Anda di halaman 1dari 8

Penel

i
tiani
niadal
ahpenel
i
tianmet
odeanal
i
tikdenganst
udi
pot
ongl
i
ntang(
cross
sect
ional
)unt
ukmenget
ahui
kor
elasi
pemer
iksaangl
ukosaur
indenganpr
otei
nur
in
padapender
it
adi
abet
esmel
i
tust
ipeI
I
Penel
i
tiani
niadal
ahpasi
endengandi
abet
esmel
i
tust
ipeI
Iyangsesuai
dengan
kr
it
eraTheExper
i tCommi
tt
eeonDi
agnosi
sandCl
assi
fi
cat
iondengangl
ukosur
ia
y
angmenj
alani
pemer
iksaandi
Labor
ator
ium Pat
ologi
Kli
nikdi
RSUDDr
.H.Abdul
Moel
oekPr
ovi
nsil
ampung.
Penel
i
tiandi
l
aksanakandi
Labor
ator
ium Pat
ologi
Kli
nikRSUDDr
.H.Abdul
Moel
oek
Pr
ovi
nsi
Lampung.Penel
i
tiani
niadal
ahmenggunakanur
ingl
ukosur
ia,
glukosaur
in
posi
ti
f3dangl
ukosaur
inposi
ti
f4padapender
it
aDi
abet
esMel
i
tust
ipeI
Iyang
menj
alani
pemer
iksaandi
Labor
ator
ium Pat
ologi
Kli
nikRSUDDr
.H.Abdul
Moel
oek
Pr
ovi
nsi
Lampung.
Car
apengumpul
andat
apenel
i
tiani
niadal odepur
ahdenganmet posi
vesampl
i
ng,
di
manaset
iappasi
eny
angmemenuhi
cri
ter
iapenel
i
tiany
ait
upasi
endengan
Di
abet
esMel
i
tus
t
ipeI
Iyangmenj
alani
pemer
iksaanur
indengangl
ukosur
ia(
kadargl
ukosaur
inposi
ti
f
3dan4)di
masukkankedal
am penel
i
tiani
nisehi
nggaj
uml
ahpopul
asi
dansampel
penel
i
tiant
erpenuhi
,sel
anj
utny
adi
l
akukanpemer
iksaankadarpr
otei
nur
in.
Penel
i
tiani
nimenggunakanAnal
isi
sBi
var
iatdanAnal
isi
sAnbi
var
iat
Pemer
iksaankadarpr
otei
nur
inmenggunakani
nst
rumenUr
ineanal
yzerCombiScan
500danr
eagenber
upast
icky
aiuCombi
t scr
eenI
Isy
spl
usdenganbahan
pemer
iksaanur
insewakt
u.Pr
osedurker
jadengant
ahapanmenekant
ombol
wor
king,
menekannoI
Dyangakandi
per
iksa,
menekanent
er,
kemudi
anmenekanqui
ckdua
kal
i
,menekanst
art
,memasukkanst
ri
pur
inkedal
am al
atser
tamenungguhasi
l
pemer
iksaansel
ama60det
ik
Dat
aanal
i
sisbi
var
iatmenunj
ukkanbahwaant
arakadargl
ukosaur
indenganpr
otei
n
ur
int
erdapatkor
elasi
/hubungandenganp=0,
003(p<0,
05)dengankekuat
an
kor
elasi
yai
tu:
r=1.
000ber
art
iter
dapathubunganl
i
nierposi
ti
fsempur
na.Hal
ini
ber
art
ikenai
kankadargl
ukosaur
indi
i
ikut
ikenai
kankadarpr
otei
nur
in.Sedangkan
padar
egr
esi
li
nierdi
dapat
kanper
samaanY=416,
77-
236Xdapatdi
gunakanunt
uk
mempr
edi
ksi
besar
nyapengar
uhkadargl
ukosaur
indal
am meni
ngkat
kankadar
pr
otei
nur
in,
dimanaXadal
ahkadargl
ukosaur
indanYadal
ahkadarpr
otei
nur
in
Kesi
mpul
andar
ipenel
i
tiani
niadal
ahbahwasuby
ekpenel
i
tiandengankadargl
ukosa
ur
inant
ara250mg/
dLs/
d<500mg/
dLsebany
ak23or
ang.Sedangkankadargl
ukosa
ur
inant
ara500mg/
dLs/
d1000mg/
dLsebany
ak28or
ang,
sedangkansuby
ek
penel
i
tiandengankadarpr
otei
nur
inant
aranegat
ifs/
d30mg/
dLsebany
ak0or
ang.
Kadarpr
otei
nur
inant
ara>30mg/
dLs/
d100mg/
dLsebany
ak20or
ang.Sedangkan
kadarpr
otei
nur
inant
ara>100mg/
dLs/
d500mg/
dLsebany
ak31or
ang.
KORELASI PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN DENGAN PROTEIN
URIN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Azhari Muslim
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang
Email: azhariaja6@gmail.com

