Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012

Pusat Pengembangan Energi Nuklir


Badan Tenaga Nuklir Nasional

KAJIAN DAMPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


NUKLIR (PLTN) TERHADAP KELIMPAHAN ORGANISME
PLANKTON

Sevi Sawestri1), Ahmad Farid2)


1)Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, BALITBANG KP Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Jl. Beringin No. 08 Mariana, Palembang, Sumsel 30763,
Telp./Fax: (0711)7537194/ (0711)7537205
2)Mahasiswa Magister Lingkungan Universitas Sriwijaya,

Jl. Padang Selasah No. 524 Palembang, Sumsel 30129, Telp/Fax: (0711)354222/ (0711)310320

ABSTRAK
KAJIAN DAMPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TERHADAP
KELIMPAHAN ORGANISME PLANKTON. Pulau Bangka merupakan salah satu calon lokasi
untuk penempatan PLTN pertama di Indonesia. Pengoperasian PLTN diduga berpotensi
menyebabkan terganggunya kehidupan organisme plankton akibat pencemaran materi radioaktif ke
lingkungan perairan sekitarnya. Tujuan studi untuk mengetahui kondisi plankton di Bangka dan
mengetahui sejauh mana pengoperasian PLTN di beberapa Negara memberikan dampak terhadap
organisme plankton. Metode penelitian meliputi studi pustaka pengumpulan data plankton di
perairan Selat Bangka, evaluasi dan analisis data. Hasil penelitian memperkirakan bahwa fitoplankton
dan zooplankton di perairan selat Bangka dengan kelimpahan masing-masing berkisar 363.802-
11.793.435 sel/liter dan 216.730-391.619 ind/m3 tidak akan terganggu dengan penempatan tapak
PLTN. Hal ini didukung oleh penelitian dari Taiwan, China, Finlandia dan Brazil yang menyatakan
bahwa pengoperasian PLTN tidak memberi dampak negatif terhadap komunitas plankton di
lingkungan perairan sekitarnya.
Kata Kunci: plankton, PLTN, Bangka
ABSTRACT
STUDY OF NUCLEAR POWER PLANT (NPP) IMPACT ON PLANKTONIC ORGANISMS
ABUNDANCE. Bangka Island is one of the candidate locations for the placement of first nuclear
power plant in Indonesia. Operation of nuclear power plants suspected of potentially causing
disruption of plankton organisms due to contamination of radioactive material into the surrounding
aquatic environment. Purpose of the study was to determine the current condition of plankton
organisms at Bangka Island and know the extent to which the operation of nuclear power plants of
some countries provide significant impact on plankton organisms. Research methods include
literature study data collection and the many types of plankton in the waters of the Strait of Bangka,
evaluation and data analysis. The study estimates that the phytoplankton and zooplankton in the
waters of Bangka Strait to the phytoplankton and zooplankton abundance as much as 1 280 854 cells
liter-1 and 391 619 ind m-3 respectively will not interfere with the placement of nuclear power plant
site. This is supported by studies from Taiwan, China, Finland and Brazil stating that the operation of
NPP does not have a negative impact on plankton communities in the surrounding waters.
Keyword: plankton, NPP, Bangka

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPM) Tahun 2005-2025
disebutkan bahwa energi nuklir merupakan bagian dari sistem energi nasional, sedangkan
dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) disebutkan

ISSN 1979-1208 442


Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012
Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

bahwa energi nuklir adalah salah satu jenis energi yang akan dikembangkan di masa
mendatang. Pulau Bangka merupakan salah satu calon lokasi untuk penempatan PLTN
pertama di Indonesia, mengingat pertumbuhan permintaan kapasitas daya listrik di wilayah
Sumatera sekitar 11.3% per tahun[1].
Rencana pengoperasian PLTN diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekosistem disekitarnya. Menurut Afiati et al. (2007), dampak tersebut
bersumber dari tahap kegiatan kontruksi dan operasi PLTN [2]. Salah satu komponen penting
ekosistem perairan yang berpotensi terkena cemaran materi radioaktif PLTN adalah
organisme plankton.
Plankton adalah organisme yang melayang-layang di dalam air dengan kemampuan
pergerakan yang pasif[3]. Klasifikasi plankton berdasarkan cara perolehan makanan terbagi
menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah kelompok plankton yang
mampu berfotosintesis karena memiliki klorofil, sedangkan zooplankton merupakan
kelompok plankton fauna yang bersifat heterotrofik[4]. Dalam ekosistem perairan, plankton
merupakan komponen penting karena berperan sebagai produser primer dalam jaringan
makanan. Di samping itu, kelimpahan plankton dapat dijadikan indikator mengenai
kualitas dan tingkat kesuburan perairan[5].

