Jl. Padang Selasah No. 524 Palembang, Sumsel 30129, Telp/Fax: (0711)354222/ (0711)310320
ABSTRAK
KAJIAN DAMPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TERHADAP
KELIMPAHAN ORGANISME PLANKTON. Pulau Bangka merupakan salah satu calon lokasi
untuk penempatan PLTN pertama di Indonesia. Pengoperasian PLTN diduga berpotensi
menyebabkan terganggunya kehidupan organisme plankton akibat pencemaran materi radioaktif ke
lingkungan perairan sekitarnya. Tujuan studi untuk mengetahui kondisi plankton di Bangka dan
mengetahui sejauh mana pengoperasian PLTN di beberapa Negara memberikan dampak terhadap
organisme plankton. Metode penelitian meliputi studi pustaka pengumpulan data plankton di
perairan Selat Bangka, evaluasi dan analisis data. Hasil penelitian memperkirakan bahwa fitoplankton
dan zooplankton di perairan selat Bangka dengan kelimpahan masing-masing berkisar 363.802-
11.793.435 sel/liter dan 216.730-391.619 ind/m3 tidak akan terganggu dengan penempatan tapak
PLTN. Hal ini didukung oleh penelitian dari Taiwan, China, Finlandia dan Brazil yang menyatakan
bahwa pengoperasian PLTN tidak memberi dampak negatif terhadap komunitas plankton di
lingkungan perairan sekitarnya.
Kata Kunci: plankton, PLTN, Bangka
ABSTRACT
STUDY OF NUCLEAR POWER PLANT (NPP) IMPACT ON PLANKTONIC ORGANISMS
ABUNDANCE. Bangka Island is one of the candidate locations for the placement of first nuclear
power plant in Indonesia. Operation of nuclear power plants suspected of potentially causing
disruption of plankton organisms due to contamination of radioactive material into the surrounding
aquatic environment. Purpose of the study was to determine the current condition of plankton
organisms at Bangka Island and know the extent to which the operation of nuclear power plants of
some countries provide significant impact on plankton organisms. Research methods include
literature study data collection and the many types of plankton in the waters of the Strait of Bangka,
evaluation and data analysis. The study estimates that the phytoplankton and zooplankton in the
waters of Bangka Strait to the phytoplankton and zooplankton abundance as much as 1 280 854 cells
liter-1 and 391 619 ind m-3 respectively will not interfere with the placement of nuclear power plant
site. This is supported by studies from Taiwan, China, Finland and Brazil stating that the operation of
NPP does not have a negative impact on plankton communities in the surrounding waters.
Keyword: plankton, NPP, Bangka
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPM) Tahun 2005-2025
disebutkan bahwa energi nuklir merupakan bagian dari sistem energi nasional, sedangkan
dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) disebutkan
bahwa energi nuklir adalah salah satu jenis energi yang akan dikembangkan di masa
mendatang. Pulau Bangka merupakan salah satu calon lokasi untuk penempatan PLTN
pertama di Indonesia, mengingat pertumbuhan permintaan kapasitas daya listrik di wilayah
Sumatera sekitar 11.3% per tahun[1].
Rencana pengoperasian PLTN diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekosistem disekitarnya. Menurut Afiati et al. (2007), dampak tersebut
bersumber dari tahap kegiatan kontruksi dan operasi PLTN [2]. Salah satu komponen penting
ekosistem perairan yang berpotensi terkena cemaran materi radioaktif PLTN adalah
organisme plankton.
Plankton adalah organisme yang melayang-layang di dalam air dengan kemampuan
pergerakan yang pasif[3]. Klasifikasi plankton berdasarkan cara perolehan makanan terbagi
menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah kelompok plankton yang
mampu berfotosintesis karena memiliki klorofil, sedangkan zooplankton merupakan
kelompok plankton fauna yang bersifat heterotrofik[4]. Dalam ekosistem perairan, plankton
merupakan komponen penting karena berperan sebagai produser primer dalam jaringan
makanan. Di samping itu, kelimpahan plankton dapat dijadikan indikator mengenai
kualitas dan tingkat kesuburan perairan[5].