Abstract: Correlation Glucose of Urine and Protein of Urine in Sufferer of Diabetes Mellitus
Type II in RSUD dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Diabetes mellitus is metabolic
disorder with hyperglicaemia sign caused by descent of activity and or quantity of insulin is caused
by defect of pankreas. In fisiologic condition, pankreas produces insulin for carbohydrate
metabolism in our meal. Descent activity of insulin causes defect of karbohydrat, lipid, water and
electrolite. WHO says Indonesia has fourth ranking of diabetes mellitus sufferer in the word with
prevalence about 8,6%. Ministry of health said amount of diabetes mellitus sufferer has first
ranking of endokrin disease. This study has aim correlation concentration of glucose urine and
protein urine in diabetes mellitus type II. This research is cross sectional. Dependent variable is
protein urine concentration and independent variable is glucose urine concentration. Outcome of
this study shows correlation betwen glucose urine concentration and protein urine concentration in
diabetes mellitus type II sufferer with p= 0,003 and power of correlation is perfect of possitive
linier about r= 1.000. It means if concentration of urine glucose is increase followed by
concentration of protein urine is higher. Influence of glucose urine concentration for increase
protein urine can predict with formula Y= 416,77-236X, where X is concentration of urine glucose
and Y is concentration of protein urine. It is necessary to protein urine examination and more
specific research to link protein urine as a marker of nefropaty diabetic.

Keywords: Glucose of urine, Protein of urine, Diabetes Mellitus

Abstrak: Korelasi Pemeriksaan Glukosa Urin Dengan Protein Urin Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Diabetes mellitus (DM)
merupakan kelainan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena penurunan efektivitas dan
atau jumlah insulin, akibat gangguan pankreas. Pada keadaan normal, pankreas memproduksi
insulin untuk metabolisme karbohidrat yang terkandung dalam makanan yang kita makan.
Penurunan aktivitas dan atau jumlah insulin menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, air dan elektrolit. WHO menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan keempat terbesar
dalam jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari total jumlah penduduk. Departemen
Kesehatan menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit
dengan diabetes melitus menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui korelasi pemeriksaan kadar glukosa urin dengan protein urin pada
penderita diabetes mellitus tipe II. Penelitian ini merupakan potong lintang untuk mengetahui
korelasi kadar glukosa urin dengan protein urin. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar
protein urin, sedangkan variabel bebas adalah kadar glukosa urin. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat korelasi antara kadar glukosa urin dengan kadar protein urin pada penderita diabetes
mellitus tipe II dengan korelasi/hubungan p= 0,003 dan kekuatan korelasi adalah linier positif
sempurna sebesar r= 1.000. Hal ini berarti kenaikan kadar glukosa urin diikuti kenaikan kadar
protein urin. Prediksi besarnya pengaruh kadar glukosa urin dalam meningkatkan kadar protein
urin menggunakan persamaan Y= 416, 77 - 236 X, dimana X adalah kadar glukosa urin dan Y
adalah kadar protein urin. Perlu dilakukan pemeriksaan protein urin dan penelitian yang lebih
spesifik berkaitan dengan protein urin sebagai marker untuk pencegahan kejadian nefropati
diabetika.