1.2 Tujuan Pengkajian


Rencana pembangunan PLTN di Pulau Bangka diperkirakan akan berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem perairan, salah satunya organisme
plankton. Berdasarkan hal tersebut, studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
organisme plankton di perairan Bangka dan memperkirakan sejauh mana pengoperasian
PLTN di perairan pantai memberikan dampak signifikan terhadap organisme plankton.

2. PLANKTON
2.1 Deskripsi Organisme Plankton
Plankton adalah organisme yang hidup melayang dan hidup bebas di perairan
dengan kemampuan pergerakan yang bebas. Plankton sangat mudah hanyut oleh gerakan
massa air, dan organisme ini memiliki peranan penting dalam ekologi perairan[6,7]. Plankton
berperan sebagai produser primer dalam jaringan makanan (Gambar 1). Umumnya,
plankton merupakan makanan utama organisme perairan. Plankton juga merupakan salah
satu parameter biologi yang memberikan informasi mengenai kualitas dan tingkat
kesuburan perairan[4].

Gambar 1. Peran plankton dalam jaringan makanan.

ISSN 1979-1208 443


Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012
Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Plankton dibedakan berdasarkan beberapa hal, yaitu cara memperoleh makanan,


habitat hidup dan kehidupan alamiah. Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton
berdasarkan cara perolehan makanan. Fitoplankton adalah organisme plankton yang
memanfaatkan unsur hara, sinar matahari dan karbondioksida untuk memproduksi materi
organik. Fitoplankton berperan penting di perairan sebagai pemasok oksigen. Zooplankton
adalah organisme plankton yang bersifat heterotrofik. Zooplankton merupakan plankton
yang umumnya mampu bergerak aktif. Plankton berdasarkan habitat hidupnya terdiri atas
plankton oseanik yang hidup di lautan lepas atau di luar paparan benua; plankton neritik
yang hidup di perairan paparan benua; dan limnoplankton yang hidup di air tawar.
Sedangkan berdasarkan kehidupan alamiah, plankton terdiri atas holoplankton dan
meroplankton. Holoplankton adalah zooplankton yang seluruh daur hidupnya bersifat
plankton, sedangkan meroplankton adalah organisme yang sebagian dari daur hidupnya
bersifat planktonik dan akan berubah menjadi nekton atau bentos.
Menurut Soegianto dalam Astuti dan Hendra (2009), plankton dapat digunakan
sebagai indikator kualitas lingkungan dengan mengetahui indeks keanekaragamannya[4].
Keanekaragaman plankton menunjukkan tingkat kompleksitas dari struktur komunitas.
Keanekaragaman plankton akan berkurang jika suatu komunitas didominasi oleh satu atau
sejumlah spesies tertentu. Hal ini terjadi jika terdapat gangguan terhadap lingkungan, dan
pada kondisi tersebut terdapat organisme plankton yang mampu bertahan dan berkembang
lebih baik dari pada jenis plankton lainnya. Salah satu penyebab penurunan indeks
keanekaragaman adalah pencemaran.

2.2 Dampak Pencemar Radioaktif Terhadap Kehidupan Plankton


Keberadaan PLTN dapat memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya. PLTN
dapat mempengaruhi lingkungan dengan berbagai cara. Salah satunya, PLTN menghasilkan
polutan udara seperti hujan asam dan pemanasan global yang mempengaruhi kualitas
udara di sekitarnya. Di samping itu PLTN juga memanfaatkan sejumlah air laut sebagai
pendingin, yang kemudian dilepaskan kembali ke dalam air laut. Hal tersebut diduga akan
mempengaruhi kehidupan ekosistem di sekitarnya[9].
Peneliti Departemen Kelautan dan Teknologi Universitas Tokyo telah menemukan
669 becquerels cesium dalam setiap kilogram plankton di perairan dekat PLTN Fukushima
Daiichi Jepang. Plankton tersebut terkontaminasi zat radioaktif akibat arus laut yang
membawa limbah radiasi dari arah selatan PLTN Fukushima[8]. Kontaminasi materi
radioaktif pada plankton akan mempengaruhi jaringan makanan. Beberapa ikan seperti
Thunus thynnus, tuna sirip biru, yang terkontaminasi zat radioaktif PLTN Fukushima
membuang zat radiasi dalam tubuh melalui proses metabolisme saat dewasa. Ikan tersebut
tidak dapat sepenuhnya mengeluarkan semua materi radioaktif dari sistem tubuhnya[10].