2. PLANKTON
2.1 Deskripsi Organisme Plankton
Plankton adalah organisme yang hidup melayang dan hidup bebas di perairan
dengan kemampuan pergerakan yang bebas. Plankton sangat mudah hanyut oleh gerakan
massa air, dan organisme ini memiliki peranan penting dalam ekologi perairan[6,7]. Plankton
berperan sebagai produser primer dalam jaringan makanan (Gambar 1). Umumnya,
plankton merupakan makanan utama organisme perairan. Plankton juga merupakan salah
satu parameter biologi yang memberikan informasi mengenai kualitas dan tingkat
kesuburan perairan[4].
sebagai jembatan perpindahan materi organik dari tingkatan tropik paling bawah (produser
primer) ke tingkatan tropik yang lebih tinggi[11]. Data jenis plankton yang dominan di
perairan Selat Bangka ditunjukkan pada Gambar 2, sedangkan perbandingan komposisi
plankton perairan Selat Bangka dengan negara lain pengguna PLTN ditunjukkan pada
Tabel 1.
Zooplankton 84,634-245,434
PLTN Angra dos Copepoda
ind/m3
Reis, Brazil
PLTN Loviisa, Aphanizomenon (Cyanopheceae),
Finlandia Chaetoceros, dan Peridinilla
kering yang berkepanjangan atau buangan limbah air panas atau pendingin suatu
pembangkit listrik atau pabrik[6].
Penelitian mengenai dampak pengoperasian PLTN terhadap komunitas plankton
telah dilakukan sebelumnya, diantaranya PLTN Angra dos Reis di Brazil, PLTN Teluk Daya
dan Lingao di Cina, PLTN Loviisa di Finlandia serta PLTN di wilayah utara Taiwan[9,13,14,15].
Secara umum, keberadaan PLTN tidak memberi dampak negatif terhadap komunitas
plankton di lingkungan perairan sekitarnya. De Olivera dan Sergio (2008) melaporkan
bahwa tidak ada pengaruh permanen keberadaan PLTN Angra dos Reis di Brazil terhadap
populasi mesozooplankton di perairan sekitarnya[13]. Cui-Chi et al. (2011) melaporkan bahwa
secara umum tidak ada perubahan komunitas dan biomassa fitoplankton di perairan sekitar
PLTN Teluk Daya dan Lingao[14]. Kelimpahan fitoplankton pada musim basah di Teluk Daya
dipengaruhi oleh faktor klorofil, suhu dan nutrisi, sedangkan pada musim kering
dipengaruhi oleh salinitas dan DO, sedangkan kenaikan suhu perairan di sekitar PLTN
Loviisa, Finlandia dapat menyebabkan panjangnya musim pertumbuhan fitoplankton,
peningkatan kesuburan perairan, dan perubahan spesies fitoplankton dominan[15]. Tien-Hsi
et al. (2004) juga melaporkan bahwa limbah air panas PLTN di wilayah utara Taiwan tidak
mempengaruhi kualitas air di lingkungan sekitarnya sehingga tidak mengganggu
kehidupan plankton di perairan tersebut[9]. Hal ini menunjukkan bahwa suhu perairan di
sekitar pembuangan PLTN berperan penting dalam mempengaruhi ekologi plankton.
4. KESIMPULAN
Pulau Bangka merupakan salah satu calon lokasi untuk penempatan PLTN pertama
di Indonesia. Rencana pengoperasian PLTN diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekosistem disekitarnya. Salah satu komponen penting
ekosistem perairan yang berpotensi terkena cemaran materi radioaktif PLTN adalah
organisme plankton. Berdasarkan hasil penelitian, perairan Bangka memiliki jenis plankton
yang sama dengan perairan di sekitar PLTN di negara lain, yaitu Chaetoceros dan Copepoda.
Berdasarkan kajian beberapa penelitian mengenai dampak pengoperasian PLTN terhadap
komunitas plankton, menyatakan bahwa tidak ada pengaruh permanen PLTN terhadap
plankton di lingkungan perairan sekitarnya. Suhu perairan di sekitar pembuangan (outlet)
PLTN merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian terkait pengaruhnya pada
ekologi plankton.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. E. LIUN. “Potensi ancaman emisi udara sistem kelistrikan Sumatera”. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-
BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Serang. Tahun
2011. Hal 273-281.
[2]. AFIATI N, SUSILO YSB, TOBING ML, SUSIATI H., “Rona awal plankton di perairan tapak
PLTN Muria”. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. 9(2007)49-65.
[3]. SUGIANTI Y, HENDRA S., “Jenis-jenis plankton yang ditemukan di Sungai Maro, Merauke”.
BAWAL 2(2008)57-61.
[4]. ASTUTI LP, HENDRA S., “Kelimpahan dan komposisi fitoplankton di Danau Sentani, Papua”.
LIMNOTEK 16(2009)88-98.
[5]. WETZEL RG, LIKENS GE. Limnology Analysis. Philadelphia: W.B. Sounders Company.
(1979)367 pp.