Kata kunci: Glukosa urin, Protein urin, Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan Pada keadaan normal, pankreas memproduksi


kelainan metabolik yang ditandai oleh insulin untuk metabolisme karbohidrat yang
hiperglikemia karena penurunan efektivitas dan terkandung dalam makanan yang kita makan.
atau jumlah insulin, akibat gangguan pankreas. Penurunan aktivitas dan atau jumlah insulin

52
Muslim, Korelasi Pemeriksaan Glukosa Urin dengan Protein Urin 53

menyebabkan gangguan metabolisme vaskuler sebagai manifestasi peningkatan kadar


karbohidrat, lemak, air dan elektrolit. glukosa urin.
(Moerdowo, 2002) Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
Menurut survey Word Health mengetahui apakah ada korelasi pemeriksaan
Organization (WHO), Indonesia menempati glukosa urin (glukosuria) dengan protein urin
urutan ke 4 terbesar dalam jumlah penderita pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD
Diabetes Melitus (DM) dengan prevalensi 8,6% dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
dari total jumlah penduduk. Data Departemen Manfaat penelitian ini secara teoritis
Kesehatan menyebutkan bahwa jumlah pasien adalah untuk pengembangan keilmuan di bidang
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit teknologi laboratorium medik dan untuk
dengan Diabetes Melitus menempati urutan ke 1 menambah khasanah kajian ilmiah di bidang
(pertama) dari seluruh penyakit endokrin. kimia klinik. Sedangkan manfaat aplikatif adalah
(Perkeni, 2006) penelitian ini diharapkan dapat memberikan
Penelitian berbagai tempat di Indonesia manfaat bagi masyarakat untuk melakukan
sering terjadi peningkatan prevalensi Diabetes pemeriksaan laboratorium rutin yaitu
Melitus yang cukup tinggi, hal ini berhubungan pemeriksaan glukosa urin dan protein urin
dengan adanya peningkatan taraf hidup dan sehingga penderita diabetes melitus tipe II dapat
kemakmuran, perubahan pola hidup dan pola terkontrol dengan baik. Untuk instansi
makan yang berlebihan sehingga dapat laboratorium klinik, untuk dapat memasukkan
menyebabkan gangguan metabolisme. pemeriksaan protein urin ke dalam pemeriksaan
Hiperglikemia pada Diabetes Melitus kimia klinik untuk penderita diabetes mellitus
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, tipe II.
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin
Adanya gangguan terutama pada sistem melakukan penelitian mengenai Korelasi
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di Pemeriksaan Glukosa Urin (Glukosuria) dengan
dalam tubuh, gangguan tersebut disebabkan protein urin pada penderita diabetes melitus tipe
karena kurang produksi hormon insulin yang II.
diperlukan dalam proses perubahan gula menjadi
tenaga dan sintesa lemak. Bila terjadi gangguan
pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun METODE PENELITIAN
kuantitas keseimbangan tersebut akan terganggu
dan kadar glukosa darah akan meningkat, Penelitian ini adalah penelitian metode
kelebihan glukosa akan dikeluarkan melalui urin analitik dengan studi potong lintang (cross
sehingga terjadi glukosuria (Guyton, 2007; sectional) untuk mengetahui korelasi
Depkes RI, 2009). pemeriksaan glukosa urin dengan protein urin
Salah satu komplikasi akibat DM adalah pada penderita diabetes melitus tipe II (Sudigdo,
nefropati diabetika (ND). Nefropati diabetika et al, 2011).
adalah penyebab utama gagal ginjal stadium Penelitian ini adalah pasien dengan
akhir. Saat ini, ND terjadi pada 15-25% pasien diabetes melitus tipe II yang sesuai dengan
DM tipe I dan 30-40% pasien DM tipe 2 kriteria The Expert Committee on Diagnosis and
(Schrijvers et al, 2004). Classification dengan glukosuria yang menjalani
Berbagai data hasil penelitian pemeriksaan di Laboratorium Patologi Klinik di
memperkirakan bahwa protein urin merupakan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
nilai sebagai indeks kerusakan vaskuler, yang Perhitungan perkiraan besar sampel
merupakan manifestasi peningkatan kadar dengan menggunakan dasar ketepatan relatif.
glukosa urin terutama pada diabetes mellitus (Sudigdo, 2011).
(Bloomgarden ZT, 2005) Rumus yang digunakan dalam penelitian
Berdasarkan survei yang dilakukan pada ini adalah :
beberapa Rumah Sakit, Puskesmas dan
laboratorium klinik khususnya di RSUD dr. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Pemeriksaan
kadar protein urin tidak dilakukan walaupun hasil
pemeriksaan kadar glukosa urin melebihi batas
ambang normal. Berdasarkan hasil penelitian 2
Bloomgarden ZT, 2005, menunjukkan bahwa n= 1,96 x 10 = 24
protein urin merupakan indeks kerusakan 0,05 x 80
54 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016, hlm 52-56