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2002 di perairan Bangka,
ditemukan tiga genera fitoplankton yang dominan yaitu Thalassiothrix, Chaetoceros, dan
Ceratium[11]. Jumlah kelimpahan fitoplankton pada bulan Mei-Juni 2002, berkisar 363.802-
11.793.435 sel/l. Sedangkan jumlah kelimpahan zooplankton pada bulan Mei-Juni 2002,
berkisar 216.730-391.619 ind/m3. Jenis zooplankton yang mendominasi perairan Selat Bangka
adalah Copepoda, sebesar 84.63%. Komposisi zooplankton tersebut memiliki kesamaan
dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Soedibjo (2007) bahwa Copepoda
mendominasi Teluk Klabat, perairan Bangka Belitung[12]. Copepoda merupakan jenis
zooplankton yang umum ditemukan di perairan pesisir dan laut. Copepoda berperan

ISSN 1979-1208 444


Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012
Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

sebagai jembatan perpindahan materi organik dari tingkatan tropik paling bawah (produser
primer) ke tingkatan tropik yang lebih tinggi[11]. Data jenis plankton yang dominan di
perairan Selat Bangka ditunjukkan pada Gambar 2, sedangkan perbandingan komposisi
plankton perairan Selat Bangka dengan negara lain pengguna PLTN ditunjukkan pada
Tabel 1.

Gambar 2. Jenis plankton yang dominan di perairan Selat Bangka. A. Thalassiothrix, B.


Copepoda, C. Chaetoceros, dan D. Ceratium.

Tabel 1. Komposisi plankton di perairan Selat Bangka dibandingkan di sekitar


pengoperasian PLTN Brazil, Finlandia, dan Cina[11,12,13,14,15]
Lokasi Kelimpahan Jenis Dominan
Fitoplankton 363802-11793435
Selat Bangka Thalassiothrix, Chaetoceros, dan Ceratium
sel/l
Zooplankton 216730-391619
Copepoda
ind/m3

Teluk Klabat, Zooplankton 0,55-2,13 ind/m3 Copepoda


Bangka Belitung

Zooplankton 84,634-245,434
PLTN Angra dos Copepoda
ind/m3
Reis, Brazil
PLTN Loviisa, Aphanizomenon (Cyanopheceae),
Finlandia Chaetoceros, dan Peridinilla

PLTN Teluk Daya Chaetoceros, Thalassiothrix, Bacillaria,


dan Lingao, Cina Pseudonitzschia, Skeletonema, dan
Thalassionema

Komposisi fitoplankton dan zooplankton di perairan Bangka tidak didominasi oleh


jenis plankton berbahaya (harmful species). Kelimpahan plankton yang tinggi di perairan
Bangka Belitung diduga terkait dengan keberadaan hutan mangrove sedalam 100 m. Selain
itu, kondisi terumbu karang yang masih bagus dan bervariasi juga mempengaruhi
kelimpahan plankton[11].
Kehidupan plankton sangat tergantung pada faktor biotik dan abiotik di lingkungan
sekitarnya. Beberapa faktor pembatas kehidupan plankton adalah suhu, cahaya, unsur hara
dan pemangsaan oleh predator. Suhu perairan merupakan faktor penting dalam ekologi
plankton[9]. Perubahan suhu merupakan faktor yang sering terjadi di perairan pesisir.
Perubahan suhu yang relatif kecil dan tiba-tiba dapat mengakibatkan perubahan terhadap
kondisi fisiologis organisme dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Jenis fitoplankton
mampu hidup pada kisaran suhu 26-320C[3]. Kenaikan suhu dapat disebabkan oleh musim

ISSN 1979-1208 445


Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012
Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

kering yang berkepanjangan atau buangan limbah air panas atau pendingin suatu
pembangkit listrik atau pabrik[6].
Penelitian mengenai dampak pengoperasian PLTN terhadap komunitas plankton
telah dilakukan sebelumnya, diantaranya PLTN Angra dos Reis di Brazil, PLTN Teluk Daya
dan Lingao di Cina, PLTN Loviisa di Finlandia serta PLTN di wilayah utara Taiwan[9,13,14,15].
Secara umum, keberadaan PLTN tidak memberi dampak negatif terhadap komunitas
plankton di lingkungan perairan sekitarnya. De Olivera dan Sergio (2008) melaporkan
bahwa tidak ada pengaruh permanen keberadaan PLTN Angra dos Reis di Brazil terhadap
populasi mesozooplankton di perairan sekitarnya[13]. Cui-Chi et al. (2011) melaporkan bahwa
secara umum tidak ada perubahan komunitas dan biomassa fitoplankton di perairan sekitar
PLTN Teluk Daya dan Lingao[14]. Kelimpahan fitoplankton pada musim basah di Teluk Daya
dipengaruhi oleh faktor klorofil, suhu dan nutrisi, sedangkan pada musim kering
dipengaruhi oleh salinitas dan DO, sedangkan kenaikan suhu perairan di sekitar PLTN
Loviisa, Finlandia dapat menyebabkan panjangnya musim pertumbuhan fitoplankton,
peningkatan kesuburan perairan, dan perubahan spesies fitoplankton dominan[15]. Tien-Hsi
et al. (2004) juga melaporkan bahwa limbah air panas PLTN di wilayah utara Taiwan tidak
mempengaruhi kualitas air di lingkungan sekitarnya sehingga tidak mengganggu
kehidupan plankton di perairan tersebut[9]. Hal ini menunjukkan bahwa suhu perairan di
sekitar pembuangan PLTN berperan penting dalam mempengaruhi ekologi plankton.

