun 1602. Pada Periode 1808 Pemerintah penjajah mulai
melaksanakan penjualan tanah kepada swasta yang kemudian dikenal dengan “tanah
partikelir”. Periode 1811 Penguasa Inggris menganggap semua tanah yang ada adalah
milik pemerintah Inggris sehingga ditetapkan kebijakan sewa tanah ( Land Rent ). Lalu
Periode 1830 Nusantara kembali dikuasai Belanda, dengan melanjutkan cara-cara Inggris
menguasai tanah yaitu menggap semua tanah milik penjajah dan disewakan kepada
rakyat . Periode 1848 Dikeluarkannya Regerings Reglement 1854, yang yang
menentukan bahwa kepada kaum pribumi diberikan hak mutlak (eigendom) atas tanah.
Swasta diperbolehkan menyewa tanah langsung kepada golongan pribumi. Sampai pada
Periode 1870 dikeluarkan Agraris Wet (S1870 No. 55)
Tujuan Politik Agraria Kolonial
1. Tujuan Primer
Memberi kesempatan kepada usaha swasta mendapatkan bidang tanah dari
pemerintah untuk waktu lama dengan uang sewa yang murah, memberikan
kemungkinan orang asing mendapatkan tanah hak sewa langsung dari bumi
putera.
2. Melindungi hak penduduk bumi putera atas tanahnya.
Dikeluarkannya “Agraris Besluit” yang merupakan pelaksanaan dari Agraris Wet, yang
memuat pernyataan tentang “Domein Verklaring” yaitu semua tanah tanah yang tidak
dapat dibuktikan haknya adalah tanah negara.
Dalam Periode Sebelum Berlakunya UUPA, setelah Proklamasi kemerdekaan, tentunya
politik dan Hukum Agraria pemerintah kolonial sudah tidak dapat digunakan.Namun
dualisme sementara tetap berlangsung agar tidak terjadi kekosongan hukum, yang
dasarnya adalah Pasal II aturan peralihan UUD 1945. Pemberlakuan Hukum Agraria
yang lama dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap keadaan dan iklim
kemerdekaan.
Cara-cara penyesuaian
1. Mempergunakan kebijaksanaan dan tafsir baru;
2. Penghapusan Tanah Partikelir;
3. Pengawasan pemindahan hak atas tanah;
Periode Setelah UUPA
1. Tidak ada lagi dualisme Hukum Agraria
2. Agraria benar-benar ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat yang adil dan
makmur.
https://regional.kompas.com/read/2021/03/09/085800978/13-tahun-perjuangan-warga-dayak-
modang-lai-kalimantan-cari-keadilan-tanah?page=2

Anda mungkin juga menyukai