Dengan simpangan baku populasi standar, Zα= HASIL PENELITIAN


1,96; tingkat ketepatan relatif yang
diperkenankan, ex= 5 % ; simpangan baku, s= 10; 1. Analisis Univariat
nilai rerata populasi standar, x0= 80.
Besar sampel minimal yang dibutuhkan Tabel 1. Kadar Glukosa Urin pada Penderita
dalam penelitian ini adalah 24, dengan perkiraan Diabetes Mellitus Tipe II
drop out sebesar 10% maka besar sampel yang No Kadar Glukosa Urin Jumlah
dibutuhkan minimal adalah 27 responden. Besar 1 250 mg/dL s/d < 500 23
sampel dalam penelitian ini adalah 51 subyek mg/dL
penelitian (Sudigdo, 2011). 2 500 mg/dL s/d 1000 mg/dL 28
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Patologi Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tabel 1 menunjukkan subyek penelitian
Provinsi Lampung. dengan kadar glukosa urin antara 250 mg/dL s/d
Penelitian ini adalah menggunakan urin <500 mg/dL sebanyak 23 orang. Sedangkan
glukosuria, glukosa urin positif 3 dan glukosa kadar glukosa urin antara 500 mg/dL s/d 1000
urin positif 4 pada penderita Diabetes Melitus mg/dL sebanyak 28 orang.
tipe II yang menjalani pemeriksaan di
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. H. Tabel 2.
Kadar Protein Urin Pada Penderita
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Diabetes Mellitus Tipe II
Variabel terikat pada penelitian ini adalah No Kadar Protein Urin Jumlah
kadar protein urin sedangkan variabel bebas 1 Negatif s/d 30 mg/dL 0
adalah kadar glukosa urin. 2 >30 mg/dL s/d 100 mg/dL 20
Cara pengumpulan data penelitian ini 3 >100 mg/dL s/d 500 mg/dL 31
adalah dengan metode purposive sampling,
dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria
Tabel 2 menunjukkan subyek penelitian
penelitian yaitu pasien dengan Diabetes Melitus
dengan kadar protein urin antara negatif s/d 30
tipe II yang menjalani pemeriksaan urin dengan
mg/dL sebanyak 0 orang. Kadar protein urin
glukosuria (kadar glukosa urin positif 3 dan 4)
antara > 30 mg/dL s/d 100 mg/dL sebanyak 20
dimasukkan ke dalam penelitian ini sehingga
orang. Sedangkan kadar protein urin antara > 100
jumlah populasi dan sampel penelitian terpenuhi,
mg/dL s/d 500 mg/dL sebanyak 31 orang.
selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar protein
urin.
2. Analisis Bivariat
Pemeriksaan kadar protein urin
menggunakan instrumen Urine analyzer Combi
Analisis bivariat menggunakan uji
Scan 500 dan reagen berupa stick yaitu Combi
korelasi Pearson dengan program komputer.
screen II sys plus dengan bahan pemeriksaan urin
Berikut ini tabel pengolahan data bivariat dengan
sewaktu. Prosedur kerja dengan tahapan menekan
program komputer :
tombol working, menekan no ID yang akan
diperiksa, menekan enter, kemudian menekan
Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Penelitian
quick dua kali, menekan start, memasukkan strip
Korelasi Pemeriksaan Glukosa
urin ke dalam alat serta menunggu hasil
Urin Dengan Protein Urin Pada
pemeriksaan selama 60 detik (Gandasubrata,
Penderita Diabetes Mellitus
2004; Mengko, 2013) No Parameter Besar Korelasi Significan
Analisis data diawali dengan pemasukan Pemeriksaan Sampel Pearson
(Entry) data, Editing, Coding dan Cleaning, 1 Kadar 51 1,000 0,003
setelah itu dilakukan analisis secara univariate Glukosa
untuk memperoleh gambaran pada masing- Urin
masing variabel bebas. Teknik analisis data 2 Kadar 51 1,000 0,003
statistik uji korelasi Pearson glukosa urin Protein Urin
dengan protein urin pada penderita Diabetes
Melitus Tipe II, menggunakan α= 0,05 dengan Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa
tingkat kepercayaan 95% (Hastono, SP, 2007) terdapat korelasi kadar glukosa urin dengan
protein urin ada penderita diabetes mellitus tipe
II dengan signifikansi 1 ekor= 0,003.
Kekuatan hubungan (korelasi Pearson)
didapatkan sebasar 1,000. Menurut Colton,
Muslim, Korelasi Pemeriksaan Glukosa Urin dengan Protein Urin 55