4. KESIMPULAN
Pulau Bangka merupakan salah satu calon lokasi untuk penempatan PLTN pertama
di Indonesia. Rencana pengoperasian PLTN diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekosistem disekitarnya. Salah satu komponen penting
ekosistem perairan yang berpotensi terkena cemaran materi radioaktif PLTN adalah
organisme plankton. Berdasarkan hasil penelitian, perairan Bangka memiliki jenis plankton
yang sama dengan perairan di sekitar PLTN di negara lain, yaitu Chaetoceros dan Copepoda.
Berdasarkan kajian beberapa penelitian mengenai dampak pengoperasian PLTN terhadap
komunitas plankton, menyatakan bahwa tidak ada pengaruh permanen PLTN terhadap
plankton di lingkungan perairan sekitarnya. Suhu perairan di sekitar pembuangan (outlet)
PLTN merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian terkait pengaruhnya pada
ekologi plankton.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. E. LIUN. “Potensi ancaman emisi udara sistem kelistrikan Sumatera”. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-
BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Serang. Tahun
2011. Hal 273-281.
[2]. AFIATI N, SUSILO YSB, TOBING ML, SUSIATI H., “Rona awal plankton di perairan tapak
PLTN Muria”. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. 9(2007)49-65.
[3]. SUGIANTI Y, HENDRA S., “Jenis-jenis plankton yang ditemukan di Sungai Maro, Merauke”.
BAWAL 2(2008)57-61.
[4]. ASTUTI LP, HENDRA S., “Kelimpahan dan komposisi fitoplankton di Danau Sentani, Papua”.
LIMNOTEK 16(2009)88-98.
[5]. WETZEL RG, LIKENS GE. Limnology Analysis. Philadelphia: W.B. Sounders Company.
(1979)367 pp.

ISSN 1979-1208 446


Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, 2012
Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

[6].WIADNYANA NN, WAGEY GA. ”Plankton Produktifitas dan Ekosistem Perairan”.


Departemen Kelautan dan Perikanan dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta. 2004
[7]. CASTELLANI C., “Book review plankton: a guide to their ecology and monitoring for water
quality”. Journal of Plankton Research. 32(2009)261-262.
[8]. ________. “Radioaktif Casium Ditemukan pada Plankton di Laut Dekat Pembangkit Nuklir
Fukushima Daichi. http://www”.satuindonesia.com.au. 2012. Diakses 1 Juni 2012.
[9]. TIEN-HSI F, JING-FANG C, YUEH-YUAN T, JIANG-SHIOU H, WEN-TSENG L.,
“Hydrographical studies of waters adjacent to nuclear power plants I and II in Northern
Taiwan”. Journal of Marine Science and Technology, 12(2004)364-371.
[10]. GUMIWANG R., 2012. Ikan Tuna Sirip Biru Bawa Zat Radioaktif dari Jepang.
http://bisnis-jabar.com [1 Juni 2012].
[11]. THOHA H., “Kelimpahan plankton di perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan,
Sumatera”, Mei-Juni 2002. Makara Sains 8(2004)96-102.
[12]. SOEDIBJO BS. “Pengaruh faktor lingkungan terhadap distribusi spasial komunitas
zooplankton di Teluk Klabat, perairan Bangka Belitung”. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia 33(2007)47-63.
[13]. DE OLIVERA DIAS C, BONECKER SERGIO LUIZ BC. “Long-term study of zooplankton
in the estuarine system of Ribeira Bay, near a power plant (Rio de Janeiro, Brazil)”.
Hydrobiologia 614(2008)65-81.
[14]. CUI-CHI S, YOU-SHAO W, MEI-LIN W, JUN-DE D, YU-TU W, FU-LIN S, YAN-YING
Z., “Seasonal variation of water quality and phytoplankton response patterns in Daya Bay,
China”. Int. J. Environ. Res. Public Health. 8(2011)2951-2966.
[15]. ILUS E, JORMA K., “The response of phytoplankton to increased temperature in the Loviisa
archipelago, Gulf of Finland”. Boreal Environment Research 13(2008)503-516.

ISSN 1979-1208 447

Anda mungkin juga menyukai