kekuatan hubungan dua variabel adalah sangat hasil nilai tengah siklus asam sitrat yaitu
kuat/ sempurna (Hastono, SP, 2008). suksinat, mendorong penemuan hubungan antara
kadar glukosa yang tinggi dengan pelepasan
Tabel 4. Nilai Regresi Linier Penelitian renin dari juxtaglomerular apparatus (JGA) pada
Korelasi Pemeriksaan Glukosa Urin ginjal (Peterdi, 2008).
dengan Protein Urin pada Penderita Kadar glukosa darah yang tinggi
Diabetes Mellitus Tipe II berhubungan dengan peningkatan transforming
No Model Koefisien B Significan growth factor β (TGF β) dan peningkatan
ekstracelular matrics (ECM), semuanya
1 Konstanta 416,766 0,000 berhubungan dengan nefropati diabetik.
2 Kadar - 236 0,026 Perubahan pada glomerulus pada ginjal
Glukosa Urin mengakibatkan hipertrofi dan hiperfiltrasi
glomerular. Proses ini menyebabkan peningkatan
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat protein dalam urin. Kadar protein urin yang
disimpulkan bahwa persamaan Y= 416,77- 236 meningkat akan mempengaruhi aktivasi sel
X dapat digunakan untuk memprediksi besarnya tubulus. Sel tubulus yang aktif akan mensintesis
pengaruh kadar glukosa urin dalam mediator inflamatori khususnya molekul
meningkatkan kadar protein urin. Dimana X khemokin dan endothelin, angiotensin II dan
adalah kadar glukosa urin dan Y adalah kadar TGF β (Schrijvers, 2004).
protein urin (Hastono SP, 2008). Molekul khemokin dan endothelin,
angiotensin II dan TGF β menyebabkan
kerusakan pada membran basal tubular sehingga
PEMBAHASAN memudahkan masuknya produk dari tubular ke
dalam interstisial dan kapiler peritubular.
Data analisis bivariat menunjukkan bahwa Timbunan protein di distal ginjal akan
antara kadar glukosa urin dengan protein urin menghambat aliran urin serta memperparah
terdapat korelasi/hubungan dengan p= 0,003 ( p< kerusakan tubular interstisial dan extraceluler
0,05 ) dengan kekuatan korelasi yaitu: r= 1.000 matrix (ECM) seperti kolagen, fibronektin dan
berarti terdapat hubungan linier positif sempurna. laminin.
Hal ini berarti kenaikan kadar glukosa urin Bila nefron berakibat ati diabetik semakin
diiikuti kenaikan kadar protein urin. Sedangkan parah, glomerulus yang rusak semakin banyak
pada regresi linier didapatkan persamaan Y= dan jumlah protein urin yang diekskresi lewat
416,77-236 X dapat digunakan untuk urin semakin meningkat. Selanjutnya akan terjadi
memprediksi besarnya pengaruh kadar glukosa penurunan fungsi ginjal, penurunan klirens
urin dalam meningkatkan kadar protein urin, kreatinin, glomerulosklerosis, fibrosis
dimana X adalah kadar glukosa urin dan Y instrestisial dan akhirnya gagal ginjal terminal
adalah kadar protein urin (Hastono SP, 2008). (Schrijvers et al, 2004; Bloomgarden, 2005).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ritz E, et al (2000) yang
menyatakan bahwa pada penderita diabetes SIMPULAN
mellitus yang menahun terjadi kerusakan pada
pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan Berdasarkan hasil penelitian dapat
pembuluh darah menimbulkan kerusakan disimpulkan bahwa subyek penelitian dengan
glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring kadar glukosa urin antara 250 mg/dL s/d <500
darah. Tingginya kadar glukosa akan membuat mg/dL sebanyak 23 orang. Sedangkan kadar
struktur ginjal berubah sehingga fungsinya glukosa urin antara 500 mg/dL s/d 1000 mg/dL
terganggu yang mengakibatkan protein/ albumin sebanyak 28 orang, sedangkan subyek penelitian
dapat melewati glomerulus sehingga protein/ dengan kadar protein urin antara negatif s/d 30
albumin dapat ditemukan di dalam urin. mg/dL sebanyak 0 orang. Kadar protein urin
Diabetes melitus dapat menyebabkan antara >30 mg/dL s/d 100 mg/dL sebanyak 20
komplikasi vaskuler. Penelitian sebelumnya orang. Sedangkan kadar protein urin antara >100
menunjukkan adanya pengaruh khusus secara mg/dL s/d 500 mg/dL sebanyak 31 orang.
seluler pada ginjal dengan hiperglikemia yang Hasil penelitian juga menunjukkan
terletak pada aktivasi RAS secara lokal di dalam terdapat korelasi/ hubungan antara kadar glukosa
ginjal sebagai penyebab kerusakan jaringan. urin dengan protein urin pada penderita diabetes
Penemuan yang terbaru mengenai G-protein mellitus tipe II. Kekuatan korelasi yaitu: r= 1.000
coupled receptor (GPR91) yang diaktifkan oleh dengan persamaan Y= 416, 77-236 X dapat
56 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016, hlm 52-56

digunakan untuk memprediksi besarnya pengaruh protein urin, dimana X adalah kadar glukosa urin
kadar glukosa urin dalam meningkatkan kadar dan Y adalah kadar protein urin.

DAFTAR PUSTAKA

Bloomgarden ZT. 2005. Diabetic Nephropaty. Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan


Diabetes Care. Research Progressive Diabetes Mellitus.
Reviews. Peterdi, J.P., Kang J.J., Toma, I. 2008.
Direktorat Laboratorium Kesehatan Direktorat Activation of the renal renin-angiotensin
Jendral Pelayanan Medik Departemen system in diabetes new concepts. Neprol
Kesehatan. 2005. Pedoman Pemeriksaan Dial Transplant. Suppl 23; 3047-3049.
Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Ritz, E., Keller C, Kristian H., Bergis. 2000.
Melitus. Jakarta. Nephropathy of type II diabetes mellitus.
Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun Neprol Dial Transplant. Suppl 9; 38-44.
Laboratorium Klinik. Edisi 11. Jakarta. Schrijvers B.F., de Vriese A.S., Flyvbjerg A.
EGC. 2004. From Hyperglycemia to Diabetic
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kidney Disiese : The Role of Metabolic,
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta. EGC. Hemodynamic, Intracellular Factors and
Hastono, SP. et al. 2008. Statistik Kesehatan. Growth factors/Cytokines Endocrine
Jakarta. Raja Grafindo Persada. Reviews. 25 (6): 971-1010.
Mengko, Richard. 2013. Instrumentasi Sudigdo, S. & Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar
Laboratorium Klinis. Bandung. Teknik Metodologi Penelitian Klinis. ed 4.
Biomedika ITB. Jakarta. Sagung Seto.
Moerdowo. 2002. Spektrum Diabetes Melitus.
Jakarta. Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai